Alexa menatap ke dua mata Deon yang semakin tajam menatapnya begitu juga dengan sentuhan tangan Deon yang terasa semakin erat mendekap tubuhnya yang kecil.
“Kenapa diam saja? Apa dia tidak memintamu melakukan itu? bukannya seperti itu cara kalian para pencari popularitas menjadi bintang yang bersinar?” tanya Deon sambil terus melakukan gerakan dansa mengikuti irama musik.
“Sepertinya lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk Bapak mempelajari dunia yang saya tempati ini,” jawab Alexa yang tidak bisa melepaskan dirinya dari Deon.
“Jadi?” Deon meraba punggung Alexa yang terbuka dan menunjukan bagian punggungnya yang terlihat menawan. Deon sudah melatih gerakannya itu bersama dengan Calisa beberapa saat yang lalu. Meski Calisa tidak tahu jika niatan Deon hanyalah menjadikannya bahan percobaan untuk aksinya malam itu.
“Apa kamu juga melakukan hal semacam itu?” sambung Deon menanyakan hal yang mengganggu pikirannya dengan caranya sendiri.
“Apa kamu--” Deon melepaskan tangannya dari punggung Alexa lalu beralih pada rambut Alexa yang terurai dengan indahnya. Deon mencium ujung rambut Alexa sama persisi dengan cara Deon menciumi rambut Calisa lalu melanjutkan ucapannya, “juga sama dengan mereka?”
Setelah itu Deon melepaskan Alexa dan menghentikan permainannya malam itu. Alexa terdiam mendengar dua pertanyaan Deon yang sulit baginya untuk menjawab dengan tegas. Melihat Alexa hanya terdiam, Deon pun tersenyum lalu menghampiri Alexa dan berbisik di telinganya,
“Dan pada akhirnya aku lah yang tersenyum bukannya kamu. Menurutmu aku tidak tahu permainan apa yang coba kamu menangkan? Jangan samakan aku dengan para pria rendahan yang ada di hidupmu selama ini.”
Setelah berkata seperti itu Deon pergi meninggalkan Alexa dan menghampiri Calisa yang hampir selesai melakukan tugasnya. Deon merasa jika latihannya dengan Calisa tidak sia-sia meski menimbulkan kesalah pahaman kecil pada Calisa namun Deon tahu, Calisa akan sadar jika dia melakukan itu padanya bukan karena suatu perasaan dan menyadari jika semua itu terjadi tidak lain karena suatu alasan tertentu yang tidak bisa melibatkan perasaan di dalamnya.
Calisa yang berdansa dengan Jhanson tidak hanya diam dan menikmati alunan musik pada malam itu. Calisa pun memiliki perannya sendiri di malam itu bukan tanpa alasan Deon menjadikan Calisa sebagai sekretaris pribadinya.
Mari kembali ke beberapa saat sebelum Deon menghampiri Calisa.
Saat Deon sedang berdansa dengan Alexa, Calisa dengan tenangnya melangkah dan melakukan gerakan dansa dengan luwesnya.
“Rupanya kamu tidak hanya berbakat mengurus Pak Deon, gerakanmu sangat indah seperti seorang penari, kenapa kamu tidak menjadi seorang bintang saja? Wajahmu juga terlihat sangat menarik, pasti tidak akan membutuhkan waktu lama untuk menjadikanmu bintang yang bersinar terang,” ucap Jhanson yang memuji kelihaian Calisa.
“Benarkah? Apa saya bisa menjadi seperti yang Bapak katakan? Saya sedikit ragu,” jawab Calisa sambil terus mengikuti irama musik dansa yang ritmenya semakin cepat.
“Kenapa kamu ragu? Kalau orang itu aku tentu saja tidak ada yang tidak mungkin,” sahut Jhanson dengan percaya diri.
“Entahlah! Saya itu orangnya bukan tipe yang suka diatur dan dimanfaatkan begitu saja. Saya paling benci jika harus berada di dekat orang yang akan membuang saya tanpa ragu setelah saya menjadi tidak berguna,” ucap Calisa yang sudah lihai memilah kata dan nada yang tepat.
“Wah, memang benar kalau hewan piaraan itu mewarisi sifat majikannya,” ucap Jhanson yang mulai bersemangat dengan obrolan yang semakin memanas itu.
“Sepertinya Anda terlalu banyak membaca buku tidak berguna. Bukan mewarisi sifat majikannya tapi lebih tepatnya, dia bisa tahu apa yang dirasakan majikannya dan memiliki naluri untuk melindungi majikannya dari para hewan yang jauh lebih buas dan serakah,” ucap Calisa menyangkal ucapan Jhanson.
“Ck! Sayang sekali wanita secantik kamu harus menjadi piaraan orang macam Deon, padahal kecantikanmu ini.” Jhanson memainkan jarinya dan menyentuh wajah Calisa denga lembutnya. “Seharusnya dengan wajah ini kamu menjadi orang yang lebih bersinar,” sambung Jhanson sambil melemparkan senyuman pemikatnya.
Calisa tersenyum saat mendengar Jhanson kembali mengatakan hal yang sudah dia dengar sebelumnya.
“Grab!” Calisa menarik dasi Jhanson sehingga tubuh Jhanson tertarik ke arahnya.
“Cobalah! Dan terus cobalah menjatuhkanku, sekeras apa pun usahamu semua itu akan sia-sia! Jadi cobalah sekeras yang kamu bisa! Sampaikan itu pada majikan Anda Pak Jhanson, itu adalah pesan dari majikan saya,” ucap Calisa dengan sorotan mata yang tiba-tiba berubah menjadi tajam setajam lisannya.
Setelah berkata seperti itu Calisa melepaskan dasi Jhanson yang dia tarik dan pergi meninggalkannya. Saat Calisa berbalik dia melihat Deon sedang berjalan menghampirinya dengan senyuman penuh kemenangan Calisa pun membalas senyuman Deon dengan senyuman yang serupa.
Begitulah yang terjadi di antara Calisa dan Jhanson selama Deon dan Alexa berdansa dan beradu kata dengan hebatnya.
***
Beberapa saat setelah acara penghargaan yang panas itu.
“Begitulah pesan yang dibawakan oleh wanitanya,” ucap Jhanson setelah menyampaikan pesan yang Deon titipkan melalui Calisa tanpa harus melafalkannya.
“Wah, jadi dia sudah belajar banyak hal mengenai dunia ini,” sahut orang yang Calisa sebut sebagai majikan dari Jhanson.
“Lalu apa rencana Anda selanjutnya?” tanya Jhanson pada Orang yang memegang kendali atas dirinya itu.
“Lanjutkan seperti yang sudah kita rencanakan. Tetap pada jalur dan terus melaju,” jawab Orang itu yang menjawab tanpa menatap ke dua mata Jhanson.
“Baik, Tuan,” jawab Jhanson patuh.
***
“Sial!” Alexa memaki Deon sambil membom bardil kamarnya sendiri.
Kamar Alexa dalam hitungan menit sudah menjadi tempat yang sangat tidak nyaman untuk di gunakan beristirahat. Ada begitu banyak pecahan keramik dari beberapa vas yang Alexa pecahkan di atas lantai bahkan bunga-bunga yang sebelumnya tertata rapi dan indah di dalam vas bunga itu berserakan mengotori lantai kamar Alexa.
“Dia, dia, dia benar-benar merendahkanku! Dia pikir aku sekotor itu? Apa dia pikir aku semenjijikan itu? Lalu bagaimana dengannya? Bukankah dia sudah melakukan hal seperti itu berulang kali dengan para gadis yang lebih muda dan cantik dariku? Sial! Kenapa aku jadi kesal hanya dengan memikirkannya?” ucap Alexa dengan amarahnya yang belum juga mereda.
Brug! Alexa mengehempaskan dirinya ke atas ranjang kamarnya, satu-satunya tempat yang masih aman dari amukannya.
Alexa berencana untuk menenangkan dirinya dan melupakan semua masalah pada malam itu dengan memejamkan ke dua matanya tapi bukannya menjadi lebih baik, Alexa justru terbayang-bayang ke dua mata Deon yang menatapnya dengan tajam beberapa jam yang lalu.
“Sial! Sial! Kenapa dia harus muncul di dalam benakku? Mata itu, aku membencinya,” ucap Alexa sambil meremas seprai ranjangnya dengan penuh emosi.
Tiba-tiba, saat Alexa sedang kesal-kesalnya dengan Deon, sebuah pesan masuk dan membunyikan nada notifikasi Handphone Alexa.
Alexa membuka pesan yang dia dapatkan dari no tak dikenal itu.
“Bukannya ada sesuatu yang harus kita selesaikan Nona Alexa? Aku akan menunggumu di hotel XM3”
Prank! Alexa melempar Handphone di tangannya ke kaca lemari yang berada sepuluh meter di depan ranjangnya.
“Rupanya kamu mau bermain-main denganku Deon, baikla akhu akan menurutinya,” ucap Alexa dengan nafas yang naik turun setelah meluapkan emosinya.
Alexa melepas seluruh pakaiannya dan membersihkan dirinya sebelum pergi menemui Deon, bahkan Alexa menggunakan sabun dengan aroma yang akan bertahan lama demi mengikuti permainan Deon. Setelah membersihkan dirinya dengan sangat baik, Alexa memilih setelan pakaian yang sudah dia siapkan untuk saat-saat seperti itu.
“Kamu akan menyesalinya Deon,” gumam Alexa sambil memasang sepasang anting dan tersenyum licik di depan kaca riasnya.
Di samping itu, Deon sedang menunggu Alexa di sebuah hotel yang sudah dia pesan khusus untuk malam di mana dia akan memainkan permainan yang akan semakin seru itu.
“Calisa,” panggil Deon pada Calisa yang sedang mempersiapkan anggur pesanan Deon.
Calisa menoleh pada Deon dan menjawab,
“Iya Pak?”
“Kamu bisa langsung pulang setelah ini, tidak usah menungguku. Kamu sudah bekerja dengan sangat baik,” ucap Deon meminta Calisa untuk tidak menunggunya seperti biasa.
Sejenak Calisa terdiam dan tampak sedang berpikir, melihat itu Deon pun bertanya,
“Ada apa? Apa ada yang ingin kamu katakan?”
Calisa tersenyum mendengar Deon bertanya seperti itu padanya lalu menjawab,
“Tidak, saya tidak ingin mengatakan apa pun. Saya akan langsung pulang begitu selesai menyiapkan anggur ini.”
Deon hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju sofa dan duduk di sana sambil menunggu tamu undangannya datang.
Sebelum pergi Calisa memberikan obat yang Deon minta sebelumnya pada Calisa.
“Ini obat yang Bapak minta tadi,” ucap Calisa sambil memberikan obat yang akan membuat Deon memenangkan permainan malam itu. Obat yang akan membuat Deon dapat mengontrol nafsunya meski dihadapkan seribu wanita penggoda.
“Ok, terima kasih,” ucap Deon sambil menerima obat itu.
“Aku akan minta sopirku mengantarmu,” sambung Deon yang juga mengkhawatirkan Calisa.
“Benar-benar orang yang tidak bisa di tebak, kalau Bapak seperti ini bagaimana aku bisa melupakan perasaan ini? di satu sisi Bapak terlihat jelas tidak melihatku sebagai wanita tapi di sisi lain Bapak mengkhawatirkanku sebagai wanita, Bapak membuatku bimbang,” ucap Calisa di dalam hati sambil menatap ke dua mata Deon tanpa dia sadari.
“Calisa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Deon yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Calisa.
“Oh, maafkan saya, Pak. Saya sudah lancang menatap Bapak seperti tadi jadi maafkan saya, Pak,” ucap Calisa dengan spontan meminta maaf sambil menundukkan kepalanya beberapa kali saat dia sadar akan apa yang dia lakukan.
“Dasar kamu, jangan suka melamun saat bekerja. Pulanglah! Malam semakin larut sebaiknya kamu segera pulang dan beristirahat karena besok kamu masih harus bekerja,” ucap Deon sambil memalingkan wajahnya lalu meminum obat yang dia minta pada Calisa.
“Baik, Pak. Saya pulang dulu,” jawab Calisa patuh lalu pergi meninggalkan Deon seorang diri di dalam kamar hotel yang megah itu.
“Bagaimana dengan Bapak sendiri? Bukannya Bapak besok juga masih harus bekerja? Tapi kenapa justru memainkan permainan seperti ini dengan wanita itu? Apa Bapak menyimpan perasaan padanya?” tanya Calisa dengan kesal di dalam hati dengan melangkah menuju lift khusus yang hanya digunakan oleh orang kepercayaan Deon.
Tepat saat Calisa memasuki lift khusus itu, Alexa keluar dari lift yang biasa di gunakan oleh para penyewa hotel.
Alexa menghela napasnya lalu memantabkan diri untuk membalas perlakukan Deon padanya, tanpa dia ketahui jika Deon lebih siap mempermainkannya malam itu dari pada dia.
Alexa menunggu di depan pintu kamar hotel yang sudah di siapkan oleh Deon dan tak lama kemudian Deon membukakan pintu itu untuk Alexa dengan senyuman miringnya yang menawan dan Wanita mana pun bahkan Alexa sempat goyah ketika melihat senyuman Deon itu.
“Kamu sudah datang Nona Alexa? Sepertinya kamu memepersiapkan dirimu dengan sangat baik,” ucap Deon sambil memperhatikan penampilan Alexa yang berdiri dengan anggun di depan pintu kamar hotelnya lalu mengulurkan tangannya pada Alexa.
Dengan enggan Alexa menggapai tangan Deon dan berjalan masuk beriringan dengan Deon yang merasa tidak sabar untuk mendapatkan hasil dari permainan kecilnya itu.
“Jadi... apa aku mengganggu waktu istirahatmu Nona Alexa?” tanya Deon sambil menarik kursi untuk Alexa.
“Tentu saja tidak. Saya datang justru karena merasa senang dengan undangan dari Pak Deon,” jawab Alexa dengan menebar senyuman palsu pada Deon.
Deon yang melihat senyuman itu pun mendesah dengan keras sampai Alexa dapat mendengarnya dengan jelas.
“Apa ada yang salah Pak?” tanya Alexa sambil meletakan tas kecilnya di atas meja yang sudah tertata dengan gelas anggur dan botol anggur dengan kualitas terbaik. Tak hanya itu, di atas meja itu sudah tersajikan makanan yang ringan untuk menemani obrolan di tengah malam, tentu saja Deon yang meminta Calisa menyiapkan semua itu.
“Kenapa ya...? Rasanya aku sangat penasaran denganmu. Pertama kali bertemu denganmu aku melihat Sosok yang berbeda dan ketika bertemu denganmu lagi aku kembali menemukan Sosok yang berbeda jadi aku menjadi sangat penasaran, siapa kamu sebenarnya? Apakah Nona Alexa yang aku temui di kantorku? Atau Nona Alexa yang bekerja bersama Jhonatan?” jawab Deon sambil menatap Alexa dengan sorotan matanya yang mengalahkan dinding para Wanita.
“Dia pasti sudah gila! Kenapa menatapku seperti itu... jika yang sedang duduk di sini adalah Wanita lain pasti dia suda goyah tapi aku tidak,” ucap Alexa di dalam hati saat Deon menatapnya dengan begitu dalam.
“Begitu rupanya... Saya tidak tahu jika Pak Deon sangat penasaran tentang Saya. Saya merasa sangat beruntung karena dapat menarik perhatian Seorang CEO CA Entertaintemnt,” jawab Alexa memainkan perannya dalam permainan itu dengan baik.
“Ah sial! Rupanya kamu memang pandai menahan diri tapi aku tidak,” ucap Deon yang tiba-tiba sikapnya berubah jauh dari saat pertama menyambut Alexa di kamar hotelnya.
Deon berdiri dari kursinya lalu menghampiri Alexa yang masih duduk dengan tenang di atas kursinya. Melihat Alexa yang dengan tenang menghadapi perubahan sikapnya yang tiba-tiba itu, Deon pun dapat mengetahui jika Alexa sudah memepersiapkan dirinya untuk mengikuti permainan yang Deon buat itu.
“Jadi begitu... sampai sekarang pun kamu berpura-pura kuat... baiklah... bagaimana kalau kita rubah permainan ini,” ucap Deon di dalam hati.
Deon menuangkan anggur ke dalam gelas yang ada di depan Alexa lalu setelah itu dia menuangkannya untuk dirinya sendiri.
“Bagaimana kalau kita menikmati hidangan ini kemudian baru kita kembali mengobrol? Anggur ini adalah anggur kualitas terbaik yang selalu aku sajikan untuk mereka yang pantas menerimanya,” ucap Deon sambil mengangkat gelas anggurnya lalu meminum beberapa tegukan kecil.
“Ah... rasanya sangat nikmat, kenapa kamu tidak mencobanya? Apa kamu tidak bisa meminum anggur? Atau jangan-jangan kamu takut aku melakukan sesuatu padamu melalui minuman itu?” tanya Deon pada Alexa yang hanya diam dan bahkan tidak meyentuh gelas yang sudah berisikan anggur kesukaan Deon itu.
Alexa tersenyum dengan ringannya lalu berdiri dan mengambil gelas anggur yang ada di tangan Deon dan meletakannya kembali ke atas meja, lalu dengan senyuman liciknya, Alexa bertanya dengan lembutnya,
“Apa... Bapak melakukan ini karena itu?”
Deon tersenyum mendengar pertanyaan singkat namun menarik itu.
“Sret!” Deon menarik tangan Alexa dan melingkarkan tangannya di punggung Alexa.
“Sepertinya kamu memang suka memakai pakaian yang terbuka Nona Alexa,” ucap Deon sambil meraba punggung Alexa yang terasa hangat.
“Dan sepertinya, aku sedikit salah menilaimu... apa kamu datang ke sini setelah mempersiapkan semuanya dengan matang?” tanya Deon sambil menciumi bahu Alexa yang terbuka dan memiliki aroma yang sedap itu.
Alexa menghela napasnya lalu bertanya,
“Apa Bapak sudah mabuk?”
“Hah...!” Deon mendesah mendengar pertanyaan itu.
“Apa kamu pikir aku akan mabuk hanya dengan meminum sedikit anggur? Aku bahkan belum memulainya tapi sepertinya kamu sudah mulai khawatir ya...,” jawab Deon sambil melepaskan tubuh Alexa dan menajauh beberapa langkah.
“Bruak!” Alexa mendorong tubuh Deon sampai terjatuh di atas ranjang yang berada tepat di belakang Deon.
Alexa menindih tubuh Deon dan memegang ke dua bahu Deon dengan erat.
“Apa aku terlihat begitu di matamu?” tanya Alexa dengan mata yang membesar dan memerah.
“Srak!” Deon dengan cepat mengambil alih posisi Alexa. Tentu saja Alexa mencoba membebaskan dirinya dari Deon tapi dengan tubuh Deon yang lebih besar dan kuat tentu saja pada akhirnya Alexa yang tidak berdaya.
“Bunkah tadi kamu bertanya, apakah aku melakukan ini karena itu? itu yang kamu maksudkan adalah, mengiramu sebagai dia?” tanya Deon dengan mata yang memerah.
“Mana mungkin Seorang CEO CA Entertainment yang tidak pernah sekali pun tertarik pada bintang dari agensi yang mereka sponsori tiba-tiba mempermainkan Model rendahan seperti Saya, apa artinya itu kalau bukan karena Bapak mengira Saya adalah orang yang bahkan Saya tidak tahu siapa dia,” jawab Alexa dengan tegas dan juga jelas.
“Ha~, sepertinya aku terlalu memberimu harapan,” ucap Deon sambil melepaskan salah satu tangannya yang menahan tubuh Alexa lalu merubah haluannya menuju wajah Alexa yang terlihat sangat cantik dengan make up sederhana namun memiliki kesan elegan yang Alexa pakai malam itu.
“Apa aku terlihat begitu di matamu? Tertarik dengan Model murahan sepertimu? Apa kamu datang karena mengharapkannya? Apa kamu berpikir aku mengundangmu ke mari karena menerimamu untuk menemaniku di ranjang ini?” tanya Deon sambil memainkan jemarinya di bibir Alexa yang mungil dan sexy itu.
Alexa hanya terdiam dan tidak bisa mengatakan apa pun. Meski dia sudah menyiapkan dirinya untuk situasi seperti itu sebelum menemui Deon namun kenyataannya dia tetap tidak bisa berkutik. Bibir dan lidah Alexa terasa kelu sampai tidak bisa mengatakan apa yang ingin dia katakan pada Deon.
“Kenapa kamu hanya diam saja? Padahal ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ku tahu jawabannya seperti... apa aku bisa mencoba sensai di balik bibir yang menggoda ini? aku harap kamu sudah mendapatkan jawaban yang tepat karena aku sudah menanyakannya sebelum ini,” ucap Deon yang masih terus memainkan jemarinya di bibir Alexa dan menatap Alexa dengan tatapannya yang nakal.
Perlahan Deon mendekatkan bibirnya ke bibir Alexa. Semakin dekat dan semakin dekat sampai Alexa dapat merasakan hembusan nafas Deon yang hangat dan juga semakin memperburuk suasana. Entah mengapa Alexa merasa tidak siap dengan situasi itu meski pun dia sudah menguatkan dirinya dan mengatakan pada dirinya sendiri akan menghadapi apa pun yang akan terjadi namun kenyataannya Alexa belum siap untuk bermain dengan Deon.
Alexa menutup ke dua matanya saat bibir Deon sudah sangat dekat dengan bibirnya. Alexa bahkan berhenti bergerak karena takut akan menempelkan bibirnya sendiri di bibir Deon yang sudah berada di atas bibirnya.
“Kurang ajar kamu Deon!”
Sampai di sini dulu ya para Reader sekalian. Author akan menyajikan kelanjutan dari kisah Bang Deon dan Model cantik kita Alexa besok. Jadi, tetap Stay dan nantikan kelanjutannya. Apakah Deon akan mencium Alexa? Tulis tanggapan kalian di kolom review ya..., terima kasih. See you tomorrow.
“Hah!” Deon menghela napasnya dan menyingkir dari tubuh Alexa yang tidak bisa berkutik itu. “Kalau kamu tidak siap dengan hal-hal seperti ini, seharusnya kamu tidak usah berurusan dengan dunia yang bukan duniamu,” ucap Deon dengan santainya sambil mengambil jas dari atas sofa. Alexa membuka ke dua matanya dan melihat Deon tidak melakukan apa pun padanya. Dadanya terasa lega,namunsecara bersamaannafasnya menjaditak beraturan karena cukup lama menahan nafas saat Deon berada tepat di depan hidungnya. Alexa mencoba mengatur pernapasannya yang naik turun dengan cepat itu. ke dua mata Alexa menatap punggung Deon dengan tajamnya. Deon merupakan orang yang sangat sensitif dengan sekelilingnya. Meski dia tidak menoleh, Deon dapat merasakan sorotan tajam yang sedang menusuknya dari belakang itu. “Kenapa menatapku seperti itu? Apa sekarang kamu menyesal karena aku tidak melakukan apa pun padamu?” tanya Deon pada Alexa yang t
Cullen Deon Abraham. Begitulah khalayak luas mengenal sosok hebat penuh ambisi dan karismatik dari CA Entertaiment itu. Nama besar untuk lelaki hebat yang tidak memiliki celah sedikit pun di mata para pihak yang ingin menjatuhkannya. Berbagai macam penghargaan telah Deon dapatkan sebagai seorang ceo. Hal itu membuktikan kehebatannya dalam memenuhi perannya sebagai kepala yang menggerakkan perusahaan besar di bidang entertainment itu. Tatapan yang tajam dan kata-katayang padat dan dinginmembuat Deon terkenal sebagaiseoranglelaki yang dingin namun mengagumkan di mata para wanita. Sifat Deon yang seperti itujustru menjadi daya tariknya di mata para mitra bisnis nya yang kebanyakan wanita. Kesuksesan Deon sebagai seorang ceobukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak hal yang harus Deon lakukan dan korbankan. Terlalu banyak sampai hal ituselalu membuatnya cemasjika suatu hari nanti akan terekspos ke
Deon bertekuk lutut di hadapan ke dua orang tua Ayya. Tatapan tajam ke dua orang tua Ayya padanya yangmembuat mental Deon hancur.“Jadi, maksud ucapanmu tadi, kamu akan menikahi anak saya sebagai bentuk tanggung jawab?” tanya Bram, Ayah Ayya.Sambil menganggukkan kepala, Deon menjawab, “Iya Pak. Saya akan menikahi Ayya dan menanggung semua kebutuhan hidupnya sebagai istri saya.”BRUAK!Bram membalikkan meja yang ada di depannya dengan mata yang memerah. Otot-otot wajah Bram terlihatdengan sangat jelas.“Ayah,” ucap Ayya sambil menarik tangan Bram yang hendak menghampiri Deon dengan amarahnya.“Lepas!” ucap Bram dengan lantangnya sambil mendorong tubuh Ayya hingga terjatuh di atas sofa.“Kamu pikir kamu siapa! Berani-beraninya menodai anak saya laludengan mudah mengatakan akan menikahinya. Gara-gara kamu masa depan anak saya jadi hancur! Dia tidak bisa meraih mimpiny
Ke dua mata Deon tidak bisa berpaling dari dua bola mata milik bayi yang ada di dalam keranjang besar itu, karena ke dua mata itu sangat mirip dengan mata yang dimiliki Ayya, yang tak lain adalah ibu dari bayi itu. Perlahan-lahan air mata Deon membasahi ke dua pipinya dan hampir saja menetes diwajah bayi mungil yang masih terlihat sangat lemah itu.“Bayi? Isinya bayi?” tanya penjaga kuburan itu. Diaterlihat sangat terkejut dengan isi keranjang yang dia bawa sebelumnya.“Cantiknya, apa Mamamu sudah memberimu nama?” tanya Deon sambil mengusap pipi bayi mungil itu.“Bayi siapa ini Nak? Sebaiknya kita berikan pada pihak berwajib saja supaya dicarikan orang tua kandungnya,” ucap penjaga kuburan itu yang tidak mengetahui jika Deon adalah salah satu orang tua bayi mungil itu.“Bapak jangan khawatir, tidak perlu mencarikarenadia datang pada orang yang tepat,” jawab Deon sambil mengangkat bayi
20 Januari 2014.Matahari bersinar dengan hangatnya. Sinar hangatnyamenembus celah diantara gorden kamar Deon yang sudah rapi sebelum dia terbangun.Deon membuka ke dua matanya dengan perlahan. Tubuhnya terasa lebih rileks setelah beristirahat dari segala rutinitas kantornya yang melelahkan.“Pagi Pak Deon.Saya sudah menyiapkan pakian yang akan Bapak kenakan untuk menghadiri rapat pagi ini dan ini kegiatan Bapak hari ini,” jelas Calisa, sekretaris pribadi Deon sambil memberikan sebuah tablet pada Deon.Deon menerima tablet yang diberikan Calisa padanya dan membaca setiap detail dari laporan harian itu dengan seksama.“Terima kasih kalau begitu saya akan siap-siap dulu,” jawab Deon setelah membaca keseluruhan laporan yang dibuat Calisa dengan hati-hati itu.“Dan tolong panggilkan Erik,” sambung Deon sambil mengembalikan tablet berwarna silver itu pada Calisa.“Baik Pak,” jawab
Deon memperhatikan wajah wanita yang beberapa waktu lalu menabraknya itu. Dia masih tidak menyangka akan mengira wanita itu sebagai sosok yang ada di bayangan masa lalunya.“Lupakan yang barusan terjadi,” ucap Deon setelah mempersiapkan dirinya beberapa menit untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan itu.Wanita yang duduk dengan anggun di sofa yang tak jauh dari meja kerja Deon tersenyum miring mendengar Deon berkata seperti itu.“Anda pikir saya akan melakukan apa? Saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan mempersulit pekerjaan saya,” jawab wanita itu dengan tegasnya.“Baiklah kalau kamu berkata seperti itu,” jawab Deon dengan santainya sambil berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati wanita itu.“Tapi ngomong-ngomong.” Deon meletakan salah satu tangannya di punggung sofa yang berada di belakang pundak wanita itu. “Apa kamu benar-benar bukan dia? Aku melihat ada begitu banya
Beberapa menit sebelum Deon memberikan long dres pada Calisa. Deon sedang mengecek kembali jadwalnya hari itu lalu tiba-tiba dia tersenyum kecil saat membaca jadwalnya di malam hari. “Aku hampir melewatkan pesta pertunjukan itu,” gumam Deon sambil membuka folder lain yang berkaitan tentang acara besar yang akan dia hadiri beberapa jam lagi. Deon membaca dengan cermat setiap detail dari acara besar yang dia sponsori itu. Deon adalah salah satu donaturterbesar dari acara awal tahunan di dunia hiburan itu. Sebuah acara yang akan menjadi panggung besar bagi para aktris, aktor dan model yang menerima penghargaan. Saat Deon sedang membaca setiap rinci dari acara itu tiba-tiba perhatiannya kembali terpusat pada objek yang beberapa waktu lalu berhasil mencuri perhatiannya. “Menarik sekali! Bukan hal yang tidak mungkin jika dia mendapatkan penghargaan di acara itu tetapi yang membuatku tertarik adalah tentang siapa dia sebenarnya?
Sepanjang perjalanan menuju acara penghargaan itu, Deon hanya diam sambil membaca laporan dari para klien dan stafnya yang belum dia rampungkan hari itu.“Bapak masih menyempatkan diri bekerja meski di saat seperti ini?Bapak memang ceoyang patut jadi teladan,” ucap Calisa memuji Deon.Deon hanya tersenyum tipis tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan Calisa hanya bisa menerimanya dengan senyuman.“Memang pantas dia disebut sebagai pemberi harapan palsu,baru selang beberapa menit sikapnya sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat,” ucap Calisa di dalam hati.Beberapa menit kemudian Deon dan Calisa tiba diajang penghargaan yang diadakan tiap awal tahun itu. Mobil Deon berhenti tepat di depan red carpet yang akan menjadi tempat untuk menunjukkan karismanya yang luar biasa.“Kamu sudah siap Calisa?” tanya Deon pada Calisa yang terlihat sedikit gugup.“Sa-saya.” Calisa terli
“Hah!” Deon menghela napasnya dan menyingkir dari tubuh Alexa yang tidak bisa berkutik itu. “Kalau kamu tidak siap dengan hal-hal seperti ini, seharusnya kamu tidak usah berurusan dengan dunia yang bukan duniamu,” ucap Deon dengan santainya sambil mengambil jas dari atas sofa. Alexa membuka ke dua matanya dan melihat Deon tidak melakukan apa pun padanya. Dadanya terasa lega,namunsecara bersamaannafasnya menjaditak beraturan karena cukup lama menahan nafas saat Deon berada tepat di depan hidungnya. Alexa mencoba mengatur pernapasannya yang naik turun dengan cepat itu. ke dua mata Alexa menatap punggung Deon dengan tajamnya. Deon merupakan orang yang sangat sensitif dengan sekelilingnya. Meski dia tidak menoleh, Deon dapat merasakan sorotan tajam yang sedang menusuknya dari belakang itu. “Kenapa menatapku seperti itu? Apa sekarang kamu menyesal karena aku tidak melakukan apa pun padamu?” tanya Deon pada Alexa yang t
Alexa menatap ke dua mata Deon yang semakin tajam menatapnya begitu juga dengan sentuhan tangan Deon yang terasa semakin erat mendekap tubuhnya yang kecil. “Kenapa diam saja? Apa dia tidak memintamu melakukan itu? bukannya seperti itu cara kalian para pencari popularitas menjadi bintang yang bersinar?” tanya Deon sambil terus melakukan gerakan dansa mengikuti irama musik. “Sepertinya lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk Bapak mempelajari dunia yang saya tempati ini,” jawab Alexa yang tidak bisa melepaskan dirinya dari Deon. “Jadi?” Deon meraba punggung Alexa yang terbuka dan menunjukan bagian punggungnya yang terlihat menawan. Deon sudah melatih gerakannya itu bersama dengan Calisa beberapa saat yang lalu. Meski Calisa tidak tahu jika niatan Deon hanyalah menjadikannya bahan percobaan untuk aksinya malam itu. “Apa kamu juga melakukan hal semacam itu?” sambung Deon menanyakan hal yang mengganggu pikirannya dengan caranya sendiri. “Apa
Sepanjang perjalanan menuju acara penghargaan itu, Deon hanya diam sambil membaca laporan dari para klien dan stafnya yang belum dia rampungkan hari itu.“Bapak masih menyempatkan diri bekerja meski di saat seperti ini?Bapak memang ceoyang patut jadi teladan,” ucap Calisa memuji Deon.Deon hanya tersenyum tipis tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan Calisa hanya bisa menerimanya dengan senyuman.“Memang pantas dia disebut sebagai pemberi harapan palsu,baru selang beberapa menit sikapnya sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat,” ucap Calisa di dalam hati.Beberapa menit kemudian Deon dan Calisa tiba diajang penghargaan yang diadakan tiap awal tahun itu. Mobil Deon berhenti tepat di depan red carpet yang akan menjadi tempat untuk menunjukkan karismanya yang luar biasa.“Kamu sudah siap Calisa?” tanya Deon pada Calisa yang terlihat sedikit gugup.“Sa-saya.” Calisa terli
Beberapa menit sebelum Deon memberikan long dres pada Calisa. Deon sedang mengecek kembali jadwalnya hari itu lalu tiba-tiba dia tersenyum kecil saat membaca jadwalnya di malam hari. “Aku hampir melewatkan pesta pertunjukan itu,” gumam Deon sambil membuka folder lain yang berkaitan tentang acara besar yang akan dia hadiri beberapa jam lagi. Deon membaca dengan cermat setiap detail dari acara besar yang dia sponsori itu. Deon adalah salah satu donaturterbesar dari acara awal tahunan di dunia hiburan itu. Sebuah acara yang akan menjadi panggung besar bagi para aktris, aktor dan model yang menerima penghargaan. Saat Deon sedang membaca setiap rinci dari acara itu tiba-tiba perhatiannya kembali terpusat pada objek yang beberapa waktu lalu berhasil mencuri perhatiannya. “Menarik sekali! Bukan hal yang tidak mungkin jika dia mendapatkan penghargaan di acara itu tetapi yang membuatku tertarik adalah tentang siapa dia sebenarnya?
Deon memperhatikan wajah wanita yang beberapa waktu lalu menabraknya itu. Dia masih tidak menyangka akan mengira wanita itu sebagai sosok yang ada di bayangan masa lalunya.“Lupakan yang barusan terjadi,” ucap Deon setelah mempersiapkan dirinya beberapa menit untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan itu.Wanita yang duduk dengan anggun di sofa yang tak jauh dari meja kerja Deon tersenyum miring mendengar Deon berkata seperti itu.“Anda pikir saya akan melakukan apa? Saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan mempersulit pekerjaan saya,” jawab wanita itu dengan tegasnya.“Baiklah kalau kamu berkata seperti itu,” jawab Deon dengan santainya sambil berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati wanita itu.“Tapi ngomong-ngomong.” Deon meletakan salah satu tangannya di punggung sofa yang berada di belakang pundak wanita itu. “Apa kamu benar-benar bukan dia? Aku melihat ada begitu banya
20 Januari 2014.Matahari bersinar dengan hangatnya. Sinar hangatnyamenembus celah diantara gorden kamar Deon yang sudah rapi sebelum dia terbangun.Deon membuka ke dua matanya dengan perlahan. Tubuhnya terasa lebih rileks setelah beristirahat dari segala rutinitas kantornya yang melelahkan.“Pagi Pak Deon.Saya sudah menyiapkan pakian yang akan Bapak kenakan untuk menghadiri rapat pagi ini dan ini kegiatan Bapak hari ini,” jelas Calisa, sekretaris pribadi Deon sambil memberikan sebuah tablet pada Deon.Deon menerima tablet yang diberikan Calisa padanya dan membaca setiap detail dari laporan harian itu dengan seksama.“Terima kasih kalau begitu saya akan siap-siap dulu,” jawab Deon setelah membaca keseluruhan laporan yang dibuat Calisa dengan hati-hati itu.“Dan tolong panggilkan Erik,” sambung Deon sambil mengembalikan tablet berwarna silver itu pada Calisa.“Baik Pak,” jawab
Ke dua mata Deon tidak bisa berpaling dari dua bola mata milik bayi yang ada di dalam keranjang besar itu, karena ke dua mata itu sangat mirip dengan mata yang dimiliki Ayya, yang tak lain adalah ibu dari bayi itu. Perlahan-lahan air mata Deon membasahi ke dua pipinya dan hampir saja menetes diwajah bayi mungil yang masih terlihat sangat lemah itu.“Bayi? Isinya bayi?” tanya penjaga kuburan itu. Diaterlihat sangat terkejut dengan isi keranjang yang dia bawa sebelumnya.“Cantiknya, apa Mamamu sudah memberimu nama?” tanya Deon sambil mengusap pipi bayi mungil itu.“Bayi siapa ini Nak? Sebaiknya kita berikan pada pihak berwajib saja supaya dicarikan orang tua kandungnya,” ucap penjaga kuburan itu yang tidak mengetahui jika Deon adalah salah satu orang tua bayi mungil itu.“Bapak jangan khawatir, tidak perlu mencarikarenadia datang pada orang yang tepat,” jawab Deon sambil mengangkat bayi
Deon bertekuk lutut di hadapan ke dua orang tua Ayya. Tatapan tajam ke dua orang tua Ayya padanya yangmembuat mental Deon hancur.“Jadi, maksud ucapanmu tadi, kamu akan menikahi anak saya sebagai bentuk tanggung jawab?” tanya Bram, Ayah Ayya.Sambil menganggukkan kepala, Deon menjawab, “Iya Pak. Saya akan menikahi Ayya dan menanggung semua kebutuhan hidupnya sebagai istri saya.”BRUAK!Bram membalikkan meja yang ada di depannya dengan mata yang memerah. Otot-otot wajah Bram terlihatdengan sangat jelas.“Ayah,” ucap Ayya sambil menarik tangan Bram yang hendak menghampiri Deon dengan amarahnya.“Lepas!” ucap Bram dengan lantangnya sambil mendorong tubuh Ayya hingga terjatuh di atas sofa.“Kamu pikir kamu siapa! Berani-beraninya menodai anak saya laludengan mudah mengatakan akan menikahinya. Gara-gara kamu masa depan anak saya jadi hancur! Dia tidak bisa meraih mimpiny
Cullen Deon Abraham. Begitulah khalayak luas mengenal sosok hebat penuh ambisi dan karismatik dari CA Entertaiment itu. Nama besar untuk lelaki hebat yang tidak memiliki celah sedikit pun di mata para pihak yang ingin menjatuhkannya. Berbagai macam penghargaan telah Deon dapatkan sebagai seorang ceo. Hal itu membuktikan kehebatannya dalam memenuhi perannya sebagai kepala yang menggerakkan perusahaan besar di bidang entertainment itu. Tatapan yang tajam dan kata-katayang padat dan dinginmembuat Deon terkenal sebagaiseoranglelaki yang dingin namun mengagumkan di mata para wanita. Sifat Deon yang seperti itujustru menjadi daya tariknya di mata para mitra bisnis nya yang kebanyakan wanita. Kesuksesan Deon sebagai seorang ceobukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak hal yang harus Deon lakukan dan korbankan. Terlalu banyak sampai hal ituselalu membuatnya cemasjika suatu hari nanti akan terekspos ke