“Li Shan Niangniang, apa yang terjadi?” tanya Dewa Langit Yu Huang ketika melihat sang putri bersama dengan Hou Qi sudah tiba di Gunung Kunlun menggunakan portal.
Li Shan Niangniang menoleh ke arah sang ayah, dia mengiba. Perempuan dengan darah dewa-dewi itu masih merengkuh tubuh Hou Qi yang terluka parah. “A-ayah, Gong gong telah menyerang Gunung Li dan Hou Qi telah berkorban demi melindungi ku. Kini dia terluka, jadi ku mohon ayah selamatkan dia.” Dewa Langit Yu Huang menatap datar ke arah siluman harimau merah yang tak berdaya dipangkuan putrinya. Lalu pandangannya tertuju pada Li Shan Niangniang yang masih menangis. “Jika aku menyelamatkan nyawanya apa kau bisa berjanji untuk tidak lagi mencintai siluman ini?” Dewa Langit Yu Huang justru membuat pertanyaan sulit. Li Shan Niangniang tersentak, apakah hal seperti itu masih harus diperdebatkan disaat genting seperti ini? “Ayah, saat ini ada nyawa seseorang yang harus ditolong. Kenapa malah membahas hal lain, ku mohon selamatkan saja Hou Qi!” “Aku bisa dengan mudah menyelamatkan nyawanya asal kau berjanji untuk tidak lagi mencintai siluman ini untuk selamanya. Kau juga harus mengusirnya jauh-jauh dari hidup mu Li Shan Niangniang!” Dewa Langit Yu Huang berteriak garang. Li Shan Niangniang menggigit bibir bawahnya menahan diri, tangisnya sudah tak sekeras tadi. Tapi hatinya jauh lebih sakit sekarang. Mana mungkin dia akan mengusir Hou Qi dari hidupnya? Sedangkan dia sendiri tidak bisa hidup tanpa siluman harimau merah itu. “Rupanya, kemurahan hati ayah sebagai seorang Dewa Langit adalah omong kosong belaka! Disaat genting seperti ini ayah justru meninggikan ego dan membuang rasa empati.” Sang Dewa Langit tertohok atas ucapan putrinya sendiri. Akan tetapi ego yang tinggi telah mengeraskan hatinya. Dia masih saja bergeming ditempatnya, wajahnya datar dan dingin. Li Shan Niangniang putus asa, kemudian dia menarik paksa semua kekuatan spiritualnya dari dalam tulang dewa miliknya. Disaat itulah cahaya biru yang amat terang keluar dari dadanya, cahaya itu merupakan seluruh kekuatan spiritual sang Dewi Gunung Li. “Argh!” Li Shan Niangniang berteriak kesakitan. Mengeluarkan paksa kekuatan spiritual dari tulang dewa merupakan tindakan ekstrem bagi kalangan dewa. Karena tindakan itu bisa menyebabkan kematian, meski seorang dewa-dewi punya kesempatan untuk menjadi abadi. Tapi kekuatan dari energi spiritual juga memiliki andil besar terhadap jangka hidup para dewa. “Li Shan Niangniang berhenti! Kau bisa mati!” Dewa langit Yu Huang mencoba menghentikan. Akan tetapi Li Shan Niangniang seolah tuli, dia sudah membulatkan tekad untuk menyelamatkan Hou Qi. Seluruh kekuatan spiritual itu kemudian dia berikan pada Hou Qi. Dengan cara ini dia berharap bisa menarik jiwa Hou Qi dari sungai kematian. “Uhuk!” Hou Qi terbatuk-batuk, napasnya tersengal seperti baru saja tenggelam dalam air. Perlahan-lahan kesadaran siluman harimau merah itu terkumpul. Sebaliknya Li Shan Niangniang justru semakin lemah seiring dengan kekuatan spiritual yang dia berikan seluruhnya masuk ke tubuh si siluman. “Ku bilang berhenti Li Shan Niangniang!” Dewa Langit Yu Huang masih berusaha menghentikan tindakan putrinya. Dari jarak lima meter dia menggunakan kekuatannya untuk menghentikan pemindahan kekuatan spiritual itu. Tapi nyatanya dia tetap terlambat, tulang dewa milik Li Shan Niangniang sudah sepenuhnya kehilangan kekuatan. Bruk! Tubuh Li Shan Niangniang ambruk diatas tanah, meninggalkan Hou Qi yang mulai sadar sepenuhnya. Siluman harimau merah itu panik bukan main, dia merengkuh balik tubuh sang Dewi. “Tidak, Dewi sadar lah! Jangan pergi,” ucapnya frustasi. Li Shan Niangniang justru tersenyum lembut, dia mengusap wajah Hou Qi yang begitu dingin. “Ini adalah hadiah dari ku Hou Qi, setelah ini jagalah dirimu dengan baik.” -Dua belas ribu tahun kemudian- Tahun Zhuanxu ke-empat hari ke-4, bulan ke-8, Desa Liuyang. [Siluman besar Hou Qi rela menderita dan menunggu ribuan tahun demi bertemu kembali dengan reinkarnasi Li Shan Niangniang.] “Hei siapa pula yang menuliskan hal menyedihkan seperti ini?” Pria dengan rambut hitam panjang dengan semburat merah itu geram. Dia melempar sebuah buku yang sebelumnya dia baca. “Kak, bukankah itu memang benar? Kau menunggu reinkarnasi Dewi Gunung Li selama 12.000 tahun.” Sang adik perempuan, wanita cantik dengan rambut perak yang merupakan siluman harimau putih itu mencibir. Hou Qi, si siluman besar itu menggertakkan rahangnya menahan emosi yang sudah berada di ubun-ubun. “Zhao Yunshi! Kau memang sudah mirip dengan para manusia. Suka melebih-lebihkan sesuatu!” Wanita siluman itu malah tersenyum manis, menyetujui ucapan sang kakak. “Bukankah kau juga yang mengajarkan itu padaku? Sepertinya kakak lupa kalau kita berlatih kultivasi bertahun-tahun demi mendapatkan wujud dan perasaan seperti para manusia.” Hou Qi menghela nafas panjang, dia memang tak bisa menang berdebat dengan adik perempuannya. Dia kemudian bangkit dari duduknya, menatap malas ke arah siluman harimau putih atau Bai Hu yang tidak lain adalah adik kandungnya. “Meski kita meniru manusia, tapi setidaknya kau juga harus bisa memilih untuk tidak meniru hal-hal tidak berguna seperti itu! Para manusia itu senang bersikap sok tahu, jadi kau tidak perlu melakukan hal yang sama.” “Hmm ya, baiklah!” Zhao Yunshi memilih untuk menurut, enggan melanjutkan perdebatan panjang dengan kakaknya yang merupakan siluman harimau merah. Keduanya lalu diam beberapa saat, lalu telinga Zhao Yunshi berkedut. Dia langsung berdiri dan meningkatkan kewaspadaan. “Zhao Yuan Shao, ada yang datang!” Zhao Yunshi memperingatkan sang kakak, dia juga sengaja memanggilnya dengan nama manusia. Zhao Yuan Shao mengangguk samar tanda mengerti. Setelahnya dia berdiri ditengah ruangan kediaman mereka. Sementara itu Zhao Yunshi, berjalan cepat ke depan pintu masuk kediaman. Wanita siluman itu langsung menyerang seorang pria berusia enam puluh tahun yang baru saja berhasil melewati pintu masuk kediamannya. Zhao Yunshi menebas udara didepannya menggunakan pedang es Bing Jian miliknya. Seketika pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan tidak langsung. “Manusia lemah, untuk apa kau menyusup ke kediaman siluman?” Zhao Yunshi berdiri tegap didepan si pria tua. Pedang Bing Jian miliknya sudah mengacung tepat didepan leher pria itu. “Aku Zhu Rong, Nona siluman. Kedatanganku kemari untuk bertemu dengan kakakmu, siluman besar Hou Qi.” Pria bernama Zhu Rong itu menjawab dengan tenang. Dia tidak terintimidasi sama sekali meski pedang Bing Jian sudah siap memenggal kepalanya. Zhao Yuan Shao yang sadar akan adanya keributan segera keluar. Bertepatan dengan Zhu Rong yang selesai mengucapkan kalimatnya. “Untuk apa kau mencari ku manusia?” tanyanya dengan nada yang dingin. Pria dengan wujud manusia berusia dua puluh sembilan tahun itu mendekati sang adik dan juga tamu tak diundang. Pandangannya tajam menelisik siapa yang sudah bertindak ceroboh dengan masuk ke dalam kediamannya. “Aku datang ke mari untuk meminta bantuan kepada anda Tuan siluman besar,” jawab Zhu Rong yang tidak ada takut-takutnya. “Lancang sekali!” Zhao Yunshi menekan pedang Bing Jian dan melukai leher Zhu Rong.Zhao Yunshi memang bersiap menebas leher Zhu Rong di detik itu juga. Akan tetapi tangannya ditahan oleh sang kakak, Zhao Yunshi menoleh sementara Zhao Yuan Shao menggeleng tidak memberikan izin.“Biarkan dia melanjutkan kalimatnya. Bai Hu, simpan kembali pedang Bing Jian-mu!” perintah Zhao Yuan Shao tegas.Mau tidak mau Zhao Yunshi menurut, dia menarik kembali pedang Bing Jian miliknya dan memasukkan kembali ke dalam sarung pedang. Meski begitu dia tetap menatap tajam ke arah Zhu Rong.“Jadi apa yang kau inginkan hingga nekad datang ke tempat tinggal para siluman besar?” tanya Zhao Yuan Shao yang sepenuhnya memfokuskan atensinya pada Zhu Rong.“Saya tahu ini lancang, tapi saya ingin meminta bantuan anda siluman besar Hou Qi untuk memecahkan kasus.”“Hah! Kau pikir siluman besar tidak memiliki hal berguna untuk dilakukan? Mengapa kakak harus membantu masalah mu,” tandas Zhao Yunshi tidak suka.Zhao Yuan Shao hanya bisa menghela nafas panjang, sang adik memang sangat protektif terhadap
Zhao Yuan Shao menghela nafas panjang, dia memilih untuk bertaruh kali ini. Siluman besar yang kini menggunakan wujud manusia itu membantu Zhu Rong berdiri. Setelahnya, siluman besar itu menatap tajam wajah Zhu Rong.“Baiklah! Aku akan membantu mu menyelamatkan nasib Biro Penangkap Siluman. Tapi jika nanti putri mu tidak terbukti sebagai reinkarnasi Dewi Gunung Li, maka aku akan berhenti membantu kalian.”Zhu Rong tersenyum gembira, dia membungkukkan badannya beberapa kali sebagai rasa terimakasih.“Terimakasih Tuan Siluman, anda sungguh sangat baik hati.”“Kalau begitu pergilah, besok aku akan datang ke Biro Penangkap Siluman.” Zhao Yuan Shao hanya menatap datar.Setelah itu dia berbalik badan dan meninggalkan Zhu Rong tanpa mengatakan apapun lagi. Melihat sang kakak pergi, Zhao Yunshi mengikuti langkah sang kakak. Sebelum pergi siluman harimau putih itu melirik tajam ke arah Zhu Rong yang sudah dia anggap sebagai pengganggu.—Kota Changsa, Hari ke-5, Bulan ke-8.—“Sampaikan pada Kom
Zhang Fei diam, dia mengeraskan rahangnya menahan diri ketika Zhu Rong selesai mengatakan kesepakatan yang dia buat dengan Zhao Yuan Shao. "Mulai hari ini Tuan Siluman besar akan berada di Biro Penangkap Siluman." Zhu Rong berkata hati-hati. "Tapi, apa yang akan kita katakan pada kekaisaran jika tahu kita bersekongkol dengan siluman. Tuan Zhu Rong, ku harap kau berpikir ulang untuk hal ini!" Zhang Fei masih saja geram dan tidak terima. Zhu Rong menghela nafas panjang, dia menoleh ke arah sang putri terlebih dahulu. Zhu Shen Mei diam, tapi jelas dia memiliki kekhawatiran. "Tidak akan ada yang tahu jika kita tidak membuka mulut dan membiarkan rahasia ini terdengar keluar," balasnya. Zhao Yuan Shao masih saja bersikap tenang, dia justru tidak menghiraukan percakapan Zhu Rong dan Zhang Fei. Pandangannya hanya tertuju pada Zhu Shen Mei yang berdiri dibelakang sang ayah. "Dia benar-benar sangat mirip dengan Li Shan Niangniang," batin Zhao Yuan Shao. "Tuan siluman besar j
Zhao Yuan Shao mengangguk samar, dia tahu ke mana harus memulai penyelidikan. “Kalau begitu, kita bagi dua pasukan elite untuk melakukan penyelidikan agar lebih cepat.”“Kau akan memecah-belah pasukan dengan dalih seperti ini,” ketus Zhang Fei yang jelas keberatan.“Kalau begitu kau akan bertindak bagaimana Tuan Zhang? Bukannya kau terburu-buru untuk menyelesaikan kasus, aku hanya memikirkan cara untuk menghemat waktu. Apa masih tidak bagus juga?” Zhao Yuan Shao mengerutkan kening, tapi dia tidak marah.Sikap siluman besar itu sangat tenang, bahkan kadang tampak jenaka. Dia tidak pernah menanggapi serius ucapan dan sikap Zhang Fei yang jelas-jelas memusuhi dirinya.“Apa yang dikatakan oleh taun siluman sangat benar, kita bisa menghemat waktu untuk ini. Hanya saja akan menambah resiko keselamatan,” sambung Zhu Rong yang memang bersikap adil dan melihat kelebihan serta kekurangan dari usulan Zhao Yuan Shao.“Tidak akan terjadi masalah jika pasukan sangat kompak dan solid. Kalian harus
Hari telah berganti di Kota Changsha, kabut tipis melayang di atas jalan berbatu, memeluk temaram lampu minyak yang masing menyala berkelap-kelip di sepanjang gang sempit. Tiga orang berjalan perlahan, langkah mereka bergema di keheningan.Kali ini proses investigasi mulai dilakukan, kelompok pertama yang dipimpin oleh Wang Jia’er sudah berjalan lebih dulu ke Lokasi kejadian perkara Dimana mayat pertama ditemukan.Zhao Yuan Shao, yang bertugas sebagai penyelidik utama, berhenti di depan rumah tempat kejadian perkara. Ia menghela napas panjang. “Mayat ditemukan di sini,” katanya, matanya menyapu sekitar. “Tak ada saksi, tak ada jejak darah, dan yang paling aneh, korban tersenyum.”Zhu Shen Mei dengan ekspresi malasnya, mendengus pelan. “Bisa saja dia bahagia sebelum mati.”Wang Jia’er, si bawel yang lebih sering menciptakan kekacauan ketimbang membantu, berjongkok dan memeriksa tanah. “Mungkin dia melihat wajahmu sebelum tewas, Zhu Shen Mei.”Zhu Shen Mei melirik Wang Jia’er dengan tat
Kabut tebal menyelimuti Kota Changsa yang berada di lembah dan diapit beberapa pegunungan, menciptakan suasana mencekam yang seolah menjadi pertanda buruk. Suara angin berdesir di antara pepohonan.Zhu Shen Mei menggenggam erat kipas gioknya. Jubah hijaunya berkibar tertiup angin, dan tatapan matanya dingin namun penuh kewaspadaan. Sementara Wang Jia'er berdiri dengan dua bilah belati di tangannya, napasnya teratur namun sorot matanya penuh ketegangan."Manusia lemah seperti kalian tidak seharusnya menantang aku. Darah kalian hanya akan menodai pedang Bing Jian milik ku!” Zhao Yunshi berkata dengan nada meremehkan, terutama saat melihat Zhu Shen Mei.Zhu Shen Mei justru menyeringai sinis, “Kau terlalu percaya diri, untuk ukuran perempuan siluman. Dengar, aku tidak mengangkat senjata untuk kalah."Zhao Yunshi menggeram, cakar tajamnya mencakar udara. "Kau akan menyesal berkata begitu!"Tanpa peringatan, Zhao Yunshi melompat ke depan dengan kecepatan luar biasa. Cakarnya menyambar udara
PENYELIDIKAN PASUKAN ELITEDi pinggiran kota Changsa, malam turun dengan cepat, membiaskan cahaya lentera ke jalanan sempit yang dipenuhi kabut tipis. Empat orang berjalan perlahan di antara gang-gang gelap, menyusuri petunjuk yang mengarah pada pembunuhan misterius yang mengguncang kota. Padahal tim kedua pasukan elite berangkat sejak pagi untuk penyelidikan."Tubuh korban ditemukan di dekat sumur tua ini," ujar Zhang Fei dengan suara dingin, menatap ke dalam sumur yang menganga seperti mulut jurang. Matanya yang tajam menyapu setiap sudut, mencari petunjuk yang mungkin terlewat.Xiao Lanhua, yang selalu ceria meskipun situasi tegang, mengerutkan hidungnya. "Kenapa harus sumur tua? Kenapa tidak di tempat yang lebih terang? Orang jahat seharusnya mempertimbangkan kenyamanan kita juga."Wen Yize tertawa pendek. "Karena pembunuhnya bukan pemandu wisata, Lanhua."Lin Masha, yang tak kalah cerewet, melipat tangan di dada. "Tapi serius, aku merinding. Ini tempatnya terlalu gelap dan sunyi.
PERTARUNGAN DI HUTAN BAMBU“Kau sungguh tahu siapa pelakunya, nona siluman?” tanya Zhu Shen Mei memastikan. Dia tidak mau masuk kedalam perangkap siluman harimau putih itu.Zhao Yunshi mengangguk samar, tapi pandangannya tetap tertuju pada sosok bermata merah yang tampak mengawasi dibalik hutan bambu. Dia kemudian mengangkat tangan kanan sejajar dengan dagu.Matanya terpejam sejenak, lalu tiga jarinya terangkat. “Gerbang es, lindungi!” perempuan siluman itu membaca mantra.Seketika tembok es muncul dengan cepat melindungi mereka semua. Bahkan sampai menutup mereka, layaknya sebuah mangkok. Zhao Yuan Shao paham, adiknya tengah berusaha melindungi mereka berempat dari seseorang.“Siapa yang ada di balik gerbang es ini, Yunshi?” tanyanya pelan.Belum sempat menjawab, tapi kesempatan berbicara itu sudah lebih dulu dirampas oleh Wang Jia’er. “Tunggu! Apa maksudnya ini, apa kita tengah diawasi seseorang?” tanyanya tampak panik.“Apa pasukan departemen kehakiman ada ditempat ini?” tanya Zhu
Bahkan sebelum tengah hari, mereka bertiga sudah tiba di bagian utara Desa Liuyang yang sepi, tepatnya di kuil tua yang dimaksud oleh Zhao Yuan Shao. Kuil itu sudah sanat berdebu, tampaknya sudah ditinggalkan jauh sebelum para penduduk menghilang.“Kau yakin tempat ini pernah dijadikan tempat ritual penyeimbang aura?” tanya Zhao Yunshi pada sang kakak.Zhao Yuan Shao pun mengangguk, kemudian berdiri sejajar dengan sang adik. Pria siluman itu memandang ke arah pintu masuk kuil. “Aku ingat dulu ayah dan ibu pun ikut dalam ritual itu,” balasnnya.Kuil tua itu berdiri muram di bawah langit kelabu. Bangunannya sebagian sudah ditelan lumut, genting-gentingnya jatuh, dan di bagian barat aula doa, pohon beringin raksasa tumbuh menembus atap, akarnya menjalar seperti tangan makhluk purba yang tertidur. Angin yang bertiup dari arah utara membawa bau amis samar yang membuat bulu kuduk berdiri.Begitu mereka melangkah masuk ke aula utama, langkah mereka terhenti.“Ada darah,” lirih Zhu Shen Mei s
Ruang makan keluarga Zhao tak besar, namun nyaman. Dindingnya dihiasi lukisan tinta bergambar gunung bersalju dan harimau putih melompat di antara pinus—lukisan lama yang dibuat oleh ayah mereka bertahun-tahun lalu. Di tengah, sebuah meja kayu bundar telah ditata rapi dengan bubur panas, sayur asin, telur rebus, dan teh hangat.Zhao Yuan Shao duduk dengan santai, satu kaki dinaikkan ke lutut satunya. Ia sedang membagi telur rebus dengan sumpitnya—dan entah kenapa, telur itu malah terbang terpental ke piring Shen Mei.“Ups! Maaf tapi sepertinya itu tanda dari langit, mungkin.” Zhao Yuan Shao berlagak dramatis. “Tanda apa?” tanya Zhu Shen Mei dengan kening yang berkerut. “Itu artinya kau dan aku… sudah berjodoh sampai sebutir telur pun, langsung tertuju ke arah mu. Seluruh alam semesta tahu perasaanku.”Lagi-lagi Zhao Yuan Shao membual, tentu saja itu membuat Zhao Yunshi, yang duduk di sebelah kiri Zhu Shen Mei, menghela napas panjang.“Kau pasti melewatkan pelajaran logika sela
Mendengar rintihan Zhu Shen Mei dalam tidur, membuat hati pria siluman itu terasa sesak. Meski Zhu Shen Mei tidak akan ingat apa yang dia impikan dalam tidur. Tapi kesedihannya akan dirasakan sampai esok hari, dan Zhao Yuan Shao tidak menyukai itu.“Hou Qi,” lirih Zhu Shen Mi lagi, kali ini air mata mulai jatuh dari kelopak matanya yang indah. Zhao Yuan Shao bangkit dari duduknya dan dengan ragu-ragu mulai mendekati tempat tidur Zhu Shen Mei.Gadis itu menggeliat, wajahnya memucat, dahi berkeringat serta tangan yang menggenggam erat selimutnya. Bibirnya terus menggumam nama yang sama, nama Hou Qi siluman Zhao Yuan Shao. Namun Zhu Shen Mei memanggilnya dengan suara begitu pilu seakan memanggil dari masa ratusan tahun lalu.Zhao Yuan Shao menunduk, jantungnya berdetak pelan. Dia duduk di tepi ranjang, memandang wajah Zhu Shen Mei dalam-dalam, meski tidak menyentuhnya sama sekali.“Aku di sini, Shen Mei. Aku di sini bersama mu.”Zhu Shen Mei bergumam lirih, matanya tetap terpejam, tapi
Langit sudah gelap sempurna saat Zhao Yuan Shao, Zhao Yunshi, dan Zhu Shen Mei semakin masuk ke dalam desa. Mereka pun akhirnya memilih untuk beristirahat di kediaman Zhao, karena hanya tempat itu saja yang tidak tercemar oleh aura roh perantara.Zhao Yunshi masuk terlebih dahulu, seketika lentera-lentera yang ada di kediaman menyala dengan sendirinya. Sementara Zhu Shen Mei masih berdiri di halaamn kediaman sambil menatap jauh ke jalan berbatu yang baru saja mereka lewati.“Shen Mei, ada apa?” tanya Zhao Yuan Shao yang memang hendak menaiki tangga. Dai menoleh ketika tidak mendengar langkah kaki sang arsiparis mengekori dirinya.Zhu Shen Mei menoleh, lalu tersenyum hambar berusaha menyembunyikan rasa khawatir. “Tidak ada, ayo kita masuk!” ajaknya.Mereka pun masuk ke kediaman dengan Zhu Shen Mei yang terus mendorong Zhao Yuan Shao. Menghalangi pria siluman itu untuk melihat apa yang ada di luar kediaman.Zhao Yuan Shao menyalakan lentera gantung di ruang utama. Cahaya hangat menyeba
Setelah pertarungan usai dan kabut memudar, ketiganya duduk sejenak di beranda sebuah rumah kosong. Zhao Yunshi bersandar di tiang kayu, matanya terpejam, masih mengumpulkan kekuatan. Sementara itu, Zhu Shen Mei berdiri di halaman, membuka gulungan catatan roh miliknya, menulis cepat di permukaan kertas dengan kuas kecil yang mengeluarkan cahaya giok.“Kau mencatat pertarungan kita?” tanya Zhao Yuan Shao sambil mengikat kembali sarung pedangnya.Zhu Shen Mei menoleh sebentar. “Tidak. Aku menulis surat wasiat. Kalau nanti mati dibantai siluman, kau tahu di mana harta karun milik ku, iya kan?”Zhao Yuan Shao mengangguk mantap sembari bersidekap, berlagak serius. “Tentu. Di balik rak buku, di belakang lukisan burung bangau, tiga langkah ke kanan, lantai kayu keempat bisa dicungkil.”Zhu Shen Mei mematung, sangat terkejut dengan jawaban pria siluman itu. "Kau mengintip kamarku?” todongnya dengan mata terbelalak sempurna. “Bukan mengintip, tapi memastikan tempat persembunyian calon istri
Zhao Yuan Shao menatap sekeliling, lalu mengangkat tangannya pelan. Ia membentuk mudra, mengalirkan sedikit energi spiritual ke udara. "Ada resonansi.” Wajahnya menegang. “Sesuatu menyerap roh di sekitar sini. Perlahan... dan sangat hati-hati. Bahkan roh tanaman dan hewan tak terasa.” Zhao Yunshi menyipitkan mata. “Ini kerja siluman tingkat tinggi. Tapi aneh... kalau ini niat jahat, kenapa meninggalkan bangunan utuh? Kenapa tidak menghancurkan, membakar, atau mencemari?” Zhu Shen Mei menjawab perlahan, “Mungkin karena siluman ini tidak datang untuk menghancurkan… tapi untuk berdiam.” Mereka bertiga saling bertukar pandang. Sebuah pengertian tak terucapkan mulai tumbuh: apa pun yang mengambil alih desa ini, itu tidak sedang bersembunyi. Ia menunggu. Tiba-tiba, dari rumah tua di ujung jalan, terdengar suara pintu berderit. Zhao Yuan Shao langsung berdiri di depan Zhu Shen Mei, satu tangan terangkat membentuk perisai energi kecil di antara mereka. “Tetap di belakangku,” katanya da
Aroma obat herbal dan dupa pembersih masih samar tercium dari bangsal penyembuhan. Akan tetapi Zhao Yunshi sudah berdiri dengan anggun, rambut peraknya dikuncir separuh, jubah putih gadingnya berkibar pelan saat angin sore menerpa. Bekas luka serangan siluman wabah Hui telah hilang dari kulitnya, namun sisa-sisa kelelahan masih tampak di sorot matanya. Di sebelahnya, sang kakak, Zhao Yuan Shao, tampak lebih tenang dari biasanya, meski jelas tak sepenuhnya lega. Tubuhnya tegap dalam jubah penangkap siluman berwarna gelap, namun sorot mata itu—yang hanya muncul saat menatap adiknya—terlihat teduh, penuh perhatian. "Aku ingin kembali ke Desa Liuyang kak," ucap Zhao Yunshi dengan tenang. Meski ini juga terdengar sebagai permintaan yang mendadak. “Kau yakin ingin kembali sekarang?” tanya Zhao Yuan Shao, suaranya rendah namun mengandung nada khawatir. “Tubuhmu mungkin sudah pulih, tapi luka akibat siluman wabah Hui tak semudah itu untuk sembuh," imbuhnya. Zhao Yunshi menatap jau
Langit mulai gelap ketika suasana di biro penangkap siluman terasa lebih sunyi dari biasanya. Di serambi yang sama, Zhu Shen Mei dan Zhao Yuan Shao masih duduk berdua, namun kali ini tanpa candaan. “Kau melihatnya juga, kan?” suara Zhu Shen Mei terdengar pelan, tapi tegas. Zhao Yuan Shao mengangkat alis. “Maksudmu darah Zhang Fei?” Zhu Shen Mei mengangguk, sorot matanya tajam. “Itu bukan darah manusia biasa… bahkan bukan darah manusia sama sekali.” Zhao Yuan Shao mendecak, ekspresi wajahnya berubah serius. “Aku juga memperhatikannya. Luka di lengannya saat dia hendak memberikan darahnya untuk Bai Hu, darahnya menghitam terlalu cepat. Seperti… darah siluman.” Hening sesaat. Angin malam berhembus, membawa hawa dingin yang membuat bulu kuduk berdiri. “Kau yakin dia manusia?” tanya Zhu Shen Mei pelan. Zhao Yuan Shao menggertakkan giginya. “Zhang Fei sudah bertahun-tahun berada di biro. Jika dia bukan manusia, pasti seseorang sudah menyadarinya sejak dulu. Tapi…” “Tapi darahnya tid
Cahaya pagi yang hangat menembus jendela kamar Zhao Yunshi, menerangi ruangan dengan sinar lembut. Aroma ramuan herbal masih samar tercium, bercampur dengan udara pagi yang segar. Di atas dipan, Zhao Yunshi mulai membuka matanya perlahan. “Ah, kau akhirnya bangun juga,” suara akrab itu terdengar sebelum matanya benar-benar fokus. Zhao Yuan Shao duduk di kursi di samping tempat tidur, satu kakinya disilangkan dengan santai, sementara tangannya memegang cangkir teh. Tatapan hangat bercampur keisengan khasnya terpancar dari matanya. “Kak.” suara Zhao Yunshi masih serak, tapi lebih kuat dari sebelumnya. Ia mencoba bangkit, tapi Zhao Yuan Shao segera menahan bahunya dengan lembut. “Pelan-pelan. Kau belum sepenuhnya pulih.” Zhao Yunshi menghela napas dan mengangguk. “Aku merasa jauh lebih baik. Itu berarti… obatnya berhasil?” tanyanya. Zhao Yuan Shao mengangguk, tapi senyum di wajahnya sedikit meredup. “Ya, tapi bukan hanya karena akar bunga giok hitam dari Gunung Langfeng.” Z