Maksim pun keluar dari sana dengan tenang. Dia menutup pintu kembali dengan perlahan. Davidoff geram. Dia tidak tinggal diam. Dia mengejar Maksim. "Maksim, tunggu!" Davidoff meraih lengan Maksim, lalu membalikkan badan pria tegap itu. "Jangan coba-coba menyentuh Galana dan Zoya! Atau sayaー" "Atau apa, Pa?! Hah?! Apakah Anda tidak ingat apa yang saya miliki untuk menghancurkan Anda?!" Maksim menyela ucapan Davidoff. Dia melepaskan lengannya dari cengkeraman Davidoff. Seketika itu juga, wajah Davidoff memucat. Dia tidak yakin apa yang didengarnya barusan. "Maksim, kau?! Apa yang ketahui tentang Papa?!" Davidoff tercengang hingga tidak bisa berkata apa-apa. "Mengapa Anda diam, Pa? Teruskan saja menyerang saya! Namun, jangan salahkan saya jika membalasnya lebih kejam!" "Tunggu!" Maksim kehilangan minat untuk berbicara dengan Davidoff. Dia menoleh dengan malas. "Kau pikir, saya akan mudah luluh dengan tipuan mu? Oh, Yang benar saja?" Davidoff tidak takut lagi dengan semua ancam
'Apakah aku harus jujur dengan Zoya perihal kelakuan buruk Papanya? Bagaimana jika dia lepas kontrol dan memperburuk keadaan? Ah, tidak! Saya tidak ingin dia terlibat masalah ini. Saya akan meminta bantuan Caleb untuk menghubungi Viktor.' Gennadius mengurungkan niatnya untuk memberitahu Xandrova tentang hubungannya yang buruk diantara dirinya sendiri dan Davidoff. Dia tidak sampai hati mengatakannya langsung kepada Xandrova dan memiliki untuk menyimpannya erat-erat. "Ada apa, Kakek? Sepertinya Anda sedang memikirkan sesuatu?" 'Malaikat kecilku tidak boleh tahu bagaimana perangai Davidoff atau Zoya akan semakin membenci Papanya. Namun, bagaimana mengatakannya bahwa aku sudah miskin dan tidak memiliki apapun lagi untuknya?' Gennadius membatin sambil menatap Xandrova yang cantik mengenakan mantel baru pemberian Viktor. Xandrova tersenyum ketika Gennadius menatapnya, begitu juga sebaliknya. "Tidak ada. Kakek tidak memikirkan apapun, selain hubunganmu dengan Viktor." 'Sepertinya Kakek
Viktor segera memasukkan kembali ponsel ke saku mantel ketika mendengar suara Leonid memanggil namanya. "Viktor, caleb menunggumu di saluran telepon." Viktor berbalik menatap Leonid. "Berikan ponselmu!" Leonid menyerahkan ponselnya kepada Viktor. Dia kembali menuju meja oval di mana minuman kalengnya berada. "Selamat malam, Tuan Muda." Caleb menyapa tuannya dan ya, Viktor tidak membalas. "Caleb, jelaskan kepada saya, mengapa Zoya bisa pulang ke mansion keluarga Konstantin tanpa persetujuan saya?! Apakah diantara banyaknya penjaga tidak ada satupun di antara kalian yang tahu?!" "TuーTuan Muda, maafkan saya. Saya benar-benar tidak mendengar kabar kepulangan Nona Zoya." "Lalu, bagaimana kondisinya?! Jauhkan dia dari Maksim! Seharusnya dengan 2 penjaga, Zoya akan menjauh dari bajingan itu!" Terdengar deru napas Viktor tidak beraturan. Pria itu lantas menghela napas panjang sambil mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya. "Caleb, saya tidak ingin ada kata gagal. Apa ka
Maksim berpakaian dengan cepat. Dia tidak lupa memakai mantel, lalu berjalan menuju pintu."Tuan Muda!"Feliks ternyata sudah berada di depan ruang tidur sang tuan. Kehadiran Feliks sempat membuat Maksim terkejut."Rupanya kau, Feliks!""Ya, saya, Tuan Muda."Feliks mengikuti Maksim melangkah menuju mansion utama keluarga Konstantin di mana ia dan kedua orang tuanya menumpang hidup. Maksim terlihat begitu antusias. Dia berjalan cepat menuju pintu samping di mana dirinya dan Xandrova sering berjumpa."Silakan, Tuan Muda!"Feliks membukakan pintu untuk tuannya. Kemudian, keduanya melangkah memasuki mansion utama yang megah nan cantik.'Sial! Jika aku mengingat keluh kesah Mama, hatiku teriris. Aku tidak akan membiarkan Mama dan Papa hidup sengsara.'Maksim menghentikan lamunannya ketika seorang penjaga memanggil namanya. Penjaga tersebut tidak datang seorang diri, melainkan bersama ketiga penjaga lainnya yang berpakaian sama juga memiliki ciri-ciri fisik sama lainnya."Selamat pagi, Tua
Galana memotong pembicaraan Davidoff. Hingga saat ini, wanita itu tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Maksim kepada Davidoff dan apa yang telah dilakukan oleh Davidoff kepada Gennadius. Namun tidak disangka, Maksim melakukan hal di luar dugaan semua orang. Prang! "Mengapa kau menjatuhkan pigura itu, Maksim?" Davidoff menegur Maksim karena dengan sengaja membanting pigura foto di tangannya. Bukannya merasa bersalah, Maksim justru tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Davidoff benar-benar turun dari ranjang. Setelah memakai alas kakinya, pria itu segera berjalan dengan cepat membawa emosi ke arah Maksim. "Tahan Papa David!" Maksim berteriak memerintahkan anak buahnya agar memegangi Davidoff. Sedangkan Galana terkejut melihat perlakuan kasar Maksim kepada suaminya. "Maksim, mengapa kau bersikap kasar kepada Davidoff? Seperti inikah balas budimu kepada keluarga kami?!" Galana meninggikan nada suaranya. Dia turun dari ranjang, tetapi Feliks buru-buru menarik tangannya. "Feliks, apa-apaan k
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Maksim membuat jantung Davidoff nyaris berhenti. Davidoff tidak tahan lagi ingin menghajar Maksim."Mulutmu pedas sekali!"Galana tidak tinggal diam. Dia pun memaki Maksim padahal semua orang tahu bahwa Maksim digadang-gadang sebagai seorang menantu idaman keluarga Konstantin."Tapi, Maksim, kau jangan gembira dulu! Karena semua harta keluarga Konstantin jatuh ke tangan Davidoff. Itu artinya, kami tidak akan jatuh miskin dan kami tetap akan merawat Kakek."Galana berbicara dengan sangat yakin padahal dirinya tidak tahu perjanjian di antara Maksim dan suaminya."Ha! Ha! Ha!"Suara tawa Maksim terdengar semakin menggelegar memenuhi paviliun keluarga Konstantin yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Suara tersebut mengundang kedua orang tua Maksim datang."Maksim, apa yangー"Anne tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Kedua matanya terbelalak melihat sepasang suami istri tersungkur di lantai. Begitu pun dengan Lenin yang berdiri di sampingnya.
'Masih adakah rasa belas kasih Maksim untuk Zoya? Masih adakah secuil ruang di hati Maksim untuk Zoya? Masih adakah rasa cinta dan sayang Maksim untuk Zoya? Oh, Aku sangat butuh jawaban atas semua pertanyaanku. Apakah Maksim masih memiliki hati nurani?' Banyaknya pertanyaan hinggap di benak Davidoff. Pria itu menatap pria angkuh di hadapannya dengan sinis. "Xandrova Zoya Konstantin ...." Maksim menyebutkan nama sang tunangan. Bayang-bayang Xandrova pun muncul memenuhi memori kepalanya. "Aaarghhh!" Tiba-tiba saja Maksim berteriak ketika sosok Xandrova berhasil menguasai otaknya. Davidoff dan dua orang anak buah Maksim terkejut. Namun, mereka semua hanya diam menunggu Davidoff berbicara. "Sialan! Sialan!" Wajah Maksim merah padam. Tidak hanya berteriak, Maksim juga mengepalkan tangan kirinya. Kemudian, memukul meja sekuat-kuatnya. "Brengsek!" Maksim tidak bisa menghilangkan rasa sakit hatinya terhadap Xandrova. Ya, benar. Hingga kini, Maksim masih merasakan sakit hati atas pern
Maksim kembali berkata di dalam hatinya. Dia tersenyum sinis saat Gennadius menatapnya. "Kakek, Anda bisa belajar berjalan ke luar mansion ini, jika Anda ingin." Kata-kata Maksim barusan berhasil menusuk jantung Gennadius dan Yeva. Namun, Genandius cepat-cepat mengubah ekspresi wajahnya sebelum Maksim melihat. "Apa maksudmu, Maksim?" Maskim membalikkan badan, lalu menatap 5 anak buah yang berdiri di belakangnya. "Lakukan sekarang!" Hanya 2 kata yang keluar dari mulut Maksim. Semua anak buahnya pun lantas bergerak. "Baik, Tuan." "Apa yang Anda lakukan, Tuan Maksim?" Yeva melihat 2 orang anak buah Maksim berjalan ke arahnya, begitu pun dengan Gennadius. Sang tuan besar keluarga Konstantin pun tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Caleb benar terjadi kepadanya dan Yeva. "Mari ikut kami, Tuan Besar!" Salah seorang anak buah Maksim berseru sambil menyodorkan kursi roda ke hadapan Gennadius. "Bantu saya untuk mengangkat Tuan Besar!" "Tunggu! Tidak ada lagi Tuan Besar di mansion in