'Tuan Lenin memang lebih tampan daripada Tuan David. Semua itu karena darah Romanov yang mengalir di dalam tubuhnya. Dia juga pintar melontarkan kata-kata manis. Ya, aku telah berkhianat terhadap Tuan David. Aku merasa bersalah karenanya.' Viona teringat apa yang telah dilakukannya malam tadi bersama Lenin. 'Bukan aku tidak ingin menolak, tetapi aku tak kuasa membentengi diriku dari kuatnya Tuan Lenin. Aku hanya bisa pasrah karena dia terlalu kuat menekanku.' Viona menekan angka-angka di mesin kartu yang disodorkan oleh kasir kepadanya. Sedangkan Lenin menunggu di depan pintu toko. "Terima kasih." Setelah melakukan pembayaran dan menerima kartu kreditnya kembali, Viona tersenyum ramah kepada penjaga toko, lalu pergi dari sana. "Ini parfummu." Viona memberikan satu kantong berisi parfum yang Lenin pilihkan untuk Anne. "Kau tenang saja, Viona! Saya tidak akan pernah lupa kebaikanmu sesuai dengan janji saya." Viona dan Lenin kembali ke mobil. Mereka melihat Maksim sedang murung.
'Apakah aku tidak salah dengar? Bukankah mereka telah diusir oleh Tuan dan Nyonya Besar keluarga Romanov? Lalu, untuk apa mereka datang ke mansion milik keluarga Romanov? Para penjaga pasti akan mengusir mereka.' Feliks memikirkan realita kehidupan tuannya. Namun dia juga penasaran, mengapa sang tuan bersikeras ingin pergi ke salah satu mansion keluarga Romanov. "Tentu, Feliks. Kau tenang saja! Karena kami sudah berbicara dengannya." Maksim menyahuti pertanyaan sang asisten pribadi. Kemudian, dia menyandarkan kepalanya. "Berapa jarak dari bandar udara Pulkovo menuju ke distrik Nevsky, Lenin?" Anne memang jarang sekali bepergian ke luar mansion jika tidak ada acara sosialita bersama teman-temannya atau tidak ada undangan acara besar menemani Morzevich. Itulah mengapa, Anne terlihat tidak tahu jalan ataupun tempat-tempat indah bersejarah. "Hanya 35-40 menit saja, Ann." Lenin menjawab dengan benar. Dia meraih tangan kanan Anne, lalu menempelkan bibirnya selama beberapa detik di pun
"Baiklah. Jika kita ditolak di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Kalininsky, maka kita akan pergi ke Krestovsky Island!" Lenin telah mengambil keputusan untuk keluarganya. Mau tidak mau, dia harus mencobanya pergi ke sana. 'Jika sudah ditolak mentah-mentah di salah satu mansion keluarga Romanov, bukankah sudah pasti akan ditolak di mansion manapun?' Feliks membatin. Dia tidak sampai hati mengatakannya langsung kepada Maksim di depan kedua orang tuanya. Dia hanya bisa mengikuti keinginan sang majikan sana. Bangunan indah bernuansa Eropa telah terlihat di depan pelupuk mata Feliks. Dia segera memberitahukan kepada tuannya. "Tuan Maksim, kita telah sampai di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Kalininsky. Apakah Anda ingin turun? Karena sopir telah menekan klakson berulang kali, tetapi gerbang tidak terbuka juga." Feliks menoleh ke arah Maksim dan mendapatkan wajah tuannya sedang muram. "Saya tidak buta, Feliks. Saya melihatnya." Maksim segera keluar dari
Hal ini adalah kali ke-3 Lenin dan keluarga tiba di mansion keluarga Romanov setelah dua sebelumnya kedatangan mereka ditolak mentah-mentah atas perintah Viktor. Feliks sangat enggan turun dari mobil. Namun melihat kegigihan Maksim, akhirnya dia pun turun. "Ayo, Feliks!" Maksim menutup pintu mobil, lalu berjalan menuju gerbang besar dan berharap akan terbuka. "Tuan Muda, cuaca semakin dingin, bagaimana jika Anda tunggu saya di dalam mobil saja?" Feliks memberikan saran. Namun, Maksim tidak mendengarkannya. Dia terus berjalan hingga mencapai gerbang. "Mereka pasti melihat kita dari kamera CCTV yang terpasang, Feliks." 'Astaga! Tuan Muda tidak mendengarkan perkataanku dan dia masih berharap keluarga Romanov menerima kedatangannya.' Feliks menarik napas dalam-dalam. Dia tidak ingin mematahkan semangat dan harapan sang tuan walaupun mustahil. Maksim menekan bel berulang kali sambil berharap gerbang terbuka dan dia dapat membawa kedua orang tuanya masuk dan menghangatkan tubuh mereka
'Apakah udara dingin telah mempengaruhi otak seseorang? Aku pikir, Tuan Maksim tidak akan pernah bisa berbicara seperti ini!' Feliks terkejut atas apa yang didengarnya. Namun, dia yakin bahwa tuannya sudah menjadi pribadi yang lebih baik. "Tuan Maksim, bawalah semua!" Demyan datang bersama seorang pelayan wanita. Mereka tidak datang dengan tangan kosong, melainkan dengan beberapa keranjang makanan dan minuman. "Terimalah, Tuan Maksim!" Maksim melihat keranjang-keranjang yang disodorkan oleh Demyan dan si pelayan wanita. "Tuan Muda, apakah Anda yakin akan mengambilnya?" Lagi, Feliks membuat Maksim semakin ragu akan ketulusan hati Demyan. "Anda tidak perlu ragu, Tuan Muda! Saya melakukan hal ini tulus. Apakah Anda akan membiarkan kedua orang tua Anda mati kedinginan?" Maksim menoleh ke arah mobil yang sudah menunggunya. 'Mengapa Tuan Lenin tidak keluar dari mobil? Apakah dia tidak ingin bertemu denganku?' Demyan bertanya-tanya di dalam hati. Sesekali dia menoleh ke arah mobil.
Kedua mata Anne membulat sempurna ketika mendengar nama wanita cantik yang menjadi penerus satu-satunya keluarga Konstantin. "Ya, Lenin. Apakah kita sudah sampai?" Anne membuka mata dan berusaha mengenali tempat di mana dirinya berada. "Ya, kita sudah sampai di mansion keluarga Konstantin, Ann. Ayo keluar!" Tepat di bangunan mansion utama, Davidoff dan Galana sudah berdiri menunggu pasangan Lenin dan Anne keluar dari mobil. Mereka berdua terlihat antusias menyambut tamu. "Selamat datang, Tuan Lenin dan Nyonya Anne." Davidoff tersenyum ketika melihat Lenin dan Anne berjalan menghampiri dirinya dan sang istri. "Di luar sangat dingin. Mari masuk, Nyonya Anne!" Galana menyambut dengan hangat. Mereka semua masuk dengan saling melemparkan senyum. 'Mansion yang indah. Tidak kalah indah dengan Mansion keluarga Romanov.' Anne berpikir sambil sesekali mencuri pandang ke sekelilingnya. "Perjalanan jauh pastinya sangat melelahkan, bukan?" Galana mengawali percakapan dengan Anne. Mereka
Semua orang terdiam. Namun, sebuah suara yang terdengar tiba-tiba berhasil menyingkirkan keraguan di hati semua orang yang berada di dalam ruang tidur Gennadius. "Anda tenang saja, Nona Zoya! Saya sudah menyiapkan segalanya untuk anda dan Tuan Besar Gennadius." Caleb datang dari jendela yang terbuka. Dia berjalan mendekati ranjang. Xandrova pun lantas berdiri. "Silakan ambil bagian kalian!" Caleb memberikan satu lembar obat pengencer darah untuk Gennadius kepada Xandrova, Yeva dan Fang. Ketiganya segera meraih obat tersebut dari tangan Caleb. "Apakah Anda yakin bahwa ini adalah obat-obatan Kakek?" Xandrova bertanya untuk meyakinkan diri sendiri. "Anda tidak salah beli, 'kan?" Usai puas memeriksa obat yang berada di tangannya, Xandrova akhirnya menatap Caleb. "Anda tidak perlu khawatir, Nona! Saya sudah memeriksa dengan teliti obat Tuan Besar." Xandrova akhirnya mengangguk. Kemudian, memasukkan obat tersebut ke dalam saku mantel. "Apakah Anda ingin kembali ke kamar sekarang,
"Saya pikir, apa yang dikatakan oleh Tuan Caleb tidak salah. Ada baiknya jika Tuan Viktor mengetahui keadaan mansion keluarga Konstantin yang sedang tidak baik-baik saja." Yeva memilih kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada Gennadius. Dia tidak ingin Gennadius salah paham. Yeva tidak memalingkan wajahnya sedikitpun dari sang tuan besar. "Karena cepat atau lambat, Tuan David akan menguasai seluruh kekayaan keluarga Konstantin dan Tuan Muda Viktor harus tahu akan hal itu." Gennadius terdiam. Dia mengangguk-angguk. "Jika Anda ragu atau keberatan, setidaknya lakukanlah demi Nona Zoya!" Caleb memberanikan diri untuk berbicara terus terang kepada Gennadius. "Karena Nona Zoya sangat mencintai Tuan Viktor, begitu juga sebaliknya. Nona Zoya harus selamat dari perjodohan yang akan dilakukan oleh Tuan David dan Nyonya Galana, terlebih lagi Nona Zoya harus selamat dari genggaman Tuan Maksim." Kedua tangan Gennadius menggenggam erat sprei bermotif pemandangan laut Merah. Wajahnya mera