Suasana haru begitu terasa di ruang tidur utama. Xandrova duduk di atas ranjang Gennadius memeluk pria tua itu. Keduanya tampak bahagia. "Tuan Besar, sekarang Nona Zoya telah kembali dalam keadaan utuh. Anda bisa tenang dan fokus dengan kesehatan." Yeva berkata dengan sangat hati-hati. Di berada di dekat Gennadius dan Xandrova. "Bagaimana saya bisa tenang jika Zoya masih di sini?! Oh, Zoya! Kau sungguh malang memiliki kedua orang tua yang tidak menyayangimu sepenuh hati seperti David dan Istrinya." Caleb mendengar suara langkah kaki kian mendekat. Dia memberikan aba-aba kepada semua orang. "Tuan Besar, ada yang datang!" Caleb pergi dari ruang tidur utama secepat kilat tanpa meninggalkan jejak. Sedangkan Yeva, Fang dan Thalisa berdiri di dekat ranjang. "Zoya, apakah benar bahwa kau telah kembali?" Maksim membuka pintu ruang tidur utama lebar-lebar. Dia tidak sendirian, melainkan bersama Davidoff di belakangnya. "Ternyata memang kau, Zoya." Maksim berjalan ke arah ranjang sambi
Maksim berbisik di telinga Yeva ketika baru saja melewatinya. Rupanya dia tidak tahan untuk tidak mengatakan apapun kepada sang kepala pelayan. 'Sejak kapan Tuan Maksim memanggilku hanya dengan sebutan nama saja? Sungguh berbeda dari biasanya dan saya harus ekstra hati-hati berhadapan dengannya.' Setiap orang akan berubah, bukan? Tidak peduli sedekat apapun di masa lalu. Setidaknya itulah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Yeva. "Pastikan doa Anda dikabulkan oleh Tuhan yang kuasa, Tuan Maksim." Yeva membalas perkataan Maksim tanpa ragu. Dia tidak berharap banyak dari Maksim. Namun, dia juga tidak takut akan kemarahan Maksim yang bisa meledak kapanpun. Maksim mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dia tidak akan membiarkan harga dirinya terjatuh hanya karena ucapan seorang kepala pelayan. Maksim kembali melangkah meninggalkan ruang tidur utama mengekori Davidoff. Usai memastikan pintu kamar majikannya tertutup, Yeva kembali berjalan ke arah Gennadius dan Xandrova. "Lancang sekali di
Maksim pun keluar dari sana dengan tenang. Dia menutup pintu kembali dengan perlahan. Davidoff geram. Dia tidak tinggal diam. Dia mengejar Maksim. "Maksim, tunggu!" Davidoff meraih lengan Maksim, lalu membalikkan badan pria tegap itu. "Jangan coba-coba menyentuh Galana dan Zoya! Atau sayaー" "Atau apa, Pa?! Hah?! Apakah Anda tidak ingat apa yang saya miliki untuk menghancurkan Anda?!" Maksim menyela ucapan Davidoff. Dia melepaskan lengannya dari cengkeraman Davidoff. Seketika itu juga, wajah Davidoff memucat. Dia tidak yakin apa yang didengarnya barusan. "Maksim, kau?! Apa yang ketahui tentang Papa?!" Davidoff tercengang hingga tidak bisa berkata apa-apa. "Mengapa Anda diam, Pa? Teruskan saja menyerang saya! Namun, jangan salahkan saya jika membalasnya lebih kejam!" "Tunggu!" Maksim kehilangan minat untuk berbicara dengan Davidoff. Dia menoleh dengan malas. "Kau pikir, saya akan mudah luluh dengan tipuan mu? Oh, Yang benar saja?" Davidoff tidak takut lagi dengan semua ancam
'Apakah aku harus jujur dengan Zoya perihal kelakuan buruk Papanya? Bagaimana jika dia lepas kontrol dan memperburuk keadaan? Ah, tidak! Saya tidak ingin dia terlibat masalah ini. Saya akan meminta bantuan Caleb untuk menghubungi Viktor.' Gennadius mengurungkan niatnya untuk memberitahu Xandrova tentang hubungannya yang buruk diantara dirinya sendiri dan Davidoff. Dia tidak sampai hati mengatakannya langsung kepada Xandrova dan memiliki untuk menyimpannya erat-erat. "Ada apa, Kakek? Sepertinya Anda sedang memikirkan sesuatu?" 'Malaikat kecilku tidak boleh tahu bagaimana perangai Davidoff atau Zoya akan semakin membenci Papanya. Namun, bagaimana mengatakannya bahwa aku sudah miskin dan tidak memiliki apapun lagi untuknya?' Gennadius membatin sambil menatap Xandrova yang cantik mengenakan mantel baru pemberian Viktor. Xandrova tersenyum ketika Gennadius menatapnya, begitu juga sebaliknya. "Tidak ada. Kakek tidak memikirkan apapun, selain hubunganmu dengan Viktor." 'Sepertinya Kakek
Viktor segera memasukkan kembali ponsel ke saku mantel ketika mendengar suara Leonid memanggil namanya. "Viktor, caleb menunggumu di saluran telepon." Viktor berbalik menatap Leonid. "Berikan ponselmu!" Leonid menyerahkan ponselnya kepada Viktor. Dia kembali menuju meja oval di mana minuman kalengnya berada. "Selamat malam, Tuan Muda." Caleb menyapa tuannya dan ya, Viktor tidak membalas. "Caleb, jelaskan kepada saya, mengapa Zoya bisa pulang ke mansion keluarga Konstantin tanpa persetujuan saya?! Apakah diantara banyaknya penjaga tidak ada satupun di antara kalian yang tahu?!" "TuーTuan Muda, maafkan saya. Saya benar-benar tidak mendengar kabar kepulangan Nona Zoya." "Lalu, bagaimana kondisinya?! Jauhkan dia dari Maksim! Seharusnya dengan 2 penjaga, Zoya akan menjauh dari bajingan itu!" Terdengar deru napas Viktor tidak beraturan. Pria itu lantas menghela napas panjang sambil mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya. "Caleb, saya tidak ingin ada kata gagal. Apa ka
Maksim berpakaian dengan cepat. Dia tidak lupa memakai mantel, lalu berjalan menuju pintu."Tuan Muda!"Feliks ternyata sudah berada di depan ruang tidur sang tuan. Kehadiran Feliks sempat membuat Maksim terkejut."Rupanya kau, Feliks!""Ya, saya, Tuan Muda."Feliks mengikuti Maksim melangkah menuju mansion utama keluarga Konstantin di mana ia dan kedua orang tuanya menumpang hidup. Maksim terlihat begitu antusias. Dia berjalan cepat menuju pintu samping di mana dirinya dan Xandrova sering berjumpa."Silakan, Tuan Muda!"Feliks membukakan pintu untuk tuannya. Kemudian, keduanya melangkah memasuki mansion utama yang megah nan cantik.'Sial! Jika aku mengingat keluh kesah Mama, hatiku teriris. Aku tidak akan membiarkan Mama dan Papa hidup sengsara.'Maksim menghentikan lamunannya ketika seorang penjaga memanggil namanya. Penjaga tersebut tidak datang seorang diri, melainkan bersama ketiga penjaga lainnya yang berpakaian sama juga memiliki ciri-ciri fisik sama lainnya."Selamat pagi, Tua
Galana memotong pembicaraan Davidoff. Hingga saat ini, wanita itu tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Maksim kepada Davidoff dan apa yang telah dilakukan oleh Davidoff kepada Gennadius. Namun tidak disangka, Maksim melakukan hal di luar dugaan semua orang. Prang! "Mengapa kau menjatuhkan pigura itu, Maksim?" Davidoff menegur Maksim karena dengan sengaja membanting pigura foto di tangannya. Bukannya merasa bersalah, Maksim justru tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Davidoff benar-benar turun dari ranjang. Setelah memakai alas kakinya, pria itu segera berjalan dengan cepat membawa emosi ke arah Maksim. "Tahan Papa David!" Maksim berteriak memerintahkan anak buahnya agar memegangi Davidoff. Sedangkan Galana terkejut melihat perlakuan kasar Maksim kepada suaminya. "Maksim, mengapa kau bersikap kasar kepada Davidoff? Seperti inikah balas budimu kepada keluarga kami?!" Galana meninggikan nada suaranya. Dia turun dari ranjang, tetapi Feliks buru-buru menarik tangannya. "Feliks, apa-apaan k
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Maksim membuat jantung Davidoff nyaris berhenti. Davidoff tidak tahan lagi ingin menghajar Maksim."Mulutmu pedas sekali!"Galana tidak tinggal diam. Dia pun memaki Maksim padahal semua orang tahu bahwa Maksim digadang-gadang sebagai seorang menantu idaman keluarga Konstantin."Tapi, Maksim, kau jangan gembira dulu! Karena semua harta keluarga Konstantin jatuh ke tangan Davidoff. Itu artinya, kami tidak akan jatuh miskin dan kami tetap akan merawat Kakek."Galana berbicara dengan sangat yakin padahal dirinya tidak tahu perjanjian di antara Maksim dan suaminya."Ha! Ha! Ha!"Suara tawa Maksim terdengar semakin menggelegar memenuhi paviliun keluarga Konstantin yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Suara tersebut mengundang kedua orang tua Maksim datang."Maksim, apa yangー"Anne tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Kedua matanya terbelalak melihat sepasang suami istri tersungkur di lantai. Begitu pun dengan Lenin yang berdiri di sampingnya.
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn