Aret gugup di sepanjang pagi. Antron Greenwood memberikan penjelasan singkat tentang pelatihan beserta jadwal mereka selama berada di sana. Beberapa kata mengenai peraturan beserta hukuman yang mereka terima jika melanggarnya. Semua prajurit pelatihan diam memperhatikan.
Setelah Greenwood selesai, Perdana Mentri Michael juga menyampaikan beberapa patah kata. Tak urung Aret selalu bertemu dengan tatapan sang perdana menteri. Disaat ia mengalihkan pandangannya, ia malah dihadapkan dengan sepasang manik abu-abu yang juga memberinya tatapan intimidasi. Ini buruk, mereka akan menghabisinya di hari pertama. Setelah Viernix Imperlight, sekarang bertambah orang lain yang tidak menyukainya.
Mereka membubarkan prajurit pelatihan seraya meninggalkan aula. Aret terpaku di tempat, masih belum bisa bergerak karena terlalu gugup. Setelah punggung tiga orang dewasa itu benar-benar tidak lagi terlihat, akhirnya Aret bisa bernafas lega.
Seaeorang di sebelahnya saling berbisik,
Setelah makan siang, kegiatan mereka berikutnya adalah latihan kekuatan yang dilakukan di Arena C. Menuju tempat latihan, Aret melempar pertanyaan kepada dua penjaga merangkap temannya. "Apa kalian sudah tahu tentang Dark Obscure dan sejarah kristal adalah satu?" Dengan nada sombong, Storain menjawab, "kristal adalah satu, tidak. Tetapi aku pernah mendengar paman atau ayahku menyebut tentang Dark Obscure, biasanya mereka memanggil mereka dengan kode D.O. Hanya sekedar mendengar tanpa tahu apa itu D.O ini. Mereka menjaga rahasia sangat rapat." Pernyataan Storain masuk akal. Keluarga Storain sudah mengabdi kepada kerajaan dari generasi ke generasi, tentu saja tuan muda Storain ini mendengar satu atau dua rahasia. Di lain sisi ketidaktahuan Storain juga menunjukkan betapa royalnya mereka kepada kerajaan, menjaga rahasia bahkan dari keluarga sendiri. Storain melanjutkan, dagunya menunjuk Zander yang berjalan sambil menautkan tangannya di belakang kepala, "kau bisa tanya
Bukan pertama kali mengalami ini, Aret masih belum terbiasa. Ah, jangan sampai ia terbiasa. Perasaan yang ia rasakan setelah bangun adalah perasaan yang sama persis dengan apa yang ia rasakan sebulan lalu, namun tidak seperti sebelumnya, kali ini tidak diiringi dengan kebingungan melainkan diikuti oleh perasaan de javu.Aret mengerjapkan matanya beberapa kali, wajah seseorang tepat berada di hadapannya, “Ah!” ia terlonjak dari tempat tidur, namun gadis yang berdiri terlalu dekat dengannya malah tertawa, “Aret! Selamat pagi!” Magnify Imperlight memamerkan gigi rapi miliknya, gadis berambut perak panjang dengan kepribadian ramah itu menyodorkan gelas padanya. Aret agak ragu karena warna air itu terlihat mencurigakan, tetapi ia harus meminumnya.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya.“Aku rasa pertanyaan itu lebih tepat kau tanyakan kepada dirimu sendiri, Aret. Kau pikir apa yang kau lakukan di sini?” Magnify memba
Malam itu, lagi-lagi Aret tidak bisa tidur. Seharusnya dengan aktifitas yang ia lakukan tadi pagi ditambah luka yang tidak lagi terasa sakit setelah mendapat perawatan dari Ify, ia bisa tidur dengan nyenyak. Aret berguling-guling di atas kasurnya, Zonycos dan Zander sudah tertidur dengan lelap, suara dengkuran ringan beserta helaan nafas mereka terdengar begitu jelas di dalam ruangan yang sunyi. Aret memandang langit-langit yang gelap, di dalam kepala ia mencoba menghitung anak domba satu persatu, namun ketika hitungan itu sudah mencapai ratusan, matanya masih belum juga mengantuk. Mulai muak dan merasa terganggu dengan dua orang yang tertidur sangat pulas, Aret turun dari tempat tidur. Ia mengambil jaket dan menyelinap keluar dari kamar. Lorong yang sepi menyambutnya, pintu-pintu kamar bernomor tertutup, tidak ada seorangpun di lorong itu, bahkan penjaga sendiripun sudah terlelap. Aret membiarkan kakinya melangkah tanpa arah, tidak ada larangan bagi para pra
Saat sarapan, Aret tidak berhenti menguap. Zander memberinya tatapan malas, tidak berbicara apapun lagi setelah mengetahui insomnia yang ia derita. Zonycos berada di meja yang berbeda dengan mereka, pemuda itu mengklaim bahwa ia masih bisa mengawasi Aret meskipun berada di meja yang berbeda dengannya, pemuda itu juga bergumam tentang lingkungan sosialnya yang tidak boleh berubah apalagi jatuh ke kelas bawah.Aret yang menahan kantuk dikejutkan dengan nampan makanan yang diletakkan di atas meja, kursi di depannya kosong, tidak banyak orang yang ingin berteman dengannya, palingan ia dan pemula lainnya hanya saling bertegur sapa tanpa pernah berbincang lama seperti teman dekat. Apalagi setelah kejadian tempo hari.Ia bahkan tidak lagi bisa terkejut mendapati Aloysia Bruna duduk dengan sangat cuek di depannya. Zander yang melihat itu menggoda gadis berambut cokelat bergelombang, wajah liciknya terlihat, hanya saja Aloysia malah melihat pada Aret.Aret bukanlah orang
Tanpa terasa waktu berlalu begitu saja hingga tanpa Aret sadari saat ini ia bersama tiga orang lainnya sedang berada di barak untuk menunggu prajurit yang menjadi kapten dan pemimpin mereka. Sebulan telah berlalu, beberapa pelajaran dasar dan adaptasi telah mereka peroleh selama sebulan ini. Jika Aret pikirkan lagi, saat pertarungan satu vs satu, ia masih belum memenangkan satupun pertandingan. Baik melawan Zander, Storain mainpun prajurit muda lainnya. Aret tidak pernah lagi lepas kendali, bayang-bayang yang seolah mencoba merasuki dirinya juga tidak lagi datang di setiap waktu dan pikirannya menjadi lebih jernih. Saat ia tidak lepas kendali, Aret juga tidak bisa mengeluarkan seluruh kekuatannya, hingga rekan-rekannya tidak segan memberinya julukan ‘orang yang tidak pernah menang’. Mereka yang sebelumnya takut, kini berbalik mengejek. Aret juga tidak lagi mengeluarkan isi perutnya saat latihan pagi. Meskipun ia masih menjadi prajurit yang berlari palin
Saat Aloysia berjalan, Aret mengikuti di belakang. Ia meminta gadis itu berjalan di depan bukan karena takut, namun menurutnya tidak sopan berjalan di depan seorang gadis, juga, siapa yang bisa menebak apa saja yang bisa terjadi ketika ia tidak bisa melihat apa yang ada di belakangnya? Setelah mengetahui cerita tentang hutan ini, Aret seolah mendengar gemerisik lebih jelas serta lebih aneh dari pada sebelumnya. Langkahnya ia percepat, tidak ingin tertinggal begitu jauh dari Aloysia.“Mereka masih belum sadar dengan kehadiran kita. Jika satu bangun, maka yang lainnya juga akan bangun.” nada suara Aloysia tidak berubah. Masih serius tanpa terdengar sedikitpun rasa cemas.“Lalu a—” Aret menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongannya yang kering, “apa yang harus kita lakukan agar mereka tidak bangun?” kedua telapak tangan Aret basah oleh keringat. Ia berusaha untuk tidak takut, akan tetapi, adrenalinnya sudah lebih dahulu aktif y
Di penghujung nafasnya, kilasan-kilasan kenangan berputar di kepala Aret, wajah-wajah yang ia kenal, senyuman-senyuman seluruh keluarganya di yayasan hingga teman-teman beserta orang-orang yang baru ia kenal. Setitik air muncul dari sudut matanya.Ia tidak rela dengan akhirnya yang seperti ini.Secara tiba-tiba, kesadaran yang hampir menghilang beserta udara yang menipis itu menghilang. Aret mengambil nafas dalam dan panjang, membiarkan paru-parunya menghirup semua oksigen yang ada.Seseorang memegangi bahunya, Aret mengangkat kepala di saat kesadarannya mulai pulih. Di depannya, seseorang berbaju putih berdiri seperti pelindung.“Aret. Kau bisa mendengarku? Bernafas dengan perlahan.” Aret mengikuti suara itu, beberapa saat kemudian ia bisa melihat wajah itu lebih jelas.“Tuan Viridy.” pria yang lebih tua mengangguk. Tangannya menghasilkan cahaya hijau yang menjalar ke tubuhnya, membuat rasa sakit di tubuhnya berkurang.
Kaisar Emerald dan Kaisar Sapphire masih harus berhadapan dengan musuh yang terus berdatangan, tidak pernah habis. Para Kaisar sangat kuat, akan tetapi, musuh seperti mengetahui titik lemah mereka hingga dapat bertarung dengan imbang tanpa menunjukkan kekalahan. Aret dengan kaki yang masih terikat kuat pada tanah di bawahnya tidak dapat melakukan apapun selain melihat dari kejauhan. Ignis— seseorang yang berperan sebagai pemimpin Dark Obscure tertawa, tawanya begitu keras membelah langit, menggema di seluruh hutan yang campur aduk. Rasa senang tidak terduga terpencar dari matanya yang berkilau merah. Pedangnya masih tertancap di dada Viernix, memandang rendah pada Kaisar Aquamarine yang sudah terluka. Senyum di wajahnya hilang, ketika raut yang ia inginkan tidak terlihat di wajah Viernix. Meskipun rambut putihnya tidak lagi seperti biasa dengan noda darah dan pedang yang masih tertancap di dadanya, bukan ringisan atau teriakan sakit yang ia dengar, melainkan seringai