Tanpa terasa dua tahun telah berlalu. Aret masih melakukan kegiatan hariannya seperti biasa di yayasan, hampir semua buku telah ia baca, banyak pengetahuan lain yang ia dapatkan, namun tidak untuk informasi yang ingin ia ketahui.
Salah satu informasi yang ia dapatkan selama dua tahun terakhir adalah, saat bibi Anna mengatakan bahwa para Obscure berelemen api yang tersisa di seluruh kerajaan adalah mereka yang berada di yayasan, tentu saja Aret tidak percaya, mungkin tidak ada lagi yang tersisaa di Fire Land, namun bisa saja mereka berada di wilayah lain, akan tetapi saat ia bertemu seorang pria tua yang tidak lagi bisa membaca mengatakan hal yang membuatnya tekejut.
Tidak ada lagi Obscure api yang tersisa di seluruh kerajaan, di wilayah manapun, di kota manapun, hanya mereka, anak-anak di yayasan ataupun para orang dewasa yang mengawasi mereka. “Mereka meninggal satu persatu, saat orang tua mereka meninggal, anak-anak yang sebatang kara akan di bawa ke yayasan, setelah 14 tahun berlalu, mereka benar-benar habis, yang tersisa hanya anak-anak yang tidak ubahnya seperti manusia biasa.”
Aret mungkin juga mengetahui hal itu, sekarang umurnya sudah 16 tahun, ia sudah berada di yayasan sejak berumur setahun, dan sekarang kekuatannya masih belum muncul, bukan hanya dirinya, anak-anak yang lebih tua hingga terkecil belum menunjukkan kekuatan mereka.
Pria tua itu mengaku hanyalah seorang pedagang dari Light Land dan menetap di ibukota Acus sajak muda, di masa tuanya beliau sudah hidup dengan tenang dan memilih menghabiskan masa tua di tempat yang ia sukai. Pria tua itu menceritakan banyak hal pada Aret, beliau sudah menjelajahi semua negeri, mulai dari kota di tengah laut hingga kota yang dikelilingi oleh gunung berapi.
Saat itu Aret mencoba mengutarakan pendapatnya dan pria itu hanya berkata, “Meskipun dia adalah orang jahat sekalipun, sang kaisar tidak mungkin tidak melakukan apapun, dia tidak akan membiarkan rakyatnya begitu saja. Apa kau tahu kristal Amber? Dia adalah seorang wanita yang pemarah. Haha tetapi tidak ada satupun tindakan darinya yang merugikan rakyat.” Orang biasa tidak tahu identitas para kaisar, termasuk jenis kelaminnya dan pria tua ini mengetahui siapa pemimpinnya.
“Jadi, jika kau merasa kaisar Ruby mengabaikan kalian para Obscure api, mungkin saja kau tidak mengetahui hal yang sebenarnya, jika dia benar-benar mengabaikanmu, tidak mungkin dia mau menampung anak-anak Obscure api dan memastikan kehidupan yang layak untuk anak-anak yang kau sebut tidak berguna itu.”
Setiap orang yang ia ajak berbicara tentang pemikirannya selalu mengatakan bahwa Aret membenci kristal Ruby, bahkan Conrad juga ikut mengatainya. Jika boleh jujur ia memang menaruh kebencian padanya, tidak hanya kepadanya, tetapi juga pada semua pemimpin.
Di hari yang cerah seperti biasa, Aret membawa langkahnya meninggalkan kawasan yayasan yang besar, ia bersama paman James, Conrad dan beberapa anak lainnya akan pergi ke pusat kota. Beberapa anak di yayasan berinisiatif membuat beberapa makanan ataupun benda-benda kerajinan untuk di jual. Secara finansial kebutuhan mereka sangat tercukupi, namun mereka tidak ingin terbiasa hidup serba ada, suatu hari nanti, pasti akan datang hari mereka meninggalkan yayasan. Anak yang paling tua sudah berumur 18 tahun, dia bahkan sudah memutuskan untuk bekerja dan berniat meninggalkan yayasan sejak awal, tetapi selalu mendapat penolakkan.
Aret dan Conrad berpisah dengan yang lain di persimpangan, Aret membawa dua keranjang penuh roti, begitupun dengan Conrad, namun dengan ukuran keranjang yang lebih kecil. Mereka sedang menuju ke sebuah toko roti terkenal di pertigaan, pemilik toko sangat ramah dan kue yang mereka antar selalu habis.
Tinggal beberapa blok lagi sebelum mereka sampai ditujuan saat Aret melihat seseorang mencuri dompet milik seorang wanita, pencuri itu bergerak dengan cepat, tidak banyak dari mereka yag mengetahui kemana si pencuri melarikan diri, namun tidak dengan Aret, ia melihat dengan jelas pakaian yang dipakai oleh pencuri itu.
Ia menyerahkan dua keranjang besar pada Conrad yang berteriak memanggil namanya. Lari pencuri itu cepat, tetapi Aret tidak kalah cepat. Mungkin sadar dirinya sedang dikejar, pencuri itu menyelinap masuk di antara kerumunan orang-orang.
Beruntung Aret masih bisa mengejar. Pencuri itu memasuki gang kecil, melewati lorong yang gelap nan sepi. Wajah pencuri itu menggelap ketika menyadari Aret masih mengejarnya. Bibir Aret tersungging ketika langkahnya mulai bisa mengejar si pencuri, tinggal sedikit lagi, ia bisa mendapatkan pencuri itu.
Tertangkap kau pencuri!
'Brak'
Tubuhnya bertabrakan dengan seseorang di tikungan. Ia terduduk sambil meringis, sedang orang yang menabarak atau tertabrak olehnya juga terduduk di tanah.
“Hei, bukankah aku sudah katakan padamu untuk memperhatikan jalan di depanmu?” Itu suara seorang wanita. Begitu lembut namun dingin bersamaan.
“Zony, kau harus meminta maaf.”
“Bukankah seharusnya orang ini yang meminta maaf padaku, tuan Zander yang terhormat?”
“Hei, apa kau baik-baik saja?” Aret meraih tangan yang terjulur di depan wajahnya. Sedikit merutuki orang yang menabraknya tetapi di saat bersamaan ia juga tidak bisa marah.
Saat ia mengikuti pemilik tangan, matanya di hadapkan dengan sesosok gadis rupawan berambut pirang. Oh tidak, ia pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tidak salah lagi, namun kali ini wanita ini terlihat semakin cantik.
Di belakang gadis itu, dua pemuda lainnya berdiri, salah satunya tidak berhenti bersungut marah, sedangkan yang lain menenangkan. Kepala Aret berdenyut ketika ingatannya begitu baik hingga mengingat suara berisik milik Zonycos Storain yang menyebalkan, sedangkan pemuda lainnya, tidak salah lagi, dia adalah Zander Earl Tobias. Bukankah mereka bertiga adalah prajurit? Lalu apa yang mereka lakukan di tempat seperti ini?
“Hei, kau seharusnya meminta maaf padaku!” Sudah dua tahun berlalu tetapi mengapa pemuda ini masih belum berubah?
“Aku akan minta maaf jika kau juga minta maaf padaku.” Wajah Storain berkedut tidak suka. Langkahnya mendekat, mengintimidasi Aret yang sayang sekali tidak ketakutan.
“Untuk apa aku meminta maaf pada sampah sepertimu?” Hah, ternyata makhluk menyebalkan ini masih mengingat dirinya, apa kejadian dua tahun yang lalu benar-benar membuat harga dirinya terluka?
“Hei, kau tidak boleh bicara seperti itu!”
“Hah?! Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri, sampah?” Aret juga maju menantang. Kedua mata menyemburkan kebencian. Mereka baru bertamu dua kali dan langsung memberikan kesan saling membenci.
“Storain, kita tidak punya waktu.” Gadis coklat menyela, ia bersandar di dinding dengan tangan yang terlipat di depan dada.
“Diam kau gadis Bruna sialan.” Oh, bahkan mulut sampah Storain juga seperti kotoran saat berbicara dengan seorang wanita. Aloysia Bruna memutar matanya, seolah sudah begitu biasa dengan mulut kotor Storain.
Seakan tidak ada habisnya, Aret malah terus meladeni Storain, dan tidak ada yang mengalah dari mereka. Zander yang sejak awal sudah berusaha melerai juga tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan satu-satunya wanita di sana terlihat tidak peduli.
Pertengkaran verbal mereka diupgrade menjadi pertengkaran fisik, tangan di kerah baju, pandangan tidak terima dan tidak mau kalah, hingga tarik menarik seperti anak perempuan. Di saat seperti itu, sudut mata Aret masih bisa melihat ketika sebuah lubang hitam muncul tiba-tiba di dinding. Ia juga tidak bisa mengabaikan ketika tangan dengan jemari dan kuku panjang muncul dari lubang hitam tersebut, mengarah kepada Zander yang berusaha menahan Storain darinya.
“Awas!” secara insting, Aret melepaskan cengkaraman Storain darinya, namun sudah terlambat ketika tangan itu berhasil menangkap leher Zander. Aret meraih tangan Zander secepat kilat, tetapi siapa sangka jika tarikan itu begitu kuat dan cepat hingga tanpa ia sadari, dirinya juga sudah ikut terseret ke dalam lubang ketika seseorang juga memegangi tangannya.
…
Beruntung ia masih sadarkan diri. Ia mengeluh sakit saat seseorang jatuh dan mengenai tubuhnya, bukan hanya dirinya, sepertinya orang paling bawah yang paling merasakan kesakitan.
“Ah, sialan!”
“Seharusnya aku yang mengatakan itu, Storain!” Mereka bertiga bangkit untuk mendapati mereka berada di dalam sebuah ruangan. Ruangan itu terlihat reruntuhan lama dan tidak terpakai, tidak ada penerangan, hanya cahaya matahari yang menembus langit-langit dan dinding yang sudah lapuk dan berlubang, cukup untuk mereka bisa melihat seluruh ruangan.
“Oh sial, kenapa di sini kotor sekali?” Aret tidak bisa lagi meladeni setiap umpatan dan keluhan yang keluar dari mulut Storain junior ini. Sepertinya sejak lahir dia sudah menyebalkan dan ia bertaruh jika Zonycos Storain pasti tidak punya teman.
Ketika Storain sibuk mengeluh dengan keadaan sekitar, di sana Aret tidak menyadari jika Zander sudah meninggalkan mereka jauh di depan. Aret memutuskan untuk mengikutinya dari belakang, Zander terlihat lebih menjanjikan dari pada Storain.
“Dimana kita?” tanya Aret lebih kepada dirinya sendiri, namun masih bisa terdengar oleh Zander. “Aku tidak tau.” jawabnya.
Mereka melewati lorong-lorong yang sudah berlumut, Aret tidak bisa untuk tidak memperhatikan lambang-lambang kerajaan di setiap pilar yang masih berdiri. Lambang kristal yang memiliki tujuh sisi dan tujuh warna. Mereka masih berkilau, namun dua warna menarik perhatiannya. Warna biru muda di lambang ini tidak seperti yang dia ingat, dia masih bercahaya namun redup, sedangkan sisi yang berwarna merah tidak bercahaya sama sekali.
“Hei, kalian meninggalkanku!” mereka mengabaikan Storain dan masih berjalan menelusuri tempat yang tidak mereka kenal.
Mereka berhenti saat dihadapkan dengan pintu besar berdaun ganda. Pintu itu seperti terbuat dari kayu dan diukir dengan begitu indah. Dibagian sebelah kiri dia masih melihat lambang kerajaan, dan di sebelah kanan, Aret tidak bisa melihat simbol apa itu karena terlihat bekas bakar di sana. Tetapi saat melihat ekspresi Zander, Aret berpikir jika Zander mengenal simbol apa itu.
“Apa kalian tidak akan masuk?” tanya Storain dan di saat bersamaan, Aret dan Zander membuka pintu itu. Berbeda dengan keadaan di luar, ruangan yang baru saja mereka masuki seolah tidak tersentuh, tidak ada kerusakan, tidak ada tanaman liar ataupun lumut di dinding, lantai maupun pilarnya.
Langit-langit ruangan itu begitu tinggi dan lagi-lagi lambang kerajaan terukir besar di sana. Lantai ruangan itu berwarna merah, namun bukan merah yang membuat sakit mata, begitupun dengan dinding ruangannya, seperti di buat dari batuan alam berwarna merah. Ia tidak pernah melihat sesuatu seindah ini sebelumnya.
Di dalam ruangan terdapat meja besar. Meja itu dibagi menjadi 7 warna yang mengarah tepat pada 7 kursi besar yang mengelilingi. Aret berhenti di salah satu sisi, simbol pohon dengan latar hijau, itu adalah simbol bagi Obscure yang berelemen kayu. Matanya menelusuri semua sisi, dan jelas sekali semua itu adalah simbol para Obscure.
Aret terkejut saat sebuah cahaya menyilaukan muncul dari arah lain, tidak ubahnya dengan dirinya, si pelaku, Zander juga terkejut, tangan pemuda itu berada di bagian simbol Obscure api. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari sana. Seperti aurora, warna merah menghiasi Zander, sebuah tulisan muncul, ‘Jangan bermain api jika kau tidak ingin terbakar.’ Tulisan itu hilang dan berganti dengan ‘ke-tujuh jiwa adalah satu’ Aret menunggu kejutan apa lagi yang muncul, namun tidak ada, di sisi lainnya tidak menunjukkan tanda apapun.
Di sudut lain ruangan, Aret juga melihat Storain yang juga meletakkan tangannya, ah itu adalah simbol milik Obscure angin dan sayang sekali tidak terjadi apapun.
“Hei, siapa namamu?” Aret terkejut, sejak kapan Zander sudah berdiri di sebelahnya?
“Aret, Aret Cleariver.”
“Aku Zander.” Ya, sebenarnya Aret sudah mengetahui hal itu, “dan dia Zonycos.” Ia juga sudah tau itu. Aret menjawab dengan mengangguk, ketika ia sadar ada yang aneh dari Zander.
“Zander,” yang bersangkutan menjawab dengan gumaman, “Apa rambutmu memang berwarna merah?” Zander terlihat bingung sebentar. Karena jika tidak salah ingat, sebelumnya rambut Zander berwarna gelap, dan kini ia bisa melihat jika merah hampir mendominasi warna rmabutnya. Zander tidak seperti orang terkejut, lebih kepada kebingungan.
“Hmm, ini karena aku adalah anggota keluarga Tobias, kami adalah para Obscure api, saat mengeluarkan kekuatan, kekuatan itu akan ikut terlihat dari rambut, tetapi…” Keragu-raguan muncul dari kaliant Zander, “Tetapi, ini kali pertama rambutku berubah, karena kau tau, kami para Obscure api tidak lagi memiliki cukup kekuatan. Jangankan teraplikasikan ke rambut, kekuatanku kadang muncul kadang tidak.”
“Ya! Dan karena itu aku masih tidak terima kenapa nilaimu masih lebih tinggi dariku! Kau bahkan tidak bertarung dengan kekuatan.” Komentar Storain kali ini di balas kekehan dari Zander.
Ini kali pertama Aret bertemu Obscure api selain mereka yang berada di yayasan, jadi dengan ragu ia berkata, “Aku rasa kau lebih beruntung, karena tidak ada satupun kekuatan Obscure api milik anak-anak yang tinggal di yayasan muncul, termasuk diriku.” Aret tidak tau apa yang dipikirkan Zander dengan ekspresi seperti itu, ia terlihat terkejut namun tersirat rasa bersalah yang dalam di sana.
Untuk apa? Selama ini Aret sudah sering mendapatkan tatapan kasihan dari orang-orang, tetapi baru kali ini ia menerima tatapan bersalah seolah-olah dia adalah pelaku dari kejahatan selama ini.
Dasar orang aneh.
“Ya, kalian orang pembuangan tidak berguna.” Aret sudah bersiap untuk membantah namun,
“Storain, tutup mulutmu.” Ia tidak menyangka jika Zander yang berbicara. Hebatnya Storain benar-benar tutup mulut meskipun masih menggerutu.
Saat itu mereka tidak sadar jika sesuatu yang gelap sedang masuk melalui pintu yang terbuka. “Ah, kenapa banyak serangga di tempat ini?” Storain menginjak sesuatu di lantai. Saat Aret melihat kebawah, entah sejak kapan, sudah banyak kelabang mengelilingi mereka.
“Ah, ini menjijikan!”
“Awas!” sesuatu yang besar mengenai meja kristal dan meja itu seketika pecah berkeping-keping.
Mahkluk itu besar, sangat besar, warnanya merah gelap dan berkaki banyak. “Apa kalian bercanda?!” teriak Storain saat kelabang raksasa itu bergerak. Meskipun menyebalkan, Storain adalah seorang prajurit, dengan cepat ia menyerang makhluk itu dengan elemennya, namun siapa sangka jika makhluk itu juga bisa membalas dan menyemburkan bola api pada Storain.
Gerakan Zander lebih cepat, ia berdiri di hadapan makhluk itu dan menangkis serangannya dengan api yang tidak kalah besar. Seluruh ruangan menjadi begitu terang dan panas. Kekuatan milik Zander lebih besar, hingga makhluk itu terbakar menjadi debu dan berterbangan di udara.
Zander menarik Storain berdiri, “cepat keluar dari sini!” teriak Zander padanya. Mereka keluar dari ruangan itu, saat itu, Aret masih bisa mendengar ucapan Zander. “Sial, seharusnya aku menyadarinya lebih cepat!” Aret tidak bertanya lebih jauh. Sepertinya Zander mengetahui tentang makhluk itu maupun tempat ini.
Mereka bertiga berlari melewati lorong demi lorong, langkah kaki terhenti ketika kelabang raksasa lainnya menghalangi jalan mereka. Zander berdecak, “lewat sini!” tanpa perlawanan, mereka mengikuti Zander. “Hoi, hoi katakan padaku apa yang terjadi dan di mana ini?” mereka menuruni tangga melingkar, beruntung tangga itu masih bisa di gunakan dan mereka dengan mudah melewatinya.
“Zander katakan padaku yang sebenarnya!” teriak Storain saat Zander masih tidak menjawab, meskipun enggan akhirnya Zander buka suara.
“Makhluk itu adalah kelabang api. Tempat sebelumnya adalah tempat sakral para kaisar, di sana mereka berkumpul, rapat atau apapun itu. Simbol disalah satu pintunya adalah sombol Obscure api. Lantai dan dinding merah, sial seharusnya aku lebih menyadarinya.” Mereka berbelok ke kiri ketika makhluk lain kembali menghadang.
“Tampat ini adalah reruntuhan kastil ruby, dan kastil ruby berada di kota Fire Flame Land.”
Fire Flame Land. Rumah mereka, tempat yang seharusnya menjadi tempat tinggal mereka. Fire Flame Land.
Aret menatap kembali setiap sudut bangunan yang mereka lewati, beberapa lubang, tidak terurus, tanaman liar, jadi kota ini benar-benar sudah ditinggalkan? Amarah tiba-tiba muncul dari dalam diri Aret. Entah apa yang membuatnya marah atau kepada siapa ia marah.
Aret melirik Zander yang berlari di sebelahnya, orang ini, dia mengetahui lebih banyak dari pada dirinya. Tempat ini seharusnya sudah hancur 15 tahun silam, tidak ada seorangpun yang di perbolehkan ke tempat ini, tidak ada yang tau bagaimana Fire Land setelah 15 tahun berlalu, tetapi orang ini mengingat tempat ini dengan baik. Jika benar tempat ini adalah kastil ruby, orang biasa tidak akan bisa masuk begitu saja, dan lagi orang ini mengetahui semuanya.
Di mata Aret, Zander tidak seperti seseorang yang sudah tua, bahkan Aret mengira jika Zander lebih muda darinya, tetapi sepertinya penampilan orang ini sudah menipu dirinya.
Mereka terus berlari hingga berhenti pada ruangan yang tidak ada lagi atap yang menaungi. Dinding-dinding yang mengelilingi ruangan itu sudah hancur hampir seluruhnya, sehingga Aret dapat melihat bagian luar kastil.
Saat Zander berhenti, kedua orang yang mengikutinya juga ikut berhenti. Mengejutkan ketika saat ini mereka berhenti bukan karena kelabang raksasa, melainkan sosok tertutup jubah hitam diseluruh tubuh, wajah mereka juga di tutupi dengan masker berbentuk aneh. Aret berbalik dan orang-orang berjubah hitam sudah berdiri di belakangnya, lima orang, mereka terkepung.
“Hei, hei, hei. Aku hanya memintamu membawa orang yang bernama belakang, 'Tobias' Karl, apa sekarang keluarga Tobias sudah bertambah dua lagi?” entah siapa yang berbicara karena mereka terlihat sama. Storain mendekat ke arah Zander, memasang posisi melindungi.
“Maafkan aku, boss, tetapi tidak masalah berapapun anak yang akhirnya sampai di sini, mereka tinggal kita habisi.”
“Hohoho, kakak, biarkan aku mengisap semua kekuatan mereka!” ke lima orang berjubah hitam masih belum bergerak, mereka terus berbicara di antara satu dengan yang lain, dua wanita dan tiga pria. Sedangkan di sini, hanya dirinya satu-satunya yang tidak memiliki kekuatan.
“Aku akan mengecoh mereka, kalian berdua larilah ke luar. Aku yakin Aloysia akan segera datang membawa bantuan.” Bisik Zander kepada Aret dan Storain. Bahkan belum sempat mereka mengutarakan ketidak setujuan, Zander sudah meletakkan tangannya di tanah. Dari dalam tanah muncul lahar panas tepat di bawah musuh. Storain memanfaatkan momen itu dengan menerbangkan asap panas yang di hasilkan oleh Zander.
Storain menarik Aret untuk menyelinap keluar saat asap masih menutupi penglihatan. Ia tidak tau posisi Zander saat ini.
Namun sayangnya, lawan yang mereka hadapi bukan orang sembarangan, secepat serangan awal yang dilakukan Zander dan Storain. Secepat itu pula kumpulan asap telah lenyap, ia terkejut ketika panah datang dari arah depan, beruntung Aret bisa menghindarinya dan menghasilkan ledakan yang besar di belakang mereka.
“Sial! Zander!” Storain menarik Aret bersembunyi di balik pilar. “Orang itu benar-benar ingin menghancurkan tempat ini. Sial, aku tidak tau dimana Zander.” Aret merasa tidak bisa melakukan apapun untuk menolong hingga melihat wajah Storain yang menahan sakit, saat itulah ia sadar jika Storain sedang terluka. Lengannya berdarah.
“Hei, apa kau tidak apa?”
“Ck, luka seperti ini tidak akan membuatku mati.” pemuda itu mengambil sesuatu dari kantong kecil yang terpasang di pinggang, dan membalutkan kain kasa yang tersedia di sana.
Ledakkan lainnya kembali terjadi, efek ledakkan itu tidak main-main. Di balik sana, Zander sedang bertarung sendirian, satu lawan lima, dia tidak akan berhasil.
“Kita harus membantunya.” tanpa dipaksapun Aret sudah sangat setuju dengan uacapan pemuda yang sedang terluka. “Tetapi aku tidak memiliki kekuatan.” Storain seperti sudah bersiap untuk mencerca dirinya, “tetapi aku akan membantu semampuku.” Storain mengambil benda lainnya dari pinggangnya.
“Ambil ini. Itu adalah senjata angin milik keluarag Storain. Tinggal tarik pelatuknya dan peluru angin akan keluar dari sana.” Benda itu berwarna silver dan biru tua, terlihat seperti senapan biasa dan tidak berat. “Chk, aku tidak percaya aku memberikan benda itu kepada sampah sepertimu.”
Storain bangkit namun sebelum keluar, pemuda itu melirik ke arahnya, “cukup serang mereka dari jarak jauh.” Storain melompat begitu saja ke medan perang, memberikan efek kejutan pada salah satu penjahat yang berusaha menyerang Zander dari belakang. Aret berdiri di balik pilar, berusaha tidak terlihat. Ketika salah satu penjahat berada di titik buta kedua prajurit, ia menarik pelatuk dan, ‘eh, tidak terjadi apa-apa. Apa benda ini rusak?’
Namun musuh yang menjadi tergetnya mengerang kesakitan, sayang tembakan Aret meleset dan hanya mengenai bagian tangan orang berjubah hitam. Luka yang dihasilkan tidak bisa di sebut biasa, karena tangan itu langsung terlepas, Zander berbalik, memukul sosok itu keras hingga menghantam dinding.
Di sisi lain, Storain sedang membuat pusaran angin kuat untuk menghadang serangan musuh, yang terlihat dari sini, musuh terdiri dari dua Obscure logam, satu tanah dan satu angin dan satu belum melakukan apapun. Meskipun sama-sama berelemen angin tetapi sepertinya Storain masih kalah.
Aret melepaskan serangan lainnya, namun sering meleset, sisanya hanya mengenai ujung jubah salah satu dari mereka. Aret membidik salah satu musuh yang menggunakan topeng burung hantu, ia sudah yakin jika serangan itu akan tepat sasaran, tetapi tepat saat-saat terakhir, sosok itu berhasil menghindar.
Sosok itu berbalik, kedua mata mereka bertemu, Aret berdigik. Jantungnya berdetak sangat cepat dan berusaha melarikan diri. Dia akan mati, makhluk itu akan membunuhnya. Aret berusaha melepaskan serangan lain ketika sosok itu terus mendekat.
Dia tidak pernah merasa begitu takut hanya dari tatapan seseorang, aura yang terpancar dari orang ini begitu kuat dan menakutkan.
Kedua tangan Aret bergetar ketakuatan. Kedua tangan sosok itu terangkat meraih leher Aret. Beruntung Zander datang dan mengarahkan pedangnya pada sosok tersebut.
Pedang milik Zander dikelilingi oleh api panas, namun sekali lagi, sosok itu masih bisa menghindar. Zander melakukan serangan, mereka berduel satu lawan satu. Musuh tidak bisa dikatakan lemah saat dia dengan mudah menghindari serangan yang dilancarkan Zander.
Akan tetapi, sepertinya musuh tidak ingin bertarung sendiri, salah satu dari mereka menyerang dari belakang, memukul Zander dengan keras hingga Zander membentur dinding. Sosok itu berjalan kearah Zander, menarik rambut Zander dan menyeretnya ke tengah ruangan.
“Untuk sekarang, kau tidak akan bisa bergerak. Sepertinya kami masih lebih pintar darimu.”
“Hei sialan!”
“Hai, hai. Sudah cukup main-mainnya.” Sebentar saja, kedua tangan Storain sudah dipelintir ke belakang dan ia kini berlutut di tanah. Dari mulutnya keluar darah.
Pemimpin mereka menyeret Zander dan melemparkannya begitu saja. Dari tempatnya berdiri, Aret tidak bisa melihat wajah Zander dengan jelas, tetapi melihat darah dan luka yang ia terima, Aret tidak yakin jika prajurit itu baik-baik saja.
“Tobias, berikan padaku.” Zander melihat sosok di depannya dengan penuh amarah, tidak sudi sedikitpun, ia meludahkan darahnya kepada musuh.
Satu pukulan didapatkan dan Zander masih keras kepala. “Aku sedang tidak ingin bermain-main denganmu, bocah.”
“Aku tidak akan memberikannya kepadamu!” orang itu meletakkan telapak kakinya di atas dada Zander. Aret mungkin tidak tau bagaimana ekspresi orang itu dari balik topeng, hanya saja ia seakan bisa merasakan bagaimana rasa sakit yang di rasakan Zander.
“Apa kau ingin aku mengingatkanmu bagaimana kakakmu mati?” wajah Zander berubah keras, tangannya terkepal, meskipun tubuhnya tidak bisa di gerakkan, tetapi perkataan itu mampu membuat kemarahannya menjadi kekuatan.
“Apa kau ingin menyusul kakakmu yang tidak berguna itu, Zander?” Zander mencengkram kaki di dadanya, dari tangannya muncul api, namun seperti meniup lilin, sosok tersebut mencengkram leher Zander dan mengangkat tubuhnya di udara.
Sosok itu tiba-tiba terdiam, entah ekspresi apa yang ada di balik topeng itu saat kedua tangannya menarik sesuatu dari balik seragam Zander. Dengan wajah yang babak belur, darah yang tidak kering dan rasa sakit di seluruh tubuh, Zander meronta sekuat yang ia bisa.
Tetapi ia masih gagal.
Sebuah kalung berbandul kristal berwarna merah kini berada di tangan pria berjubah hitam. Kristal itu berkilau ketika terterpa sinar mentari, sosok itu tertawa, tawanya menggema ke semua tempat. “Hahahah. Akhirnya. Hahaha. Sudah aku katakan padamu cepat atau lambat aku akan mendapatkan semua yang aku inginkan! Hahaha!”
“Selamat, tuan!”
Sosok itu terus tertawa, dan tawanya tiba-tiba terhenti karena Zander yang terus melakukan perlawanan. Cengkraman di leher Zander menguat, berniat mengakhiri hidup Zander di sana.
Aret menatap adegan itu dengan hati yang bergemuruh. Tangannya yang menggenggam pistol bergetar ketakutan, ia harus tetap bersembunyi di sini, atau mungkin ia harus pergi dari sini dan melarikan diri. Tetapi di satu sisi, ia tidak ingin keingin musuh tercapai, ia tidak ingin benda itu jatuh ke tangan musuh dan ia tidak ingin Zander mati.
Senjatanya terangkat, mengarah tepat ke arah musuh, pelatuk telah di tekan dan..
'pluk'
Serangan itu mengenai benda di tangan musuh, benda yang ia pegang terlempar, bersamaan dengan Zander. Orang itu marah, sangat marah ketika melihat kearahnya.
Serangan balik yang ia terima lebih cepat dari sebelumnya. Otaknya bahkan belum sempat untuk berpikir ketika seluruh tubuhnya sudah mati rasa. Tubuhnya di hempaskan ke sana kemari, hanya sekejap, pandangannya sudah kabur.
Orang-orang bertopeng sibuk mencari benda yang terlepas, sedangkan pemimpin mereka menatap Aret yang berada diambang kesadaran. “Lebih baik kau mati, hama.” Sebuah pedang nenancap tepat ke arah jantungnya. Rasa perih, sakit, hanya itu yang ia rasakan. Samar, matanya melihat Storain di kejauhan, apa si sombong itu sedang meneriakinya? Tidak jauh darinya Zander tergeletak tidak sadarkan diri. Apa dia sudah meninggal?
Di ambang kesadaran yang semakin berkurang, Aret melihat benda merah berkilau di balik reruntuhan batu tepat di ujung jemarinya, tangannya yang semakin lemah mencoba meraih benda itu, hingga akhirnya ia mendapatkannya dan menggenggamnya erat. Meskipun ia harus mati di sana, dia tidak akan membiarkan para monster itu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tidak peduli jika ia tidak tau untuk apa dia mati dan apa benda di tangannya ini, selama mereka tidak mendapatkannya, kematiannya tidak akan sia-sia.
Nafasnya memendek dan ia tidak lagi bisa merasakan apapun.
…
Mata Aret terbuka, dia sedang berdiri di tempat asing. Langitnya terlihat begitu dekat dan lantainya berwarna merah terang. Di hadapannya berdiri seorang pria. Wajahnya tidak terlihat jelas, namun pria itu tersenyum. Pria itu mendekat, meletakkan tangannya di kepala Aret. ‘Jika kau ingin hidup, bertarunglah.’
Aret tidak paham apa maksud dari si orang asing dan juga, tempat apa ini? Akan tetapi, tiba-tiba dari tangannya muncul cahaya merah menyilaukan. Seluruh tubuh Aret di isi dengan perasaan hangat. Dari setiap darah yang mengalir, hanya kehangatan yang ia rasakan, seperti seseorang sedang memeluknya dengan erat.
Dari luar, tubuh Aret yang sudah tidak bergerak tiba-tiba bercahaya yang meledak dan membuat semua orang menutup mata. Mereka bahkan terhempas karena cahaya itu. Saat itu Storain berhasil melepaskan diri dan menyelamatkan Zander tepat waktu.
Storain bisa melihat cahaya yang muncul dari dalam tubuh Aret menjalar dan menuju menara tertinggi kastil. Dari sana, cahaya merah memancar ke langit dan pecah menutupi seluruh permukaan langit. Langit biru di siang hari berubah menjadi merah yang mengerikan.
Bukankah itu tempat yang sebelumnya?
Aret telah berdiri, ditopang oleh pedang yang terbentuk dari kobaran api. Matanya merah dan seluruh tubuhnya dikelilingi oleh api. Tangannya terangkat dan kobaran api seketika membakar seluruh tempat. Dari bawah tanah muncul anak-anak api yang menjalar, mengejar semua yang bernyawa. Salah satu musuh yang terlambat menghindar hangus terbakar begitu saja. Storain juga berusaha menghindar.
Pedang di tangan Aret berganti dengan tombak, tubuhnya tepat mengarah pada sosok yang sebelumnya telah menusukkan pedang ke arahnya. Tangannya kembali tarangkat, tombak itu di lemparkan ke arah musuh. Di udara, tombak itu berubah dari satu menjadi dua, dua menjadi empat hingga sudah berjumlah ratusan dalam sekejap.
Musuh terlihat panik, tidak bisa menebak serangan yang Aret berikan. Aret tiba-tiba berteriak, teriakan mengerikan yang membuat bulu kuduk berdiri, tidak lama kemudian terjadi ledakkan di seluruh tempat. Kobaran api di sekitar Aret semakin besar, membentuk sayap yang membentang luas di punggungnya.
“Tuan!” sosok berjubah itu menatap Aret tajam. Matanya menjadi ragu untuk sesaat, salah satu bawahannya sudah mati, satu sekarat dan kini yang mereka hadapi bukan Obscure biasa. “Mundur.” mereka berempat hilang di tengah kepulan asap.
Antara senang dan putus asa ketika musuh sudah pergi, Storain harus berusaha menyelamatkan diri dari serangan membabi buta Aret. Sepertinya Aret tidak tau apa yang sedang ia lakukan. Storain melihat Zander yang tidak sadarkan diri, ck, bagus, sekarang mereka tidak akan mati di tangan musuh namun di tangan Aret yang menggila.
Sebuah gerakan lembut, selembut kapas yang di terbangkan angin berhenti di sampingnya, Storain menoleh cepat, seseorang berdiri di sebelahnya. “apa kau tidak apa, Mr. Storain?” yang berbicara bukan orang yang berdiri di kanannya, namun di sebelah kiri, Storain tidak bisa menggerakan bibirnya melihat sosok itu.
Zander terbatuk, sosok lain membantu Storain menopang tubuhnya yang terluka, “Haha! Haha. Kau lihat itu? Kita menemukannya! Kita menemukannya! Aku selalu yakin dia akan muncul! Haha, Kakak, aku menemukannya.”
“Ya, kau benar, kau menemukannya. Kristal ruby telah terlahir kembali
A/N: Hallo~~~ ini adalah novel pertama saya di Goodnovel. Saya juga tidak menerapkan harga koinnya ya, harga koin di dasari oleh panjang kata per bab, jika readers merasa terlalu mahal mungkin karena saya terbiasa bikin bab panjang, hehe. Jika readers harus membeli koin hingga 30-50 koin, itu berarti bab itu akan sangaaaaaaat panjang, kira-kira 3000-5000 kata. Ini juga sebagai pengalaman untuk saya, mungkin di cerita selanjutnya saya akan bikin bab pendek-pendek. Tetapi maupun panjang ataupun pendek pada akhirnya akan tamat juga hehehe. Maafkan saya. T.T
Tubuhnya terasa ringan, sangat ringan. Tangannya menggenggam benda solid, menggenggamnya erat, begitu erat, mungkin jika benda itu melukainya, ia tidak akan sadar. Perasaan hangat memenuhi setiap tubuhnya, perasaan hangat nan nyaman, terasa familiar namun di saat bersamaan juga asing. Tubuhnya seperti melayang, tenggelam ke jurang tak berdasar.‘Aret..’ seseorang memanggil namanya, jauh, begitu jauh namun juga terdengar dekat. Samar namun begitu jelas.‘Aret..’ suara itu begitu pelan namun setiap katanya tertangkap sempurna, memanggil namanya.Kemudian kedua kelopaknya terbuka, menampilkan merah menyala yang perlahan padam, meninggalkan onyx gelap miliknya. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam orang berdiri di depannya. Wajah mereka tidak jelas karena cahaya yang bersinar terang di belakang mereka. Tangan mereka terangkat, seolah memintanya menggapai tangan-tangan itu.Tidak ada
“Kau adalah yang ke tujuh.” Itu adalah ucapan pertama Zander setelah tinggal mereka berdua di tempat itu. Meskipun sedikit, namun Aret merasa Zander cukup menakutkan. Ia mengenal tiga orang kaisar dan terlihat akrab dengan mereka, belum lagi kristal ruby yang kini tergantung di lehernya adalah milik Zander.Hal lain yang membuat Aret tidak nyaman dengan Zander adalah senyumnya, ia tersenyum saat marah pada Storain tempo hari. Ia tersenyum saat kesal, entah mana senyuman yang menunjukkan ia benar-benar senang.Aret menjawab pernyataan Zander dengan mengangkat alisnya pertanda bingung. Teh yang baru saja ia minum begitu nikmat dan memiliki aroma yang harum, kue yang di sajikan juga sangat nikmat, membuatnya malas untuk berbicara. “Kau adalah Kaisar Ruby ke tujuh.” ah selain rakyat tidak mengetahui ‘siapa’ sang kristal, mereka juga tidak mengetahui kapan sang kristal berganti. Aret pernah mendengar jika kaisar mereka sudah hidup selama
Ketika langit mulai menggelap, mereka kembali ke dalam. Magnify mengantarkannya kembali ke kamar dan berjanji akan menjemputnya saat makan malam. Aret menatap bayangannya di dalam cermin. Tangannya mengambil kristal merah yang tergantung di lehernya. Kristal itu tidak berhenti bercahaya. Aret kembali menghela nafas berat. Selesai mandi, Aret menemukan pakaian baru di atas kasur. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini pakaian yang diberikan terlihat lebih formal dari sebelumnya. Aret tidak bisa berhenti berdecak kagum ketika merasakan kelembutan kemeja yang ia gunakan, belum lagi ukurannya begitu pas dengan tubuhnya. “Aret, apa kau sudah selesai?” suara melengking Magnify terdengar dari balik pintu. Aret membuka pintu dan gadis itu memberinya dua jempol melihat panampilannya. “Hari ini kakek dan ayah tidak ada, jadi suasananya tidak akan secanggung dan kaku jika ada kakek.” Magnify bilang ia sedang membawa Aret ke acara makan malam keluarga yang khusus diadakan u
... Kening Aret berkerut karena semua anak telah berkumpul di halaman belakang. Halaman yang diselimuti oleh rumput-rumput hijau beserta pohon-pohon rindang yang melindungil mereka dari sengatan matahari. Namun itu di siang hari, sedangkan saat ini matahari telah tenggelam sejak satu jam yang lalu, meninggalkan langit gelap dengan beberapa bintang di sana. "Ayo kak! tangan Conrad terbentang di depannya, tidak ingin berlama-lama, ia meraih tangan Conrad yang menggiringnya ke tengah halaman. Anak-anak itu berkumpul saling berpegangan tangan satu dan yang lain membentuk lingkaran. Ia tidak pernah tau berapa jumlah semua anak, hingga saat mendapati halaman belakang yang padat, Aret tidak bisa berkomentar apapun. Semua anak berwajah senang, senyuman merekah dari wajah masing-masing anak. Aret tidak bisa tidak memperhatikan Senyuman mencurigakan yang diperlihatkan Conrad padanya. Saat tangan kanannya belum dilepaskan Conrad, tangankannya yang lain tiba-tiba diraih
Tuan Greenwood melihatnya dari atas ke bawah, berkomentar bahwa pakaian yang ia gunakan tidak begitu buruk. Padahal ia hanya menggunakan kemeja putih dan celana hitam, pakaian yang biasa anak-anak yayasan gunakan. Sepertinya tuan Viridy dan Ventchi tidak perlu menyiapkan apapun, mereka membawanya menuju mobil yang sudah menunggu di halaman. Tidak lama berselang tuan Viernix kembali muncul, tidak ada yang berbeda darinya, bukankah dia bilang untuk bersiap-siap? Kenapa dia masih megenakan pakaian sebelumnya? Aret ingin bertanya ketika mobil yang mereka tumpangi melewati gerbang istana. Crystal Beam Palace adalah istana kristal yang berdiri di pusat ibu kota, tidak banyak yang bisa keluar masuk istana seenaknya, karena tentu saja, mereka percaya jika para kaisar tinggal dan hidup di dalamnya. Kenyataannya tidak demikian. Setelah turun dari mobil, Aret tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, matanya tidak berhenti meneliti setiap sudut istana megah yang se
"Storain?" "Dia sudah mengetahui jati diri Aret, mereka pernah bertarung bersama, dan juga keluarga Storain sejak lama mengabdi kepada kerajaan. Jika tidak salah perdana menteri Storain adalah pamannya. Aku tidak akan mempertanyakan kemampuannya karena sebagai prajurit dia adalah yang terbaik." Biodata dan identitas Storain muncul seketika di depan mereka. Sepertinya semua berjalan mulus karena tidak ada pertentangan di sana. Pembicaraan selanjutnya berjalan damai meskipun masih di warnai dengan bantahan, tetapi tidak ada yang keluar kendali. Nona Luxia bahkan tidak lagi banyak bicara, sedangkan tuan Viernix tidak lagi mengeluarkan sepatah katapun hingga pertemuan itu berakhir. Saat semua orang sudah keluar dari ruangan, kini hanya tersisa empat orang di sana, Aret seperti anak hilang yang tidak tahu harus melakukan apa. Karena sejak awal ia datang bersama tuan muda Imperlight. Ia hanya duduk di dalam ruangan ketika tidak ada seorangpun dari mereka bertiga ya
Aret gugup di sepanjang pagi. Antron Greenwood memberikan penjelasan singkat tentang pelatihan beserta jadwal mereka selama berada di sana. Beberapa kata mengenai peraturan beserta hukuman yang mereka terima jika melanggarnya. Semua prajurit pelatihan diam memperhatikan. Setelah Greenwood selesai, Perdana Mentri Michael juga menyampaikan beberapa patah kata. Tak urung Aret selalu bertemu dengan tatapan sang perdana menteri. Disaat ia mengalihkan pandangannya, ia malah dihadapkan dengan sepasang manik abu-abu yang juga memberinya tatapan intimidasi. Ini buruk, mereka akan menghabisinya di hari pertama. Setelah Viernix Imperlight, sekarang bertambah orang lain yang tidak menyukainya. Mereka membubarkan prajurit pelatihan seraya meninggalkan aula. Aret terpaku di tempat, masih belum bisa bergerak karena terlalu gugup. Setelah punggung tiga orang dewasa itu benar-benar tidak lagi terlihat, akhirnya Aret bisa bernafas lega. Seaeorang di sebelahnya saling berbisik,
Setelah makan siang, kegiatan mereka berikutnya adalah latihan kekuatan yang dilakukan di Arena C. Menuju tempat latihan, Aret melempar pertanyaan kepada dua penjaga merangkap temannya. "Apa kalian sudah tahu tentang Dark Obscure dan sejarah kristal adalah satu?" Dengan nada sombong, Storain menjawab, "kristal adalah satu, tidak. Tetapi aku pernah mendengar paman atau ayahku menyebut tentang Dark Obscure, biasanya mereka memanggil mereka dengan kode D.O. Hanya sekedar mendengar tanpa tahu apa itu D.O ini. Mereka menjaga rahasia sangat rapat." Pernyataan Storain masuk akal. Keluarga Storain sudah mengabdi kepada kerajaan dari generasi ke generasi, tentu saja tuan muda Storain ini mendengar satu atau dua rahasia. Di lain sisi ketidaktahuan Storain juga menunjukkan betapa royalnya mereka kepada kerajaan, menjaga rahasia bahkan dari keluarga sendiri. Storain melanjutkan, dagunya menunjuk Zander yang berjalan sambil menautkan tangannya di belakang kepala, "kau bisa tanya
Di dalam ruangan yang tertutup, satu-satunya cahaya yang dapat menyinari seluruh ruangan itu adalah cahaya yang berasal dari sebuah jendela yang terbuka lebar di dinding yang gelap. Seorang wanita, berambut pirang bergelombang tengah duduk memasang raut wajah serius di belakang meja kerjanya. Matanya begitu fokus meneliti setiap kata demi kata yang tertulis di lembar kertas putih. Aloysia Bruna, mengangkat wajahnya lelah. Pekerjaan di balik meja menarik energinya jauh lebih banyak daripada perkerjaan lapangan yang sering ia lakukan. Terlalu serius menekuni pekerjaannya, Aloysia tidak sada jika matahari mulai turun. Ia menoleh ke balik jendela. Metal Land tidak pernah seterang ini sebelumnya. Kota yang berada di bawah pegunungan padang pasir yang dikelilingi dinding-dinding baja beserta bebatuan berat yang mengisolasi mereka dari dunia luar. Setidaknya, kali ini, Metal Land memiliki reputasi yang tidak lagi sama seperti sebelumnya. Dinding itu masih ad
Lima tahun kemudian. “Oh sial, aku gugup sekali. Apa aku terlihat aneh? Apa rambutku berantakan? oh sial, tanganku berkeringat.” di dalam ruangan yang telah di hias dengan warna putih beserta rangkaian-rangkaian bunga di setiap pilar dan dindingnya, seorang pria dengan setelan putih rapi tidak berhenti berputar-putar di depan cermin. Tiga pria yang juga berada di dalam ruangan itu memutar bola mata mereka secara bersamaan, sudah tidak peduli lagi memberikan kata-kata penenang untuknya. “Perutmu terlihat buncit. Kau pasti menikmati pekerjaan barumu, bukan?” “Hmm, ya. Hanya berhati-hati, jangan sampai kau terjatuh dihadapan semua orang.” Storain memandangi dua orang berwajah menyebalkan. Kenapa dia harus mempunyai teman seperti mereka? “Kau bercanda, aku tidak buncit.” “Jika kau tidak percaya, kau bisa bertanya kepada Gio.” pria perak yang tidak banyak bicara mengangguk sambil bergumam. Saat melihat Gio yang tidak pernah menggoda orang l
Amarah membuncah dari William. Sambil menggeram marah, dua mata berbeda warna bertemu. William mengangkat pedang yang bersarang pada tubuh sang makhluk, menghempaskannya ke arah Aret yang masih memeluk Magnify erat. Tangan lainnya yang tidak memeluk Ify terangkat menahan serangan William yang dikuasai oleh ketujuh elemen. Percikan muncul dari dua kekuatan yang bertemu. Sambil tetap mengeratkan dekapannya kepada tubuh yang lemah, Aret tetap bertahan. Seperti mendapat angin segar, senyum William membuncah ketika pelindung yang dibuat Aret retak, kemenangan telah ia dapatkan, sayangnya, ketika pelindung itu hancur di udara, kekuatan lain menahannya. Viernix menahan serangan William, dari belakang, kilatan petir menyambar, rantai gelap menahan pergelangan tangannya, bongkahan tanah yang berbaur dengan tanaman berduri menahan dan sapuan pisau angin menghantamnya dari atas. Viridy membawa Aret dan Magnify menjauh, matanya melirik Viernix dan juga Ventchi, dengan ge
Makhluk besar mengerikan muncul dari dalam kegelapan, menggeram marah, menggetarkan tanah. Makhluk itu berwarna hitam, besar melebihi Crystal Clear, wajahnya dipenuhi sisik dan bulu, kepalanya ditumbuhi tanduk, dua taringnya keluar dari bibirnya, matanya begitu gelap seperti lubang tiada akhir. “Kau! Darah sipencuri, apa yang kau inginkan dariku?” seperti geramannya yang menggetarkan, suaranya bahkan jauh lebih mengerikan. William berdiri di hadapan sang monster, mahkota Raja Jupiter bersinar di kepalanya. “Tunduklah kau kepadaku, wahai makhluk dari dunia kegelapan!” “Hahaha! Kau darah sipencuri ingin aku tunduk padamu?! ha ha ha ha!” monster itu mendekat, menampilkan giginya yang besar di hadapan William. “Siapkan dirimu karena aku juga akan mengambil jiwamu!” seluruh tubuh sang makhluk mengeluarkan asap yang di sapu dengan angin. Bau tidak mengenakan mencuat dari tubuh makhluk itu. “Aku telah membebaskanmu dari kurungan ini! Sebagai gantinya kau har
“Kau muncul lagi.” Aret menyadari jika tempat itu adalah tempat yang sama dengan tempat Quillon menemuinya di dalam mimpi. Seluruh tubuhnya terikat pada sebuah tiang, tidak bisa digerakan. “Apa tubuhku terikat?” tanya Aret lagi.Quillon melipat kedua tangannya di depan dada, matanya tidak terlihat senang. “Mungkin aku hanyalah sebuah residu yang tersimpan di dalam kristal Ruby sebagai pemandu Kaisar Ruby setelahku, tetapi apa kau tahu, aku juga bisa mengetahui apa yang terjadi denganmu.” Quillon tidak senang, wajahnya yang biasanya santai dengan sifat easy going berganti dengan raut serius nan menyeramkan.“Kau sangat-sangat tidak…” Quillon tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan kekecewaannya. “Membiarkan Dark Obscure mengenaimu dengan benda itu sebanyak dua kali, dan sekarang kau membiarkan penerus Raja Jupiter menyerangmu dengan sekali serangan. Aku sebagai pendahulumu malu untuk menemui kaisar
Waktu berjalan cepat di saat kau tidak menginginkannya. Rencana telah mereka susun, persiapan juga sudah sempurna, hanya perlu melakukan eksekusi. Aret memandangi dua kristal yang bersinar terang di tangannya. Keberadaan kristal Ruby telah merubah hidupnya. Ia hanya seorang anak yang tinggal di yayasan, ingin bertemu dengan kaisar Ruby untuk membangun kota mereka lagi, sayangnya apa yang terjadi tidak sesederhana yang ia pikirkan. Tidak ada kasiar ruby, adanya Dark Obscure, terdapat dua kubu yang saling berlawanan. Di satu sisi, meskipun terpisah dari pemiliknya, cahaya kristal Aquamarine tidak kalah dari kristal Ruby. Bukankah saat itu tuan Viernix mengatakan jika ia percaya Aret akan menjaga kristal ini dengan baik? Lalu mentornya itu juga berkata apapun yang terjadi, apapun yang Aret lakukan, dia mempercayakan semua padanya. Percaya. Gene yang keras kepalapun menaruh kepercayaan padanya. “Hei Yang Mulia, semua orang menunggu.” sang Kaisar Rub
Gene, begitulah Aret menebak siapa wanita ini. Meskipun tanpa rambut keluarga Imperlight, tetapi fitur wajahnya mengingatkan Aret kepada keluarga Imperlight. Siapa lagi yang bisa mengetahui semua informasi berharga itu selain keluarga Imperlight? Ekspresi wajah Gene masih tetap sama dalam beberapa saat sebelum wanita itu tertawa, “Hahaha, how great, Aret. How great! Bagaimana kau bisa menebak dengan benar? Ini adalah pertemuan pertama kita, apa ayahku yang tercinta sering berbicara tentangku? Atau Zander? Hahah” “Tidak, Mr. Viridy tidak pernah menyebut namamu, tidak Mr. Viernix atau Mr. Ventchi, bahkan Ify tidak pernah menyebut namamu sekalipun. Tidak juga dengan Zander.” wanita itu berhenti tertawa, meletakan kakinya di sebelah kepala Aret, “lalu, jangan bilang ada hantu yang lewat dan membisikan sebuah nama kepadamu.” Aret tidak takut pada perubahan wajah Gene, “aku mengenalimu dari memori saat Fire Flame hancur.” dengan alis yang bertaut, wanita itu membaw
“Apa yang terjadi?” bisik Aret pada dirinya sendiri. Sesuatu menjadi janggal ketika ia tidak melihat satupun orang di sana. Apa terjadi ledakan di bawah tanah atau semacam bencana alam yang menimpa Brown Topaz? “Oh sial! Darimana mereka datang?” Aret berlari ke arah kursi kemudi, duduk bersebelahan dengan Zander. Dua hingga tiga kapal milik musuh muncul entah dari mana, menembaki mereka secara membabi buta. “Mereka muncul tiba-tiba, tanpa terdeteksi radar.” pesawat melesat, berputar menghindari setiap peluru yang di lancarkan. Musuh tidak berhenti menyerang, dua dari tiga pesawat mengapit pesawat yang ditumpangi Aret dari sisi kiri dan kanan. “Sial! Pegangan, Aret!” pesawat berputar, melewati dua serangan musuh tanpa henti, pesawat merendah, berbalik dan menembakan peluru kepada musuh. Serangan yang dilancarkan Zander mengenai salah satu pesawat yang berhenti dan memilih menepi. Sayang sekali pesawat itu tidak meledak. Pesawat kembali bermanuver, menembaki mu
Esoknya Aret menunjukan video yang ia lihat. “Maafkan aku Yang Mulia, tetapi aku tidak tahu mengenai ini. Aku hanya mengurusi ibukota Sapphire, pembicaraanku dengan Kaisar Sapphire hanya sebatas ibukota Sapphire atau Wind Land." Fakta Perdana Mentri Michael dulunya adalah seorang Dark Obscure sudah mengejutkannya, sekarang dengan adanya informasi baru bahwa adanya orang lain selain Ignis yang mewarisi darah Raja Jupiter menjadikan Aret lebih waspada. Bukan hanya mengumpulkan dan memiliki semua kristal, kini keinginan musuh untuk membangkitkan monster dari zaman purba akan terwujud. “Para kaisar percaya bahwa mereka telah menutup semua garis keturunan Raja Jupiter.” “Apa maskudmu?” tanya Aret pada Zander. “Selama ini aku tinggal bersama keluarga Imperlight. Terkadang tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan mereka.” “Kau meguping?” Zander tidak mengindahkan. “Perdana menteri Michael sering ke kediaman Imperlight. Saat itu aku tidak tahu