Viktor segera memasukkan kembali ponsel ke saku mantel ketika mendengar suara Leonid memanggil namanya. "Viktor, caleb menunggumu di saluran telepon." Viktor berbalik menatap Leonid. "Berikan ponselmu!" Leonid menyerahkan ponselnya kepada Viktor. Dia kembali menuju meja oval di mana minuman kalengnya berada. "Selamat malam, Tuan Muda." Caleb menyapa tuannya dan ya, Viktor tidak membalas. "Caleb, jelaskan kepada saya, mengapa Zoya bisa pulang ke mansion keluarga Konstantin tanpa persetujuan saya?! Apakah diantara banyaknya penjaga tidak ada satupun di antara kalian yang tahu?!" "TuーTuan Muda, maafkan saya. Saya benar-benar tidak mendengar kabar kepulangan Nona Zoya." "Lalu, bagaimana kondisinya?! Jauhkan dia dari Maksim! Seharusnya dengan 2 penjaga, Zoya akan menjauh dari bajingan itu!" Terdengar deru napas Viktor tidak beraturan. Pria itu lantas menghela napas panjang sambil mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya. "Caleb, saya tidak ingin ada kata gagal. Apa ka
Maksim berpakaian dengan cepat. Dia tidak lupa memakai mantel, lalu berjalan menuju pintu."Tuan Muda!"Feliks ternyata sudah berada di depan ruang tidur sang tuan. Kehadiran Feliks sempat membuat Maksim terkejut."Rupanya kau, Feliks!""Ya, saya, Tuan Muda."Feliks mengikuti Maksim melangkah menuju mansion utama keluarga Konstantin di mana ia dan kedua orang tuanya menumpang hidup. Maksim terlihat begitu antusias. Dia berjalan cepat menuju pintu samping di mana dirinya dan Xandrova sering berjumpa."Silakan, Tuan Muda!"Feliks membukakan pintu untuk tuannya. Kemudian, keduanya melangkah memasuki mansion utama yang megah nan cantik.'Sial! Jika aku mengingat keluh kesah Mama, hatiku teriris. Aku tidak akan membiarkan Mama dan Papa hidup sengsara.'Maksim menghentikan lamunannya ketika seorang penjaga memanggil namanya. Penjaga tersebut tidak datang seorang diri, melainkan bersama ketiga penjaga lainnya yang berpakaian sama juga memiliki ciri-ciri fisik sama lainnya."Selamat pagi, Tua
Galana memotong pembicaraan Davidoff. Hingga saat ini, wanita itu tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Maksim kepada Davidoff dan apa yang telah dilakukan oleh Davidoff kepada Gennadius. Namun tidak disangka, Maksim melakukan hal di luar dugaan semua orang. Prang! "Mengapa kau menjatuhkan pigura itu, Maksim?" Davidoff menegur Maksim karena dengan sengaja membanting pigura foto di tangannya. Bukannya merasa bersalah, Maksim justru tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Davidoff benar-benar turun dari ranjang. Setelah memakai alas kakinya, pria itu segera berjalan dengan cepat membawa emosi ke arah Maksim. "Tahan Papa David!" Maksim berteriak memerintahkan anak buahnya agar memegangi Davidoff. Sedangkan Galana terkejut melihat perlakuan kasar Maksim kepada suaminya. "Maksim, mengapa kau bersikap kasar kepada Davidoff? Seperti inikah balas budimu kepada keluarga kami?!" Galana meninggikan nada suaranya. Dia turun dari ranjang, tetapi Feliks buru-buru menarik tangannya. "Feliks, apa-apaan k
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Maksim membuat jantung Davidoff nyaris berhenti. Davidoff tidak tahan lagi ingin menghajar Maksim."Mulutmu pedas sekali!"Galana tidak tinggal diam. Dia pun memaki Maksim padahal semua orang tahu bahwa Maksim digadang-gadang sebagai seorang menantu idaman keluarga Konstantin."Tapi, Maksim, kau jangan gembira dulu! Karena semua harta keluarga Konstantin jatuh ke tangan Davidoff. Itu artinya, kami tidak akan jatuh miskin dan kami tetap akan merawat Kakek."Galana berbicara dengan sangat yakin padahal dirinya tidak tahu perjanjian di antara Maksim dan suaminya."Ha! Ha! Ha!"Suara tawa Maksim terdengar semakin menggelegar memenuhi paviliun keluarga Konstantin yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Suara tersebut mengundang kedua orang tua Maksim datang."Maksim, apa yangー"Anne tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Kedua matanya terbelalak melihat sepasang suami istri tersungkur di lantai. Begitu pun dengan Lenin yang berdiri di sampingnya.
'Masih adakah rasa belas kasih Maksim untuk Zoya? Masih adakah secuil ruang di hati Maksim untuk Zoya? Masih adakah rasa cinta dan sayang Maksim untuk Zoya? Oh, Aku sangat butuh jawaban atas semua pertanyaanku. Apakah Maksim masih memiliki hati nurani?' Banyaknya pertanyaan hinggap di benak Davidoff. Pria itu menatap pria angkuh di hadapannya dengan sinis. "Xandrova Zoya Konstantin ...." Maksim menyebutkan nama sang tunangan. Bayang-bayang Xandrova pun muncul memenuhi memori kepalanya. "Aaarghhh!" Tiba-tiba saja Maksim berteriak ketika sosok Xandrova berhasil menguasai otaknya. Davidoff dan dua orang anak buah Maksim terkejut. Namun, mereka semua hanya diam menunggu Davidoff berbicara. "Sialan! Sialan!" Wajah Maksim merah padam. Tidak hanya berteriak, Maksim juga mengepalkan tangan kirinya. Kemudian, memukul meja sekuat-kuatnya. "Brengsek!" Maksim tidak bisa menghilangkan rasa sakit hatinya terhadap Xandrova. Ya, benar. Hingga kini, Maksim masih merasakan sakit hati atas pern
Maksim kembali berkata di dalam hatinya. Dia tersenyum sinis saat Gennadius menatapnya. "Kakek, Anda bisa belajar berjalan ke luar mansion ini, jika Anda ingin." Kata-kata Maksim barusan berhasil menusuk jantung Gennadius dan Yeva. Namun, Genandius cepat-cepat mengubah ekspresi wajahnya sebelum Maksim melihat. "Apa maksudmu, Maksim?" Maskim membalikkan badan, lalu menatap 5 anak buah yang berdiri di belakangnya. "Lakukan sekarang!" Hanya 2 kata yang keluar dari mulut Maksim. Semua anak buahnya pun lantas bergerak. "Baik, Tuan." "Apa yang Anda lakukan, Tuan Maksim?" Yeva melihat 2 orang anak buah Maksim berjalan ke arahnya, begitu pun dengan Gennadius. Sang tuan besar keluarga Konstantin pun tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Caleb benar terjadi kepadanya dan Yeva. "Mari ikut kami, Tuan Besar!" Salah seorang anak buah Maksim berseru sambil menyodorkan kursi roda ke hadapan Gennadius. "Bantu saya untuk mengangkat Tuan Besar!" "Tunggu! Tidak ada lagi Tuan Besar di mansion in
Setelah bersusah payah, akhirnya Maksim berhasil membawa Gennadius dan Yeva dari ruang tidur utama. Keduanya kini berada di paviliun kecil tepat di belakang bangunan mansion utama keluarga Konstantin.Dua orang anak buah Maksim mendorong Yeva dengan kuat sehingga punggung sang kepala pelayan menghantam dinding pembatas ruangan. Sedangkan satu Gennadius."Kurang ajar! Di mana hati nurani kalian?! Bisa-bisanya kalian semua berkhianat kepada Tuan Besar Gennadius!"Yeva tidak bisa hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan apapun untuk tuannya Dengan tubuh dan wajah penuh memar, dia berdiri membantu Gennadius."Sesuai dengan keinginan saya, kalian berdua harus menjaga kedua orang ini agar tidak kabur!"Maksim merapikan pakaian dan rambut. Dia bergegas keluar dari sana dengan senyum sumringah."Maksim, jangan coba-coba sentuh Zoya atau saya akan membuatmu menyesal seumur hidup!"Gennadius sempat-sempatnya berteriak dengan suara serak. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang dipenuhi rasa saki
Dengan tatapan sinis, Maksim membentak Thalisa."Cukup, Maksim! Jangan membentaknya. Karena dia bukan anak buahmu, tetapi anak buahku."Kali ini, Xandrova berbicara dengan tegas hingga membuat Maksim terkejut."Nona, sudah saatnya Anda membersihkan diri dan sarapan. Hari ini, Anda akan pergi ke klinik terapi untuk bertemu dengan Dokter Psikiater."Fang berjalan cepat menuju Xandrova, lalu menarik tangannya agar menjauh dari Maksim."Astaga! Mengapa kalian berdua sangat menyebalkan."Maksim bangkit dari ranjang, lalu berdiri. Dia menatap Fang dan Thalisa bergantian dengan kedua mata yang memerah."Zoya, aku akan menunggumu di ruang makan."Merasa gagal dengan upayanya, Maksim memilih untuk pergi dari sana tanpa membawa hasil.***Setelah selesai berpakaian, Xandrova segera turun menuju ruang makan. Dia berjalan diikuti oleh Fang dan Thalisa. Xandrova tahu, apa yang sedang terjadi di mansion. Namun, ia berpura-pura tidak tahu demi keamanan dan kepentingan keluarga Konstantin."Zoya, kau