Suara berat Maksim menyudahi kegiatan berfoto Xandrova dengan para penggemar. Mereka semua menatap Maksim yang baru saja tiba. Sadar akan kehadiran Maksim, Viktor bergegas mengembalikan smartphone milik salah satu remaja dan menarik tangan Xandrova agar berdiri di sisinya.
"Buーbukankah Anda adalah ...."
"Ya, saya adalah Maksim Smirnov Romanov. Mantan tunangan dari Miss Pretty yang kalian puji-puji itu!"
Maksim memotong ucapan salah seorang gadis sambil menunjuk Xandrova dengan dagunya. Sikap angkuh Maksim barusan, tentu saja membuat Viktor naik darah.
"Tidak bisakah Anda menunjukkan sikap sopan santun di tempat umum, Tuan Maksim yang kaya raya?!"
Entah kalimat pertanyaan atau kalimat merendahkan yang keluar dari mulut seorang Viktor. Karena sejujurnya Viktor memang berniat merendahkan Maksim di setiap kesempatan yang ada.
"Jadi, mengapa kalian gagal menikah, Tuan Maksim?"
Lagi, si gadis pirang mengajukan pertanyaan yang menohok.
"Tuan Maksim, sekarang adalah kesempatan bagus untuk mempermalukan Tuan Viktor dan Anda tidak boleh melewatkannya begitu saja!"
Sebagai seorang asisten, Feliks selalu memberikan saran terbaik untuk sang tuan. Maksim menatap kedua mata Feliks dengan sungguh-sungguh hingga akhirnya ia menyetujuinya.
Apa yang dikatakan oleh Feliks benar. Kesempatan emas ini tidak akan aku sia-siakan. Karena aku ingin seluruh dunia tahu bahwa Viktor adalah orang ke tiga yang hadir di antara aku dan Zoya!
Maksim membayangkan apa yang akan terjadi pada Viktor kelak di saat dirinya berhasil mempermalukan pria itu. Ia tersenyum sinis seraya menatap Viktor.
"Seperti yang kalian semua lihat. Si Angsa ini telah merebut Zoya dari saya dan kini mereka telah menjadi sepasang Suami Istri tanpa restu dari kedua orang tua Zoya."
Maksim membeberkan fakta mengejutkan bagi semua orang. Baik Viktor maupun Xandrova, keduanya sama-sama terkejut hingga Xandrova berdiri mematung.
"Angsa?! Siapa yang Anda maksudkan, Tuan Maksim?!"
Dan ya, diantara keempat remaja tadi hanya si pirang yang berani membuka mulutnya.
"Tentu saja Suami dari Zoya, Nona Manis. Ha! Ha! Ha!"
Maksim tertawa mengejek Viktor. Dia tidak berhenti tertawa juga hingga si pirang kembali bertanya.
"Dia adalah Tuan Viktor dan bukan Angsa!"
Kali ini, Viktor dan Xandrova seolah menahan napas mereka. Viktor menduga-duga bahwa Maksim akan menghina namanya.
"Viktor Gusev Konstantin adalah nama lengkapnya. Jika ditelaah lebih lanjut, Gusev berasal dari kata Goos dan kalian semua tahu apa artinya, bukan?! Ha! Ha! Ha!"
Tak ada yang berani mengelak. Apa yang dikatakan oleh Maksim memang benar, bahwa arti dari kata goos adalah angsa.
"Tunggu! Benarkah apa yang Anda katakan tadi tentang pernikahan mereka, Tuan Maksim?"
Seorang wanita dengan usia sekitar awal tiga puluhan yang sedang melintas di depan mereka pun menghentikan langkahnya dan bertanya. Namun tidak hanya itu, wanita tersebut pun menyudutkan Xandrova dengan kata-katanya.
"Menikah tanpa restu bukanlah hal yang baik, Nona Zoya! Seberapa pun kau mencintai Tuan Viktor, keputusanmu untuk menikah tetaplah salah!"
"Apakah kau mendengarnya, Zoya?!"
Maksim bertanya dengan bangga. Dia menyilangkan kedua tangan di depan perut.
"Bahkan tidak sedikit pasangan yang ingin menikah dengan restu dari kedua orang tua mereka."
"Tutup mulutmu, Maksim!"
Viktor mencoba memperingatkan Maksim untuk tidak asal bicara. Dan, perdebatan pun tidak dapat dihindari oleh keduanya.
Sial! Berani sekali dia memanggil ku hanya dengan nama depan saja, ucap Maksim di dalam benaknya.
"Mengapa Anda meminta saya untuk menutupi sebuah fakta? Apakah Anda merasa malu karena telah menjadi duri di dalam hubungan saya dengan Zoya?"
Zoya, tolong bicaralah! Katakan kepada mereka bahwa semua itu tidak benar!
Viktor berharap di dalam hatinya. Dia tahu Xandrova mati kutu di depan Maksim karena rasa bersalah selalu menghantuinya.
Setelah menunggu beberapa saat, Xandrova tidak juga membuka mulutnya. Viktor mengambil inisiatif untuk kembali mempermainkan hati Maksim.
"Dan jangan lupa, saya menikahi Zoya atas amanat dari Tuan Besar keluarga Konstantin karena telah menyelamatkannya dari maut. Sedangkan Anda?!"
"Oh, begitu 'kah yang terjadi sebenarnya? Namun, apakah Anda memiliki bukti akan kebenaran perkataan Anda, Tuan Viktor?"
Si wanita yang sempat menuduh Xandrova pun akhirnya mengerti, mengapa pernikahan Viktor dan Xandrova terjadi. Sedangkan keempat remaja yang bersama mereka sejak tadi tidak berani melontarkan apa-apa.
"Saya tidak memerlukan bukti apapun untuk mendukung pernyataan saya barusan. Karena langit tidak perlu membuktikan mengapa dirinya tinggi!"
Viktor dengan tegas merespon pertanyaan si wanita yang meragukan ucapannya. Xandrova tersenyum mendengarkan jawaban sekaligus bangga akan keberanian yang dimiliki oleh sang suami.
Kau memang mengagumkan, Viktor! Suatu saat, aku akan meminta pengampunan darimu, batin Xandrova. Wanita itu mulai merasa kagum terhadap Viktor yang memiliki keberanian tinggi.
Di saat bersamaan, Maksim mengingat momen saat Xandrova mengalami kecelakaan. Dia sedang melakukan perjalanan bisnis bersama sang ayah ke luar negeri.
Jane? Oh, saat itu aku berkenalan dengan Jane White di Inggris dan berakhir di salah satu kamar hotel bintang 5, batin Maksim seraya menyembunyikan fakta dari semua orang.
"Tuan Maksim, mengapa Anda tidak membalas perkataan Tuan Viktor?"
Feliks berbisik di telinga majikannya. Mengetahui hal tersebut, Viktor tidak tinggal diam.
"Mari, Zoya! Kita tinggalkan saja pria tidak waras ini!"
Aku tidak akan berdiam diri lagi jika kalian menindas ku dan membuat Zoya berada di posisi sulit. Aku bahkan tidak rela Zoya menanggung rasa bersalah karena telah menikah denganku dan meninggalkan pria hidung belang seperti Maksim.
Viktor membiarkan pikirannya berkelana kemana-kemana. Dia meraih tangan Xandrova dan mengajaknya pergi dari sana.
Aku akan mencari bukti bahwa Maksim tidak layak bersanding dengan wanita secantik dirimu, Zoya! Viktor berseru dalam hati seraya hendak berjalan meninggalkan kerumunan di mana Maksim masih berada di sana.
"Tidak, Zoya! Kau tidak bisa pergi begitu saja dengan pria pengecut ini."
Bukan hanya menghina Viktor, bahkan Maksim pun berbicara dengan nada tinggi. Maksim meraih tangan kiri Xandrova hingga wanita tersebut tidak bisa berkutik.
"Viktor?"
Xandrova menoleh ke arah sang suami dan mengarahkan kedua matanya ke tangan besar Maksim yang memegang erat lengannya.
"Lepaskan tangan Anda dari Istri saya!"
Seakan tidak ingin kalah, Viktor pun berseru dengan nada yang sama tingginya dengan Maksim.
"Lihatlah, Tuan Maksim! Anda bahkan tidak menyadari bahwa diri Anda sangat terobsesi dengan Istri orang lain."
Glek!
Maksim menelan saliva dengan susah payah. Kedua tangannya pun mengepal. Melihat kejadian tersebut, tentu saja menimbulkan spekulasi berbeda-beda dari setiap orang yang melihat kejadian tersebut.
Sial! Jika saja tidak banyak kerumunan orang di sini, mungkin saat ini aku sudah menghajar Viktor, Maksim membatin.
Sebagai seorang pria yang berasal dari keluarga kaya raya, Maksim tidak pernah direndahkan maupun terbantahkan. Namun demi menjaga nama baiknya, dia terpaksa merelakan Viktor membawa Xandrova.
"Ayo, Zoya!"
Setelah memastikan Maksim melepaskan tangannya dari Xandrova, Viktor segera membawa sang istri pergi dari sana. Beberapa orang menyingkir dari jalan guna membiarkan sepasang suami istri tersebut berjalan melewati mereka.
Saat ini, aku akan membiarkan mu menang, Viktor! Namun, lihat saja pembalasan ku nanti! ancam Maksim di dalam hatinya dengan tatapan tajam yang mengarah ke Viktor.
Musim panas tahun ini sungguh berbeda bagi Viktor. Pasalnya, saat ini dia tidak sendirian lagi. Dia telah menikahi Xandrova berkat kemurahan hati sang tuan besar keluarga KonstantinーGennadius Zigfrids Konstantinーyang menjodohkan cucu satu-satunya dengan Viktor. Viktor merasa sangat bahagia, meskipun belum sepenuhnya bisa dikatakan bahagia selama kemiskinan masih melekat di dirinya.Pasangan Viktor dan Xandrova berjalan menyusuri sungai Neva. Mereka berdua tidak berbicara sejak meninggalkan Maksim tadi. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Kehadiran keduanya berhasil menarik perhatian siapa saja yang berada di sana.Viktor mencoba menahan amarahnya di depan Xandrova. Karena dia tidak ingin membuat sang istri ketakutan atau merasa tidak nyaman ketika bersamanya. Dan, Xandrova menyadari hal itu. "Viktor, aーaku ...."Viktor menghentikan langkahnya ketika tahu bahwa Xandrova ingin mengatakan sesuatu. Viktor menggenggam kedua tangan Xandrova. "Ada apa? Katakan saja, Zoya!"Xandrov
Bagi siapa saja yang tinggal di Rusia tidak akan merasa aneh jika siang terasa panjang saat musim panas berlangsung. Menjelang jam makan malam, langit masih cerah layaknya siang hari. Viktor dan Xandrova tiba di restoran di mana kedua orang tuanya sudah menunggu kehadiran mereka.Viktor mengikuti langkah Xandrova yang tiba-tiba berhenti. Viktor mengikuti arah pandang Xandrova dan mengerti mengapa sang istri menghentikan langkahnya.Oh, tunggu! Siapa pria yang duduk di sebelah Davidoff? Hati kecil Viktor bertanya seraya menatap Xandrova yang sedang meliriknya."Apakah sebaiknya kita pergi saja, Viktor?"Getaran suara yang dihasilkan Xandrova membuat Viktor tahu bahwa sang istri merasa tidak nyaman dengan kehadiran pria misterius itu."Ada apa, Zoya? Apakah kau berpikir pria yang duduk di sebelah Papa David adalah mantan tunangan mu?"Xandrova mendengus, lalu mengangguk kecil."Memangnya selain dia, siapa lagi?"Viktor terkekeh. Dia meraih tangan kiri Xandrova dan menggenggamnya."Kau t
Davidoff bertanya sambil meletakkan alat makannya. Dia menatap Galana seraya menaikkan sebelah alisnya. "Bagaimana menurut mu, Galana? Bukankah itu hanya bunga?"Hah?! Apa?! Hanya bunga?! Namun, apakah Papa tahu bahwa setiap bunga memiliki arti tersendiri?!Viktor menatap bunga mawar merah di tangan Feliks. Apakah kalian tahu, arti bunga mawar merah? Benar! Bunga mawar merah melambangkan cinta dan kasih sayang. Berbeda dengan warna bunga mawar lainnya. "Bawa pergi buket bunga itu jauh-jauh dari sini!"Viktor telah membuat keputusan yang mengejutkan banyak orang. Feliks menatap tuannya guna menunggu instruksi selanjutnya. Tidak lama kemudian, Feliks mengangguk setelah Maksim menjentikkan jari."Viktor, jangan keras kepala!"Lagi, Davidoff menegur Viktor dengan keras. Begitu juga dengan Galana yang sama gusarnya seperti sang suami. "Berapa kali harus saya katakan, Viktor! Itu hanya sebuah buket bunga.""Maaf, Ma. Saya tetap pada pendirian saya."Sesuai wataknya sedari dulu, Viktor me
Xandrova: Viktor, cepat kembali! Kedua orang tuaku dan Maksim telah menjebak mu. Viktor membaca pesan singkat dari Xandrova dengan cepat. Di pesan itu tertulis bahwa kedua mertuanya dan Maksim telah menjebak Viktor. Usai mengetahui perbuatan kedua mertuanya, Viktor tidak tinggal diam. Dia berlari menuju pintu meninggalkan kamar mertuanya. Derap langkah Viktor terdengar menggema di koridor lantai 7 Four Seasons Hotel tempatnya menginap. Tujuannya hanya satu yaitu menjauhkan Xandrova dari Maksim. ** Terlambat! Meja tempat dia dan keluarga Konstantin makan malam tadi telah kosong. "Apakah aku terlambat? Kau di mana, Zoya?" Viktor menyesali dirinya sendiri. Dia menghentikan seorang pelayan wanita yang melintas di depannya. "Permisi, Nona. Apakah Anda melihat ke mana perginya keluarga yang makan malam di meja itu?" Si pelayan pun menggeleng. "Mohon maaf, Tuan. Keluarga itu sudah pergi sejak 10 menit yang lalu." "Bagaimana dengan wanita muda di keluarga itu? Apakah Anda melihatnya
"Ya? Ada apa, Viktor? Apakah akhirnya kau berubah pikiran dan membiarkan aku untuk melihat Beliye Nochi?"Xandrova bertanya dengan antusias penuh. Dia menggenggam kedua tangan Viktor.Astaga! Siapa yang bisa menolak wajah menggemaskan Zoya! Dia ... dia seperti anak kucing putih yang sedang menggoda untuk mengajak bermain.Viktor berkata-kata di dalam hati seraya mengulas senyum. Dia tidak tahu dan tidak mengerti, mengapa hatinya selalu luluh dengan tingkah menggemaskan Xandrova."Oke ... oke. Namun, berjanjilah untuk tetap bersamaku, Zoya!"Senyum lebar pun mengembang tanpa perintah di bibir Xandrova yang berwarna merah muda.Kedua manik mata biru Xandrova mengatakan ucapan terima kasih kepada Viktor tanpa bersuara. Bukan berterima kasih karena telah mengizinkannya untuk melihat Beliye Nochi, tetapi berterima kasih karena telah menjadi suami paling pengertian dan paling perhatian untuknya."Viktor, kau sangat tampan."Xandrova membawa kedua tangan suaminya yang dia genggam sedari tadi
"Selamat malam, Nona." Viktor akhirnya menyapa wanita yang sedang memandangnya. Dia risih dan tidak bisa mengendalikan dirinya jika mendapatkan tatapan seperti itu. Ya, seperti seseorang yang membutuhkan teman tidur. "Siapa yang berada di punggung Anda?" Si wanita yang Viktor tidak ketahui namanya bertanya tanpa memikirkan sebab akibat. Sesekali wanita itu berdiri tidak seimbang. Kedua kakinya seolah tidak mampu menopang tubuhnya yang menggoda. "Istri saya. Benar, dia adalah Istri kecil saya yang menggemaskan." "Oh, saーsaya pikir ... saya pikir Anda pria lajang yang sedang membawa seorang wanita ke kamar Anda." Brengsek sekali wanita ini! Viktor memaki si wanita tanpa nama di dalam hati. Ia gusar karena ucapan si wanita. "Maaf jika saya lancang. Perkenalkan, nama saya adalah Viona Zakharchenko. Saya blasteran Rusia-Inggris. Dan, siapa nama Anda?" Wanita bernama Viona mengulurkan tangan kepada Viktor, tetapi apa boleh buat, Viktor tidak bisa menyambutnya. Memangnya, siapa yang
Maafkan aku, Viktor. Aku belum bisa membuka seluruh hatiku untukmu. Kau adalah Suamiku. Aku tahu itu. Xandrova menatap Viktor dengan kedua mata sendunya. Dia mengutarakan isi hatinya tanpa berani mengungkapkan langsung kepada sang suami.Viktor beranjak dari sofa menuju ranjang di mana sang istri berada. Dia membungkukkan badannya meraih tas yang sengaja Xandrova jatuhkan tadi."Zoya, apakah kau ingin aku membuatkan sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhmu?"Saat ini kita tidak berada di rumah. Lalu, apakah dia akan meninggalkan aku sendirian di sini? Lagi, Xandrova berkata di dalam hatinya. Dia menggelengkan kepala."Lalu, apa yang membuatmu terbangun?"Viktor duduk di pinggir ranjang menatap wajah Xandrova yang memerah."Apakah kau kedinginan? Boleh 'kah aku menyentuh tanganmu?"Kau adalah Istriku, Zoya. Namun demi menghormatimu, aku rela membuang jauh-jauh harga diriku.Tidak berbeda jauh dengan Xandrova, Viktor pun tak ingin pasangannya tahu tentang apa yang sedang dipikirkannya.
"Halo, Tuan Viktor. Perkenalkan, nama saya Andriy Shevchenko. Saya telah berada di depan kamar hotel Anda."Viktor terperangah mendengar penjelasan pria yang baru saja dikenalnya. Dia mendengarkan dengan seksama. "Apakah Anda berkenan membukakan pintu untuk saya, Tuan Viktor?"Viktor berpikir sejenak. Dia akhirnya menguatkan hati untuk menemui si pria asingーentah siapa dia."Baiklah. Saya akan membukakan pintu."Viktor mengakhiri percakapan dengan orang yang baru dikenalnya. Dia berjalan seraya mengantongi ponsel ke saku celana."Halo, Tuan Viktor."Seorang pria berusia awal 30-an tahun membungkukkan badannya saat Viktor membuka pintu."Perkenalkan, saya adalah Andriy Shevchenko. Saya diutus oleh Tuan Gennadius untuk membantu Anda menjalankan bisnis di Konstantin Coーinduk perusahaan Konstantin yang berbasis di St Petersburg, Rusia."Viktor terperangah. Sepasang netra biru Viktor nyaris terlepas dari rongganya."Sayang, siapa yang datang?"Xandrova muncul di balik pintu dengan tiba-ti
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn