Di dalam ruangan yang tertutup, satu-satunya cahaya yang dapat menyinari seluruh ruangan itu adalah cahaya yang berasal dari sebuah jendela yang terbuka lebar di dinding yang gelap.
Seorang wanita, berambut pirang bergelombang tengah duduk memasang raut wajah serius di belakang meja kerjanya. Matanya begitu fokus meneliti setiap kata demi kata yang tertulis di lembar kertas putih.
Aloysia Bruna, mengangkat wajahnya lelah. Pekerjaan di balik meja menarik energinya jauh lebih banyak daripada perkerjaan lapangan yang sering ia lakukan.
Terlalu serius menekuni pekerjaannya, Aloysia tidak sada jika matahari mulai turun. Ia menoleh ke balik jendela. Metal Land tidak pernah seterang ini sebelumnya. Kota yang berada di bawah pegunungan padang pasir yang dikelilingi dinding-dinding baja beserta bebatuan berat yang mengisolasi mereka dari dunia luar.
Setidaknya, kali ini, Metal Land memiliki reputasi yang tidak lagi sama seperti sebelumnya. Dinding itu masih ad
Little Note: Ini benar-benar berakhir XD banyak yang ingin aku katakan tetapi aku tidak yakin ada yang mau membaca hahaha. Maaf untuk semua typo dan miss-typo yang pembaca temukan.. aku sudah berusaha, tetapi kami berdua tidak terpisahkan u.u Sekarang aku bisa fokus pada cerita yang lain!!! Sampai jumpa di cerita berikutnya! Jangan lupa untuk mampir OK :D See you~ Kiira February, 1st 2022
Beribu tahun yang lalu, sebuah benda dari langit jatuh menghantam bumi. Benda langit itu bersinar sangat terang dan pecah menjadi tujuh warna dan masuk ke dalam tujuh manusia. Kemudian, manusia yang dirasuki oleh cahaya tersebut mendapatkan kemampuan luar biasa, salah satu dari mereka bisa mengendalikan air, lainnya api, udara, tanah, kayu, logam hingga petir. Masing-masing dari mereka membagikan kekuatan tersebut kepada orang lain, hingga lahirnya manusia sihir yang menyebut diri mereka sebagai Obscure. Para Obscure mulai mendominasi dunia dan menjadi hal yang wajar dengan kekuatan yang mereka miliki. Waktu berlalu, manusia-manusia yang dirasuki oleh cahaya akhirnya meninggal. Mereka meninggal tanpa meninggalkan apapun, seperti debu yang tertiup angin menghilang di udara. Tanpa meninggalkan apapun, kecuali tujuh kristal dengan tujuh warna yang berbeda. Hanya saja, kristal-kristal tersebut juga menghilang begitu saja di depan mata.
Tanpa terasa dua tahun telah berlalu. Aret masih melakukan kegiatan hariannya seperti biasa di yayasan, hampir semua buku telah ia baca, banyak pengetahuan lain yang ia dapatkan, namun tidak untuk informasi yang ingin ia ketahui. Salah satu informasi yang ia dapatkan selama dua tahun terakhir adalah, saat bibi Anna mengatakan bahwa para Obscure berelemen api yang tersisa di seluruh kerajaan adalah mereka yang berada di yayasan, tentu saja Aret tidak percaya, mungkin tidak ada lagi yang tersisaa di Fire Land, namun bisa saja mereka berada di wilayah lain, akan tetapi saat ia bertemu seorang pria tua yang tidak lagi bisa membaca mengatakan hal yang membuatnya tekejut. Tidak ada lagi Obscure api yang tersisa di seluruh kerajaan, di wilayah manapun, di kota manapun, hanya mereka, anak-anak di yayasan ataupun para orang dewasa yang mengawasi mereka. “Mereka meninggal satu persatu, saat orang tua mereka meninggal, anak-anak yang sebatang kara akan di bawa ke yayasan, setelah 14 tahun berla
Tubuhnya terasa ringan, sangat ringan. Tangannya menggenggam benda solid, menggenggamnya erat, begitu erat, mungkin jika benda itu melukainya, ia tidak akan sadar. Perasaan hangat memenuhi setiap tubuhnya, perasaan hangat nan nyaman, terasa familiar namun di saat bersamaan juga asing. Tubuhnya seperti melayang, tenggelam ke jurang tak berdasar.‘Aret..’ seseorang memanggil namanya, jauh, begitu jauh namun juga terdengar dekat. Samar namun begitu jelas.‘Aret..’ suara itu begitu pelan namun setiap katanya tertangkap sempurna, memanggil namanya.Kemudian kedua kelopaknya terbuka, menampilkan merah menyala yang perlahan padam, meninggalkan onyx gelap miliknya. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam orang berdiri di depannya. Wajah mereka tidak jelas karena cahaya yang bersinar terang di belakang mereka. Tangan mereka terangkat, seolah memintanya menggapai tangan-tangan itu.Tidak ada
“Kau adalah yang ke tujuh.” Itu adalah ucapan pertama Zander setelah tinggal mereka berdua di tempat itu. Meskipun sedikit, namun Aret merasa Zander cukup menakutkan. Ia mengenal tiga orang kaisar dan terlihat akrab dengan mereka, belum lagi kristal ruby yang kini tergantung di lehernya adalah milik Zander.Hal lain yang membuat Aret tidak nyaman dengan Zander adalah senyumnya, ia tersenyum saat marah pada Storain tempo hari. Ia tersenyum saat kesal, entah mana senyuman yang menunjukkan ia benar-benar senang.Aret menjawab pernyataan Zander dengan mengangkat alisnya pertanda bingung. Teh yang baru saja ia minum begitu nikmat dan memiliki aroma yang harum, kue yang di sajikan juga sangat nikmat, membuatnya malas untuk berbicara. “Kau adalah Kaisar Ruby ke tujuh.” ah selain rakyat tidak mengetahui ‘siapa’ sang kristal, mereka juga tidak mengetahui kapan sang kristal berganti. Aret pernah mendengar jika kaisar mereka sudah hidup selama
Ketika langit mulai menggelap, mereka kembali ke dalam. Magnify mengantarkannya kembali ke kamar dan berjanji akan menjemputnya saat makan malam. Aret menatap bayangannya di dalam cermin. Tangannya mengambil kristal merah yang tergantung di lehernya. Kristal itu tidak berhenti bercahaya. Aret kembali menghela nafas berat. Selesai mandi, Aret menemukan pakaian baru di atas kasur. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini pakaian yang diberikan terlihat lebih formal dari sebelumnya. Aret tidak bisa berhenti berdecak kagum ketika merasakan kelembutan kemeja yang ia gunakan, belum lagi ukurannya begitu pas dengan tubuhnya. “Aret, apa kau sudah selesai?” suara melengking Magnify terdengar dari balik pintu. Aret membuka pintu dan gadis itu memberinya dua jempol melihat panampilannya. “Hari ini kakek dan ayah tidak ada, jadi suasananya tidak akan secanggung dan kaku jika ada kakek.” Magnify bilang ia sedang membawa Aret ke acara makan malam keluarga yang khusus diadakan u
... Kening Aret berkerut karena semua anak telah berkumpul di halaman belakang. Halaman yang diselimuti oleh rumput-rumput hijau beserta pohon-pohon rindang yang melindungil mereka dari sengatan matahari. Namun itu di siang hari, sedangkan saat ini matahari telah tenggelam sejak satu jam yang lalu, meninggalkan langit gelap dengan beberapa bintang di sana. "Ayo kak! tangan Conrad terbentang di depannya, tidak ingin berlama-lama, ia meraih tangan Conrad yang menggiringnya ke tengah halaman. Anak-anak itu berkumpul saling berpegangan tangan satu dan yang lain membentuk lingkaran. Ia tidak pernah tau berapa jumlah semua anak, hingga saat mendapati halaman belakang yang padat, Aret tidak bisa berkomentar apapun. Semua anak berwajah senang, senyuman merekah dari wajah masing-masing anak. Aret tidak bisa tidak memperhatikan Senyuman mencurigakan yang diperlihatkan Conrad padanya. Saat tangan kanannya belum dilepaskan Conrad, tangankannya yang lain tiba-tiba diraih
Tuan Greenwood melihatnya dari atas ke bawah, berkomentar bahwa pakaian yang ia gunakan tidak begitu buruk. Padahal ia hanya menggunakan kemeja putih dan celana hitam, pakaian yang biasa anak-anak yayasan gunakan. Sepertinya tuan Viridy dan Ventchi tidak perlu menyiapkan apapun, mereka membawanya menuju mobil yang sudah menunggu di halaman. Tidak lama berselang tuan Viernix kembali muncul, tidak ada yang berbeda darinya, bukankah dia bilang untuk bersiap-siap? Kenapa dia masih megenakan pakaian sebelumnya? Aret ingin bertanya ketika mobil yang mereka tumpangi melewati gerbang istana. Crystal Beam Palace adalah istana kristal yang berdiri di pusat ibu kota, tidak banyak yang bisa keluar masuk istana seenaknya, karena tentu saja, mereka percaya jika para kaisar tinggal dan hidup di dalamnya. Kenyataannya tidak demikian. Setelah turun dari mobil, Aret tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, matanya tidak berhenti meneliti setiap sudut istana megah yang se
"Storain?" "Dia sudah mengetahui jati diri Aret, mereka pernah bertarung bersama, dan juga keluarga Storain sejak lama mengabdi kepada kerajaan. Jika tidak salah perdana menteri Storain adalah pamannya. Aku tidak akan mempertanyakan kemampuannya karena sebagai prajurit dia adalah yang terbaik." Biodata dan identitas Storain muncul seketika di depan mereka. Sepertinya semua berjalan mulus karena tidak ada pertentangan di sana. Pembicaraan selanjutnya berjalan damai meskipun masih di warnai dengan bantahan, tetapi tidak ada yang keluar kendali. Nona Luxia bahkan tidak lagi banyak bicara, sedangkan tuan Viernix tidak lagi mengeluarkan sepatah katapun hingga pertemuan itu berakhir. Saat semua orang sudah keluar dari ruangan, kini hanya tersisa empat orang di sana, Aret seperti anak hilang yang tidak tahu harus melakukan apa. Karena sejak awal ia datang bersama tuan muda Imperlight. Ia hanya duduk di dalam ruangan ketika tidak ada seorangpun dari mereka bertiga ya