Lenin menempelkan bibirnya ke dahi Anne, lalu bergegas pergi. "Oh, iya, Ann. Jangan pakai parfum itu lagi! Jika kau tidak memiliki parfum, sepulang kantor nanti aku akan membelikannya untukmu." Lenin menutup pintu ruang tidurnya tanpa menunggu Anne merespon perkataannya. Lenin berjalan menuju ruang tidur Maksim. Dia berhenti tepat di depan pintu, lalu mengetuknya. "Ya, Pa?" Maksim terkejut mendapatkan Lenin sudah rapi berpakaian. Dia teringat kejadian malam tadi di ruang tidur Viona. "Kau membaca pesan Papa malam tadi, 'kan?" Maksim tersenyum lebar. "Tentu saja. Itulah mengapa, saya sudah rapi sejak 15 menit yang lalu." Maksim menjawab dengan santai. Diamenutup pintu kamarnya. "Kalau begitu, mari sarapan dan pergi ke kantor! Ambil semua dokumen berharga yang bisa dibawa!" Lenin dan Maksim berjalan ke ruang makan. Viona sudah duduk di sana ditemani oleh pelayannya. "Di mana Nyonya Anne?" Viona tidak melihat sosok Anne datang bersama Lenin dan Maksim. "Di di kamar. Bagaiman
Leonid kembali berbisik di telinga Viktor. Namun, Viktor hanya tersenyum tipis. "Bukankah seperti itu, Tuan Muda Viktor Czar Romanov?" Maksim kembali membuka mulutnya. Dia tersenyum sarkas dan mengarahkannya kepada Viktor. 'Karena kemunculanmu, keluargaku terancam dan kini kami telah diusir dari rumah. Kini, aku akan menghancurkan reputasimu, Viktor.' Maksim berkata dengan sangat puas di dalam hati. Dia melihat beberapa orang sedang merekam kejadian tak terduga pagi ini. "Tuan Lenin dan Tuan Maksim, sebaiknya Anda berdua pergi saja dari sini! Lagipula, kehadiran Anda telah ditolak di perusahaan ini." Viona mencoba mengajak Lenin dan Maksim pergi, tetapi keduanya menolak dengan serempak. "Tidak." "Tidak." Vione geram. Dia menggertakkan giginya sambil mengarahkan kedua matanya kepada Lenin dan Maksim bergantian. "Kalau begitu, jangan buat masalah di sini!" "Kau sebaiknya diam saja, Nona! Karena ini adakah masalah keluarga Romanov." Viktor berdecih saat mendengar Maksim menyeb
Viona memberikan kunci mobil yang baru saja dia merogoh dari dalam tas tangan kepada Maksim. "Saya tidak akan lama." Viona berjalan menuju pintu masuk. Setelah melewati para penjaga di depan pintu masuk, Viona melangkah dengan penuh percaya diri seolah tak terjadi apapun. *** Viktor sibuk dengan pekerjaannya. Dia membagikan tugas kepada Veronika dan Leonid. "Veronika, kau harus tetap berada di sini sepanjang hari! Saya tidak ingin menerima tamu siapapun khusus untuk hari ini. Apakah kau paham?" Masih dengan perasaan yang sama saat Viktor bertemu dengan Veronika pertama kali. Sang tuan muda tetap tidak bisa menghilangkan kejengkelan di dalam hatinya akibat perbuatan sang nenek. "Ya, Tuan Muda." Veronika mengangguk, lalu menatap Viktor datar. "Dan, kau Leonid!" Kini, sepasang iris biru Viktor mengarah kepada Leonid. "Ajak beberapa anak buahmu untuk memeriksa ruang kerja Maksim! Ambil semua dokumen yang ada di sana dan salin semua data di komputernya! Kau paham?" Leonid pun me
"Nona, ayo pergi dari sini! Jangan sampai saya melakukan hal kasar terhadap Anda!" Viona menatap Viktor lekat-lekat. "Tuan Viktor, Anda tidak bisa mengusir saya seperti ini!" "Oh, mengapa tidak?!" Viktor menatap Viona dan Vasili bergantian. Tiba-tiba saja, terlintas ide di kepalanya. "Kalian bertiga, keluarlah dulu!" Viktor meminta ketiga pria lainnya untuk keluar dari ruang kerja Lenin. 'Apa yang ingin dilakukan oleh Tuan Muda?' Vasili mulai memikirkan tuannya. "Saya akan menawarkan kerjasama dengan Anda, Viona. Jika Anda bersedia, maka saya tidak akan mengatakan apapun perihal kejadian kali ini. Bagaimana?" Viktor tersenyum miring ketika Viona menatapnya. "Kerjasama? Kerjasama apa? Katakan saja, Tuan Muda! Saya akan bersedia apapun itu asalkan Anda menutup masalah ini di hadapan Tuan Vladimir." Viona mengerutkan dahinya ketika berbicara disertai dengan tatapan memohon. "Jadilah mata-mata untuk saya!" 'Astaga! Apakah Tuan Muda serius akan menjadikan aku sebagai mata-mata
'Tuan Lenin memang lebih tampan daripada Tuan David. Semua itu karena darah Romanov yang mengalir di dalam tubuhnya. Dia juga pintar melontarkan kata-kata manis. Ya, aku telah berkhianat terhadap Tuan David. Aku merasa bersalah karenanya.' Viona teringat apa yang telah dilakukannya malam tadi bersama Lenin. 'Bukan aku tidak ingin menolak, tetapi aku tak kuasa membentengi diriku dari kuatnya Tuan Lenin. Aku hanya bisa pasrah karena dia terlalu kuat menekanku.' Viona menekan angka-angka di mesin kartu yang disodorkan oleh kasir kepadanya. Sedangkan Lenin menunggu di depan pintu toko. "Terima kasih." Setelah melakukan pembayaran dan menerima kartu kreditnya kembali, Viona tersenyum ramah kepada penjaga toko, lalu pergi dari sana. "Ini parfummu." Viona memberikan satu kantong berisi parfum yang Lenin pilihkan untuk Anne. "Kau tenang saja, Viona! Saya tidak akan pernah lupa kebaikanmu sesuai dengan janji saya." Viona dan Lenin kembali ke mobil. Mereka melihat Maksim sedang murung.
'Apakah aku tidak salah dengar? Bukankah mereka telah diusir oleh Tuan dan Nyonya Besar keluarga Romanov? Lalu, untuk apa mereka datang ke mansion milik keluarga Romanov? Para penjaga pasti akan mengusir mereka.' Feliks memikirkan realita kehidupan tuannya. Namun dia juga penasaran, mengapa sang tuan bersikeras ingin pergi ke salah satu mansion keluarga Romanov. "Tentu, Feliks. Kau tenang saja! Karena kami sudah berbicara dengannya." Maksim menyahuti pertanyaan sang asisten pribadi. Kemudian, dia menyandarkan kepalanya. "Berapa jarak dari bandar udara Pulkovo menuju ke distrik Nevsky, Lenin?" Anne memang jarang sekali bepergian ke luar mansion jika tidak ada acara sosialita bersama teman-temannya atau tidak ada undangan acara besar menemani Morzevich. Itulah mengapa, Anne terlihat tidak tahu jalan ataupun tempat-tempat indah bersejarah. "Hanya 35-40 menit saja, Ann." Lenin menjawab dengan benar. Dia meraih tangan kanan Anne, lalu menempelkan bibirnya selama beberapa detik di pun
"Baiklah. Jika kita ditolak di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Kalininsky, maka kita akan pergi ke Krestovsky Island!" Lenin telah mengambil keputusan untuk keluarganya. Mau tidak mau, dia harus mencobanya pergi ke sana. 'Jika sudah ditolak mentah-mentah di salah satu mansion keluarga Romanov, bukankah sudah pasti akan ditolak di mansion manapun?' Feliks membatin. Dia tidak sampai hati mengatakannya langsung kepada Maksim di depan kedua orang tuanya. Dia hanya bisa mengikuti keinginan sang majikan sana. Bangunan indah bernuansa Eropa telah terlihat di depan pelupuk mata Feliks. Dia segera memberitahukan kepada tuannya. "Tuan Maksim, kita telah sampai di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Kalininsky. Apakah Anda ingin turun? Karena sopir telah menekan klakson berulang kali, tetapi gerbang tidak terbuka juga." Feliks menoleh ke arah Maksim dan mendapatkan wajah tuannya sedang muram. "Saya tidak buta, Feliks. Saya melihatnya." Maksim segera keluar dari
Hal ini adalah kali ke-3 Lenin dan keluarga tiba di mansion keluarga Romanov setelah dua sebelumnya kedatangan mereka ditolak mentah-mentah atas perintah Viktor. Feliks sangat enggan turun dari mobil. Namun melihat kegigihan Maksim, akhirnya dia pun turun. "Ayo, Feliks!" Maksim menutup pintu mobil, lalu berjalan menuju gerbang besar dan berharap akan terbuka. "Tuan Muda, cuaca semakin dingin, bagaimana jika Anda tunggu saya di dalam mobil saja?" Feliks memberikan saran. Namun, Maksim tidak mendengarkannya. Dia terus berjalan hingga mencapai gerbang. "Mereka pasti melihat kita dari kamera CCTV yang terpasang, Feliks." 'Astaga! Tuan Muda tidak mendengarkan perkataanku dan dia masih berharap keluarga Romanov menerima kedatangannya.' Feliks menarik napas dalam-dalam. Dia tidak ingin mematahkan semangat dan harapan sang tuan walaupun mustahil. Maksim menekan bel berulang kali sambil berharap gerbang terbuka dan dia dapat membawa kedua orang tuanya masuk dan menghangatkan tubuh mereka