Mobil yang ditumpangi oleh Gennadius meluncur bebas meninggalkan Lakhta Center. Viktor menatapnya hingga menghilang di jalan raya."Silakan, Tuan Viktor!"Andriy dengan sigap mempersilakan Viktor untuk masuk ke mobil."Ya, Andriy."Viktor masuk ke Limousine yang sudah siap mengantarnya kembali ke hotel."Oh Andriy, di mana Papa David?"Viktor celingukan mencari keberadaan Davidoff yang tidak terlihat sosoknya sama sekali."Tuan David berkata bahwa dia akan pergi untuk urusan lain dan akan kembali ke hotel dengan taksi online."Viktor menarik napas dan duduk bersandar menghadap Andriy juga Caleb."Andriy, bisa 'kah kau menjawab pertanyaan saya tadi?"Viktor tidak bisa lagi menahan rasa keingintahuannya."Oh, itu ...."Viktor mengerutkan kening. Dia mengusap dagunya."Ya? Katakan saja, Andriy!"Viktor memandangi wajah Andriy sedang menatapnya seolah membuang keraguan di dalam dirinya."Tuan Maksim adalah ...."Andriy terlihat ragu-ragu. Namun, tatapan Viktor membuatnya ketakutan."Tuan
Viktor berusaha bertahan saat Viona terus mendorongnya ke dalam lift. Kini, ia berhasil berada di luar lift berkat bantuan Andriy dan Caleb."Anda benar-benar sudah gila, Nona Viona!"Baru saja Viktor menutup mulutnya, Xandrova datang bersama Galana dengan wajah tegang."Siapa wanita ini, Viktor? Apa hubunganmu dengannya?"Viktor yang terkejut segera mengubah mimik wajahnya.Sejak kapan Zoya dan Mama tiba di sini? Apakah mereka melihat Viona mendorongku dan berusaha untuk menyentuhku?Viktor tercengang ketika mendapatkan Xandrova dan Galana sudah berdiri di dekatnya. Dia menatap istrinya sambil bertanya-tanya di dalam hati."Aーaku sendiri tidak tahu, Zoya.""Bohong!"Galana membantah ucapan sang menantu. Kedua mata wanita itu menyala-nyala saat berteriak."Jika mereka berdua tidak saling kenal, lalu mengapa terlihat akrab?!"Galana menunjuk Viktor dan Viona bergantian. Viona menyimpan senyum dalam diam.Sial! Apa yang baru saja Mama katakan?! Viktor membatin. Dia tidak bisa hanya berp
Berbicara terus terang kepada pasangan adalah suatu keharusan dalam suatu hubungan. Itulah kejujuran.(Viktor Czar Romanov, The Romanov Diadem)**Viktor berdiri di hadapan Xandrova. Wanita itu membalikkan badan, lalu berjalan ke arah jendela yang tertutup. Viktor melihat raut wajah Xandrova tanpa ekspresi hingga akhirnya Xandrova mengutarakan apa yang sedang pikirkannya."Tapi, Viktor ... wanita itu telah mengucapkan sumpah akan merebut mu dariku. Tidakkah kau mendengarnya?"Xandrova membuka jendela kamar seraya berbicara dengan suaminya. Dia tampak enggan membalikkan badan.Sepertinya Zoya sudah terhasut oleh wanita yang bahkan aku sendiri tidak mengenalnya.Viktor melangkah mendekati Xandrova sambil berbicara di dalam hati. Kini, dia berdiri di samping sang istri kecilnya."Zoya, apakah kau percaya pada setiap kata yang ke luar dari mulutku?"Xandrova menarik lengan kanan sang suami agar tubuh mereka saling berhadapan."Viktor, apa maksudmu? Apakah kau meragukan ketulusanku?"Vikto
Sebagai wanita muda yang sudah berstatus istri dari seorang pria miskin seperti Viktor, bukanlah perkara mudah. Viktor memang tidak pernah menuntut macam-macam pada Xandrova. Namun saat mengetahui ada wanita lain secara terang-terangan mengatakan akan merebut Viktor darinya, Xandrova pun mulai memikirkan cara untuk mempertahankan Viktor di sisinya."Kau sungguh sangat cantik, Zoya. Pantas saja banyak pria terpikat saat melihat pesona mu!"Viktor memuji sang istri dengan tulus. Karena baginya, memiliki Xandrova merupakan hal terindah di dalam hidupnya."Suatu keberkahan memilikimu bagiku dapat memiliki mu, Zoya.""Jangan menggodaku, Viktor!"Xandrova mengerucutkan bibirnya. Dia mengedarkan pandangan ke lain arah guna menghindari kontak mata dengan Viktor."Aku tersadar, bahwa aku tidaklah cantik dan aku tidak memiliki body goals seperti wanita itu!"Lagi, Xandrova mengerucutkan bibirnya untuk kali ke dua.Astaga! Rupanya dia masih memikirkan Viona, batin Viktor seraya menggelengkan kep
"Aku mengenalnya, Viktor. Jika kau penasaran dengannya, aku bisa memperkenalkan mu padanya."Jika dilihat dari mimik wajahnya, Zoya sama sekali tidak marah padaku. Apakah dia tidak cemburu dengan balerina prima itu? Namun, aku tidak tahu bagaimana isi hatinya. Timbul beberapa persepsi di benak Viktor. Dia menatap Xandrova yang sedang fokus kepada para penari balet."Di mana kau mengenalnya, Zoya?""Oh, Olesya Zakharova adalah teman baikku ketika kami berada di sekolah."Xandrova menjawab pertanyaan Viktor tanpa menoleh."Zoya, pertunjukan Giselle ini terdiri dari berapa babak?"Viktor bertanya kepada Xandrova yang tengah asyik menikmati pertunjukan balet di depan kedua matanya."2 babak, Viktor."Babak pertama telah dimulai. Semua mata yang berada di dalam gedung teater Mariinsky memandang ke atas panggung. Viktor menggandeng tangan Xandrova.Viktor melihat adegan demi adegan yang disuguhkan di atas panggung hingga tibalah adegan di mana peran utama mengakhiri hidup. Suara musik pun
Viktor membelalakkan matanya, begitu juga dengan Xandrova. Dia melihat istrinya menatap Maksim."Apa maksudnya, Maksim?"Viktor terheran-heran karena Xandrova tidak bersikap seperti biasa."Ha! Ha! Ha! Sejak kapan kau tidak memiliki sopan santun padaku, Nona Zoya?"Maksim dengan lancang menggoda Xandrova. Dia menyentuh dagu lancip Xandrova di depan Viktor. Oh, tentu saja membuat darah Viktor mendidih melihatnya."Berani-beraninya Anda menggoda Istri orang lain, Tuan Maksim!"Viktor melangkah mendekati Maksim guna menjauhkan Xandrova dari pria tidak tahu malu itu."Caleb, bawa Nona Zoya pergi dari sini!"Caleb membungkukkan badan dan menjawab, "Baik, Tuan Viktor."Caleb menoleh ke arah Xandrova."Mari, Nona!""Taーtapi, Viktor ...."Viktor menatap Xandrova sekejap, lalu mengangguk agar istri kecilnya tersebut mau mengikuti keinginannya."Pergilah bersama Caleb! Aku akan menyusulmu, Zoya."Xandrova akhirnya pergi bersama Caleb. Waktu seperti ini, tentu saja dipergunakan oleh Viktor denga
Viktor menutup pintu kamar hotel dengan kakinya. Dia tetap membiarkan cardlock pada tempatnya agar penerangan tetap menyala.Viktor melangkah menuju ruang tidur. Dia membaringkan tubuh Xandrova perlahan."Rupanya kau sangat lelah, Zoya."Viktor meletakkan tas tangan milik sang istri di atas nakas. Kemudian, pria itu melepaskan sepatu boots yang masih dikenakan Xandrova.**Liburan musim panas telah berakhir. Viktor dan sang istri telah kembali ke mansion keluarga Konstantin yang terletak di distrik Leningrad."Di mana Kakek? Mengapa Beliau tidak terlihat?"Xandrova bertanya kepada pelayan wanita yang setia merawatnya sejak balita."Tuan Besar sudah menunggu Anda di ruang makan untuk sarapan bersama.""Ruang makan?!"Viktor melihat kedua mata Galana nyaris loncat dari rongganya. Namun, pria itu tetap tenang seperti biasa."Benar, Nyonya."Viktor mengikuti langkah kaki kedua mertua juga sang istri menuju ruang makan. Entah mengapa, instingnya berkata akan terjadi hal-hal di luar kendali
Viktor dan Xandrova ternganga mendengar Davidoff melontarkan kata-kata pedas yang sangat tidak pantas.'Apa-apaan Papa David?! Apakah Papa tidak pernah sekalipun menghormati Kakek?! Dan, Mama ... sebagai seorang Istri, apakah Mama tidak pernah menasehati Papa?!'Viktor mengutarakan berbagai pertanyaan di benaknya. Dia memperhatikan wajah Gennadius memerah dengan rahang yang menegang."Pa, tidak baik berbicara seperti itu kepada Kakek!!"Viktor spontan menegur Davidoff dengan nada sedikit tinggi. Dia juga melemparkan tatapan tajam ke arah Davidoff."Ha! Ha! Ha!"Davidoff menertawakan tingkah Viktor. Dan, Viktor semakin geram melihat Davidoff bertingkah layaknya seseorang yang kehilangan akal."Sangat lucu, bukan?! Kau bisa berkata seperti itu karena Kakek Gennadius telah memberikan banyak sekali fasilitas kepadamu, Viktor! Sedangkan saya?!"Davidoff memandangi Viktor yang sedang membuka kedua matanya lebar-lebar dan mengarahkan kepada dirinya."Oh, jadi itukah penyebabnya sampai Papa t