Home / Fantasi / The Second Season / Kembalilah ke Tubuhmu

Share

Kembalilah ke Tubuhmu

Author: ZooPisha
last update Last Updated: 2021-09-05 19:00:02

Sebanyak apapun aku mengetahuinya.

Sangat sulit untuk memahamimu, aku memang bodoh.

~Tiara Alyana~

***

Kejadian sebelum makan malam.

Tiara yang ditinggal Omili di pasar kebingungan dengan jalan menuju istana. Ia mencoba mengingat apa yang pernah ia tulis di dalam novel tentang dunia Suku Iblis, dan akhirnya teringat dengan satu petunjuk. Ada bagian di dalam ceritanya, saat pertama kali Astro ke dunia Suku Iblis, ia tersesat. Saat itu Astro menemukan kolam air mancur berdarah yang terbuat dari emas dan permata di pusat kota, di sana terdapat patung panther yang menghadap ke arah utara. Dengan nalurinya, Astro berjalan mengikuti arah patung itu menghadap dan ternyata itu adalah jalan menuju istana.

Dengan berusaha keras, Tiara berkeliling pasar sendirian untuk mencari kolam air mancur berdarah. Namun, ternyata tidak semudah yang ia tuliskan. Padahal saat Astro tersesat, ia membuat jalan ke tempat air mancur berdarah begitu mudah seperti ‘akan menemukannya adalah garis takdir yang sudah pasti,’ tapi ia perlu berjalan cukup lama baru bisa menemukannya.

Di sana Tiara memilih beristirahat dari pada melanjutkan perjalanan. Karena dirinya adalah tokoh penting, ia yakin akan ada yang mencarinya. Dan benar saja, belum lama Tiara duduk sudah melihat sosok makhluk setengah serigala dengan pakaian seperti Tarzan menghampirinya.

Awalnya Tiara cukup terkejut bertemu sosok itu, tapi saat memperhatikannya dan menghubungkannya dengan tokoh-tokoh yang ada di novel ia langsung mengenalinya.

Dia adalah Ograien. Tangan kanan Astro yang memiliki kekuatan sangat besar dan dipenuhi dengan dendam kepada Suku Dewa, khususnya Dewa Pengawas Epopti.

“Hormat saya Yang Mulia Dewi Pencipta Tiran.”

Tiara yang melihat makhluk buas itu bersujud di hadapannya jadi gelagapan, ia merasa tidak pantas sampai disembah seperti ini. “Hei hei, bangunlah. Nggak usah sujud-sujud segala. Santai aja.”

Tiara hanya bisa heboh sendiri dari jarak yang cukup jauh, karena tidak berani mendekat. Bagaimanapun sosok Ograien ini sosok dengan perawakan menyeramkan.

“Lo Ograien, kan?” Tiara memastikan, ia yakin, tapi basa-basi saja.

“Benar, Dewi Pencipta Tiran.”

“Panggil nama aja, nggak perlu sesungkan itu juga. Btw, lo datang untuk jemput gue, kan?”

“Benar Dew- maksud saya Tiran. Makan malam sudah siap, saya akan mengantar Anda kembali ke istana.”

Tiara mengangguk dan berjalan lebih dulu. “Terima kasih ya, ini gegara Omili! Tour guide apa yang ninggalin tamunya?”

“Anda sepertinya cepat menyeduaikan diri dengan dunia Suku Iblis. Padahal Tuan Astro mengatakan, Anda baru saja ia jemput dari dunia Manusia.” Ograien hanya mengikuti jalan Tiara dari belakang.

“Dia bilang apa? Jemput gue? Dia itu nyulik gue, udah mana sebelum-sebelumnya dia neror gue lagi, tiap malam sampai nggak bisa tidur.” Seketika Tiara sadar jika dirinya begitu banyak bicara. “Em ... sorry ya, gue kayaknya cerewet banget ya?”

“Tidak masalah, Tiran. Berkat kedatangan Anda, suasana dunia Suku Iblis terlihat lebih cerah. Dunia yang biasa diliputi kegelapan, seperti mendapatkan cahaya matahari. Saya berterima kasih Anda berkenan datang kemari.”

‘Apanya berkenan? Jelas-jelas gue bilang diculik.’ Tiara hanya tersenyum menanggapinya. “Lo ternyata nggak seserem kelihatannya ya? Gue merasa sudah dekat dan nyaman ngobrol sama lo.”

“Pencipta akan selalu dekat dengan yang diciptakannya, tentu saja Anda merasa seperti itu. Dari kedekatan yang saya percaya, Anda menempatkan saya di sisi Tuan Astro adalah takdir yang terbaik.”

Seketika Tiara kembali mengingat-ingat, bagaimana asal mula ia menempatkan Ograien di sisi Astro. Namun, semua kosong, ia tidak ingat apapun. Bagian yang mendeskripsikan hubungan Astro dan Ograien tidak lebih dari 3 paragraf. Hanya latar belakang singkat mengenai perkenalan mereka hingga menjadikan Ograien sebagai orang kepercayaan Astro, karena mereka memiliki tujuan balas dendam yang sama.

“Memangnya menurut lo, kenapa gue nempatin lo di sisi Astro?” tanya Tiara memancing ingatannya.

“Kami sama-sama dibuang.”

Deg! Tiara ingat sekarang. Saat Astro yang menemui Ograien dalam keadaan sekarat dan Astro menolongnya. Astro lah orang pertama yang menyadari jika Ograien memiliki kekuatan besar yang terpendam. Astro memanfaatkan Ograien untuk menambah kekuatan militernya saat perang dengan Suku Dewa.

“Keluarga kami yang tidak pernah menginginkan kami dan menganggap kami adalah sebuah kutukan,” lanjut Ograien.

“Apa?!” Tiara sampai menghentikan langkahnya. ‘Kok beda?’

“Iya. Tuan Astro membantu saya membalaskan dendam pada Dewa Epopti yang telah membunuh adik saya. Keluarga satu-satunya yang saya miliki. Betapa beruntungnya dia mendapatkan perlindungan dari Dewa Ammon. Cih! Berapa kalipun dia hidup saya akan membuatnya merasakan kematian berkali-kali.”

Bulu kuduk Tiara meremang merasakan dendam yang begitu dalam.

“Saya memiliki kemampuan untuk melawan Dewa juga berkat Tuan Astro yang memberikan sedikit kekuatan penghancurnya dengan perjanjian darah. Saya merasa harus membalaskan utang budi yang tidak ada habisnya ini dengan terus setia padanya, itupun rasanya masih belum cukup.”

Yang dijelaskan Ograien memanglah tidak sepenuhnya berbeda dengan deskripsi novel yang Tiara buat. Hanya saja yang membuatnya tercengan adalah Astro menyelamatkan Ograien yang berakhir balas budi, bukan saling memanfaatkan satu sama lain.

Astro memanfaatkan kekuatan besar yang tersembunyi di dalam diri Ograien. Dan Ograien yang memanfaatkan kekuasaan Astro untuk membalas dendam dengan Dewa Epopti. Tiara tidak menyangka, jika terdapat pautan emosi besar di dalam cerita ini. Dan itu adalah perasaan yang tulus yang tidak pernah ia pikirkan ada untuk pemeran antagonis.

'Jangan-jangan banyak hal besar yang gue lewatkan?'

“Tiran, boleh saya meminta sesuatu sebelum Anda menemui Tuan Astro?”

Tiara menoleh sebelum memasuki istana.

“Tolong berikan kami kesempatan untuk memulainya dari awal. Tidak perlu mengembalikan waktu, tapi beri kami celah untuk menunjukkan keadilan. Di sisi baik atau jahat, pasti para Dewa lah yang selalu benar. Tapi, kami kaum Suku Iblis juga memiliki kehidupan yang kami anggap benar.”

“Seperti dua sisi mata koin, walau saling membelakangi hanya dengan menentukan sisi mana yang menjadi wajah atau ekor. Namun, bukan berarti wajah selalu di depan dan ekor selalu di belakang. Saya harap Anda dapat mempertimbangkannya.”

Tiara terdiam, hatinya bergetar. Ia seperti bisa merasakan semua emosi yang Ograien katakan, perasaan tulus, hati yang pernah tersakiti, dan keputusasaan di masa lampau. ‘Kenapa ini? Kenapa hati gue sakit?’

“Hm ... begini Ograien, jika ini adalah dunia novel dan gue penulisnya, sepertinya Dewi Pencipta itu terlalu berlebihan. Sekalipun gue tahu bagaimana caranya memperbaiki semua masalah ini, gue nggak punya kekuatan untuk itu semua. Nggak ada gunanya.” Mata Tiara mulai berlinang, entah bagaimana memikir ia tidak bisa membantu membuatnya sedih.

Bohong jika Tiara hanya menikmati jalan-jalannya bersama Omili di setengah harinya setelah diculik. Melihat sebagian besar bangunan istana yang hancur, jalan kota yang sedang diperbaiki, dan pasar yang tampak baru dibangun, membuat Tiara merasa bersalah.

“Jadi Anda seorang penulis?” Ograien tersenyum melihat cahaya yang mengelilingi Tiara, ia tidak mungkin salah menilai sesuatu. “Artinya apa yang Anda bayangkan adalah apa yang akan Anda tulis, bukan? Jika Anda belum tahu akan menulis seperti apa cerita kami selanjutnya, bayang saja terlebih dahulu pemicu yang dapat mengangkat cerita Anda. Dan sisanya ... Anda akan menjalaninya bersama kami dan berikan kesempatan itu pada Tuan Astro.”

***

Di tengah acara makan malam

“Tunggu tunggu tunggu! Jadi kamu beneran setan? Tapi kok ....” Bahakan Tiara melihat Astro makan dengan memegang garpu dan sendok.

“Tidak mungkin saya bisa melakukannya jika Nona belum pernah membayangkannya.”

“Apa karena kamu sang kematian itu sendiri? Jadi ada dan tidak adanya media wujud seperti tubuh, kamu tetap bisa hidup normal?” Tiara mengira-ngira dan berbicara asal, karena hanya itu hal yang logis di dalam pikirannya.

“Semua imajinasi Nona menjadi benar jika di dunia ini, karena Nona sang Dewi Pen. Cip. Ta.” Astro menekan di akhir kata.

“Simpelnya, apapun yang sedang aku imajinasikan di dunia ini akan menjadi nyata? Semudah itu?” Pertanyaan Tiara ini diberi anggukan oleh Astro. “Ok kita coba, apa yang kamu ingin, kan?” Tiara mencoba membuka penawaran, kalau kesempatan ini berhasil maka ia pun akan cepat pulang.

Astro ragu mengenai kekuatan Dewi Pencipta apa bisa digunakan oleh Tiara atau tidak. Gadis ceroboh itu akan memengabulkan permintaan besarnya dengan mudah? Pasti tidak.

“Pertama, bawa kembali tubuh saya yang masih berada di penjara Suku Dewa,” ucap Astro dengan asal, ia bahkan tidak percaya jika Tiara mengetahui cara menggunakan kekuatannya sebagai Dewi Pencipta. Membuat imajinasi yang kuat itu sulit, bukan sekedar khayalan yang hanya memikirkan baiknya saja. Setidaknya harus ada media untuk menvisualisasikan imajinasi itu, dan Tiara biasanya melakukan hal itu dengan menuiis.

Sedangkan Tiara memikirkan hal lain, ia heran dengan permintaan Astro yang menurutnya itu memperumit diri sendiri. “Itukan hukuman, yang harus kamu pertanggung jawabkan. Seharusnya usahamu untuk keluar adalah dengan berubah jadi lebih baik, setidaknya berpura-puralah, orang-orang Suku Dewa pasti akan memaafkanmu. Atau jangan-jangan kamu sampai repot menculikku ke sini, karena menginginkah hal yang lebih besar, kan? Huh! cara pikir otak jahat mu itu benar-benar ....”

Tiara bicara tanpa pikir panjang, tanpa ia sadari telah menyinggung Astro. Ingin rasanya pria itu menyumpal mulut Tiara dengan tubuh Omili. Ia baru mengetahui jika Tiara sangat blak-blakan dengan semua isi pikirannya. Dan bodohnya, Tiara mengatakan itu semua dengan percaya diri tanpa tahu kebenarannya.

Seketika Astro kembali merasa risih kembali merasakan dirinya ditatap begitu lekat oleh Tiara.

“Aish! Kenapa Nona menatap saya seperti-.” Belum selesai Astro mengajukan protesnya, Tiara sudah membuka mulut.

Btw, kalau diperhatian kamu tampan juga ya? Aku tidak mendeskripsikanku secara detail, kecuali ciri-ciri umum. Seperti, 'kulit putih bak Dewa yang selembut awan, dan kontras warna rambut layaknya tinta pada kertas'.” Tiara menaik turunkan kedua alisnya setelah ngulang kalimat yang ia tulis di dalam novelnya.

Tidak Tiara sangka Astro sekilas mirip dengan biasnya, Rowoon, member SF9 Boyband asal Korea Selatan itu. ‘Benar juga, pas gue buat karakter Astro, gue abis nonton MV SF9 Good Guy’, pikirnya bernostalgia.

Astro memalingkan wajahnya untuk tersenyum, ia heran, bagaimana Tiara sangat mudah mengatakan hal memalukan semacam itu? “Apa yang Nona pikirkan, apa selalu diucapkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu?”

Setelah mendengar ucapan demi ucapan yang Tiara lontarkan membuat perasaanya aneh. Dengan mudah ia dihina sebagai orang jahat, lalu dipuji karena tampan.

Sekarang Astro mengernyitkan keningnya melihat Tiara memejamkan mata. ‘Hal bodoh apa lagi yang akan dia lakukan?’ pikirnya

Lalu, seketika tubuh Tiara memancarakn bersinar hingga menutupi tubuh gadis itu. Sinar yang begitu terang dan tidak asing untuk Astro.

Deg!

'Tidak, tidak mungkin'. Astro sangat tahu jika ini kekuatan Dewa, dan sinar ini sangat mirip dengan kekuatan kehidupan Dewa Ammon. ‘Jika seperti ini, para Dewa akan tahu keberadaan Dewi Pencipta. Ini tidak boleh terjadi.’

“Sudah!” pekikan kegembiraan terdengar, bersama dengan sinar yang terpancar itu semakin memudar.

Belum sempat mencegah, Astro tidak percaya jika di hadapannya sekarang tidak hanya ada Tiara, tapi ... dirinya, tubuhnya.

“Aku tidak percaya jika semudah ini. Sekarang kamu kembalilah ke tubuhmu.” Tiara terkejut melihat jiwa Astro perlahan menghilang dan tubuh yang ia bawa bergetar dengan hebat. “Apa sudah bereaksi?”

Related chapters

  • The Second Season   Memuai Apa yang Ditanam

    Aku memang penjahat yang sewaktu-waktu bisa menyakitimu.Terima kasih sudah mencoba mengerti diriku.~ Astro Climton~***“Btw, ada yang ingin aku tanyakan lagi. Kenapa kamu terlihat tampan? Aku tidak mendeskripsikanku secara detail, kecuali ciri-ciri umum. Seperti ini, 'kulit putih bak Dewa yang selembut awan, dan kontras warna rambut layaknya tinta pada kertas'.”'Apa benar hanya membayangkannya, maka terjadi sesuatu di dunia ini?' Tiara memejamkan matanya dan mulai berimajinasi, apa yang akan menjadi pemicu dari awal cerita barunya.'Mungkin akan menarik jika cerita berawal dari hilangnya Astro dari penjara Dewa, karena diculik Dewi Pencipta. Perjalanan awal Astro membuktikan keadilan, kebenaran di mata Suku Iblis tidak sepenuhnya salah, ini akan menjadi premis yang bagus. Maka, tubuh Astro seharusnya sudah berada di sebelahku sekarang!'Inilah

    Last Updated : 2021-09-12
  • The Second Season   Dendam yang Terpendam

    Aku mencoba yang terbaik, tapi sepertinya kamu tidak bisa mendengar dan melihatnya. Aku tidak tahu sampai mana bisa bertahan.~ Tiara Alyana ~***Brak! DUAR!Tiara dikejutkan dengan suara gebrakan meja dan ledakan dari tubuh Astro secara bersamaan. Ia sampai terbatuk-batuk dari kebulan debu yang dihasilkan, pandangan pun menjadi kabur. Tiara melihat keadaan sekitar saat kabut sudah menipis, hal pertama yang ditemukan adalah tubuh Astro menjadi sangat besar seperti raksasa. Tiara menganga dan matanya membulat, ia tahu persis jika itu adalah wujud Astro sebagai Raja Iblis.Saat bertarung dengan Ammon di novel Theós of Authority, wujud inilah yang Astro gunakan. Sulit menenangkannya jika seperti ini, karena Astro sudah terpengaruh dengan roh jahat, hingga menutup semua perasaannya dalam dendam yang begitu besar.Setelah mengetahui itu, Tiara tidak melarikan diri dan malah mengamati Astro dengan seksama.

    Last Updated : 2021-09-23
  • The Second Season   Ayo Mulai Lagi

    Ya, aku salah ... maaf. Aku tidak coba merubahnya, karena aku tidak bisa. Jika berkenan, mau kita memulainya lagi dari awal bersama?~ Tiara Alyana ~***“AKH!”Tiara terpental sangat jauh. Berakhir dengan dirinya terbentur pohon besar kering tanpa dedaunan, dan batang pohon hangus akibat terbakar kekuatan Astro.“Uhuk! Uhuk!”Tiara bisa merasakan sakit di punggungnya. Rasa sakit yang terus merambat tiap inci membuat tenggorokannya tercekat, rasanya ia seperti tersedak dengan darahnya sendiri yang tidak bisa ia muntahkan. Dengan mata yang masih sanggup ia buka, dirinya menatap nanar Astro yang jauh di sana. Di pikirannya saat ini, untuk segera menyadarkan Astro.Tiara berusaha membangkitkan tubuhnya yang terasa begitu ngilu dan menusuk. Semakin lama pandangannya menjadi kabur dan terasa berat, tapi ia berusaha untuk tetap sadar dan mencoba berbicara pada Astro apa yang sebenarnya sudah ia lakukan.&ldquo

    Last Updated : 2021-09-26
  • The Second Season   Penyesalan

    Aku memberikanmu kesempatan untuk kesampatan bagi diriku sendiri yang telah menyesal. Maaf ... tapi kita mulai dari awal lagi, tak apa, kan? ~ Tiara Alyana ~ *** Tiara diselimuti rasa iba pada Astro dengan wujud raja iblisnya. Tanpa sadar air matanya menetes, dadanya sangat sesak, dan hatinya seperti diremas kuat hingga remuk. Ia tidak menyangka jika terjadi seperti ini. Hati Tiara seperti ditusuk ribuan belati, dengan rasa bersalah yang bercampur aduk. Ia baru menyadari kebodohannya yang asal membuat cerita yang menarik, tanpa mempertimbangkan segala sisi dari pemerannya. Walau hanya sekedar cerita dalam novel, jika dunia yang ia buat menjadi nyata, ternyata kekacauanlah yang ia ciptakan. Dan itu berati Tiara lah pemeran antagonisnya di sini. Tiara tidak sanggup melihat pertarungan besar ini secara langsung. Ia merasa tidak berguna, padahal dirinya seorang Dewi Pencipta di dunia ini. Penyesalan yang tersisa untuknya seperti mimpi buruk.

    Last Updated : 2021-09-30
  • The Second Season   Mimpi Panjang

    Untuk Dewa Kematian, Raja Iblis, Astro. Gelarmu banyak juga ya, hmm ... Aku kan Dewi Pencipta nih, seharusnya kamu tahu bagaimanapun aku cuma manusia biasa yang banyak melakukan kesalahan. Dan kebodohanku itu manusiawi. Aku hanya gadis 20 tahun yang baru memulai kuliah di semester barunya, entah bagaimana imajinasiku dapat menciptakan dunia kalian. Aku minta maaf karena aku- kamu menderita sampai akhir cerita. Tapi yang aku tahu, kamu iblis yang baik Astro. Itu sebabnya aku menurunkan ego untuk memberimu kesempatan. Aku sudah pasrah jika memang harus menetap di dunia novel, tapi untung saja Ammon bisa membawaku kembali ke duniaku. Aku akan membuat cerita untukmu, pada season kedua kali ini. Aku janji akan membuatkan cerita happy ending untukmu. Salam hangat, Si bodoh Tiara, Dewi Pencipta Tiran ^^ ~*~ “Kesempatan kata Nona?” Senyum miring mengembang membaca surat perpisahan dari Tiara. Kertas yang sudah lecak di

    Last Updated : 2021-10-03
  • The Second Season   Season Kedua

    Semoga ini harga yang pantas untukku pertaruhkan. Ingatanku, untuk keselamatanmu. ~Tiara Alyana~ *** “Padahal baru semalam, sudah terjadi persaingan ranking antar penulis?” Tiara tidak mengerti, teknik marketing konyol apa lagi yang digunakan Madam Asri. Partisipasi penulis dan pembaca begitu cepat dan meledak-ledak pada aplikasi baru mereka. Yang menjadi pelopor utama dari riset sementara, seratus juta lebih pembaca di aplikasi J&T berkunjung ke novel eksklusif Theós of Authority yang dapat diakses online. Tak kalah juga dengan banyaknya penulis pemula yang mengunggah novel terbaik mereka dan sudah mendapat pembaca yang tak kalah banyak pula. “Begitulah. Gue makin bangga sama lo, Ti.” “Kenapa? Theós of Authority? Gue udah yakin sih, kalau bisa langsung top ranking.” Dengan percaya diri Tiara menjawab. “Bukan. Lo bilang baru menyiapkan projek season kedua, kan? Tadi pagi

    Last Updated : 2021-10-08
  • The Second Season   Bab 1

    Sejak dahulu, Dewa dan Iblis hidup berdampingan walau selalu bersiteru dengan perbedaan pendapat. Berdebatan hingga terjadi perkelahian sering terjadi sebagai solusi akhir, dimana yang menang akan mendapat hak untuk mengambil keputusan.Sampai pengetahuan politik berkembang, di mana persetujuan untuk memilih salah satu pemimpin antara kedua Suku. Sebagai pemimpin langit dan bumi, dan juga mengatur kematian dan kehidupan di seluruh alam.Untuk menghindari pertikaian yang lebih besar, mereka sepakat untuk mencalonkan pemimpin masing-masing Suku. Suku Dewa diwakili oleh Dewa Agung Asoka, dan suku Iblis diwakili oleh Raja Iblis Mammon. Kedua perwakilan diberikan waktu untuk memimpin kedua suku dalam waktu 10 tahun.20 tahun berlalu. Setelah sampai pemilihan pemimpin dengan pengambilan suara terbanyak. Hasil yang didapatkan tidaklah memuaskan. Masing-masing perwakilan mendapatkan suara yang sama, karena rakyat di setiap suku memilih pemimpinnya masing-masing.

    Last Updated : 2021-10-21
  • The Second Season   Tidak Mungkin Diubah

    Kupikir ini hukuman yang ringan, tapi nyatanya ... aku tersiksa dengan perasan yang hampa ini. Satu pertanyaan yang menetap. “Kenapa aku terus merasa bersalah?”~Tiara Alyana~***“Hoam ....” Tiara menguap tanpa tahu malu. Dengan mata yang sudah sayu ia melipat tangan di atas meja untuk dijadikan bantakan kepalanya.Ilham yang baru masuk kelas dan mengambil duduk di sebelah Tiara keheranan. “Ngapain lo? Belajar?”Tiara hanya menggelangkan kepalanya sebagai jawaban. Dirinya butuh asupan cogan (cowok ganteng) buat menjernihkan mata dan pikiran.Melihat novel Theós of Authority di atas meja, Ilham mulai mengerti, sepertinya Tiara sedang mempelajari ceritanya kembali untuk revisi season keduanya. “Nggak usah diforsir, Ti. Masih ada waktu sampai up minggu ini.”Tiara langsung bengun menatap tajam Ilham yang biacara semau jidatnya. Ia tidak t

    Last Updated : 2021-10-24

Latest chapter

  • The Second Season   Pelayan Astro

    Setelah membawa Tiara pergi dari perkenalan resmi, Astro memerintahkan Omili untuk melayani dan mengawasinya gadis itu. Astro yakin kerubutan tidak hanya pada Bangsawan Suku Iblis, Dewa Petinggi pun pasti tidak akan tinggal diam. Hingga situasinya saat ini Tiara menjadi tidak aman karena dianggap sebagai objek yang tidak biasa. “Hormat saya Tuan Astro.” Ograien datang ke kamar Astro, namun ia tidak sendiri. Sosok dengan energi Dewa ikut hadir. “Salam hormat kepada Dewa kami, Dewa Kematian.” “Golden?” Sosok yang sudah lama tidak Astro temui. Bukannya tidak sama sekali, dalam beberapa kesempatan Dewa Golden memang hadir saat lima Dewa Petinggi berkumpul, namun itu hanyalah bayangannya. Bayangan adalah salah satu kekuatan Dewa Golden yang dapat memecah diri dalam bentuk bayangan. Dan setiap bayangan dengan memiliki sekian persen dari kesadaran aslinya. Dewa Golden yang disapa santai oleh Astro tersenyum. “Saya pikir Anda tidak menyadarinya, terima kasih sudah mengenali saya.” Astro

  • The Second Season   Salam Resmi

    “Ini bukan pertemuan pertama kami dengan Sang Dewi. Salam hormat dan kemuliaan tertinggi untuk Dewi Pencipta Tiran. Saya Dewa Hati, Gefsi, salah satu Dewa Petinggi. Senang dapat memperkenalkan diri secara resmi kepada Dewi Pencipta Tiran dengan keadaan sehat.” Sebenarnya Tiara gugup dengan penghormatan seperti itu. Masih terasa tidak nyata, apa lagi dirinya menjadi orang yang tidak biasa menyandang peran Dewi Pencipta. “Okey, terima kasih Dewa Gefsi. Salam kenal.” Astro bernapas lega dengan Tiara yang tidak mengacau dan hanya menjawab seadanya saat diberikan salam penghormatan. Untuk penilaian awal, jawaban seperlunya menunjukkan dominasi dan harga diri dalam posisi yang tinggi. Walau Astro tahu jika Tiara menjawab seperti itu pun, karena tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dan alasan itu tidak penting saat ini. Sedangkan Ammon, tubuhnya gemetar berusaha keras menahan tawa. Kegugupan Tiara sangat terlihat dari ekspresinya, ya ... tidak ada bawahan yang berani memandang ke atas,

  • The Second Season   Kesurupan Masal

    Ukh, Tiara benci pakaian formal dunia Suku Iblis. Harus seberapa terbuka lagi untuk mengekspos bagian tubuhnya? “Ini namanya pelecehan, bagaimana caranya gue minta pertanggung jawaban Astro sialan!” Tidak henti-hentinya Tiara menggerutu sebelum ada yang menjemput. Kerudung yang katanya sebagai penutup diri jika Tiara malu, tidak membantu sama sekali karena transparan. Kini gadis itu hanya memeluk dirinya sendiri berjaga-jaga siapapun yang masuk ke kamarnya nanti. Tolong jangan tanyakan kenapa Tiara mau saja menggunakan pakaian seperti itu, hal itu bisa terjadi jika memang ia bisa menolak. Apa lagi pakaiannya yang dari rumah sudah dibuang. “Tiara! Tidakkah ini keterlaluan jika membuat semua menunggu-“ “KYAAAA!” Tiara tidak merasakan kehadiran seseorang, kemunculan Astro yang tiba-tiba membuatnya terkejut. Apa lagi suara dalam Astro yang terdengar halus hingga pikiran horor tidak dapat dihindari. Mendengar teriakan Astro langsung bersiaga. “Ada masalah?” “Aish~” Tiara bangkit dar

  • The Second Season   Sesampai di Istana

    Ternyata tidak butuh berjalan lebih lama, Ograien dengan kereta kadal yang dibawanya datang sengaja menjemput Tiara. Banar, kadal bukan kuda sebagai kendaraan pengangkut barang. Terlihat seperti buaya dengan sisik yang tajam, tetapi sebesar Komodo. Apapun itu sekarang Tiara sudah berada di kamar Astro dan berguling-guling ria diawasi oleh Omili. Tiara disuruh istirahat dan itulah yang dilakukan, entah sudah berapa lama ia terjebak di lapang rumput tanpa batas itu hingga membuatnya begitu lelah. “Hormat Yang Mulia Raja Iblis Astro.” Salam Omili dengan suara kecil, agar Tiara tidak terbangun. Namun Tiara langsung duduk memperlihatkan dirinya sudah tidak tidur lagi. Ia melihat kedatangan Astro bersama Ograien di belakangnya membawa sesuatu. “Kamu tidak tidur?” tanya Astro yang mengira Tiara sedang tidur. “Aku sudah bangun.” Mungkin sudah terbiasa berbagi kamar dengan Astro sampai Tiara tidak memperdulikan penampilannya yang berantakan saat ini. “Aku akan memanggilkan pelayan untuk

  • The Second Season   Hukum Dewa

    Angin bertiup bagai badai bersama cahaya kehidupan yang menyoroti Tiara, dua kekuatan bertolak belakang yang saling berpadu tanpa perlawanan. Dua Dewa yang menjegal Tiara seketika menegang tak dapat berkutik pada tekanan intimidasi yang dahsyat dari kedua kekuatan besar tersebut. Senjata mereka jatuh, kaki mereka menjadi lemas, sampai bersujud tanpa mampu mengangkat kepala. Ammon yang merasa bertanggung jawab menghampiri Tiara lebih dulu untuk melihat bawahannya lebih dekat. Ia tidak percaya jika para Dewa bisa se-tidak sopan itu bahkan dalam menghakimi seseorang dengan kecurigaan semata. “Huaaa Ammon!” Tiara yang ketakutan menerjang sang Dewa Agung, memeluknya. Tangisannya pecah setelah merasa lega, akibat terguncang dengan apa yang dialaminya saat ini. Ammon mengerti lemahnya Dewi Pencipta Tiran sebagai manusia. Selain itu ia mengernyitkan kening, saat merasakan presensi besar dalam diri Tiara. Sesuatu yang tidak ia rasakan di pertemuan terakhir mereka. “Tidak apa Dewi, mereka b

  • The Second Season   Gerbang Perbatasan

    Tiara menganga melihat gerbang besar entah dari mana. Dua jam yang lalu, Tiara sudah putus asa berjalan tanpa ujung dan tidak menemukan apapun. Hanya hamparan rumput yang luas dan awan kelabu yang tinggi dengan kilat sesekali membelah langit. Perutnya sudah lapar, tidak tahu berapa lama ia berjalan tapi cahaya sekitar masih sama. Tidak lebih terang bertanda siang, ataupun lebih gelap waktunya malam. Dengan ingatan yang penuh Tiara tahu jika tidak memiliki makanan, tapi ia tetap merogoh saku berharap masih ada sesuatu yang bisa ia kunyah. Nyatanya tetap memang tidak ada, hanya sisa uang dari pemberian Ovid saja. Bisa dibilang kaki Tiara yang terus berjalan sudah mati rasa, karena rasa sakit telah ia abaikan. Pikirannya membayangkan jika berhenti sejenak mungkin tidak masalah, tapi Tiara takut. Kecemasan menyusup hatinya. Jika Tiara berhenti berjalan, maka semakin lama ia bertemu dengan Astro dan semakin lama untuknya pulang. Tiara ingin pulang. Keberadaanya di dunia asing itu, se

  • The Second Season   Terlepasnya Penghalang

    Seakan telah puas tertidur, Tiara bangun tanpa beban, tanpa mimpi. Banar bukan? Tidur tanpa mimpi itu adalah kualitas istirahat terbaik. Mengedarkan pandangannya, Tiara keheranan dengan alas rumput yang empuk dan hamparan hijau luas sejauh mata memandang. Di atas langit pun terlihat cerah dengan awan tebal, hingga keabu-abuan. Jika digambarkan, cuaca sama saat bumi akan hujan. “Bumi? Kayaknya ini bukan bumi. Gue ada di dunia novel, kan?” Secara langsung Tiara ingat perjalanannya, jika ia berada di dunia novel untuk mencari Astro. Entah kenapa secara bersamaan seperti ada yang terlupakan, pikirannya terasa kosong. Alasan Tiara tertidur ... Karena kelelahan? “Ini dunia Suku Dewa? Tunggu, gue urut satu-satu daerah mana aja yang sudah gue jelajahi.” Tiara mengeluarkan peta di saku jubahnya, peta yang didapatkan dari Ovid ... tapi bukan itu masalahnya. Antara ingatan, pikiran, dan kerja otaknya tidak singkron. Bukan lagi masalah hati dan pikiran, tapi satu fungsi yang sama kendalin

  • The Second Season   Berkat dengan Penuh

    Tiara kecil mendengar begitu banyak cerita yang seakan mengerti, ‘Dewa itu’ juga masih menggedongnya. Mengajak Tiara kecil berkeliling sambil memakan jajanan pasar. Tiba di sebuah ujung jurang dari sebuah bukit ‘Dewa itu’ menurunkan Tiara kecil, dengan kekuatan yang keluar dari ujung jarinya merubah wujud Tiara kembali ke semula. Kontrol kesadaran dan gerak tubuh Tiara pun berangsur pulih, yang sebelumnya bergerak dengan sendirinya. “Kamu kah Dewa? Tapi siapa? Aku tidak pernah menulis sosokmu di dalam novel?” Walau begitu Tiara tetap tidak bisa mengendalikan ucapannya (keceplosan), kali ini karena sifatnya yang impulsif. ‘Dewa itu’ tersenyum. “Sungguh? Sepertinya kamu menulis tentangku walau tidak banyak. Em, biar aku ingat perkataan Istriku mengenai ramalan itu.” “Ramalan?” Tiara bertanya seakan baru mendengarnya, padahal sepanjang ia bersama dengan ‘Dewa itu’ membicarakan banyak hal, termasuk ramalan. “Ah, di bab satu sebagai pembuka. Kamu mengisahkanku seperti seorang pahlawan

  • The Second Season   Penghalang Gurun

    Seperti bagian di dalamnya, Tiara bisa mencium aroma makanan yang sangat sedap, rasa yang menyenangkan dan tidak mengganggu sama sekali, suasana yang padat namun terasa damai. Bisa Tiara lihat orang-orang begitu ramah satu sama lain, menyambut dengan senyuman dan minim kejahatan, kecuali anak kecil yang jahil dan mencuri beberapa camilan di toko. Namun semua teratasi dengan baik oleh orang tua mereka yang akhirnya membayar, penjualnya pun berekspresi marah (bercanda) untuk anak-anak saja. Terasa hangat, kedekatan, dan toleransi yang kuat. Mengingatkan Tiara pada suasana kampung halaman, bangunan yang masih berbahan dasar kayu dan dihiasi kain warna-warni, aneka penerangan juga bagian dari karya yang kreatif. Saat matanya tanpa sadar berpapasan dengan yang lain, mereka akan tersenyum lebih dulu yang membuat Tiara sungkan dan menganggukkan kepalanya. Seperti berada di rumah. Orang-orang dengan kulit kecokelatannya berpenampilan manis dan sederhana. Tidak jarang banyak pendatang den

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status