Share

Obrolan Itu

Penulis: ZooPisha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-10 19:00:42

Itu memang kesengajaanmu.

Tapi semua merupakan bagian dari takdir pertemuan kita.

~ Tiara Alyana~

***

Sudah cukup beberapa hari belakangan Tiara merasa terguncang dengan teror ini. Tiara hampir tidak pernah bisa tidur karena rasa takutnya hingga membuatnya harus terjaga sepanjang malam.

Tiara kembali melihat celah di depan pintu, sudah tidak terlihat bayangan apapun. “Sudah pergi?” gumamnya.

“Diamlah Omili, aku ingin tahu seberapa berguna dirinya untuk kita manfaatkan.”

Deg! Entah kenapa Tiara merasa kesal dengan isi percakapan kali ini, seakan ‘Dia’ yang dimaksud suara tanpa wujud ini adalah dirinya. Dan Omili? itu adalah nama peliharaan tokoh karakter antagonis di novelnya. Tiara yakin, jika yang ia dengar ini nyata.

“Tuan Astro, tidak ada waktu. Anda harus bertindak.”

Oke, disini Tiara berusaha realistis. Mungkin yang dikatakan Ilham ada benarnya. Mungkin dirinya sedang berhalusinasi karena merasa sedikit ... depresi? Tiara mencubit pipinya sendiri mencoba meyakini, jika ini mungkin juga mimpinya, seperti saat ia selalu memimpikan sedang menyatakan cinta pada Bayu.

“Akh!” Diusapnya pipi setelah ia mencubitnya tanpa perasaan. 'Atau jangan-jangan ini makhluk tak kasat mata?' pikirnya yang semakin tidak masuk akal. “Iya benar juga! Setan mana yang mengenal Astro? Hahaha ... lagi pula Astro itu raja iblis, kenapa bergaulnya sama setan-setan rendahan? Sudahlah, itu hanya imajinasi gue doang. Sekarang waktunya fokus ke projek ....”

Klutuk Klutuk Klutuk

Dengan cepat kepala Tiara mendongak melihat langit-langit kamarnya yang tanpa penerangan sama sekali kecuali layar laptop yang menyala. Seketika bulu halus di sekitar lehernya meremang. Jantungnya berdegup kencang dan merasakan hawa dingin di sekitar.

Diedarkan bola matanya ke seluruh ruangan yang kosong, tapi tidak ada hal yang mengganjal sama sekali. “Hah! Kayaknya gue beneran harus ke psikiater besok. Kenapa halusinasi gue sampe kayak gini? Bodolah! Gue harus fok ....” Mata Tiara membulat sempurna melihat layar laptopnya menampilkan isi file novel pertamanya ‘Theós of Authority’.

Jelas-jelas sebelumnya masih tampilan word kosong. Nggak mungkin Astro beneran, kan?

“Bacalah cerita itu dengan benar! Tulisan jelek, murahan, tidak layak dibaca!”

Deg! Mendengar suara serak dan berat itu begitu dekat. Dengan cepat Tiara berdiri dan membalikkan tubuhnya. Sosok dengan rupa yang cukup aneh berada di hadapannya.

“Lo-lo siapa! Ke-kenapa bisa masuk kamar gue?!” tanya Tiara mulai gemetar ketakutan.

Apa orang ini, pecuri? Psikopat? Atau orang mesum? Tapi, kulit berwarna hitam pekat, tubuh tinggi dan besar dengan bentuk yang atletis, pakaian ... tidak, sosok itu tidak menggunakan pakaian atas, hanya celana panjang seperti celana Aladin.

“Jangan mendekat!” Tiara bergerak mundur secara perlahan dengan kedua tanganya menyilang di depan dada, sampai langkahnya terhalang dengan meja kerjanya. “Biarkan gue hidup, please. Lo ambil apa aja yang bisa lo ambil di kamar gue. Uang, laptop, dispenser, kipas, apa aja terserah lo. Tapi gue mohon, biarkan gue hidup.”

Tiara tidak tahu sosok ini adalah makhluk astral atau memang maling mesum yang tengah menyamar dengan mengecat seluruh tubuhnya dengan cat hitam. Diam-diam Tiara membuka ponsel di belakang tubuhnya. Mencari kontak yang mungkin bisa ia hubungi dan datang membantunya.

Brak!

Secepat kilat sosok itu sudah di hadapan Tiara, sampai gadis itu tidak bisa berkutik dengan jarak mereka yang begitu dekat. Tiara terpojok, sedangkan sosok itu menumpukan dua tangannya di sisi meja mengapit Tiara. Terlihat sosok itu menyunggingkan senyum miringnya, dan keluar aura hitam dari tubuh sosok itu.

“Nona, kau bodoh! Percuma Nona menghubungi seseorang yang bernama Bayu itu,” sindirnya melirik ke belakang tubuh Tiara ke arah benda pipih yang menampilkan tulisan ‘Calling Bayu ....

“Si-siapa lo sebenarnya?” Melihat gerakan yang tidak wajar tadi Tiara mulai berasumsi jika sosok ini bukanlah manusia. Tapi bagaimanapun sekarang Tiara harus keluar dengan selamat.

Sosok itu menjauhkan tubuhnya, “Nona tidak bisa pergi begitu saja. Saya membutuhkan bantuan Nona. Nona benar, saya bukan manusia. Apa Nona tidak mengingat hasil ciptaan sendiri? Apa perlu saya mengingatkannya.”

Tiara mengerutkan keningnya, mencerna yang dikatakan sosok itu. Ciptaan sendiri?

Sosok itu menjentikkan jarinya. Keluar lingkaran hitam di belakangnya dengan angin penghisap yang cukup kencang. Kertas-kertas yang berada di meja kerja dan barang-barang ringan di sekitar kamar Tiara tersedot ke dalam lingkaran hitam itu.

“Ap-apa yang lo lakuian?” Tiara panik dan tidak percaya dengan apa ia lihat. Lubang cacing? Itu mustahil. Ia pikir wormhole hanya ada di cerita scinefiction.

Tiara tiba-tiba terpaku dan tenggelam dalam lamunannya. Sampai kemudian pekikkannya keluar saat merasakan tarikan di tangannya dan ikut terhisap masuk ke dalam lingkaran hitam itu.

“KYAAA!!!”

Yang dirasakan Tiara hanyalah tarikkan seakan terbawa arus. Matanya yang terbuka penuh, seakan terpejam dengan kegelap yang sangat pekat. Tiba-tiba Tiara merasakan pinggangnya terbelit sesuatu yang kuat. Tiara berusaha memutar-mutar tubuhnya memberontak, karena yang membelit pinggangnya terasa seperti lengan kekar seseorang.

“Tenanglah, Nona. Saya tidak akan menyakitimu. Hanya saja, jatuhnya akan sedikit kasar,” bisik seseorang yang mungkin adalah sosok itu.

Tiara tetap merasa tidak tenang dalam hatinya. Bagaimana bisa ia tengah dipeluk seseorang dengan keadaan yang sangat gelap dan ia tidak tahu apa niat sosok ini sebenarnya. Namun, situasi ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan malah mengeratkan pelukannya pada tubuh besar sosok itu. Karena, beberapa detik berikutnya tarikkan tubuhnya semakin terasa kencang, seperti rollcoster yang jatuh dari ketinggian tertinggi dengan kecepatan maksimum.

“KYAAA!!!”

***

Drtt ... drtt ....

Bayu sibuk dengan tumpukan laporan hanya melirik ponselnya tertera nama Tiara, ia hanya mendiaminya saja. Tidak lama getar ponselnya berhenti saat panggilan yang baru saja terhubung sebentar, dan itu membuatnya heran.

“Apa dia salah pencet?” Bayu berusaha mengacuhkannya seperti biasa. Tiara selalu memiliki banyak waktu luang untuk mengganggunya.

Tapi teringat dengan sikap Tiara yang aneh belakangan ini membuatnya sedikit tidak tenang. Dia mengurungkan niat untuk menghubungi Tiara kembali. “Pasti nanti dia kegeeran.”

Bayu kemudian mencari kontak seseorang yang mungkin tahu keadaan Tiara. Lalu dia pencet nomor untuk melakukan panggilan telepon.

“Hallo, Bay. Ada apa?”

“Tiara sama lo?”

“Tumben nanyain dia, kenapa? Lo kangen?”

“Gue lagi nggak bercanda, Ham. Tadi dia nelpon gue, pas mau gue angkat ponselnya mati.”

“Kayaknya salah pencet. Tadi gue sama dia abis makan malam sih, kayaknya dia udah sampai rumah.”

“Ok, seenggaknya dia nggak buat masalah.”

“Gue yang pesan taksinya untuk mengantar pulang kok. Lo tenang aja.”

“Ok, Thank’s, Ham.”

Merasa tidak puas, Bayu mengirim Tiara pesan.

To Tiara

>> Gue lagi banyak tugas, kalau tidak penting tolong jangan menelpon lagi.

“Kalau benar ada masalah pasti dia menelpon kembali.” Tanpa sadar Bayu menunggu ponselnya kembali berdering.

Sudah 15 menit lewat tapi tidak ada tanda-tanda balasan dari Tiara. “Ya ... pasti dia baik-baik saja,” gumamnya. Karena seusil apapun Tiara, dia pasti akan menurut jika diperingatkan satu kali.

Bayu akhirnya kembali mengerjakan semua laporan yang sudah dikejar deadline itu, tidak lupa kali ini mematikan ponselnya agar tidak ada gangguan lagi.

***

Tiara membuka matanya perlahan karena merasa perutnya seperti diinjak-injak sesuatu. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sembari mengumpulkan kesadaran dan ingatannya, namun ia merasa terusik dan kegelian di perutnya. Saat ia menurunkan pandangan ....

“KYAAA!”

Tiara meloncat terkejut, ia melihat makhluk bola kecil berbulu berwarna kuning di atas perutnya.

Makhluk bola kuning itu pun terbang menjauhi Tiara karena terkejut. Matanya berubah menjadi merah darah dan asap mengebul keluar dari tubuhnya. “Nona, keterlaluan! Jika saya tidak siaga, mungkin saya sudah terlempar, huh!” teriak makhluk bola kuning itu diakhiri dengusan.

“Bo-bola bisa bicara? Lo-lo setan atau dedemit dari mana? Si- siluman macam apa lo?!” Tiara menunjuk-nunjuk makhluk bola kuning yang sedang terbang itu, sekaligus menjaga jarak aman kalau tiba-tiba diserang.

“Enak saja saya disamakan dengan setan, dedemit, siluman, dan makhluk rendahan lainnya itu! Saya ini makhluk terhormat. Saya diciptakan langsung dari hasil eksperimen Yang Mulia Raja Astro Climton. Saya ini Omili yang imut!”

“Omili?” Tiara merasa tidak asing dengan nama itu. “Tunggu! Tadi lo juga bilang apa? Astro Climton?” Ya, sekarang Tiara ingat. Nama-nama yang disebutkan itu adalah tokoh karakter antagonis di novelnya.

Tiara memperhatikan wujud makhluk bola kuning itu dengan seksama, memang benar. Tubuh berbentuk bola berwarna kuning berbulu lebat, dua mata bulat yang jernih seperti boneka, sayap kelelawar kecil di punggung makhluk itu, kedua tangan dan kakinya pun hanya seutas tali goni cokelat. Sama dengan deskripsi tokoh pendukung antagonis di novelnya.

Makhluk imut yang merupakan hewan peliharaan yang tidak cocok dengan sosok jahat dan kejam seperti Astro. Makhluk yang lucu, imut, dan menggemaskan yang disebut sebagai hasil eksperimen gagal suku Iblis.

“Tidak perlu berpikir terlalu banyak, Nona. Berpikirlah untuk mengubah alur cerita kami. Itu tujuan saya membawa Nona kemari.” Suara itu tiba-tiba bersumber dari pintu yang memang sudah terbuka.

Muncul sosok pria berpakaian hanfu hitam dengan sulaman naga berwarna merah. Pria itu memiliki kulit putih pucat, sangat kontras dengan warna rambut, alis, dan bulu matanya yang berwarna hitam pekat. Matanya merah menyala dengan sorotan yang tajam, namun kosong. Raut wajah yang dingin tanpa ekspresi itu, memberikan kesan kaku di wajahnya yang terbilang cantik.

“Lo! Lo siapa lagi? Dan ini dimana? Kemana orang yang bawa gue kesini?” Tiara sudah tidak tahu bagaimana ekspresinya saat ini, tapi ia jadi semakin takut dan ingin menangis. “Kalian culik gue buat apa? Gue nggak punya apa-apa. Royalti baru ditransfer setelah 6 bulan, please jangan bunuh gue ....” Merapatkan kedua tangannya, ia memohon diberi belas kasih.

“Baiklah, saya tidak akan menyakiti ataupun membunuh Nona. Namun, Bisakah Nona turun dari sana?” tanya pria itu memandangi Tiara sedang berdiri di atas kasur dengan bantal di tangannya dijadikan sebagai perisai.

Tiara yang sadar dengan perilaku tidak sopannya ingin cepat turun dari atas kasur. Tiba-tiba uluran tangan dari pria itu berada di depannya. Tanpa pikir panjang ia menerima bantuan itu sambil menunduk malu, bisa-bisanya ia masih bersikap konyol di tempat asing seperti ini, untung tidak langsung dibunuh.

Tiara dituntun untuk duduk di pinggir ranjang, lalu pria itu memberikan gelas yang berisi teh yang sangat harum.

Tiara menerima teh itu dengan sopan dan langsung meminumnya. “Jadi ... lo siapa?” tanya Tiara langsung pada intinya.

Pria itu terkekeh, “Nona, benar-benar tidak ingat? Bahkan dengan wujud saya yang seperti ini?” Perlakuan pria itu tidak menunjukkan maksud jahat, tapi bicaranya terkesan menyeramkan. “Saya Astro Climton yang membawa Nona kemari dengan wujud iblis. Nona lah yang menciptakan saya dan semua ini.” Pria yang mengaku Astro itu merentangkan tangannya lebar ke atas, menunjukkan semua yang ada di sekitar mereka. “Ini istana saya. Nona sendiri yang membuatnya dengan deskripsi di dalam novel, apa Nona tidak ingat?”

Tiara mengedarkan pandangannya dan memperhatikan detail ruangannya saat ini. Dan benar saja, yang Tiara tahu ini adalah kamar Astro. Sayap burung merak yang terpajang cantik di kepala ranjang, tirai hitam yang mengelilingi tiang di setiap sudut ranjang pembaringan.

Tiba-tiba Tiara tersenyum menyadari sesuatu. “Lo pasti fans gue, kan? Lo orang yang suka cosplay-cosplay gitu.” Tiara berdiri dan memeriksa setiap pajangan yang ada di ruangan itu, ia berpikir mungkin ada benda yang sedang merekam mereka. “Kameranya dimana? Lo tahu identitas gue pasti ingin pansos (Panjat Sosial), kan?” tuduh Tiara, karena hanya alasan itu yang masuk akal menurutnya.

Melihat pintu besar yang Tiara pikir adalah pintu keluar. Ia langsung berlari dan membuka pintu itu, ini bisa menjadi kesempatannya untuk kabur. Ternyata pintu itu bukanlah pintu keluar, melainkan pintu yang menghubungkannya ke balkon. Tiara terpaku melihat pemandangan di luar adalah hamparan bebatuan hitam dengan langit yang dipenuhi awan mendung beserta petir. Bangunan yang sempat ia pikir adalah sebuah gedung studio, ternyata berupa kastil besar.

Kepala Tiara menjadi pusing, semakin ia berpikir dengan logis, semakin tidak masuk akal. Semua deskripsi yang Tiara tuangkan di dalam novelnya sama persis dengan yang ia lihat sekarang dan tidak mungkin hanya sekedar cosplay.

“I-ini ... mustahil.” Kaki Tiara lamas membuatnya terduduk dengan pikiran yang kosong.

Tiara monoleh ke belakang menatap dua makhluk yang mengaku sabagai tokoh karakter dari novelnya dan mereka pemeran antagonis. 'Ending-nya Astro di pernjara dan Omili mati akibat ledakan kekuatan Astro. Kenapa mereka ada di sini? Apa mereka ingin balas dendam?' pikirnya dengan tangan gemetar.

“Ka-kalian benar-benar Astro dan Omili?” Masih dengan rasa takutnya, Tiara berusaha berdiri dan tetap tenang. Ini bukan saatnya ia terlihat lemah, karena ia harus bertahan hidup untuk kembali ke dunianya. “Anggap saja gue percaya dengan semua ini, apa yang harus gue lakukan untuk membantu kalian?”

Bab terkait

  • The Second Season   Imajinasi

    Aku pantas sebagai pemeran antagonis,karena aku datang hanya membawa luka untukmu.~ Astro Climton~***Dunia Manusia disebut sebagai dunia ketiga yang dianggap sebagai mitologi bagi dua dunia Suku Murni, Suku Dewa dan Suku Iblis. Karena dunia Manusia dianggap sebagai dunia penyimpangan, dipercaya surga dan neraka bertimpang tindih, kebenaran dan kesalahan bahkan sulit dikategorikan.Dan manusia sendiri memiliki sifat alami yang terdiri dari sisi gelap dan terang, sampai mereka bisa menjadi jahat melebihi Iblis atau menjadi baik melebihi Dewa. Maka beresiko sangat besar jika Suku Murni datang ke dunia Manusia. Namun, Astro telah mempertaruhkan hidupnya pergi ke dunia Manusia untuk menculik Tiara. Demi keadilan, ia ingin menuntut kebenaran dalam hidupnya.Dunia Suku Murni perbedaan dimensi dengan dunia Manusia, tercipta dari sebuah imajinasi penulis dan para pembacanya yang sangat kuat. Seperti mimpi yang bisa menjad

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • The Second Season   Kembalilah ke Tubuhmu

    Sebanyak apapun aku mengetahuinya.Sangat sulit untuk memahamimu, aku memang bodoh.~Tiara Alyana~***Kejadian sebelum makan malam.Tiara yang ditinggal Omili di pasar kebingungan dengan jalan menuju istana. Ia mencoba mengingat apa yang pernah ia tulis di dalam novel tentang dunia Suku Iblis, dan akhirnya teringat dengan satu petunjuk. Ada bagian di dalam ceritanya, saat pertama kali Astro ke dunia Suku Iblis, ia tersesat. Saat itu Astro menemukan kolam air mancur berdarah yang terbuat dari emas dan permata di pusat kota, di sana terdapat patung panther yang menghadap ke arah utara. Dengan nalurinya, Astro berjalan mengikuti arah patung itu menghadap dan ternyata itu adalah jalan menuju istana.Dengan berusaha keras, Tiara berkeliling pasar sendirian untuk mencari kolam air mancur berdarah. Namun, ternyata tidak semudah yang ia tuliskan. Padahal saat Astro tersesat, ia membuat jalan ke tempat air m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • The Second Season   Memuai Apa yang Ditanam

    Aku memang penjahat yang sewaktu-waktu bisa menyakitimu.Terima kasih sudah mencoba mengerti diriku.~ Astro Climton~***“Btw, ada yang ingin aku tanyakan lagi. Kenapa kamu terlihat tampan? Aku tidak mendeskripsikanku secara detail, kecuali ciri-ciri umum. Seperti ini, 'kulit putih bak Dewa yang selembut awan, dan kontras warna rambut layaknya tinta pada kertas'.”'Apa benar hanya membayangkannya, maka terjadi sesuatu di dunia ini?' Tiara memejamkan matanya dan mulai berimajinasi, apa yang akan menjadi pemicu dari awal cerita barunya.'Mungkin akan menarik jika cerita berawal dari hilangnya Astro dari penjara Dewa, karena diculik Dewi Pencipta. Perjalanan awal Astro membuktikan keadilan, kebenaran di mata Suku Iblis tidak sepenuhnya salah, ini akan menjadi premis yang bagus. Maka, tubuh Astro seharusnya sudah berada di sebelahku sekarang!'Inilah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • The Second Season   Dendam yang Terpendam

    Aku mencoba yang terbaik, tapi sepertinya kamu tidak bisa mendengar dan melihatnya. Aku tidak tahu sampai mana bisa bertahan.~ Tiara Alyana ~***Brak! DUAR!Tiara dikejutkan dengan suara gebrakan meja dan ledakan dari tubuh Astro secara bersamaan. Ia sampai terbatuk-batuk dari kebulan debu yang dihasilkan, pandangan pun menjadi kabur. Tiara melihat keadaan sekitar saat kabut sudah menipis, hal pertama yang ditemukan adalah tubuh Astro menjadi sangat besar seperti raksasa. Tiara menganga dan matanya membulat, ia tahu persis jika itu adalah wujud Astro sebagai Raja Iblis.Saat bertarung dengan Ammon di novel Theós of Authority, wujud inilah yang Astro gunakan. Sulit menenangkannya jika seperti ini, karena Astro sudah terpengaruh dengan roh jahat, hingga menutup semua perasaannya dalam dendam yang begitu besar.Setelah mengetahui itu, Tiara tidak melarikan diri dan malah mengamati Astro dengan seksama.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • The Second Season   Ayo Mulai Lagi

    Ya, aku salah ... maaf. Aku tidak coba merubahnya, karena aku tidak bisa. Jika berkenan, mau kita memulainya lagi dari awal bersama?~ Tiara Alyana ~***“AKH!”Tiara terpental sangat jauh. Berakhir dengan dirinya terbentur pohon besar kering tanpa dedaunan, dan batang pohon hangus akibat terbakar kekuatan Astro.“Uhuk! Uhuk!”Tiara bisa merasakan sakit di punggungnya. Rasa sakit yang terus merambat tiap inci membuat tenggorokannya tercekat, rasanya ia seperti tersedak dengan darahnya sendiri yang tidak bisa ia muntahkan. Dengan mata yang masih sanggup ia buka, dirinya menatap nanar Astro yang jauh di sana. Di pikirannya saat ini, untuk segera menyadarkan Astro.Tiara berusaha membangkitkan tubuhnya yang terasa begitu ngilu dan menusuk. Semakin lama pandangannya menjadi kabur dan terasa berat, tapi ia berusaha untuk tetap sadar dan mencoba berbicara pada Astro apa yang sebenarnya sudah ia lakukan.&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • The Second Season   Penyesalan

    Aku memberikanmu kesempatan untuk kesampatan bagi diriku sendiri yang telah menyesal. Maaf ... tapi kita mulai dari awal lagi, tak apa, kan? ~ Tiara Alyana ~ *** Tiara diselimuti rasa iba pada Astro dengan wujud raja iblisnya. Tanpa sadar air matanya menetes, dadanya sangat sesak, dan hatinya seperti diremas kuat hingga remuk. Ia tidak menyangka jika terjadi seperti ini. Hati Tiara seperti ditusuk ribuan belati, dengan rasa bersalah yang bercampur aduk. Ia baru menyadari kebodohannya yang asal membuat cerita yang menarik, tanpa mempertimbangkan segala sisi dari pemerannya. Walau hanya sekedar cerita dalam novel, jika dunia yang ia buat menjadi nyata, ternyata kekacauanlah yang ia ciptakan. Dan itu berati Tiara lah pemeran antagonisnya di sini. Tiara tidak sanggup melihat pertarungan besar ini secara langsung. Ia merasa tidak berguna, padahal dirinya seorang Dewi Pencipta di dunia ini. Penyesalan yang tersisa untuknya seperti mimpi buruk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • The Second Season   Mimpi Panjang

    Untuk Dewa Kematian, Raja Iblis, Astro. Gelarmu banyak juga ya, hmm ... Aku kan Dewi Pencipta nih, seharusnya kamu tahu bagaimanapun aku cuma manusia biasa yang banyak melakukan kesalahan. Dan kebodohanku itu manusiawi. Aku hanya gadis 20 tahun yang baru memulai kuliah di semester barunya, entah bagaimana imajinasiku dapat menciptakan dunia kalian. Aku minta maaf karena aku- kamu menderita sampai akhir cerita. Tapi yang aku tahu, kamu iblis yang baik Astro. Itu sebabnya aku menurunkan ego untuk memberimu kesempatan. Aku sudah pasrah jika memang harus menetap di dunia novel, tapi untung saja Ammon bisa membawaku kembali ke duniaku. Aku akan membuat cerita untukmu, pada season kedua kali ini. Aku janji akan membuatkan cerita happy ending untukmu. Salam hangat, Si bodoh Tiara, Dewi Pencipta Tiran ^^ ~*~ “Kesempatan kata Nona?” Senyum miring mengembang membaca surat perpisahan dari Tiara. Kertas yang sudah lecak di

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • The Second Season   Season Kedua

    Semoga ini harga yang pantas untukku pertaruhkan. Ingatanku, untuk keselamatanmu. ~Tiara Alyana~ *** “Padahal baru semalam, sudah terjadi persaingan ranking antar penulis?” Tiara tidak mengerti, teknik marketing konyol apa lagi yang digunakan Madam Asri. Partisipasi penulis dan pembaca begitu cepat dan meledak-ledak pada aplikasi baru mereka. Yang menjadi pelopor utama dari riset sementara, seratus juta lebih pembaca di aplikasi J&T berkunjung ke novel eksklusif Theós of Authority yang dapat diakses online. Tak kalah juga dengan banyaknya penulis pemula yang mengunggah novel terbaik mereka dan sudah mendapat pembaca yang tak kalah banyak pula. “Begitulah. Gue makin bangga sama lo, Ti.” “Kenapa? Theós of Authority? Gue udah yakin sih, kalau bisa langsung top ranking.” Dengan percaya diri Tiara menjawab. “Bukan. Lo bilang baru menyiapkan projek season kedua, kan? Tadi pagi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08

Bab terbaru

  • The Second Season   Pelayan Astro

    Setelah membawa Tiara pergi dari perkenalan resmi, Astro memerintahkan Omili untuk melayani dan mengawasinya gadis itu. Astro yakin kerubutan tidak hanya pada Bangsawan Suku Iblis, Dewa Petinggi pun pasti tidak akan tinggal diam. Hingga situasinya saat ini Tiara menjadi tidak aman karena dianggap sebagai objek yang tidak biasa. “Hormat saya Tuan Astro.” Ograien datang ke kamar Astro, namun ia tidak sendiri. Sosok dengan energi Dewa ikut hadir. “Salam hormat kepada Dewa kami, Dewa Kematian.” “Golden?” Sosok yang sudah lama tidak Astro temui. Bukannya tidak sama sekali, dalam beberapa kesempatan Dewa Golden memang hadir saat lima Dewa Petinggi berkumpul, namun itu hanyalah bayangannya. Bayangan adalah salah satu kekuatan Dewa Golden yang dapat memecah diri dalam bentuk bayangan. Dan setiap bayangan dengan memiliki sekian persen dari kesadaran aslinya. Dewa Golden yang disapa santai oleh Astro tersenyum. “Saya pikir Anda tidak menyadarinya, terima kasih sudah mengenali saya.” Astro

  • The Second Season   Salam Resmi

    “Ini bukan pertemuan pertama kami dengan Sang Dewi. Salam hormat dan kemuliaan tertinggi untuk Dewi Pencipta Tiran. Saya Dewa Hati, Gefsi, salah satu Dewa Petinggi. Senang dapat memperkenalkan diri secara resmi kepada Dewi Pencipta Tiran dengan keadaan sehat.” Sebenarnya Tiara gugup dengan penghormatan seperti itu. Masih terasa tidak nyata, apa lagi dirinya menjadi orang yang tidak biasa menyandang peran Dewi Pencipta. “Okey, terima kasih Dewa Gefsi. Salam kenal.” Astro bernapas lega dengan Tiara yang tidak mengacau dan hanya menjawab seadanya saat diberikan salam penghormatan. Untuk penilaian awal, jawaban seperlunya menunjukkan dominasi dan harga diri dalam posisi yang tinggi. Walau Astro tahu jika Tiara menjawab seperti itu pun, karena tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dan alasan itu tidak penting saat ini. Sedangkan Ammon, tubuhnya gemetar berusaha keras menahan tawa. Kegugupan Tiara sangat terlihat dari ekspresinya, ya ... tidak ada bawahan yang berani memandang ke atas,

  • The Second Season   Kesurupan Masal

    Ukh, Tiara benci pakaian formal dunia Suku Iblis. Harus seberapa terbuka lagi untuk mengekspos bagian tubuhnya? “Ini namanya pelecehan, bagaimana caranya gue minta pertanggung jawaban Astro sialan!” Tidak henti-hentinya Tiara menggerutu sebelum ada yang menjemput. Kerudung yang katanya sebagai penutup diri jika Tiara malu, tidak membantu sama sekali karena transparan. Kini gadis itu hanya memeluk dirinya sendiri berjaga-jaga siapapun yang masuk ke kamarnya nanti. Tolong jangan tanyakan kenapa Tiara mau saja menggunakan pakaian seperti itu, hal itu bisa terjadi jika memang ia bisa menolak. Apa lagi pakaiannya yang dari rumah sudah dibuang. “Tiara! Tidakkah ini keterlaluan jika membuat semua menunggu-“ “KYAAAA!” Tiara tidak merasakan kehadiran seseorang, kemunculan Astro yang tiba-tiba membuatnya terkejut. Apa lagi suara dalam Astro yang terdengar halus hingga pikiran horor tidak dapat dihindari. Mendengar teriakan Astro langsung bersiaga. “Ada masalah?” “Aish~” Tiara bangkit dar

  • The Second Season   Sesampai di Istana

    Ternyata tidak butuh berjalan lebih lama, Ograien dengan kereta kadal yang dibawanya datang sengaja menjemput Tiara. Banar, kadal bukan kuda sebagai kendaraan pengangkut barang. Terlihat seperti buaya dengan sisik yang tajam, tetapi sebesar Komodo. Apapun itu sekarang Tiara sudah berada di kamar Astro dan berguling-guling ria diawasi oleh Omili. Tiara disuruh istirahat dan itulah yang dilakukan, entah sudah berapa lama ia terjebak di lapang rumput tanpa batas itu hingga membuatnya begitu lelah. “Hormat Yang Mulia Raja Iblis Astro.” Salam Omili dengan suara kecil, agar Tiara tidak terbangun. Namun Tiara langsung duduk memperlihatkan dirinya sudah tidak tidur lagi. Ia melihat kedatangan Astro bersama Ograien di belakangnya membawa sesuatu. “Kamu tidak tidur?” tanya Astro yang mengira Tiara sedang tidur. “Aku sudah bangun.” Mungkin sudah terbiasa berbagi kamar dengan Astro sampai Tiara tidak memperdulikan penampilannya yang berantakan saat ini. “Aku akan memanggilkan pelayan untuk

  • The Second Season   Hukum Dewa

    Angin bertiup bagai badai bersama cahaya kehidupan yang menyoroti Tiara, dua kekuatan bertolak belakang yang saling berpadu tanpa perlawanan. Dua Dewa yang menjegal Tiara seketika menegang tak dapat berkutik pada tekanan intimidasi yang dahsyat dari kedua kekuatan besar tersebut. Senjata mereka jatuh, kaki mereka menjadi lemas, sampai bersujud tanpa mampu mengangkat kepala. Ammon yang merasa bertanggung jawab menghampiri Tiara lebih dulu untuk melihat bawahannya lebih dekat. Ia tidak percaya jika para Dewa bisa se-tidak sopan itu bahkan dalam menghakimi seseorang dengan kecurigaan semata. “Huaaa Ammon!” Tiara yang ketakutan menerjang sang Dewa Agung, memeluknya. Tangisannya pecah setelah merasa lega, akibat terguncang dengan apa yang dialaminya saat ini. Ammon mengerti lemahnya Dewi Pencipta Tiran sebagai manusia. Selain itu ia mengernyitkan kening, saat merasakan presensi besar dalam diri Tiara. Sesuatu yang tidak ia rasakan di pertemuan terakhir mereka. “Tidak apa Dewi, mereka b

  • The Second Season   Gerbang Perbatasan

    Tiara menganga melihat gerbang besar entah dari mana. Dua jam yang lalu, Tiara sudah putus asa berjalan tanpa ujung dan tidak menemukan apapun. Hanya hamparan rumput yang luas dan awan kelabu yang tinggi dengan kilat sesekali membelah langit. Perutnya sudah lapar, tidak tahu berapa lama ia berjalan tapi cahaya sekitar masih sama. Tidak lebih terang bertanda siang, ataupun lebih gelap waktunya malam. Dengan ingatan yang penuh Tiara tahu jika tidak memiliki makanan, tapi ia tetap merogoh saku berharap masih ada sesuatu yang bisa ia kunyah. Nyatanya tetap memang tidak ada, hanya sisa uang dari pemberian Ovid saja. Bisa dibilang kaki Tiara yang terus berjalan sudah mati rasa, karena rasa sakit telah ia abaikan. Pikirannya membayangkan jika berhenti sejenak mungkin tidak masalah, tapi Tiara takut. Kecemasan menyusup hatinya. Jika Tiara berhenti berjalan, maka semakin lama ia bertemu dengan Astro dan semakin lama untuknya pulang. Tiara ingin pulang. Keberadaanya di dunia asing itu, se

  • The Second Season   Terlepasnya Penghalang

    Seakan telah puas tertidur, Tiara bangun tanpa beban, tanpa mimpi. Banar bukan? Tidur tanpa mimpi itu adalah kualitas istirahat terbaik. Mengedarkan pandangannya, Tiara keheranan dengan alas rumput yang empuk dan hamparan hijau luas sejauh mata memandang. Di atas langit pun terlihat cerah dengan awan tebal, hingga keabu-abuan. Jika digambarkan, cuaca sama saat bumi akan hujan. “Bumi? Kayaknya ini bukan bumi. Gue ada di dunia novel, kan?” Secara langsung Tiara ingat perjalanannya, jika ia berada di dunia novel untuk mencari Astro. Entah kenapa secara bersamaan seperti ada yang terlupakan, pikirannya terasa kosong. Alasan Tiara tertidur ... Karena kelelahan? “Ini dunia Suku Dewa? Tunggu, gue urut satu-satu daerah mana aja yang sudah gue jelajahi.” Tiara mengeluarkan peta di saku jubahnya, peta yang didapatkan dari Ovid ... tapi bukan itu masalahnya. Antara ingatan, pikiran, dan kerja otaknya tidak singkron. Bukan lagi masalah hati dan pikiran, tapi satu fungsi yang sama kendalin

  • The Second Season   Berkat dengan Penuh

    Tiara kecil mendengar begitu banyak cerita yang seakan mengerti, ‘Dewa itu’ juga masih menggedongnya. Mengajak Tiara kecil berkeliling sambil memakan jajanan pasar. Tiba di sebuah ujung jurang dari sebuah bukit ‘Dewa itu’ menurunkan Tiara kecil, dengan kekuatan yang keluar dari ujung jarinya merubah wujud Tiara kembali ke semula. Kontrol kesadaran dan gerak tubuh Tiara pun berangsur pulih, yang sebelumnya bergerak dengan sendirinya. “Kamu kah Dewa? Tapi siapa? Aku tidak pernah menulis sosokmu di dalam novel?” Walau begitu Tiara tetap tidak bisa mengendalikan ucapannya (keceplosan), kali ini karena sifatnya yang impulsif. ‘Dewa itu’ tersenyum. “Sungguh? Sepertinya kamu menulis tentangku walau tidak banyak. Em, biar aku ingat perkataan Istriku mengenai ramalan itu.” “Ramalan?” Tiara bertanya seakan baru mendengarnya, padahal sepanjang ia bersama dengan ‘Dewa itu’ membicarakan banyak hal, termasuk ramalan. “Ah, di bab satu sebagai pembuka. Kamu mengisahkanku seperti seorang pahlawan

  • The Second Season   Penghalang Gurun

    Seperti bagian di dalamnya, Tiara bisa mencium aroma makanan yang sangat sedap, rasa yang menyenangkan dan tidak mengganggu sama sekali, suasana yang padat namun terasa damai. Bisa Tiara lihat orang-orang begitu ramah satu sama lain, menyambut dengan senyuman dan minim kejahatan, kecuali anak kecil yang jahil dan mencuri beberapa camilan di toko. Namun semua teratasi dengan baik oleh orang tua mereka yang akhirnya membayar, penjualnya pun berekspresi marah (bercanda) untuk anak-anak saja. Terasa hangat, kedekatan, dan toleransi yang kuat. Mengingatkan Tiara pada suasana kampung halaman, bangunan yang masih berbahan dasar kayu dan dihiasi kain warna-warni, aneka penerangan juga bagian dari karya yang kreatif. Saat matanya tanpa sadar berpapasan dengan yang lain, mereka akan tersenyum lebih dulu yang membuat Tiara sungkan dan menganggukkan kepalanya. Seperti berada di rumah. Orang-orang dengan kulit kecokelatannya berpenampilan manis dan sederhana. Tidak jarang banyak pendatang den

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status