Hari yang dinantikan Dominique tiba. Sedari pagi semua orang sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatu. Ia begitu bahagia hingga cukup lama berdiri di depan cermin membayangkan masa depan yang akan dilaluinya kelak. Seketika ia lupa tujuan awal bertunangan dengan Aubrey.
Memang pada awalnya pertunangan dan pernikahan itu rencana kedua orang tua mereka. Kemudian, menjadi rencana Aubrey dengan sebuah perjanjian dan di pertengahan jalan memang sempat ada rencana untuk menyakiti Aubrey. Namun, semenjak malam itu Dominique mengetahui hatinya, ia tidak bisa hidup tanpa Aubrey.Di kediaman Calandre. Aubrey melamun menatap ke arah cermin. Ia memikirkan pesan singkat yang Tony kirimkan. Apakah ia akan melanjutkan penyelidikannya atau pura-pura tidak tahu saja.'Apakah kau akan datang di acaraku, Ton?' tanya Aubrey melalui pesan singkat kepada Tony.'Tentu saja, aku tidak akan melewatkan acara kalian," jawab Tony cepat.'Baiklah, ada yang akan"Sudah mengocehnya? Dasar tidak tahu malu, seharusnya sebelum berbuat kau harus berpikir dua kali dengan otak kecilmu itu," ucap Aubrey mengejek. Tony yang tadinya ingin menghampiri Cassandra, mengurungkan niatnya. Begitu pun Dominique, ia hanya melihat apa yang akan dilakukan tunangannya itu. Semua orang yang berkasak-kusuk juga ikut terdiam melihat kemarahan Aubrey. "Lihatlah! Kalian harus tahu siapa wanita yang tidak tahu diri sebenarnya di sini."Aubrey memperlihatkan foto dan video yang sama persis dengan milik Cassandra. Bedanya milik Aubrey lebih lengkap, dari saat awal yang dilakukan Cassandra sampai siasatnya untuk menggoda Dominique. Terlihat jelas di situ, bahwa penolakanlah yang dia dapatkan. Cassandra terkejut dan tertegun. Ia tidak menyangka rencananya berantakan. Ternyata Aubrey selangkah lebih di depan darinya. Karena malu banyak orang yang menatap dan membicarakannya, ia lantas pergi dari acara tersebut. Aubrey tersen
Kembalinya dari toilet. Dominique melihat Tony dan Aubrey berbincang sangat serius karena terlihat dari raut keduanya yang dengan mudah ditebak. Dia memperhatikan dari kejauhan dua insan itu yang tampak akrab tidak seperti terakhir kali yang seperti diceritakan Aubrey. Dalam hatinya terbesit kecurigaan. "Oh, rupanya dia yang membantu Aubrey. Entahlah berapa banyak informasi yang disampaikan kepada Aubrey tentangku? Kalau yang membantu itu Tony, aku tahu siapa orang yang dipekerjakan Aubrey. Aku harus menghubungi orang tersebut untuk bertanya," gumam Dominique, kemudian menghampiri Tony dan Aubrey. Dominique pura-pura tidak mengetahui apa yang telah dilakukan Aubrey dengan Tony. Ia bersikap santai dan kembali menikmati suasana pesta. Setelah selesai semua rangkaian acara, mereka gegas pulang ke kediaman masing-masing. Dominique mengantar Aubrey ke mansionnya. Dalam perjalanan mereka hanya tersisa kesunyian dengan pikiran masing-masing. "Oh iya, besok aku
Pagi-pagi sekali Aubrey sudah sampai di bandara Louis Armstrong. Dia akan terbang terlebih dahulu ke Los Angeles sebelum menuju Prancis. Sesaat dia tertegun dan menoleh ke belakang seperti menunggu seseorang. Kemudian, dia kembali dengan raut wajahnya seperti semula, dingin dan datar. Butuh waktu empat jam untuk sampai ke Los Angeles setelah itu bertolak menuju Prancis.Aubrey melirik ponselnya yang memperlihatkan waktu masih pukul empat pagi. Dia tidak meninggalkan pesan apa pun untuk Dominique. Orang-orang di kediaman Calandre pun tidak diberitahu secara langsung. Ia hanya meninggalkan lewat pesan bahwa ia akan pergi ke Prancis. Saat itu, semua orang masih terlelap. Mengingat acara pertunangan Aubrey yang diselenggarakan secara besar-besaran membuat semua orang begitu lelah dan terlena akan mimpi masing-masing. 'Aku akan melakukan perjalanan ke Prancis, Kek. Di sana aku akan mengikuti pagelaran seni. Mungkin untuk beberapa waktu, ponsel ini akan tidak
Aubrey memasuki kamar yang dipilih Amelia. Kebetulan mereka tidur bersama. Kamar yang dipilih Amelia sangat luas dan bagus, di sana juga terdapat taman kecil di dalamnya. Aubrey tidak berhenti berdecak kagum. "Wah, tampaknya aku akan betah tinggal di sini. Tidak akan cukup waktu hanya seminggu saja." Aubrey berkata sambil merebahkan tubuhnya di kasur. "Iya, kau juga membutuhkan uang yang banyak untuk menyewa ini semua," balas Amelia. "Itu adalah hal kecil buatku." Aubrey menyombongkan diri kemudian tertawa bersama Amelia. Setelah berbincang sebentar, Aubrey meminta beristirahat lebih dulu sebelum pergi memeriksa tempat pameran. Amelia pun mengiyakan dan pergi meninggalkan Aubrey sendiri di kamar. Udara sejuk, kasur empuk, dan suasana yang nyaman melambungkan Aubrey ke dunia mimpi. Di sana ia seperti bertemu dengan kedua orang tuanya yang hanya dikenal lewat sebuah foto. Aubrey tampak bahagia karena terlihat senyuman yang terkembang d
Dominique bangun pagi sekali. Dia mengecek ponselnya yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Saat melihat ponsel tersebut, ada raut kesedihan di wajahnya. Aubrey tidak membalas semua pesan, hanya membacanya saja. Dia melemparkan ponselnya ke atas kasur, lalu pergi mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor. Setelah selesai melakukan rutinitas pagi, dimulai dari mandi, berpakaian, dan sarapan bersama kedua orang tuanya. Dominique lalu berangkat menuju ke kantor.Sesampainya di kantor, Dominique dengan segera menyelesaikan semua pekerjaan. Rapat yang terjadwal siang hari pun dimajukan menjadi pukul sembilan. Dominique sudah tidak sabar untuk menemui orang yang membantu Aubrey menyelidiki dirinya. Ia ingin tahu apa yang diketahui Aubrey, sehingga sikapnya berubah dingin. Pasalnya dua hari terakhir mereka masih dalam suasana hangat dan romantis. Romario. Seorang detektif swasta yang cekatan dan tidak pernah meleset informasi yang didapatkan olehnya seke
"Baiklah. Kau tenang saja, selesaikan saja masalahmu," ujar Tony menenangkan sambil menepuk bahu Dominique. Dominique lalu bergegas mengurus semua pekerjaan yang belum selesai dan tinggal sedikit lagi. Sisanya, ia meminta sang sekretaris untuk berkoordinasi dengan Tony untuk beberapa hari kedepan, dari rapat dengan beberapa klien, kunjungan ke percetakan, dan evaluasi mingguan. Setelah selesai berkoordinasi dengan sekretarisnya, Dominique pulang ke mansion untuk berkemas secepat mungkin. Dominique memesan tiket pada hari itu juga untuk penerbangan terakhir. Untung saja masih ada tiket tersisa. Ia lalu gegas menuju Los Angeles untuk transit menuju Paris. Dominique berangkat dari New Orleans menuju Los Angeles pukul 16.00. Perbedaan waktu kedua kota itu adalah empat jam--lebih cepat New Orleans. Maka Dominique sampai di Los Angeles masih pukul 16.00 sedangkan di New Orleans sudah pukul 20.00.Setelah beristirahat sebentar dan makan malam, Dominiq
Sinar matahari menembus jendela memasuki setiap kamar-kamar pagi itu. Bukan saja kehangatan, tetapi keindahannya menemani siapa saja yang bangun pagi itu. Dominique gegas pergi mandi dan berpakaian. Setelah itu, dia bersiap untuk mulai mencari Aubrey. Sedangkan, Aubrey dan Amelia bangun lebih pagi dan sudah menyelesaikan sarapan mereka. Pagi itu, mereka sudah berada di aula dan melihat sampai mana persiapan acara pameran. Berbagai macam lukisan dari mahakarya ternama sudah terpasang sesuai urutan tema. Terlihat Damien yang berpakaian rapi dengan jas berwarna biru laut berjalan mendekat ke arah dimana Aubrey dan Amelia berdiri. "Selamat pagi! Bagaimana tidur kalian, nyenyak?" tanya Damien menyapa Aubrey dan Amelia. Tampaknya, ia sudah mengetahui lebih jauh tentang Aubrey. "Oh, Tuan Damien. Tentu saja tidur kami nyenyak. Fasilitas yang disediakan perusahaan sangat luar biasa," jawab Amelia. "Kau kenal pria ini, Mel?" tanya Aubrey. "Oh
Beberapa saat sebelum kejadian di aula. Dominique keluar dari kamarnya dan mulai bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya. Namun, sepagi itu dia mencari hasilnya masih nihil. Dominique mencoba mendinginkan pikirannya. Ia pergi ke restoran untuk mengisi perutnya terlebih dahulu. Sambil menikmati sarapan, ia terus menyusun rencana kemana akan mencari Aubrey. Saat sedang menikmatinya hidangannya, Dominique mendengar obrolan beberapa penyewa hotel sedang membicarakan pameran lukisan yang akan diselenggarakan di Le Bristol pagi itu. Ia lalu menanyakan perihal yang didengar kepada karyawan hotel. Setelah mendapatkan informasi, dengan senyum mengembang Dominique gegas menuju aula pameran. Seketika senyum lebar di bibir Dominique menghilang melihat pemandangan yang tidak mengenakkan hati di hadapannya. Wanita yang dia cintai dan beberapa saat lalu mengabaikannya sedang bercengkrama bahagia bersama pria lain. Gejolak yang dirasakan tubuhnya membuat Dominique gelap mat
"Kurang ajar! Dia bahkan berani menemui kau seorang diri untuk adiknya," ucap Dominique menahan marah. Dia menggenggam tangannya begitu keras hingga memerah buku-buku jarinya. "Lupakanlah itu, Dom! Yang terpenting sekarang kau tutup rapat masalah ini dan biarkan semuanya berlalu." Aubrey membuat permintaan kepada Dominique. Dia mencoba merayu sang suami agar menutup masalah ini. Aubrey hanya ingin hidup tenang tanpa ada masalah lagi dalam rumah tangganya. Masalah Reno, dia juga pura-pura tidak mendengar dan mengetahuinya. "Tapi ….""Tidak ada tapi. Turuti saja permintaanku, oke! Aku sudah berjanji padanya." Aubrey berbicara lagi sambil memohon. "Kau yang berjanji, bukan aku," tolak Dominique. "Dominique!" Aubrey menatap tajam ke arah suaminya itu. "Oke, oke. Kali ini akan kumaafkan, tapi tidak ada untuk lain kali." Dominique mengalah. Aubrey tampak bahagia dan langs
Setelah selesai berbincang dengan Damien, Aubrey mencari keberadaan Bella. Dengan berlari kecil dia menghampiri Bella yang tengah memilih sepatu di toko merk terkenal. "Mami.""Hei! Kau sudah selesai dengan urusanmu?""Hmmm.""Mana temanmu? Tidak diajak sekalian?""Oh tidak. Dia hanya menyapa saja.""Setelah ini kita ke mana?""Makan siang saja dulu, lalu pulang, ya, Mi!""Loh, kau bosan, ya?""Tidak, Mi. Hanya saja aku mau ke kantor Dominique dulu, bagaimana boleh tidak?""Ya, boleh dong. Kau mau langsung ke sana atau pulang dulu?""Sepertinya, langsung saja, Mi.""Oke, kalau begitu."Setelah selesai menikmati acara makan siang mereka, Bella mengantar Aubrey ke perusahaan Dominique lebih dulu. Lalu, dia kembali ke mansion Hameed. Aubrey gegas menuju lobi resepsionis setelah turun dari mo
Setelah pulang ke Mansion Hameed. Aubrey dan Bella berencana akan menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling pusat perbelanjaan keesokan harinya. Dengan sangat antusias, mereka menyiapkan segala sesuatunya. Keesokan hari pun tiba. Dominique sibuk dengan rutinitas perusahaan dan Aubrey bersama Bella melaksanakan rencana yang telah mereka buat kemarin. Mereka bergaya mengenakan dress santai selutut dengan warna senada. Sebelum berangkat, mereka menyempatkan diri menyelesaikan rutinitas di mansion terlebih dahulu. Matahari sudah agak meninggi sinarnya. Aubrey dan Bella pun bergegas pergi menuju pusat perbelanjaan The Outlet Collection at Riverwalk. Di sana mereka sibuk memilih barang apa saja yang akan mereka beli. Pasalnya, ini adalah pengalaman Aubrey berbelanja dengan seorang ibu. Biasanya, dia hanya membeli secara daring dan meminta seseorang untuk membelikan. Di sisi lain, Carlos yang sedang membuntuti mereka menelepon Damien untuk me
Damien memikirkan ucapan Carlos dan tampak setuju saran bawahannya itu. Dia lalu menelepon seseorang untuk mendukung pelaksanaan rencananya mengasingkan Dahlia. "Siapkan tiket dan tempat terbaik di Inggris. Pastikan Dominique tidak dapat menemukan keberadaannya. Tenang saja, aku akan memberikan berapapun yang kau pinta."Damien memutuskan sambungan telepon. Dia memanggil beberapa pelayan untuk menyiapkan keperluan Dahlia. Setelah selesai memberi perintah, dia gegas kembali ke perusahaannya. Dahlia yang berada di dalam kamar terlihat kesal dan mengacak-acak bantal yang berada di tempat tidur. Sekali-sekali dia memaki karena kesal Carlos berkata yang sebenarnya kepada Damien. Suara pintu diketuk, Dahlia berhenti mengamuk. Dia membuka pintu dan melihat dua orang pelayan berdiri di hadapannya. "Ada apa?" tanya Dahlia ketus. "Maaf, Nona. Tuan Damien menyuruh kami merapikan barang-barang anda," jawab
Dengan emosi dan napas terlihat memburu, Damien gegas turun dari mobil dan mencari keberadaan Dahlia. Suaranya menggema di seluruh ruangan karena meneriakkan nama adiknya. Seluruh pelayan yang mendengar ketakutan dan tidak berani mendekat. "Apa, sih, Kak? Suaramu begitu keras, dapat menakuti semua makhluk di rumah ini, tahu!" seru Dahlia yang keluar dari kamarnya. "Sini kau! Aku ingin bicara denganmu!" Damien menghampiri Dahlia dan menarik tangannya. "Easy, Kak! Apa yang sedang kau lakukan, sih?" tanya Dahlia tanpa perasaan bersalah. "Kau tidak usah berpura-pura lagi. Carlos sudah menceritakan semua."Dahlia menatap Carlos yang tertunduk begitu dalam. Kemudian, beralih ke arah Damien. "What you talkin about?""Dengar, kau hampir membunuh pewaris Calandre. Bodohnya lagi, hanya karena masalah cinta. Kau tidak berpikir apa akibatnya untuk keluarga Trust!"Dahlia tertawa. "Bukankah kau dan aku sama?""Kau." Damien menggantung tangannya di ud
Dominique memijat keningnya. "Kau, Damien! Bagaimana masalah dengan adikmu? Semua sudah jelas sekarang." Dominique ganti bertanya dengan Damien dengan penuh pene"Aku akan berbicara dengan adikku, Dom. Aku harap kau bisa menahannya lebih dahulu dan tidak melibatkan polisi." Damien memohon kepada Dominique. Dominique melirik ke arah Tony, seolah meminta pendapat kepadanya. Tony menjawab dengan anggukan kepala. "Baiklah! Karena kau memiliki iktikad baik dan mau membantu. Aku akan berikan waktu tiga hari untuk menyelesaikan masalah ini. Selanjutnya, kita lihat saja nanti." Dominique berbicara dengan Damien. Damien dan Carlos pun pergi dari kantor Dominique menuju mansion Trust untuk bertanya kepada Dahlia. Sedangkan, Reno memberitahu bahwa dia dan Aubrey memiliki janji bertemu di kantor pengacara keluarga Calandre. Karena masih marah dan cemburu. Juga satu yang pasti, Dom tidak ingin melihat dan
"Take it easy, Dom! Aku akan menceritakan semuanya," ujar Reno sambil mengempaskan tangan Dominique. Reno menghela napas panjang. Dengan santai dia duduk di sofa yang berada di kantor Dominique. Tony pun meminta sahabatnya untuk tenang sambil mendengarkan penjelasan Reno. Lalu, semua orang di sana mendengarkan dengan saksama apa yang akan diberitahukan oleh Reno. "Puluhan tahun lalu, aku adalah seorang anak yatim piatu yang kebetulan bertemu dengan pengurus yayasan Calandre.""Saat itu, aku kelaparan dan kedinginan di jalan. Jika aku tidak bertemu Nyonya Lusi, maka aku sudah menjadi seorang penjahat di dunia ini.""Di yayasan aku diperlakukan dengan sangat baik. Meskipun, aku sering menyendiri dan membuat masalah.""Siang itu, mentari begitu sejuk. Terlihat seorang pria paruh baya menggandeng seorang anak perempuan yang terlihat sangat sedih di wajahnya, sama sepertiku. Namun, dia sangat cantik sekali. Hatiku be
Di kantor, Dominique mengundang beberapa orang untuk bertemu. Setelah, selepas pagi tadi dia mendapatkan telepon dari Damien. Di sana sudah ada Tony, Damien, Dominique, dan tentu saja pelaku yang mencelakai Aubrey, Carlos. "Kita tinggal menunggu Reno. Walau bagaimanapun juga dia harus tahu. Selain dia adalah bagian keluarga Calandre, masalah ini juga berkaitan dengan dirinya," ucap Dominique kepada Tony. Mereka menunggu kedatangan Reno setelah memberitahukan apa yang telah mereka dapat. Terlihat jelas di wajah Dominique menahan amarah saat melihat Carlos. Memang dia belum tahu cerita keseluruhannya, tetapi pria sangar itu berkata bahwa ada hubungannya dengan Reno, maka dia berbuat seperti itu. Berkali-kali terlihat Tony menenangkan suasana hati Dominique agar tidak bertindak di luar nalar. Walau bagaimanapun juga, mereka belum tahu kebenarannya. "Dominique. Aku 'kan sudah membantumu untuk menyelesaikan masalah ini. Jika, se
Matahari bersinar terik. Serpihan cahaya menembus melalui jendela yang telah terbuka gordennya. Merasa terganggu oleh rasa hangat yang menerpa wajah, Aubrey terbangun. Lalu, dia meraba kasur di sebelahnya tempat Dominique tertidur. Namun, kosong. Aubrey mendudukkan tubuhnya. Dia memindai sekitar, mencari keberadaan sang suami. Sepi, Aubrey lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju ke lantai dasar mansion Calandre. Para pelayan sudah berada di tempatnya masing-masing mengerjakan semua tugas yang diberikan. Melihat kedatangan Aubrey mereka pun menyapa dengan hormat majikan mereka semua. "Morning semua!" sapa Aubrey. "By the way, kalian lihat suamiku?" lanjut Aubrey. "Pagi-pagi sekali Tuan Dominique sudah berangkat, Non. Beliau hanya berpesan, kalau Nona bertanya, nanti Tuan Muda akan menelepon katanya." Pelayan menjelaskan. "Baiklah, terima kasih."Aubrey kemudian mengambil posisi d