Hellowwww, Zoyaliciouz! Welcome to my 1st novel on Goodnovel app. Yukkk berteman dengan Zoya di instagram add yah @zoyaalicia_dmitrovka Weheheheeee ....
Maafkan aku, Viktor. Aku belum bisa membuka seluruh hatiku untukmu. Kau adalah Suamiku. Aku tahu itu. Xandrova menatap Viktor dengan kedua mata sendunya. Dia mengutarakan isi hatinya tanpa berani mengungkapkan langsung kepada sang suami.Viktor beranjak dari sofa menuju ranjang di mana sang istri berada. Dia membungkukkan badannya meraih tas yang sengaja Xandrova jatuhkan tadi."Zoya, apakah kau ingin aku membuatkan sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhmu?"Saat ini kita tidak berada di rumah. Lalu, apakah dia akan meninggalkan aku sendirian di sini? Lagi, Xandrova berkata di dalam hatinya. Dia menggelengkan kepala."Lalu, apa yang membuatmu terbangun?"Viktor duduk di pinggir ranjang menatap wajah Xandrova yang memerah."Apakah kau kedinginan? Boleh 'kah aku menyentuh tanganmu?"Kau adalah Istriku, Zoya. Namun demi menghormatimu, aku rela membuang jauh-jauh harga diriku.Tidak berbeda jauh dengan Xandrova, Viktor pun tak ingin pasangannya tahu tentang apa yang sedang dipikirkannya.
"Halo, Tuan Viktor. Perkenalkan, nama saya Andriy Shevchenko. Saya telah berada di depan kamar hotel Anda."Viktor terperangah mendengar penjelasan pria yang baru saja dikenalnya. Dia mendengarkan dengan seksama. "Apakah Anda berkenan membukakan pintu untuk saya, Tuan Viktor?"Viktor berpikir sejenak. Dia akhirnya menguatkan hati untuk menemui si pria asingーentah siapa dia."Baiklah. Saya akan membukakan pintu."Viktor mengakhiri percakapan dengan orang yang baru dikenalnya. Dia berjalan seraya mengantongi ponsel ke saku celana."Halo, Tuan Viktor."Seorang pria berusia awal 30-an tahun membungkukkan badannya saat Viktor membuka pintu."Perkenalkan, saya adalah Andriy Shevchenko. Saya diutus oleh Tuan Gennadius untuk membantu Anda menjalankan bisnis di Konstantin Coーinduk perusahaan Konstantin yang berbasis di St Petersburg, Rusia."Viktor terperangah. Sepasang netra biru Viktor nyaris terlepas dari rongganya."Sayang, siapa yang datang?"Xandrova muncul di balik pintu dengan tiba-ti
"Tidak apa-apa, Zoya."Xandrova merapikan dasi yang dikenakan Viktor seraya tersenyum."Bagaimana perasaan mu, Viktor? Apakah kau gugup?"Viktor tersenyum."Tidak. Tidak sama sekali."Bagi seorang Viktor, tampil di depan umum bukanlah hal baru. Karena sejak pernikahannya dengan Xandrova, dia telah terlatih berhadapan dengan banyak orang.Tok! Tok! Tok!Seseorang mengetuk pintu ruang tidur hingga menarik perhatian Viktor."Itu pasti Andriy."Xandrova berkata seraya tersenyum. Dia tidak berkedip saat menatap penampilan terbaik Viktor."Apakah kau akhirnya membiarkan Andriy masuk ke kamar kita?"Viktor menatap Xandrova sedang mengangguk perlahan."Ya, Viktor."Viktor bergegas pergi menuju pintu dan membukanya."Tuan Viktor, kita harus pergi sekarang atau kita akan terlambat."Andriy mengatakan hal itu sambil membungkukkan badan. Viktor pun mengangguk sebagai tanda setuju untuk segera pergi."Tunggu, Andriy! Apakah Papa juga ikut ke sana?"Seperti biasa, Xandrova bertanya dengan raut waja
Ketika Anda memutuskan untuk menikah, hal apa saja yang mampu menjadi tiang di dalam rumah tangga Anda, selain cinta dan memupuk rasa saling percaya? Viktor ingin sekali bertanya hal tersebut kepada sang ayah mertua yang sering kali dia pergoki sedang bersama wanita lain, selain Galana. Namun, Viktor tidak berdaya ketika dihadapkan dengan suatu kenyataan bahwa dia bukan siapa-siapa di keluarga Konstantin. Maka, Viktor pun hanya mampu berkata-kata di dalam hatinya."Bukan urusanmu!"Davidoff membalas pertanyaan Viktor dengan ketus. Dia menyimpan smartphone miliknya ke saku jas.Viktor melihat Andriy menggelengkan kepala ke arahnya. Begitu pula dengan Caleb yang menggeleng sambil mengangkat kedua bahu."Oh, ya, Tuan Viktor. Saya hampir saja lupa untuk memperkenalkan pria di samping saya."Andriy mencoba untuk mengalihkan perhatian Viktor agar tuannya tidak sakit hati dengan perkataan Davidoff tadi."Pria ini bernama Caleb. Dia bertugas sebagai bodyguard Anda, Tuan Viktor."Siapa yang
Gennadius menggeser posisi berdirinya dengan bantuan tongkat. Pria tua itu memberikan kesempatan kepada Viktor untuk tampil di depan publik. Dia dengan sigap mendampingi Viktor yang masih terlihat canggung di depan kamera."Tuan Viktor, katakan kepada para wartawan bahwa Anda sangat bahagia bisa berada di Lakhta Center bersama para pebisnis! Anda bisa mengatakan hal-hal yang menyenangkan kepada mereka!"Viktor terdiam sesaat. Dia teringat sosok Xandrova sedang tersenyum ke arahnya."Hmm ...."Suasana ricuh pun mendadak hening ketika Viktor berdeham."Saya sangat bangga dapat menginjakkan kaki di Lakhta Center dan berdiri di antara para pebisnis sukses dan ya ...."Viktor berdiri seraya mengangkat dagunya terlalu tinggi."Tentu saja, saya akan mencuri ilmu dari mereka. Setidaknya itulah yang akan dilakukan oleh para pemula."Viktor tersenyum tipis seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya."Pa, mengapa Papa membiarkan Viktor berkecimpung ke dunia bisnis? Bukan ha
Berbagai serangkaian acara seminar bisnis yang diselenggarakan di gedung pencakar langit Lakhta Center berjalan dengan baik. Hal-hal yang dikhawatirkan oleh Viktor pun tidak terjadi."Viktor, kemarilah!"Gennadius memanggil cucu menantunya yang masih duduk bersama Andriy. Viktor pun segera berdiri dan beranjak menghampiri Gennadius."Ya, Kakek?"Viktor berdiri di samping Gennadius. Dia menatap pria tua yang sejak tadi dilihatnya dari meja keluarga Konstantin."Perkenalkan, Vladimir! Anak muda ini adalah Cucu menantuku."Gennadius memperkenalkan Viktor sebagai cucu menantu di depan CEO RHC juga di depan semua orang yang bersama mereka."Oh, dia adalah Suami dari Zoya, benar?"Pria tua bernama Vladimir tertawa bersama Gennadius."Ha! Ha Ha! Ya, benar. Pria ini yang menolong Zoya ketika kecelakaan itu terjadi."Deg! Deg! Deg!Jaーjadi, pria tua ini bernama Vladimir. Dan, Beliau adalah Kakek dari Maksim. Begitukah? Namun, mengapa Beliau tidak marah atau sakit hati saat Cucunya gagal menika
Mobil yang ditumpangi oleh Gennadius meluncur bebas meninggalkan Lakhta Center. Viktor menatapnya hingga menghilang di jalan raya."Silakan, Tuan Viktor!"Andriy dengan sigap mempersilakan Viktor untuk masuk ke mobil."Ya, Andriy."Viktor masuk ke Limousine yang sudah siap mengantarnya kembali ke hotel."Oh Andriy, di mana Papa David?"Viktor celingukan mencari keberadaan Davidoff yang tidak terlihat sosoknya sama sekali."Tuan David berkata bahwa dia akan pergi untuk urusan lain dan akan kembali ke hotel dengan taksi online."Viktor menarik napas dan duduk bersandar menghadap Andriy juga Caleb."Andriy, bisa 'kah kau menjawab pertanyaan saya tadi?"Viktor tidak bisa lagi menahan rasa keingintahuannya."Oh, itu ...."Viktor mengerutkan kening. Dia mengusap dagunya."Ya? Katakan saja, Andriy!"Viktor memandangi wajah Andriy sedang menatapnya seolah membuang keraguan di dalam dirinya."Tuan Maksim adalah ...."Andriy terlihat ragu-ragu. Namun, tatapan Viktor membuatnya ketakutan."Tuan
Viktor berusaha bertahan saat Viona terus mendorongnya ke dalam lift. Kini, ia berhasil berada di luar lift berkat bantuan Andriy dan Caleb."Anda benar-benar sudah gila, Nona Viona!"Baru saja Viktor menutup mulutnya, Xandrova datang bersama Galana dengan wajah tegang."Siapa wanita ini, Viktor? Apa hubunganmu dengannya?"Viktor yang terkejut segera mengubah mimik wajahnya.Sejak kapan Zoya dan Mama tiba di sini? Apakah mereka melihat Viona mendorongku dan berusaha untuk menyentuhku?Viktor tercengang ketika mendapatkan Xandrova dan Galana sudah berdiri di dekatnya. Dia menatap istrinya sambil bertanya-tanya di dalam hati."Aーaku sendiri tidak tahu, Zoya.""Bohong!"Galana membantah ucapan sang menantu. Kedua mata wanita itu menyala-nyala saat berteriak."Jika mereka berdua tidak saling kenal, lalu mengapa terlihat akrab?!"Galana menunjuk Viktor dan Viona bergantian. Viona menyimpan senyum dalam diam.Sial! Apa yang baru saja Mama katakan?! Viktor membatin. Dia tidak bisa hanya berp
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn