Sepanjang perjalanan menuju acara penghargaan itu, Deon hanya diam sambil membaca laporan dari para klien dan stafnya yang belum dia rampungkan hari itu.
“Bapak masih menyempatkan diri bekerja meski di saat seperti ini? Bapak memang ceo yang patut jadi teladan,” ucap Calisa memuji Deon.
Deon hanya tersenyum tipis tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan Calisa hanya bisa menerimanya dengan senyuman.
“Memang pantas dia disebut sebagai pemberi harapan palsu, baru selang beberapa menit sikapnya sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat,” ucap Calisa di dalam hati.
Beberapa menit kemudian Deon dan Calisa tiba di ajang penghargaan yang diadakan tiap awal tahun itu. Mobil Deon berhenti tepat di depan red carpet yang akan menjadi tempat untuk menunjukkan karismanya yang luar biasa.
“Kamu sudah siap Calisa?” tanya Deon pada Calisa yang terlihat sedikit gugup.
“Sa-saya.” Calisa terlihat sangat gugup saat melihat ke luar jendela mobil yang sudah dipenuhi kilaun cahaya kamera dari para wartawan.
“Grab!” Deon memegang tangan Calisa yang gemetaran.
“Bukannya aku sering mengajakmu ke acara seperti ini? Kenapa kamu selalu gemetaran setiap kali akan melewati karpet itu? Sepertinya aku memang harus menggandengmu seperti sekarang,” ucap Deon membuat pipi Calisa memerah.
“Aku akan turun lebih dulu,” ucap Deon memberikan ruang untuk Calisa bernapas.
Deon turun dari mobil dan menjadi sorotan media lebih awal dari pada Calisa. Deon melambaikan tangannya sekali dan melemparkan senyumannya yang khas sebelum membukakan pintu mobil untuk Calisa.
Citranya sebagai seorang ceomemang sangat tinggi. Ada begitu banyak orang yang memuji Deon sebagai ceo yang penuh karisma dan juga rahasia. Sikap Deon yang terlihat begitu dingin namun memiliki tatapan yang tajam dan jika tersenyum memberi kehangatan membuat banyak orang tertarik kepadanya.
“Kamu sudah siap Calisa?” tanya Deon sambil mengulurkan tangannya pada Calisa.
Calisa menganggukkan kepalanya lalu menggapai tangan Deon dan keluar dari dalam mobil. Saat Calisa keluar dari dalam mobil seketika itu semua media menjepret setiap momen dengan berita hangat yang siap mereka tulis.
Kebersamaan Deon bersama Calisa yang tak lain sekretaris pribadinya memang sering menjadi perbincangan. Ke duanya selalu terlihat akrab di setiap kesempatan meski pada hakikatnya bukan seperti itu.
Deon menggandeng tangan Calisa dan berjalan beriringan dengan Calisa di atas red carpet lalu ke duanya berhenti di tempat yang sudah disediakan untuk berpose sebelum memasuki gedung utama.
Deon dan Calisa berpose bersama di depan para media yang menyoroti mereka, lalu tiba-tiba Deon menarik tubuh Calisa dari belakang sampai ke duanya berada di jarak yang begitu dekat sontak semua media semakin semangat untuk memotret ke dua orang itu.
“Pasanglah senyuman terbaikmu Calisa!” bisik Deon pada Calisa yang terlihat terkejut dengan apa yang Deon lakukan.
“Ba-baik Pak,” jawab Calisa patuh.
Saat ke duanya sedang dalam sesi pengambilan gambar, seorang wanita yang baru saja turun dari mobilnya memperhatikan kebersamaan Deon dengan Calisa sambil berdecak kagum.
“Rupanya dia pintar mengambil perhatian media,” ucap wanita itu sambil menunggu pasangannya datang dan menggandeng tangannya.
Setelah sesi itu, Deon dan Calisa memasuki gedung utama. Deon mendapatkan meja paling depan karena posisinya yang berada diurutan tertinggi sebagai donatur dari acara besar malam itu.
Saat Calisa akan duduk dan hendak menarik kursinya sendiri, tiba-tiba Deon menarik kursi yang akan diduduki oleh Calisa terlebih dulu.
“Pak, Bapak tidak perlu melakukan hal semacam ini, di sini kan tidak ada media yang memotret kita,” ucap Calisa yang merasa tidak enak dengan perlakuan Deon padanya.
Calisa tidak tahu jika Deon melakukannya bukan karena hal semacam itu melainkan karena Deon sedang melemparkan kail pancingnya ke pada seseorang.
Deon tersenyum pada Calisa lalu menjawab,
“Bukankah lebih baik berjaga-jaga?”
Entah mengapa Calisa dapat merasakan perbedaan dari sikap Deon padanya. Meski Calisa tidak tahu motif apa di balik sikap manis Deon padanya namun Calisa tetap merasa bahagia. Oleh karena itu meski dia merasa sedang dimanfaatkan dia tetap menjalaninya, bagi Calisa mau itu hanya sebatas pura-pura atau pun tidak, kesempatan seperti itu tidak akan datang untuk ke dua kalinya.
Deon tersenyum miring setelah menarikkan kursi untuk Calisa karena umpan yang dia berikan rupanya tidak begitu ampuh untuk menarik apa yang Deon ingin dapatkan di acara itu.
Acara malam itu berjalan lancar. Satu persatu aktris dan aktor terbaik menaiki panggung utama dan mendapatkan penghargaan atas bakat mereka. Setelah itu adalah sesi penghargaan untuk para model yang memiliki talenta luar biasa dan di sanalah Deon melihat wanita yang sedang berusaha dia pancing dengan beberapa umpan yang sudah Deon lepaskan sebelumnya.
“Penghargaan untuk model majalah dan iklan terbaik akan jatuh pada seorang wanita cantik yang memiliki karisma yang dapat membuat setiap pria berdecak kagum karenanya, dia adalah Aaaaleexaaaa!”
Nama yang tak asing di telinga para penggemar model berparas cantik dan memiliki senyuman yang memikat, Alexa begitulah khalayak luas mengenalnya. Alexa pun menaiki panggung utama untuk menerima penghargaan yang dia dapatkan sebagai model majalah dan iklan terbaik. Wajah Alexa dipenuhi dengan kebahagiaan. Wajahnya terlihat seperti bercahaya dengan senyumannya yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya.
“Hah! Dia bahkan memainkan perannya dengan sangat baik,” gumam Deon yang melihat kepalsuan di balik wajah yang dikagumi oleh banyak orang itu.
“Ck! Sebenarnya berapa lapis topeng yang dia gunakan?” tanya Deon pada dirinya sendiri sambil mengangkat gelas sampanye nya.
Deon memainkan gelas sampanye yang ada di tangannya dengan sangat baik seolah dia memang sudah mahir melakukannya. Setelah memutar gelas sampanye itu untuk beberapa putaran, Deon meminum sampanye dengan kualitas terbaik itu lalu tiba-tiba,
“Apa Anda melewatkan penampilan saya di atas panggung, Pak Deon?” tanya Alexa yang dengan senang hati memilih rute jalan yang agak jauh demi menyapa Deon.
Deon melemparkan senyuman kecil pada Alexa lalu menjawab,
“Tentu saja aku tidak melewatkannya. Bukankah aku akan menyesal jika sampai melewatkan penampilan bintang utama kita pada malam hari ini?”
Calisa yang mendengar jawaban Deon merasa ada sesuatu di balik kata-kata yang Deon pilih untuk menjawab wanita yang bahkan belum pernah Deon temui, begitulah yang dipikirkan Calisa.
“Kalau begitu sudah seharusnya saya berterima kasih pada Pak Deon atas perhatiannya, saya pergi dulu dan sepertinya kita akan bertemu lagi,” ucap Alexa dengan sorotan matanya yang lembut di luar namun tajam dan menusuk jauh ke dalam mata Deon.
Setelah Alexa pergi Deon mendesah dengan sedikit kencang.
“Hah!”
“Ada apa, Pak?” tanya Calisa yang mencoba memahami situasi saat itu.
“Nothing!” jawab Deon sambil mengangkat gelas sampanyenya lagi.
Calisa hanya terdiam mendengar jawaban Deon itu. Meski begitu, Calisa tetap saja kepikiran dengan percakapan Deon dan wanita yang bernama Alexa itu.
Acara penghargaan itu berjalan dengan lancar sampai pembacaan nama terakhir dari para penerima penghargaan. Kemudian acara itu dilanjutkan dengan sebuah pesta di mana biasanya para direktur dari agensi-agensi kecil mau pun besar mengunjungi orang-orang yang sudah mereka bidik sebagai sponsor utama dari para bintang yang ada di bawah naungan mereka.
“Malam Pak Deon?” sapa seorang kolega ektsternal dari CA Enertaintment yang dengan ramahnya menghampiri Deon dan memberikan salam sambil mengulurkan tangannya.
Deon yang sedang menikmati alunan musik dansa di atas kursinya pun menyempatkan diri untuk berdiri dan membalas sapaan itu dengan senyumannya yang terlihat manis namun kosong tanpa perasaan.
“Malam Pak Jhanson,” jawab Deon sambil menerima uluran tangan Jhanson yang tak lain pemilik sekaligus direktur utama di Shine Agensi yang sudah bertahun-tahun menjadi agensi yang selalu disponsori oleh CA Entertaintment.
“Apa kabar Pak Deon? Saya dengar akhir-akhir ini CA Entertainment berhasil menduduki peringkat tertinggi di chart perusahaan terbaik di dunia hiburan dan harga saham perusahaan Anda sudah melewati angka tertinggi dari tahun sebelumnya, selamat! ini semua tentu tidak lepas dari usaha keras Pak Deon sebagai ceo baru yang belum lama ini mengambil alih salah satu perusahaan terbaik di negara ini,” ucap Jhanson berusaha untuk menyenangkan Deon dengan pujiannya yang justru terdengar memuakkan di telinga Deon.
Deon menahan dirinya dengan segala drama yang biasa dia jalani itu. Deon pun mulai beraksi dengan memasang senyuman yang sudah bertahun-tahun dia latih dengan baik dan setelah itu menjawab dengan ramahnya,
“Terima kasih untuk pujiannya. Memang tidak ada yang lebih mengenal CA Entertainment selain Anda, Pak Jhanson. Dan terima kasih untuk menanyakan kabar saya, saya sehat dan akan selalu sehat sampai dapat menjadikan CA Entertainment sebagai perusahaan terbaik di negara ini dan menyingkirkan semua pihak yang dengan gigihnya berusaha menghancurkannya.”
Jhanson tersenyum lebar dan tertawa mendengar jawaban yang diberikan Deon. Calisa yang sangat mengerti dengan maksud ucapan Deon merasa kesal dengan kolega eksternal besar dari CA Entertainment itu. Calisa sudah bekerja untuk Deon semenjak Deon diangkat menjadi ceo untuk pertama kalinya sehingga Calisa mengetahui dengan jelas siapa saja yang berusaha menyingkirkan Deon dari posisi itu tak terkecuali sosok yang selalu berada di bawah naungan CA Entertaintment itu sendiri.
“Ck! Dia bagaikan jamur yang akan mengotori tempat yang susah payah dijaga kebersihannya,” ucap Calisa di dalam hati sambil meminum sampanye yang ada di depannya.
“Waah,siapa ini? Nona Calisa rupanya, saya sampai tidak menyadari jika itu Anda. Anda tampak sangat berbeda malam ini. Apakah Pak Deon yang memilihkan long dress yang cantik dan anggung ini?” ucap Jhanson mengalihkan topik pembicaraan.
“Apakah terlihat jelas?” tanya Deon menggantikan Calisa menjawabi pertanyaan Jhanson.
“Hahaha.” Jhanson kembali tertawa saat Deon menjawab pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh Calisa itu dengan begitu cepat.
“Tentu saja terlihat dengan jelas bagi mereka yang kenal baik dengan ceo hebat kita ini. Nah, berhubung saya sangat tahu selera Pak Deon, malam ini saya datang bersama dengan salah satu bintang di agensi saya yang sedang bersinar dengan terangnya,” jawab Jhanson yang lagi-lagi mengalihkan topik pembicaraan dengan halus nya.
“Alexa,” panggi Jhanson pada Alexa yang sedang berbincang dengan beberapa kenalannya.
Alexa yang dipanggil oleh Jhanson pun segera menghampirinya dengan memberikan senyuman pembuka yang sangat manis.
Deon mulai merasa senang dengan permainan yang dia mainkan malam itu. di dalam hati Deon dia berkata,
“Akhirnya datang juga waktuku untuk bermain denganmu.”
“Pak Deon, tolong perkenalkan dia adalah model terbaik dari SA yang sedang bersinar dengan sangat terang. Saya harap Pak Deon dapat membantunya untuk melangkah ke seberang dan menjalani karir barunya sebagai aktris dan penyanyi yang lebih bersinar,” ucap Jhanson pada Deon layaknya seorang direktur dari sebuah agensi.
“Baiklah, saya akan usahakan,” jawab Deon dengan tatapannya yang tajam untuk Alexa.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita ikut berdansa? Saya akan berdansa dengan Nona Calisa dan Anda bisa berdansa dengan Alexa. Bukankah ini adalah perpaduan yang luar biasa?” tanya Jhanson pada Deon yang tampak tertarik pada Alexa.
Deon pun tersenyum mendengar ucapan Jhanson yang menyimpulkan hal menggelikan untuknya itu.
“Pak Jhanson?” panggil Deon dengan senyumannya yang dingin.
“Ya?” jawab Jhanson dengan singkat.
“Apa menurut Anda, saya tertarik dengan model wanita seperti Nona Alexa?” tanya Deon membuat Jhanson terkejut.
“Ha? Ma-maksud saya, sa-saya.”
“Maaf untuk mengatakan ini, tapi saya sudah membawa pasangan yang cocok dengan saya...,” ucap Deon menyela Jhanson yang terbata-bata menjawabi Deon.
“Grab!” Deon menarik tangan Calisa yang sedang duduk menyaksikan obrolan panas itu.
“Saya sudah membawa wanita yang cocok untuk berdansa dengan saya,” sambung Deon sambil melingkarkan tangannya di belakang tubuh Calisa namun ke dua matanya menatap tajam ke arah Alexa yang menahan dirinya untuk tidak marah karena direndahkan oleh Deon.
“Saya akan berdansa dengan wanita ini,” ucap Deon sambil menatap Calisa yang terdiam dan menahan dirinya untuk tidak terbawa suasana.
Calisa lebih tahu dari siapa pun jika dia sedang dimanfaatkan malam itu namun meski terluka, Calisa tidak bisa menuntut apa pun karena itu sudah menjadi bagian dari pekerjaannya.
“Maaf, saya akan pergi dulu. Silahkan cari pasangan yang sesuai untuk model cantik Anda,” sambung Deon sebelum pergi meninggalkan Jhanson dan Alexa.
Alexa yang direndahkan oleh Deon hanya bisa meremas jemarinya dan menahan diri supaya tetap tampak baik-baik saja. Meski begitu di dalam hati, Alexa mengumpat dengan geramnya,
“Brengsek! Dia pikir aku akan kalah dalam permainan ini? Aku sudah bertemu banyak lelaki yang jauh lebih Brengsek dari dia, jadi mari kita ikuti permainan ini dan lihat pada akhirnya siapa yang akan tersenyum.”
Jhanson yang ditinggalkan Deon setelah mendapatkan hinaan yang sudah biasa dia dapatkan itu hanya bisa menghela napas sambil melipat ke dua tangan di depan dada.
“Dia memang tidak pernah berubah. Baiklah, kalau begitu kita tidak bisa diam saja kan, Alexa?” ucap Jhanson sambil mengulurkan tangannya pada Alexa.
“Tentu saja Pak,” jawab Alexa menggapai tangan Jhanson yang mengajakya untuk berdansa.
Jhanson dan Alexa mengambil posisi yang tidak begitu jauh dari Deon dan Calisa. Mereka berdua sedang mencari timing yang tepat untuk bertukar pasangan dansa pada malam itu.
Deon yang sudah membaca gerak-gerik Jhanson dan Alexa pun memainkan perannya dengan baik. Deon menarik tubuh Calisa supaya dapat mendekapnya sambil berdansa lalu perlahan-lahan Deon mendekatkan bibirnya di telinga Calisa dan bertanya dengan berbisik,
“Calisa, kamu lihat dua penguntit di belakang kita?” Deon memulai gerakan memutar sehingga Calisa dapat melihat siapa yang dia maksudkan.
“Iya, saya melihat dua penguntit itu,” jawab Calisa yang kembali ke dekapan Deon.
“Kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan?” tanya Deon yang berbisik hangat di telinga Calisa.
“Iya Pak, saya tahu,” jawab Calisa yang sudah dapat membaca maksud dari ucapan Deon.
Perlahan-lahan Deon dan Calisa mendekati Jhanson dan Alexa yang melakukan hal yang sama sambil terus berdansa.
Dan saat gerakan memutar, Deon melepaskan Calisa sehingga Calisa dapat berputar dengan bebas dan mengambil posisi Alexa begitu pula sebaliknya. Rupanya Jhanson dan Deon melakukan taktik yang sama.
“Wah, wah, lihat siapa yang menjadi pasangan dansaku?” tanya Deon yang menatap Alexa dengan begitu tajamnya.
“Grab.” Tangan Alexa yang melingkar di sekitar leher Deon menarik leher Deon dengan agresifnya sampai wajah Deon berada sangat dekat dengan wajah Alexa.
“Rupanya media tidak hanya membual mengenai ketampanan ceo hebat ini dan yang saya dengar, ceo hebat itu tidak mudah akrab dengan orang lain tapi yang saya lihat, Bapak begitu akrab dengan sekretaris muda itu,” ucap Alexa yang membalas tatapan Deon dengan tajamnya tatapan yang dia miliki.
Melihat lawan mainnya bermain dengan agresif, Deon pun tidak mau kalah. Deon menarik tubuh Alexa sehingga menempel dengan tubuhnya .
“Ternyata kamu begitu perhatian Nona Alexa. Apa kamu yang memperhatikan saya dan Nona Calisa selama sedang menyapa media di atas karpet merah?” ucap Deon yang menyadari jika Alexa sudah memperhatikannya semenjak berada di luar gedung. Alexa adalah wanita yang berdiri dengan geramnya saat melihat kemesraan palsu yang Deon tebar di depan para media beberapa saat yang lalu.
Jantung Alexa berdegup dengan kencang. Wajah Deon yang penuh dengan pesona itu berada terlalu dekat dengan wajahnya namun bukan hanya itu yang membuat jantungnya berdegup dengan kencang melainkan hembusan napas Deon yang terasa hangat dan juga mendebarkan.
Melihat Alexa menatapnya dengan terdiam, Deon tidak berhenti cukup sampai di sana. Perlahan-lahan Deon mendekatkan bibirnya yang berwarna merah muda itu ke bibir Alexa yang memakai lipstik berwarna kemerahan itu.
“Jika dilihat dari dekat, ternyata bibirmu sangat menggoda Nona Alexa. Apakah aku boleh mencari tahu sensasi apa yang ada di baliknya? Atau mungkin aku bisa mendapatkan yang lebih dari itu?” sambung Deon bertanya pada Alexa dengan beraninya.
Alexa menatap Deon yang begitu berani menanyakan hal yang begitu vulgar di acara seperti itu. Tatapan Deon menjadi sangat agresif sampai membuat Alexa hampir goyah. Tangan Alexa yang tadinya dengan agresif menarik leher Deon tiba-tiba menjadi gemetaran. Alexa berusaha menyembunyikan hal itu dengan melepaskan dirinya dari Deon namun dengan cepat Deon menarik tangan Alexa dan membawanya kembali ke dalam dekapannya.
“Kenapa lari Nona Alexa? Apa kamu tidak mau mencoba tidur juga denganku?”
Note:
Wowo, gak kerasa sudah di bab 7 aja. Terima kasih untuk para Reader yang masih stay atau pun yang baru mengikuti cerita The Secret of Ceo ini, Author ucapkan terima kasih banyak. Berkat partisipasi Reader sekalian dalam membaca cerita Bang Deon, Author mendapatkan begitu banyak energi untuk menulis sepanjang ini. ke depannya Author harap Reader sekalian tetap stay dan terus menantikan kelanjutan cerita TSOC, see you next.
Alexa menatap ke dua mata Deon yang semakin tajam menatapnya begitu juga dengan sentuhan tangan Deon yang terasa semakin erat mendekap tubuhnya yang kecil. “Kenapa diam saja? Apa dia tidak memintamu melakukan itu? bukannya seperti itu cara kalian para pencari popularitas menjadi bintang yang bersinar?” tanya Deon sambil terus melakukan gerakan dansa mengikuti irama musik. “Sepertinya lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk Bapak mempelajari dunia yang saya tempati ini,” jawab Alexa yang tidak bisa melepaskan dirinya dari Deon. “Jadi?” Deon meraba punggung Alexa yang terbuka dan menunjukan bagian punggungnya yang terlihat menawan. Deon sudah melatih gerakannya itu bersama dengan Calisa beberapa saat yang lalu. Meski Calisa tidak tahu jika niatan Deon hanyalah menjadikannya bahan percobaan untuk aksinya malam itu. “Apa kamu juga melakukan hal semacam itu?” sambung Deon menanyakan hal yang mengganggu pikirannya dengan caranya sendiri. “Apa
“Hah!” Deon menghela napasnya dan menyingkir dari tubuh Alexa yang tidak bisa berkutik itu. “Kalau kamu tidak siap dengan hal-hal seperti ini, seharusnya kamu tidak usah berurusan dengan dunia yang bukan duniamu,” ucap Deon dengan santainya sambil mengambil jas dari atas sofa. Alexa membuka ke dua matanya dan melihat Deon tidak melakukan apa pun padanya. Dadanya terasa lega,namunsecara bersamaannafasnya menjaditak beraturan karena cukup lama menahan nafas saat Deon berada tepat di depan hidungnya. Alexa mencoba mengatur pernapasannya yang naik turun dengan cepat itu. ke dua mata Alexa menatap punggung Deon dengan tajamnya. Deon merupakan orang yang sangat sensitif dengan sekelilingnya. Meski dia tidak menoleh, Deon dapat merasakan sorotan tajam yang sedang menusuknya dari belakang itu. “Kenapa menatapku seperti itu? Apa sekarang kamu menyesal karena aku tidak melakukan apa pun padamu?” tanya Deon pada Alexa yang t
Cullen Deon Abraham. Begitulah khalayak luas mengenal sosok hebat penuh ambisi dan karismatik dari CA Entertaiment itu. Nama besar untuk lelaki hebat yang tidak memiliki celah sedikit pun di mata para pihak yang ingin menjatuhkannya. Berbagai macam penghargaan telah Deon dapatkan sebagai seorang ceo. Hal itu membuktikan kehebatannya dalam memenuhi perannya sebagai kepala yang menggerakkan perusahaan besar di bidang entertainment itu. Tatapan yang tajam dan kata-katayang padat dan dinginmembuat Deon terkenal sebagaiseoranglelaki yang dingin namun mengagumkan di mata para wanita. Sifat Deon yang seperti itujustru menjadi daya tariknya di mata para mitra bisnis nya yang kebanyakan wanita. Kesuksesan Deon sebagai seorang ceobukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak hal yang harus Deon lakukan dan korbankan. Terlalu banyak sampai hal ituselalu membuatnya cemasjika suatu hari nanti akan terekspos ke
Deon bertekuk lutut di hadapan ke dua orang tua Ayya. Tatapan tajam ke dua orang tua Ayya padanya yangmembuat mental Deon hancur.“Jadi, maksud ucapanmu tadi, kamu akan menikahi anak saya sebagai bentuk tanggung jawab?” tanya Bram, Ayah Ayya.Sambil menganggukkan kepala, Deon menjawab, “Iya Pak. Saya akan menikahi Ayya dan menanggung semua kebutuhan hidupnya sebagai istri saya.”BRUAK!Bram membalikkan meja yang ada di depannya dengan mata yang memerah. Otot-otot wajah Bram terlihatdengan sangat jelas.“Ayah,” ucap Ayya sambil menarik tangan Bram yang hendak menghampiri Deon dengan amarahnya.“Lepas!” ucap Bram dengan lantangnya sambil mendorong tubuh Ayya hingga terjatuh di atas sofa.“Kamu pikir kamu siapa! Berani-beraninya menodai anak saya laludengan mudah mengatakan akan menikahinya. Gara-gara kamu masa depan anak saya jadi hancur! Dia tidak bisa meraih mimpiny
Ke dua mata Deon tidak bisa berpaling dari dua bola mata milik bayi yang ada di dalam keranjang besar itu, karena ke dua mata itu sangat mirip dengan mata yang dimiliki Ayya, yang tak lain adalah ibu dari bayi itu. Perlahan-lahan air mata Deon membasahi ke dua pipinya dan hampir saja menetes diwajah bayi mungil yang masih terlihat sangat lemah itu.“Bayi? Isinya bayi?” tanya penjaga kuburan itu. Diaterlihat sangat terkejut dengan isi keranjang yang dia bawa sebelumnya.“Cantiknya, apa Mamamu sudah memberimu nama?” tanya Deon sambil mengusap pipi bayi mungil itu.“Bayi siapa ini Nak? Sebaiknya kita berikan pada pihak berwajib saja supaya dicarikan orang tua kandungnya,” ucap penjaga kuburan itu yang tidak mengetahui jika Deon adalah salah satu orang tua bayi mungil itu.“Bapak jangan khawatir, tidak perlu mencarikarenadia datang pada orang yang tepat,” jawab Deon sambil mengangkat bayi
20 Januari 2014.Matahari bersinar dengan hangatnya. Sinar hangatnyamenembus celah diantara gorden kamar Deon yang sudah rapi sebelum dia terbangun.Deon membuka ke dua matanya dengan perlahan. Tubuhnya terasa lebih rileks setelah beristirahat dari segala rutinitas kantornya yang melelahkan.“Pagi Pak Deon.Saya sudah menyiapkan pakian yang akan Bapak kenakan untuk menghadiri rapat pagi ini dan ini kegiatan Bapak hari ini,” jelas Calisa, sekretaris pribadi Deon sambil memberikan sebuah tablet pada Deon.Deon menerima tablet yang diberikan Calisa padanya dan membaca setiap detail dari laporan harian itu dengan seksama.“Terima kasih kalau begitu saya akan siap-siap dulu,” jawab Deon setelah membaca keseluruhan laporan yang dibuat Calisa dengan hati-hati itu.“Dan tolong panggilkan Erik,” sambung Deon sambil mengembalikan tablet berwarna silver itu pada Calisa.“Baik Pak,” jawab
Deon memperhatikan wajah wanita yang beberapa waktu lalu menabraknya itu. Dia masih tidak menyangka akan mengira wanita itu sebagai sosok yang ada di bayangan masa lalunya.“Lupakan yang barusan terjadi,” ucap Deon setelah mempersiapkan dirinya beberapa menit untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan itu.Wanita yang duduk dengan anggun di sofa yang tak jauh dari meja kerja Deon tersenyum miring mendengar Deon berkata seperti itu.“Anda pikir saya akan melakukan apa? Saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan mempersulit pekerjaan saya,” jawab wanita itu dengan tegasnya.“Baiklah kalau kamu berkata seperti itu,” jawab Deon dengan santainya sambil berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati wanita itu.“Tapi ngomong-ngomong.” Deon meletakan salah satu tangannya di punggung sofa yang berada di belakang pundak wanita itu. “Apa kamu benar-benar bukan dia? Aku melihat ada begitu banya
Beberapa menit sebelum Deon memberikan long dres pada Calisa. Deon sedang mengecek kembali jadwalnya hari itu lalu tiba-tiba dia tersenyum kecil saat membaca jadwalnya di malam hari. “Aku hampir melewatkan pesta pertunjukan itu,” gumam Deon sambil membuka folder lain yang berkaitan tentang acara besar yang akan dia hadiri beberapa jam lagi. Deon membaca dengan cermat setiap detail dari acara besar yang dia sponsori itu. Deon adalah salah satu donaturterbesar dari acara awal tahunan di dunia hiburan itu. Sebuah acara yang akan menjadi panggung besar bagi para aktris, aktor dan model yang menerima penghargaan. Saat Deon sedang membaca setiap rinci dari acara itu tiba-tiba perhatiannya kembali terpusat pada objek yang beberapa waktu lalu berhasil mencuri perhatiannya. “Menarik sekali! Bukan hal yang tidak mungkin jika dia mendapatkan penghargaan di acara itu tetapi yang membuatku tertarik adalah tentang siapa dia sebenarnya?
“Hah!” Deon menghela napasnya dan menyingkir dari tubuh Alexa yang tidak bisa berkutik itu. “Kalau kamu tidak siap dengan hal-hal seperti ini, seharusnya kamu tidak usah berurusan dengan dunia yang bukan duniamu,” ucap Deon dengan santainya sambil mengambil jas dari atas sofa. Alexa membuka ke dua matanya dan melihat Deon tidak melakukan apa pun padanya. Dadanya terasa lega,namunsecara bersamaannafasnya menjaditak beraturan karena cukup lama menahan nafas saat Deon berada tepat di depan hidungnya. Alexa mencoba mengatur pernapasannya yang naik turun dengan cepat itu. ke dua mata Alexa menatap punggung Deon dengan tajamnya. Deon merupakan orang yang sangat sensitif dengan sekelilingnya. Meski dia tidak menoleh, Deon dapat merasakan sorotan tajam yang sedang menusuknya dari belakang itu. “Kenapa menatapku seperti itu? Apa sekarang kamu menyesal karena aku tidak melakukan apa pun padamu?” tanya Deon pada Alexa yang t
Alexa menatap ke dua mata Deon yang semakin tajam menatapnya begitu juga dengan sentuhan tangan Deon yang terasa semakin erat mendekap tubuhnya yang kecil. “Kenapa diam saja? Apa dia tidak memintamu melakukan itu? bukannya seperti itu cara kalian para pencari popularitas menjadi bintang yang bersinar?” tanya Deon sambil terus melakukan gerakan dansa mengikuti irama musik. “Sepertinya lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk Bapak mempelajari dunia yang saya tempati ini,” jawab Alexa yang tidak bisa melepaskan dirinya dari Deon. “Jadi?” Deon meraba punggung Alexa yang terbuka dan menunjukan bagian punggungnya yang terlihat menawan. Deon sudah melatih gerakannya itu bersama dengan Calisa beberapa saat yang lalu. Meski Calisa tidak tahu jika niatan Deon hanyalah menjadikannya bahan percobaan untuk aksinya malam itu. “Apa kamu juga melakukan hal semacam itu?” sambung Deon menanyakan hal yang mengganggu pikirannya dengan caranya sendiri. “Apa
Sepanjang perjalanan menuju acara penghargaan itu, Deon hanya diam sambil membaca laporan dari para klien dan stafnya yang belum dia rampungkan hari itu.“Bapak masih menyempatkan diri bekerja meski di saat seperti ini?Bapak memang ceoyang patut jadi teladan,” ucap Calisa memuji Deon.Deon hanya tersenyum tipis tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan Calisa hanya bisa menerimanya dengan senyuman.“Memang pantas dia disebut sebagai pemberi harapan palsu,baru selang beberapa menit sikapnya sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat,” ucap Calisa di dalam hati.Beberapa menit kemudian Deon dan Calisa tiba diajang penghargaan yang diadakan tiap awal tahun itu. Mobil Deon berhenti tepat di depan red carpet yang akan menjadi tempat untuk menunjukkan karismanya yang luar biasa.“Kamu sudah siap Calisa?” tanya Deon pada Calisa yang terlihat sedikit gugup.“Sa-saya.” Calisa terli
Beberapa menit sebelum Deon memberikan long dres pada Calisa. Deon sedang mengecek kembali jadwalnya hari itu lalu tiba-tiba dia tersenyum kecil saat membaca jadwalnya di malam hari. “Aku hampir melewatkan pesta pertunjukan itu,” gumam Deon sambil membuka folder lain yang berkaitan tentang acara besar yang akan dia hadiri beberapa jam lagi. Deon membaca dengan cermat setiap detail dari acara besar yang dia sponsori itu. Deon adalah salah satu donaturterbesar dari acara awal tahunan di dunia hiburan itu. Sebuah acara yang akan menjadi panggung besar bagi para aktris, aktor dan model yang menerima penghargaan. Saat Deon sedang membaca setiap rinci dari acara itu tiba-tiba perhatiannya kembali terpusat pada objek yang beberapa waktu lalu berhasil mencuri perhatiannya. “Menarik sekali! Bukan hal yang tidak mungkin jika dia mendapatkan penghargaan di acara itu tetapi yang membuatku tertarik adalah tentang siapa dia sebenarnya?
Deon memperhatikan wajah wanita yang beberapa waktu lalu menabraknya itu. Dia masih tidak menyangka akan mengira wanita itu sebagai sosok yang ada di bayangan masa lalunya.“Lupakan yang barusan terjadi,” ucap Deon setelah mempersiapkan dirinya beberapa menit untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan itu.Wanita yang duduk dengan anggun di sofa yang tak jauh dari meja kerja Deon tersenyum miring mendengar Deon berkata seperti itu.“Anda pikir saya akan melakukan apa? Saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan mempersulit pekerjaan saya,” jawab wanita itu dengan tegasnya.“Baiklah kalau kamu berkata seperti itu,” jawab Deon dengan santainya sambil berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati wanita itu.“Tapi ngomong-ngomong.” Deon meletakan salah satu tangannya di punggung sofa yang berada di belakang pundak wanita itu. “Apa kamu benar-benar bukan dia? Aku melihat ada begitu banya
20 Januari 2014.Matahari bersinar dengan hangatnya. Sinar hangatnyamenembus celah diantara gorden kamar Deon yang sudah rapi sebelum dia terbangun.Deon membuka ke dua matanya dengan perlahan. Tubuhnya terasa lebih rileks setelah beristirahat dari segala rutinitas kantornya yang melelahkan.“Pagi Pak Deon.Saya sudah menyiapkan pakian yang akan Bapak kenakan untuk menghadiri rapat pagi ini dan ini kegiatan Bapak hari ini,” jelas Calisa, sekretaris pribadi Deon sambil memberikan sebuah tablet pada Deon.Deon menerima tablet yang diberikan Calisa padanya dan membaca setiap detail dari laporan harian itu dengan seksama.“Terima kasih kalau begitu saya akan siap-siap dulu,” jawab Deon setelah membaca keseluruhan laporan yang dibuat Calisa dengan hati-hati itu.“Dan tolong panggilkan Erik,” sambung Deon sambil mengembalikan tablet berwarna silver itu pada Calisa.“Baik Pak,” jawab
Ke dua mata Deon tidak bisa berpaling dari dua bola mata milik bayi yang ada di dalam keranjang besar itu, karena ke dua mata itu sangat mirip dengan mata yang dimiliki Ayya, yang tak lain adalah ibu dari bayi itu. Perlahan-lahan air mata Deon membasahi ke dua pipinya dan hampir saja menetes diwajah bayi mungil yang masih terlihat sangat lemah itu.“Bayi? Isinya bayi?” tanya penjaga kuburan itu. Diaterlihat sangat terkejut dengan isi keranjang yang dia bawa sebelumnya.“Cantiknya, apa Mamamu sudah memberimu nama?” tanya Deon sambil mengusap pipi bayi mungil itu.“Bayi siapa ini Nak? Sebaiknya kita berikan pada pihak berwajib saja supaya dicarikan orang tua kandungnya,” ucap penjaga kuburan itu yang tidak mengetahui jika Deon adalah salah satu orang tua bayi mungil itu.“Bapak jangan khawatir, tidak perlu mencarikarenadia datang pada orang yang tepat,” jawab Deon sambil mengangkat bayi
Deon bertekuk lutut di hadapan ke dua orang tua Ayya. Tatapan tajam ke dua orang tua Ayya padanya yangmembuat mental Deon hancur.“Jadi, maksud ucapanmu tadi, kamu akan menikahi anak saya sebagai bentuk tanggung jawab?” tanya Bram, Ayah Ayya.Sambil menganggukkan kepala, Deon menjawab, “Iya Pak. Saya akan menikahi Ayya dan menanggung semua kebutuhan hidupnya sebagai istri saya.”BRUAK!Bram membalikkan meja yang ada di depannya dengan mata yang memerah. Otot-otot wajah Bram terlihatdengan sangat jelas.“Ayah,” ucap Ayya sambil menarik tangan Bram yang hendak menghampiri Deon dengan amarahnya.“Lepas!” ucap Bram dengan lantangnya sambil mendorong tubuh Ayya hingga terjatuh di atas sofa.“Kamu pikir kamu siapa! Berani-beraninya menodai anak saya laludengan mudah mengatakan akan menikahinya. Gara-gara kamu masa depan anak saya jadi hancur! Dia tidak bisa meraih mimpiny
Cullen Deon Abraham. Begitulah khalayak luas mengenal sosok hebat penuh ambisi dan karismatik dari CA Entertaiment itu. Nama besar untuk lelaki hebat yang tidak memiliki celah sedikit pun di mata para pihak yang ingin menjatuhkannya. Berbagai macam penghargaan telah Deon dapatkan sebagai seorang ceo. Hal itu membuktikan kehebatannya dalam memenuhi perannya sebagai kepala yang menggerakkan perusahaan besar di bidang entertainment itu. Tatapan yang tajam dan kata-katayang padat dan dinginmembuat Deon terkenal sebagaiseoranglelaki yang dingin namun mengagumkan di mata para wanita. Sifat Deon yang seperti itujustru menjadi daya tariknya di mata para mitra bisnis nya yang kebanyakan wanita. Kesuksesan Deon sebagai seorang ceobukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak hal yang harus Deon lakukan dan korbankan. Terlalu banyak sampai hal ituselalu membuatnya cemasjika suatu hari nanti akan terekspos ke