Home / Fantasi / The Soul of 7 Crystals / BAB II. Kristal Berwarna Merah

Share

BAB II. Kristal Berwarna Merah

Tanpa terasa dua tahun telah berlalu. Aret masih melakukan kegiatan hariannya seperti biasa di yayasan, hampir semua buku telah ia baca, banyak pengetahuan lain yang ia dapatkan, namun tidak untuk informasi yang ingin ia ketahui.

Salah satu informasi yang ia dapatkan selama dua tahun terakhir adalah, saat bibi Anna mengatakan bahwa para Obscure berelemen api yang tersisa di seluruh kerajaan adalah mereka yang berada di yayasan, tentu saja Aret tidak percaya, mungkin tidak ada lagi yang tersisaa di Fire Land, namun bisa saja mereka berada di wilayah lain, akan tetapi saat ia bertemu seorang pria tua yang tidak lagi bisa membaca mengatakan hal yang membuatnya tekejut.

Tidak ada lagi Obscure api yang tersisa di seluruh kerajaan, di wilayah manapun, di kota manapun, hanya mereka, anak-anak di yayasan ataupun para orang dewasa yang mengawasi mereka. “Mereka meninggal satu persatu, saat orang tua mereka meninggal, anak-anak yang sebatang kara akan di bawa ke yayasan, setelah 14 tahun berlalu, mereka benar-benar habis, yang tersisa hanya anak-anak yang tidak ubahnya seperti manusia biasa.”

Aret mungkin juga mengetahui hal itu, sekarang umurnya sudah 16 tahun, ia sudah berada di yayasan sejak berumur setahun, dan sekarang kekuatannya masih belum muncul, bukan hanya dirinya, anak-anak yang lebih tua hingga terkecil belum menunjukkan kekuatan mereka.

Pria tua itu mengaku hanyalah seorang pedagang dari Light Land dan menetap di ibukota Acus sajak muda, di masa tuanya beliau sudah hidup dengan tenang dan memilih menghabiskan masa tua di tempat yang ia sukai. Pria tua itu menceritakan banyak hal pada Aret, beliau sudah menjelajahi semua negeri, mulai dari kota di tengah laut hingga kota yang dikelilingi oleh gunung berapi.

Saat itu Aret mencoba mengutarakan pendapatnya dan pria itu hanya berkata, “Meskipun dia adalah orang jahat sekalipun, sang kaisar tidak mungkin tidak melakukan apapun, dia tidak akan membiarkan rakyatnya begitu saja. Apa kau tahu kristal Amber? Dia adalah seorang wanita yang pemarah. Haha tetapi tidak ada satupun tindakan darinya yang merugikan rakyat.” Orang biasa tidak tahu identitas para kaisar, termasuk jenis kelaminnya dan pria tua ini mengetahui siapa pemimpinnya.

“Jadi, jika kau merasa kaisar Ruby mengabaikan kalian para Obscure api, mungkin saja kau tidak mengetahui hal yang sebenarnya, jika dia benar-benar mengabaikanmu, tidak mungkin dia mau menampung anak-anak Obscure api dan memastikan kehidupan yang layak untuk anak-anak yang kau sebut tidak berguna itu.”

Setiap orang yang ia ajak berbicara tentang pemikirannya selalu mengatakan bahwa Aret membenci kristal Ruby, bahkan Conrad juga ikut mengatainya. Jika boleh jujur ia memang menaruh kebencian padanya, tidak hanya kepadanya, tetapi juga pada semua pemimpin.

Di hari yang cerah seperti biasa, Aret membawa langkahnya meninggalkan kawasan yayasan yang besar, ia bersama paman James, Conrad dan beberapa anak lainnya akan pergi ke pusat kota. Beberapa anak di yayasan berinisiatif membuat beberapa makanan ataupun benda-benda kerajinan untuk di jual. Secara finansial kebutuhan mereka sangat tercukupi, namun mereka tidak ingin terbiasa hidup serba ada, suatu hari nanti, pasti akan datang hari mereka meninggalkan yayasan. Anak yang paling tua sudah berumur 18 tahun, dia bahkan sudah memutuskan untuk bekerja dan berniat meninggalkan yayasan sejak awal, tetapi selalu mendapat penolakkan.

Aret dan Conrad berpisah dengan yang lain di persimpangan, Aret membawa dua keranjang penuh roti, begitupun dengan Conrad, namun dengan ukuran keranjang yang lebih kecil. Mereka sedang menuju ke sebuah toko roti terkenal di pertigaan, pemilik toko sangat ramah dan kue yang mereka antar selalu habis.

Tinggal beberapa blok lagi sebelum mereka sampai ditujuan saat Aret melihat seseorang mencuri dompet milik seorang wanita, pencuri itu bergerak dengan cepat, tidak banyak dari mereka yag mengetahui kemana si pencuri melarikan diri, namun tidak dengan Aret, ia melihat dengan jelas pakaian yang dipakai oleh pencuri itu.

Ia menyerahkan dua keranjang besar pada Conrad yang berteriak memanggil namanya. Lari pencuri itu cepat, tetapi Aret tidak kalah cepat. Mungkin sadar dirinya sedang dikejar, pencuri itu menyelinap masuk di antara kerumunan orang-orang.

Beruntung Aret masih bisa mengejar. Pencuri itu memasuki gang kecil, melewati lorong yang gelap nan sepi. Wajah pencuri itu menggelap ketika menyadari Aret masih mengejarnya. Bibir Aret tersungging ketika langkahnya mulai bisa mengejar si pencuri, tinggal sedikit lagi, ia bisa mendapatkan pencuri itu.

Tertangkap kau pencuri!

'Brak'

Tubuhnya bertabrakan dengan seseorang di tikungan. Ia terduduk sambil meringis, sedang orang yang menabarak atau tertabrak olehnya juga terduduk di tanah.

“Hei, bukankah aku sudah katakan padamu untuk memperhatikan jalan di depanmu?” Itu suara seorang wanita. Begitu lembut namun dingin bersamaan.

“Zony, kau harus meminta maaf.”

“Bukankah seharusnya orang ini yang meminta maaf padaku, tuan Zander yang terhormat?”

“Hei, apa kau baik-baik saja?” Aret meraih tangan yang terjulur di depan wajahnya. Sedikit merutuki orang yang menabraknya tetapi di saat bersamaan ia juga tidak bisa marah.

Saat ia mengikuti pemilik tangan, matanya di hadapkan dengan sesosok gadis rupawan berambut pirang. Oh tidak, ia pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tidak salah lagi, namun kali ini wanita ini terlihat semakin cantik.

Di belakang gadis itu, dua pemuda lainnya berdiri, salah satunya tidak berhenti bersungut marah, sedangkan yang lain menenangkan. Kepala Aret berdenyut ketika ingatannya begitu baik hingga mengingat suara berisik milik Zonycos Storain yang menyebalkan, sedangkan pemuda lainnya, tidak salah lagi, dia adalah Zander Earl Tobias. Bukankah mereka bertiga adalah prajurit? Lalu apa yang mereka lakukan di tempat seperti ini?

“Hei, kau seharusnya meminta maaf padaku!” Sudah dua tahun berlalu tetapi mengapa pemuda ini masih belum berubah?

“Aku akan minta maaf jika kau juga minta maaf padaku.” Wajah Storain berkedut tidak suka. Langkahnya mendekat, mengintimidasi Aret yang sayang sekali tidak ketakutan.

“Untuk apa aku meminta maaf pada sampah sepertimu?” Hah, ternyata makhluk menyebalkan ini masih mengingat dirinya, apa kejadian dua tahun yang lalu benar-benar membuat harga dirinya terluka?

“Hei, kau tidak boleh bicara seperti itu!”

“Hah?! Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri, sampah?” Aret juga maju menantang. Kedua mata menyemburkan kebencian. Mereka baru bertamu dua kali dan langsung memberikan kesan saling membenci.

“Storain, kita tidak punya waktu.” Gadis coklat menyela, ia bersandar di dinding dengan tangan yang terlipat di depan dada. 

“Diam kau gadis Bruna sialan.” Oh, bahkan mulut sampah Storain juga seperti kotoran saat berbicara dengan seorang wanita. Aloysia Bruna memutar matanya, seolah sudah begitu biasa dengan mulut kotor Storain.

Seakan tidak ada habisnya, Aret malah terus meladeni Storain, dan tidak ada yang mengalah dari mereka. Zander yang sejak awal sudah berusaha melerai juga tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan satu-satunya wanita di sana terlihat tidak peduli.

Pertengkaran verbal mereka diupgrade menjadi pertengkaran fisik, tangan di kerah baju, pandangan tidak terima dan tidak mau kalah, hingga tarik menarik seperti anak perempuan. Di saat seperti itu, sudut mata Aret masih bisa melihat ketika sebuah lubang hitam muncul tiba-tiba di dinding. Ia juga tidak bisa mengabaikan ketika tangan dengan jemari dan kuku panjang muncul dari lubang hitam tersebut, mengarah kepada Zander yang berusaha menahan Storain darinya.

“Awas!” secara insting, Aret melepaskan cengkaraman Storain darinya, namun sudah terlambat ketika tangan itu berhasil menangkap leher Zander. Aret meraih tangan Zander secepat kilat, tetapi siapa sangka jika tarikan itu begitu kuat dan cepat hingga tanpa ia sadari, dirinya juga sudah ikut terseret ke dalam lubang ketika seseorang juga memegangi tangannya.

Beruntung ia masih sadarkan diri. Ia mengeluh sakit saat seseorang jatuh dan mengenai tubuhnya, bukan hanya dirinya, sepertinya orang paling bawah yang paling merasakan kesakitan.

“Ah, sialan!”

“Seharusnya aku yang mengatakan itu, Storain!” Mereka bertiga bangkit untuk mendapati mereka berada di dalam sebuah ruangan. Ruangan itu terlihat reruntuhan lama dan tidak terpakai, tidak ada penerangan, hanya cahaya matahari yang menembus langit-langit dan dinding yang sudah lapuk dan berlubang, cukup untuk mereka bisa melihat seluruh ruangan.

“Oh sial, kenapa di sini kotor sekali?” Aret tidak bisa lagi meladeni setiap umpatan dan keluhan yang keluar dari mulut Storain junior ini. Sepertinya sejak lahir dia sudah menyebalkan dan ia bertaruh jika Zonycos Storain pasti tidak punya teman.

Ketika Storain sibuk mengeluh dengan keadaan sekitar, di sana Aret tidak menyadari jika Zander sudah meninggalkan mereka jauh di depan. Aret memutuskan untuk mengikutinya dari belakang, Zander terlihat lebih menjanjikan dari pada Storain.

“Dimana kita?” tanya Aret lebih kepada dirinya sendiri, namun masih bisa terdengar oleh Zander. “Aku tidak tau.” jawabnya.

Mereka melewati lorong-lorong yang sudah berlumut, Aret tidak bisa untuk tidak memperhatikan lambang-lambang kerajaan di setiap pilar yang masih berdiri. Lambang kristal yang memiliki tujuh sisi dan tujuh warna. Mereka masih berkilau, namun dua warna menarik perhatiannya. Warna biru muda di lambang ini tidak seperti yang dia ingat, dia masih bercahaya namun redup, sedangkan sisi yang berwarna merah tidak bercahaya sama sekali.

“Hei, kalian meninggalkanku!” mereka mengabaikan Storain dan masih berjalan menelusuri tempat yang tidak mereka kenal.

Mereka berhenti saat dihadapkan dengan pintu besar berdaun ganda. Pintu itu seperti terbuat dari kayu dan diukir dengan begitu indah. Dibagian sebelah kiri dia masih melihat lambang kerajaan, dan di sebelah kanan, Aret tidak bisa melihat simbol apa itu karena terlihat bekas bakar di sana. Tetapi saat melihat ekspresi Zander, Aret berpikir jika Zander mengenal simbol apa itu.

“Apa kalian tidak akan masuk?” tanya Storain dan di saat bersamaan, Aret dan Zander membuka pintu itu. Berbeda dengan keadaan di luar, ruangan yang baru saja mereka masuki seolah tidak tersentuh, tidak ada kerusakan, tidak ada tanaman liar ataupun lumut di dinding, lantai maupun pilarnya.

Langit-langit ruangan itu begitu tinggi dan lagi-lagi lambang kerajaan terukir besar di sana. Lantai ruangan itu berwarna merah, namun bukan merah yang membuat sakit mata, begitupun dengan dinding ruangannya, seperti di buat dari batuan alam berwarna merah. Ia tidak pernah melihat sesuatu seindah ini sebelumnya.

Di dalam ruangan terdapat meja besar. Meja itu dibagi menjadi 7 warna yang mengarah tepat pada 7 kursi besar yang mengelilingi. Aret berhenti di salah satu sisi, simbol pohon dengan latar hijau, itu adalah simbol bagi Obscure yang berelemen kayu. Matanya menelusuri semua sisi, dan jelas sekali semua itu adalah simbol para Obscure.

Aret terkejut saat sebuah cahaya menyilaukan muncul dari arah lain, tidak ubahnya dengan dirinya, si pelaku, Zander juga terkejut, tangan pemuda itu berada di bagian simbol Obscure api. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari sana. Seperti aurora, warna merah menghiasi Zander, sebuah tulisan muncul, ‘Jangan bermain api jika kau tidak ingin terbakar.’ Tulisan itu hilang dan berganti dengan ‘ke-tujuh jiwa adalah satu’ Aret menunggu kejutan apa lagi yang muncul, namun tidak ada, di sisi lainnya tidak menunjukkan tanda apapun.

Di sudut lain ruangan, Aret juga melihat Storain yang juga meletakkan tangannya, ah itu adalah simbol milik Obscure angin dan sayang sekali tidak terjadi apapun.

“Hei, siapa namamu?” Aret terkejut, sejak kapan Zander sudah berdiri di sebelahnya?

“Aret, Aret Cleariver.”

“Aku Zander.” Ya, sebenarnya Aret sudah mengetahui hal itu, “dan dia Zonycos.” Ia juga sudah tau itu. Aret menjawab dengan mengangguk, ketika ia sadar ada yang aneh dari Zander.

“Zander,” yang bersangkutan menjawab dengan gumaman, “Apa rambutmu memang berwarna merah?” Zander terlihat bingung sebentar. Karena jika tidak salah ingat, sebelumnya rambut Zander berwarna gelap, dan kini ia bisa melihat jika merah hampir mendominasi warna rmabutnya. Zander tidak seperti orang terkejut, lebih kepada kebingungan.

“Hmm, ini karena aku adalah anggota keluarga Tobias, kami adalah para Obscure api, saat mengeluarkan kekuatan, kekuatan itu akan ikut terlihat dari rambut, tetapi…” Keragu-raguan muncul dari kaliant Zander, “Tetapi, ini kali pertama rambutku berubah, karena kau tau, kami para Obscure api tidak lagi memiliki cukup kekuatan. Jangankan teraplikasikan ke rambut, kekuatanku kadang muncul kadang tidak.”

“Ya! Dan karena itu aku masih tidak terima kenapa nilaimu masih lebih tinggi dariku! Kau bahkan tidak bertarung dengan kekuatan.” Komentar Storain kali ini di balas kekehan dari Zander.

Ini kali pertama Aret bertemu Obscure api selain mereka yang berada di yayasan, jadi dengan ragu ia berkata, “Aku rasa kau lebih beruntung, karena tidak ada satupun kekuatan Obscure api milik anak-anak yang tinggal di yayasan muncul, termasuk diriku.” Aret tidak tau apa yang dipikirkan Zander dengan ekspresi seperti itu, ia terlihat terkejut namun tersirat rasa bersalah yang dalam di sana.

Untuk apa? Selama ini Aret sudah sering mendapatkan tatapan kasihan dari orang-orang, tetapi baru kali ini ia menerima tatapan bersalah seolah-olah dia adalah pelaku dari kejahatan selama ini.

Dasar orang aneh.

“Ya, kalian orang pembuangan tidak berguna.” Aret sudah bersiap untuk membantah namun,

“Storain, tutup mulutmu.” Ia tidak menyangka jika Zander yang berbicara. Hebatnya Storain benar-benar tutup mulut meskipun masih menggerutu.

Saat itu mereka tidak sadar jika sesuatu yang gelap sedang masuk melalui pintu yang terbuka. “Ah, kenapa banyak serangga di tempat ini?” Storain menginjak sesuatu di lantai. Saat Aret melihat kebawah, entah sejak kapan, sudah banyak kelabang mengelilingi mereka.

“Ah, ini menjijikan!”

“Awas!” sesuatu yang besar mengenai meja kristal dan meja itu seketika pecah berkeping-keping.

Mahkluk itu besar, sangat besar, warnanya merah gelap dan berkaki banyak. “Apa kalian bercanda?!” teriak Storain saat kelabang raksasa itu bergerak. Meskipun menyebalkan, Storain adalah seorang prajurit, dengan cepat ia menyerang makhluk itu dengan elemennya, namun siapa sangka jika makhluk itu juga bisa membalas dan menyemburkan bola api pada Storain.

Gerakan Zander lebih cepat, ia berdiri di hadapan makhluk itu dan menangkis serangannya dengan api yang tidak kalah besar. Seluruh ruangan menjadi begitu terang dan panas. Kekuatan milik Zander lebih besar, hingga makhluk itu terbakar menjadi debu dan berterbangan di udara. 

Zander menarik Storain berdiri, “cepat keluar dari sini!” teriak Zander padanya. Mereka keluar dari ruangan itu, saat itu, Aret masih bisa mendengar ucapan Zander. “Sial, seharusnya aku menyadarinya lebih cepat!” Aret tidak bertanya lebih jauh. Sepertinya Zander mengetahui tentang makhluk itu maupun tempat ini.

Mereka bertiga berlari melewati lorong demi lorong, langkah kaki terhenti ketika kelabang raksasa lainnya menghalangi jalan mereka. Zander berdecak, “lewat sini!” tanpa perlawanan, mereka mengikuti Zander. “Hoi, hoi katakan padaku apa yang terjadi dan di mana ini?” mereka menuruni tangga melingkar, beruntung tangga itu masih bisa di gunakan dan mereka dengan mudah melewatinya.

“Zander katakan padaku yang sebenarnya!” teriak Storain saat Zander masih tidak menjawab, meskipun enggan akhirnya Zander buka suara.

“Makhluk itu adalah kelabang api. Tempat sebelumnya adalah tempat sakral para kaisar, di sana mereka berkumpul, rapat atau apapun itu. Simbol disalah satu pintunya adalah sombol Obscure api. Lantai dan dinding merah, sial seharusnya aku lebih menyadarinya.” Mereka berbelok ke kiri ketika makhluk lain kembali menghadang.

“Tampat ini adalah reruntuhan kastil ruby, dan kastil ruby berada di kota Fire Flame Land.”

Fire Flame Land. Rumah mereka, tempat yang seharusnya menjadi tempat tinggal mereka. Fire Flame Land.

Aret menatap kembali setiap sudut bangunan yang mereka lewati, beberapa lubang, tidak terurus, tanaman liar, jadi kota ini benar-benar sudah ditinggalkan? Amarah tiba-tiba muncul dari dalam diri Aret. Entah apa yang membuatnya marah atau kepada siapa ia marah.

Aret melirik Zander yang berlari di sebelahnya, orang ini, dia mengetahui lebih banyak dari pada dirinya. Tempat ini seharusnya sudah hancur 15 tahun silam, tidak ada seorangpun yang di perbolehkan ke tempat ini, tidak ada yang tau bagaimana Fire Land setelah 15 tahun berlalu, tetapi orang ini mengingat tempat ini dengan baik. Jika benar tempat ini adalah kastil ruby, orang biasa tidak akan bisa masuk begitu saja, dan lagi orang ini mengetahui semuanya.

Di mata Aret, Zander tidak seperti seseorang yang sudah tua, bahkan Aret mengira jika Zander lebih muda darinya, tetapi sepertinya penampilan orang ini sudah menipu dirinya.

Mereka terus berlari hingga berhenti pada ruangan yang tidak ada lagi atap yang menaungi. Dinding-dinding yang mengelilingi ruangan itu sudah hancur hampir seluruhnya, sehingga Aret dapat melihat bagian luar kastil.

Saat Zander berhenti, kedua orang yang mengikutinya juga ikut berhenti. Mengejutkan ketika saat ini mereka berhenti bukan karena kelabang raksasa, melainkan sosok tertutup jubah hitam diseluruh tubuh, wajah mereka juga di tutupi dengan masker berbentuk aneh. Aret berbalik dan orang-orang berjubah hitam sudah berdiri di belakangnya, lima orang, mereka terkepung.

“Hei, hei, hei. Aku hanya memintamu membawa orang yang bernama belakang, 'Tobias' Karl, apa sekarang keluarga Tobias sudah bertambah dua lagi?” entah siapa yang berbicara karena mereka terlihat sama. Storain mendekat ke arah Zander, memasang posisi melindungi.

“Maafkan aku, boss, tetapi tidak masalah berapapun anak yang akhirnya sampai di sini, mereka tinggal kita habisi.”

“Hohoho, kakak, biarkan aku mengisap semua kekuatan mereka!” ke lima orang berjubah hitam masih belum bergerak, mereka terus berbicara di antara satu dengan yang lain, dua wanita dan tiga pria. Sedangkan di sini, hanya dirinya satu-satunya yang tidak memiliki kekuatan.

“Aku akan mengecoh mereka, kalian berdua larilah ke luar. Aku yakin Aloysia akan segera datang membawa bantuan.” Bisik Zander kepada Aret dan Storain. Bahkan belum sempat mereka mengutarakan ketidak setujuan, Zander sudah meletakkan tangannya di tanah. Dari dalam tanah muncul lahar panas tepat di bawah musuh. Storain memanfaatkan momen itu dengan menerbangkan asap panas yang di hasilkan oleh Zander.

Storain menarik Aret untuk menyelinap keluar saat asap masih menutupi penglihatan. Ia tidak tau posisi Zander saat ini.

Namun sayangnya, lawan yang mereka hadapi bukan orang sembarangan, secepat serangan awal yang dilakukan Zander dan Storain. Secepat itu pula kumpulan asap telah lenyap, ia terkejut ketika panah datang dari arah depan, beruntung Aret bisa menghindarinya dan menghasilkan ledakan yang besar di belakang mereka.

“Sial! Zander!” Storain menarik Aret bersembunyi di balik pilar. “Orang itu benar-benar ingin menghancurkan tempat ini. Sial, aku tidak tau dimana Zander.” Aret merasa tidak bisa melakukan apapun untuk menolong hingga melihat wajah Storain yang menahan sakit, saat itulah ia sadar jika Storain sedang terluka. Lengannya berdarah.

“Hei, apa kau tidak apa?”

“Ck, luka seperti ini tidak akan membuatku mati.” pemuda itu mengambil sesuatu dari kantong kecil yang terpasang di pinggang, dan membalutkan kain kasa yang tersedia di sana.

Ledakkan lainnya kembali terjadi, efek ledakkan itu tidak main-main. Di balik sana, Zander sedang bertarung sendirian, satu lawan lima, dia tidak akan berhasil.

“Kita harus membantunya.” tanpa dipaksapun Aret sudah sangat setuju dengan uacapan pemuda yang sedang terluka. “Tetapi aku tidak memiliki kekuatan.” Storain seperti sudah bersiap untuk mencerca dirinya, “tetapi aku akan membantu semampuku.” Storain mengambil benda lainnya dari pinggangnya.

“Ambil ini. Itu adalah senjata angin milik keluarag Storain. Tinggal tarik pelatuknya dan peluru angin akan keluar dari sana.” Benda itu berwarna silver dan biru tua, terlihat seperti senapan biasa dan tidak berat. “Chk, aku tidak percaya aku memberikan benda itu kepada sampah sepertimu.”

Storain bangkit namun sebelum keluar, pemuda itu melirik ke arahnya, “cukup serang mereka dari jarak jauh.” Storain melompat begitu saja ke medan perang, memberikan efek kejutan pada salah satu penjahat yang berusaha menyerang Zander dari belakang. Aret berdiri di balik pilar, berusaha tidak terlihat. Ketika salah satu penjahat berada di titik buta kedua prajurit, ia menarik pelatuk dan, ‘eh, tidak terjadi apa-apa. Apa benda ini rusak?’

Namun musuh yang menjadi tergetnya mengerang kesakitan, sayang tembakan Aret meleset dan hanya mengenai bagian tangan orang berjubah hitam. Luka yang dihasilkan tidak bisa di sebut biasa, karena tangan itu langsung terlepas, Zander berbalik, memukul sosok itu keras hingga menghantam dinding.

Di sisi lain, Storain sedang membuat pusaran angin kuat untuk menghadang serangan musuh, yang terlihat dari sini, musuh terdiri dari dua Obscure logam, satu tanah dan satu angin dan satu belum melakukan apapun. Meskipun sama-sama berelemen angin tetapi sepertinya Storain masih kalah.

Aret melepaskan serangan lainnya, namun sering meleset, sisanya hanya mengenai ujung jubah salah satu dari mereka. Aret membidik salah satu musuh yang menggunakan topeng burung hantu, ia sudah yakin jika serangan itu akan tepat sasaran, tetapi tepat saat-saat terakhir, sosok itu berhasil menghindar.

Sosok itu berbalik, kedua mata mereka bertemu, Aret berdigik. Jantungnya berdetak sangat cepat dan berusaha melarikan diri. Dia akan mati, makhluk itu akan membunuhnya. Aret berusaha melepaskan serangan lain ketika sosok itu terus mendekat.

Dia tidak pernah merasa begitu takut hanya dari tatapan seseorang, aura yang terpancar dari orang ini begitu kuat dan menakutkan.

Kedua tangan Aret bergetar ketakuatan. Kedua tangan sosok itu terangkat meraih leher Aret. Beruntung Zander datang dan mengarahkan pedangnya pada sosok tersebut.

Pedang milik Zander dikelilingi oleh api panas, namun sekali lagi, sosok itu masih bisa menghindar. Zander melakukan serangan, mereka berduel satu lawan satu. Musuh tidak bisa dikatakan lemah saat dia dengan mudah menghindari serangan yang dilancarkan Zander.

Akan tetapi, sepertinya musuh tidak ingin bertarung sendiri, salah satu dari mereka menyerang dari belakang, memukul Zander dengan keras hingga Zander membentur dinding. Sosok itu berjalan kearah Zander, menarik rambut Zander dan menyeretnya ke tengah ruangan.

“Untuk sekarang, kau tidak akan bisa bergerak. Sepertinya kami masih lebih pintar darimu.”

“Hei sialan!”

“Hai, hai. Sudah cukup main-mainnya.” Sebentar saja, kedua tangan Storain sudah dipelintir ke belakang dan ia kini berlutut di tanah. Dari mulutnya keluar darah.

Pemimpin mereka menyeret Zander dan melemparkannya begitu saja. Dari tempatnya berdiri, Aret tidak bisa melihat wajah Zander dengan jelas, tetapi melihat darah dan luka yang ia terima, Aret tidak yakin jika prajurit itu baik-baik saja.

“Tobias, berikan padaku.” Zander melihat sosok di depannya dengan penuh amarah, tidak sudi sedikitpun, ia meludahkan darahnya kepada musuh.

Satu pukulan didapatkan dan Zander masih keras kepala. “Aku sedang tidak ingin bermain-main denganmu, bocah.”

“Aku tidak akan memberikannya kepadamu!” orang itu meletakkan telapak kakinya di atas dada Zander. Aret mungkin tidak tau bagaimana ekspresi orang itu dari balik topeng, hanya saja ia seakan bisa merasakan bagaimana rasa sakit yang di rasakan Zander.

“Apa kau ingin aku mengingatkanmu bagaimana kakakmu mati?” wajah Zander berubah keras, tangannya terkepal, meskipun tubuhnya tidak bisa di gerakkan, tetapi perkataan itu mampu membuat kemarahannya menjadi kekuatan.

“Apa kau ingin menyusul kakakmu yang tidak berguna itu, Zander?” Zander mencengkram kaki di dadanya, dari tangannya muncul api, namun seperti meniup lilin, sosok tersebut mencengkram leher Zander dan mengangkat tubuhnya di udara.

Sosok itu tiba-tiba terdiam, entah ekspresi apa yang ada di balik topeng itu saat kedua tangannya menarik sesuatu dari balik seragam Zander. Dengan wajah yang babak belur, darah yang tidak kering dan rasa sakit di seluruh tubuh, Zander meronta sekuat yang ia bisa.

Tetapi ia masih gagal.

Sebuah kalung berbandul kristal berwarna merah kini berada di tangan pria berjubah hitam. Kristal itu berkilau ketika terterpa sinar mentari, sosok itu tertawa, tawanya menggema ke semua tempat. “Hahahah. Akhirnya. Hahaha. Sudah aku katakan padamu cepat atau lambat aku akan mendapatkan semua yang aku inginkan! Hahaha!”

“Selamat, tuan!”

Sosok itu terus tertawa, dan tawanya tiba-tiba terhenti karena Zander yang terus melakukan perlawanan. Cengkraman di leher Zander menguat, berniat mengakhiri hidup Zander di sana.

Aret menatap adegan itu dengan hati yang bergemuruh. Tangannya yang menggenggam pistol bergetar ketakutan, ia harus tetap bersembunyi di sini, atau mungkin ia harus pergi dari sini dan melarikan diri. Tetapi di satu sisi, ia tidak ingin keingin musuh tercapai, ia tidak ingin benda itu jatuh ke tangan musuh dan ia tidak ingin Zander mati.

Senjatanya terangkat, mengarah tepat ke arah musuh, pelatuk telah di tekan dan..

'pluk'

Serangan itu mengenai benda di tangan musuh, benda yang ia pegang terlempar, bersamaan dengan Zander. Orang itu marah, sangat marah ketika melihat kearahnya.

Serangan balik yang ia terima lebih cepat dari sebelumnya. Otaknya bahkan belum sempat untuk berpikir ketika seluruh tubuhnya sudah mati rasa. Tubuhnya di hempaskan ke sana kemari, hanya sekejap, pandangannya sudah kabur.

Orang-orang bertopeng sibuk mencari benda yang terlepas, sedangkan pemimpin mereka menatap Aret yang berada diambang kesadaran. “Lebih baik kau mati, hama.” Sebuah pedang nenancap tepat ke arah jantungnya. Rasa perih, sakit, hanya itu yang ia rasakan. Samar, matanya melihat Storain di kejauhan, apa si sombong itu sedang meneriakinya? Tidak jauh darinya Zander tergeletak tidak sadarkan diri. Apa dia sudah meninggal?

Di ambang kesadaran yang semakin berkurang, Aret melihat benda merah berkilau di balik reruntuhan batu tepat di ujung jemarinya, tangannya yang semakin lemah mencoba meraih benda itu, hingga akhirnya ia mendapatkannya dan menggenggamnya erat. Meskipun ia harus mati di sana, dia tidak akan membiarkan para monster itu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tidak peduli jika ia tidak tau untuk apa dia mati dan apa benda di tangannya ini, selama mereka tidak mendapatkannya, kematiannya tidak akan sia-sia.

Nafasnya memendek dan ia tidak lagi bisa merasakan apapun.

Mata Aret terbuka, dia sedang berdiri di tempat asing. Langitnya terlihat begitu dekat dan lantainya berwarna merah terang. Di hadapannya berdiri seorang pria. Wajahnya tidak terlihat jelas, namun pria itu tersenyum. Pria itu mendekat, meletakkan tangannya di kepala Aret. ‘Jika kau ingin hidup, bertarunglah.’

Aret tidak paham apa maksud dari si orang asing dan juga, tempat apa ini? Akan tetapi, tiba-tiba dari tangannya muncul cahaya merah menyilaukan. Seluruh tubuh Aret di isi dengan perasaan hangat. Dari setiap darah yang mengalir, hanya kehangatan yang ia rasakan, seperti seseorang sedang memeluknya dengan erat.

Dari luar, tubuh Aret yang sudah tidak bergerak tiba-tiba bercahaya yang meledak dan membuat semua orang menutup mata. Mereka bahkan terhempas karena cahaya itu. Saat itu Storain berhasil melepaskan diri dan menyelamatkan Zander tepat waktu.

Storain bisa melihat cahaya yang muncul dari dalam tubuh Aret menjalar dan menuju menara tertinggi kastil. Dari sana, cahaya merah memancar ke langit dan pecah menutupi seluruh permukaan langit. Langit biru di siang hari berubah menjadi merah yang mengerikan. 

Bukankah itu tempat yang sebelumnya?

Aret telah berdiri, ditopang oleh pedang yang terbentuk dari kobaran api. Matanya merah dan seluruh tubuhnya dikelilingi oleh api. Tangannya terangkat dan kobaran api seketika membakar seluruh tempat. Dari bawah tanah muncul anak-anak api yang menjalar, mengejar semua yang bernyawa. Salah satu musuh yang terlambat menghindar hangus terbakar begitu saja. Storain juga berusaha menghindar.

Pedang di tangan Aret berganti dengan tombak, tubuhnya tepat mengarah pada sosok yang sebelumnya telah menusukkan pedang ke arahnya. Tangannya kembali tarangkat, tombak itu di lemparkan ke arah musuh. Di udara, tombak itu berubah dari satu menjadi dua, dua menjadi empat hingga sudah berjumlah ratusan dalam sekejap.

Musuh terlihat panik, tidak bisa menebak serangan yang Aret berikan. Aret tiba-tiba berteriak, teriakan mengerikan yang membuat bulu kuduk berdiri, tidak lama kemudian terjadi ledakkan di seluruh tempat. Kobaran api di sekitar Aret semakin besar, membentuk sayap yang membentang luas di punggungnya.

“Tuan!” sosok berjubah itu menatap Aret tajam. Matanya menjadi ragu untuk sesaat, salah satu bawahannya sudah mati, satu sekarat dan kini yang mereka hadapi bukan Obscure biasa. “Mundur.” mereka berempat hilang di tengah kepulan asap.

Antara senang dan putus asa ketika musuh sudah pergi, Storain harus berusaha menyelamatkan diri dari serangan membabi buta Aret. Sepertinya Aret tidak tau apa yang sedang ia lakukan. Storain melihat Zander yang tidak sadarkan diri, ck, bagus, sekarang mereka tidak akan mati di tangan musuh namun di tangan Aret yang menggila.

Sebuah gerakan lembut, selembut kapas yang di terbangkan angin berhenti di sampingnya, Storain menoleh cepat, seseorang berdiri di sebelahnya. “apa kau tidak apa, Mr. Storain?” yang berbicara bukan orang yang berdiri di kanannya, namun di sebelah kiri, Storain tidak bisa menggerakan bibirnya melihat sosok itu.

Zander terbatuk, sosok lain membantu Storain menopang tubuhnya yang terluka, “Haha! Haha. Kau lihat itu? Kita menemukannya! Kita menemukannya! Aku selalu yakin dia akan muncul! Haha, Kakak, aku menemukannya.”

“Ya, kau benar, kau menemukannya. Kristal ruby telah terlahir kembali

Callme_Kiira

A/N: Hallo~~~ ini adalah novel pertama saya di Goodnovel. Saya juga tidak menerapkan harga koinnya ya, harga koin di dasari oleh panjang kata per bab, jika readers merasa terlalu mahal mungkin karena saya terbiasa bikin bab panjang, hehe. Jika readers harus membeli koin hingga 30-50 koin, itu berarti bab itu akan sangaaaaaaat panjang, kira-kira 3000-5000 kata. Ini juga sebagai pengalaman untuk saya, mungkin di cerita selanjutnya saya akan bikin bab pendek-pendek. Tetapi maupun panjang ataupun pendek pada akhirnya akan tamat juga hehehe. Maafkan saya. T.T

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status