Maksim berpakaian dengan cepat. Dia tidak lupa memakai mantel, lalu berjalan menuju pintu."Tuan Muda!"Feliks ternyata sudah berada di depan ruang tidur sang tuan. Kehadiran Feliks sempat membuat Maksim terkejut."Rupanya kau, Feliks!""Ya, saya, Tuan Muda."Feliks mengikuti Maksim melangkah menuju mansion utama keluarga Konstantin di mana ia dan kedua orang tuanya menumpang hidup. Maksim terlihat begitu antusias. Dia berjalan cepat menuju pintu samping di mana dirinya dan Xandrova sering berjumpa."Silakan, Tuan Muda!"Feliks membukakan pintu untuk tuannya. Kemudian, keduanya melangkah memasuki mansion utama yang megah nan cantik.'Sial! Jika aku mengingat keluh kesah Mama, hatiku teriris. Aku tidak akan membiarkan Mama dan Papa hidup sengsara.'Maksim menghentikan lamunannya ketika seorang penjaga memanggil namanya. Penjaga tersebut tidak datang seorang diri, melainkan bersama ketiga penjaga lainnya yang berpakaian sama juga memiliki ciri-ciri fisik sama lainnya."Selamat pagi, Tua
Galana memotong pembicaraan Davidoff. Hingga saat ini, wanita itu tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Maksim kepada Davidoff dan apa yang telah dilakukan oleh Davidoff kepada Gennadius. Namun tidak disangka, Maksim melakukan hal di luar dugaan semua orang. Prang! "Mengapa kau menjatuhkan pigura itu, Maksim?" Davidoff menegur Maksim karena dengan sengaja membanting pigura foto di tangannya. Bukannya merasa bersalah, Maksim justru tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Davidoff benar-benar turun dari ranjang. Setelah memakai alas kakinya, pria itu segera berjalan dengan cepat membawa emosi ke arah Maksim. "Tahan Papa David!" Maksim berteriak memerintahkan anak buahnya agar memegangi Davidoff. Sedangkan Galana terkejut melihat perlakuan kasar Maksim kepada suaminya. "Maksim, mengapa kau bersikap kasar kepada Davidoff? Seperti inikah balas budimu kepada keluarga kami?!" Galana meninggikan nada suaranya. Dia turun dari ranjang, tetapi Feliks buru-buru menarik tangannya. "Feliks, apa-apaan k
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Maksim membuat jantung Davidoff nyaris berhenti. Davidoff tidak tahan lagi ingin menghajar Maksim."Mulutmu pedas sekali!"Galana tidak tinggal diam. Dia pun memaki Maksim padahal semua orang tahu bahwa Maksim digadang-gadang sebagai seorang menantu idaman keluarga Konstantin."Tapi, Maksim, kau jangan gembira dulu! Karena semua harta keluarga Konstantin jatuh ke tangan Davidoff. Itu artinya, kami tidak akan jatuh miskin dan kami tetap akan merawat Kakek."Galana berbicara dengan sangat yakin padahal dirinya tidak tahu perjanjian di antara Maksim dan suaminya."Ha! Ha! Ha!"Suara tawa Maksim terdengar semakin menggelegar memenuhi paviliun keluarga Konstantin yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Suara tersebut mengundang kedua orang tua Maksim datang."Maksim, apa yangー"Anne tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Kedua matanya terbelalak melihat sepasang suami istri tersungkur di lantai. Begitu pun dengan Lenin yang berdiri di sampingnya.
'Masih adakah rasa belas kasih Maksim untuk Zoya? Masih adakah secuil ruang di hati Maksim untuk Zoya? Masih adakah rasa cinta dan sayang Maksim untuk Zoya? Oh, Aku sangat butuh jawaban atas semua pertanyaanku. Apakah Maksim masih memiliki hati nurani?' Banyaknya pertanyaan hinggap di benak Davidoff. Pria itu menatap pria angkuh di hadapannya dengan sinis. "Xandrova Zoya Konstantin ...." Maksim menyebutkan nama sang tunangan. Bayang-bayang Xandrova pun muncul memenuhi memori kepalanya. "Aaarghhh!" Tiba-tiba saja Maksim berteriak ketika sosok Xandrova berhasil menguasai otaknya. Davidoff dan dua orang anak buah Maksim terkejut. Namun, mereka semua hanya diam menunggu Davidoff berbicara. "Sialan! Sialan!" Wajah Maksim merah padam. Tidak hanya berteriak, Maksim juga mengepalkan tangan kirinya. Kemudian, memukul meja sekuat-kuatnya. "Brengsek!" Maksim tidak bisa menghilangkan rasa sakit hatinya terhadap Xandrova. Ya, benar. Hingga kini, Maksim masih merasakan sakit hati atas pern
Maksim kembali berkata di dalam hatinya. Dia tersenyum sinis saat Gennadius menatapnya. "Kakek, Anda bisa belajar berjalan ke luar mansion ini, jika Anda ingin." Kata-kata Maksim barusan berhasil menusuk jantung Gennadius dan Yeva. Namun, Genandius cepat-cepat mengubah ekspresi wajahnya sebelum Maksim melihat. "Apa maksudmu, Maksim?" Maskim membalikkan badan, lalu menatap 5 anak buah yang berdiri di belakangnya. "Lakukan sekarang!" Hanya 2 kata yang keluar dari mulut Maksim. Semua anak buahnya pun lantas bergerak. "Baik, Tuan." "Apa yang Anda lakukan, Tuan Maksim?" Yeva melihat 2 orang anak buah Maksim berjalan ke arahnya, begitu pun dengan Gennadius. Sang tuan besar keluarga Konstantin pun tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Caleb benar terjadi kepadanya dan Yeva. "Mari ikut kami, Tuan Besar!" Salah seorang anak buah Maksim berseru sambil menyodorkan kursi roda ke hadapan Gennadius. "Bantu saya untuk mengangkat Tuan Besar!" "Tunggu! Tidak ada lagi Tuan Besar di mansion in
Setelah bersusah payah, akhirnya Maksim berhasil membawa Gennadius dan Yeva dari ruang tidur utama. Keduanya kini berada di paviliun kecil tepat di belakang bangunan mansion utama keluarga Konstantin.Dua orang anak buah Maksim mendorong Yeva dengan kuat sehingga punggung sang kepala pelayan menghantam dinding pembatas ruangan. Sedangkan satu Gennadius."Kurang ajar! Di mana hati nurani kalian?! Bisa-bisanya kalian semua berkhianat kepada Tuan Besar Gennadius!"Yeva tidak bisa hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan apapun untuk tuannya Dengan tubuh dan wajah penuh memar, dia berdiri membantu Gennadius."Sesuai dengan keinginan saya, kalian berdua harus menjaga kedua orang ini agar tidak kabur!"Maksim merapikan pakaian dan rambut. Dia bergegas keluar dari sana dengan senyum sumringah."Maksim, jangan coba-coba sentuh Zoya atau saya akan membuatmu menyesal seumur hidup!"Gennadius sempat-sempatnya berteriak dengan suara serak. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang dipenuhi rasa saki
Dengan tatapan sinis, Maksim membentak Thalisa."Cukup, Maksim! Jangan membentaknya. Karena dia bukan anak buahmu, tetapi anak buahku."Kali ini, Xandrova berbicara dengan tegas hingga membuat Maksim terkejut."Nona, sudah saatnya Anda membersihkan diri dan sarapan. Hari ini, Anda akan pergi ke klinik terapi untuk bertemu dengan Dokter Psikiater."Fang berjalan cepat menuju Xandrova, lalu menarik tangannya agar menjauh dari Maksim."Astaga! Mengapa kalian berdua sangat menyebalkan."Maksim bangkit dari ranjang, lalu berdiri. Dia menatap Fang dan Thalisa bergantian dengan kedua mata yang memerah."Zoya, aku akan menunggumu di ruang makan."Merasa gagal dengan upayanya, Maksim memilih untuk pergi dari sana tanpa membawa hasil.***Setelah selesai berpakaian, Xandrova segera turun menuju ruang makan. Dia berjalan diikuti oleh Fang dan Thalisa. Xandrova tahu, apa yang sedang terjadi di mansion. Namun, ia berpura-pura tidak tahu demi keamanan dan kepentingan keluarga Konstantin."Zoya, kau
"Suka atau tidak, kau harus bisa menerima kenyataan bahwa aku sudah menikah dan aku tidak akan bercerai dengannya. Maka lebih baik, kau cari saja pengganti aku!"Maksim meletakkan kedua tangan di atas meja makan. Pria pemarah itu menundukkan kepala."Aarrrghh!"Maksim berteriak, lalu menyingkirkan gelas dan peralatan makan lainnya hingga menimbulkan suara gaduh."Oh, Maksim! Ada apa denganmu?!"Xandrova menutup telinga sambil merasakan ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat."Nona!"Fang melangkah maju mendekati Xandrova. Dia menarik tangan Xandrova dan menjauhkan majikannya dari sisi Maksim."Aaarghhh!".Xandrova berteriak kesakitan. Karena bukan hanya Fang menarik tangannya, melainkan juga Maksim."Kau telah menyulutkan emosiku, Zoya. Dan sekarang, apakah aku akan pergi begitu saja?! Hah?! Asal kau tahu, aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!"Fang rupanya main mata dengan Thalisa. Perawat sewaan Viktor tersebut pun menghajar Maksim yang sedang tidak siap dari belakang."Aarrrgh
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn