Rupanya Vladimir memiliki tujuan khusus memanggil Kendrik ke ruangan Viktor. "Kakek, ada apa?" Viktor terkejut saat mengetahui bahwa Vladimir akan mengatakan sesuatu. Dia mengikuti Vladimir berjalan menuju sofa merah. "Well, saya akan segera pensiun dari dunia bisnis." Viktor terdiam. Dia tidak bisa menahan keinginan sang kakek. Ya, dia hanya bisa mendengarkan apa yang diucapkan oleh sang tuan besar keluarga Romanov. "Bukankah 2 tahun lagi Anda baru memasuki masa pensiun, Tuan Besar?" Kendrik terkejut hingga tidak bisa menahan keinginannya untuk segera meminta penjelasan dari sang majikan. "Oh, Kendrik! Kau tentunya tahu bagaimana saya sangat merasa jenuh dan terkekang dengan dunia bisnis yang bertahun-tahun saya geluti, bukan?" Kendrik hanya bisa diam dan mengangguk. Sedangkan Vasili merasa perlu memberitahu tuannya, mengapa Vladimir mengatakan hal itu. "Tuan Besar, saya pikir akan lebih baik jika Tuan Muda mengetahui alasan Anda melakukan pensiun lebih cepat." Semua orang m
Sama halnya dengan Viktor, Veronika pun berbicara dengan nada yang rendah. "Cepat ketuk pintunya!" Viktor memerintahkan Veronika untuk mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Dia berdiri tepat di depan pintu. "Baーbaik, Tuan Muda." Veronika berjalan lebih cepat sambil menahan rasa sakit pada kakinya. 'Apa salahnya jika dia sendiri yang mengetuk pintu? Apakah dia tidak bisa bersimpati sedikit saja kepada pekerjanya? Oh, bagaimana jika nanti dia benar-benar menggantikan Tuan Besar? Kantor ini sepertinya akan berubah menjadi neraka.' Memaki di dalam hati merupakan jalan satu-satunya bagi Veronika. Dia mengulurkan tangan, lalu mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Pintu ruang kerja Vladimir pun terbuka. Kendrik keluar dari dalam sana. "Silakan masuk, Tuan Muda!" Kendrik membungkuk sebagai tanda memberi hormat. Viktor segera melangkah masuk tanpa memedulikan Veronika. 'Mood aku benar-benar hancur karena wanita itu. Dia tidak lebih cantik dari Zoya, tetapi aku dibuatnya sangat risih.'
'Ya, aku tahu. Aku pun terlalu sibuk dengan keluarga Konstantin dan Zoya. Karena aku akan menguasai keluarga Konstantin selangkah lagi.' Maksim terdiam menerima teguran dari sang ayah. Ia merasa bersalah dan hanya bisa mengakuinya di dalam hati. "Mengapa kau terdiam, Maksim? Apakah akhirnya kau tahu letak kesalahanmu?!" Lenin menggertak Maxim dengan berbisik agar tidak seorangpun mendengar percakapan mereka. Bukan hanya Maksim yang sibuk dengan urusannya, tetapi begitu juga dengan Lenin. "Kalau begitu, mari perbaiki kesalahan kita berdua dengan cara menyusun rencana untuk mempersulit Viktor!" Maksim berseru dengan cara yang sama, itu berbisik di daun telinga Lenin. "Kalau begitu, kau pikirkan rencana yang bagus untuk pecundang itu!" Lenin mengarahkan dagunya kepada Viktor yang sejak tadi diam-diam memperhatikan gerak-gerik mereka. Maksim pun mengangguk setelah melihat subjek pandangan Lenin. "Feliks!" Maksim memanggil sang asisten yang berdiri di belakangnya. Pria yang dipangg
'Apakah akhirnya semua orang akan mendukung ku untuk menggantikan Papa? Bukankah keadaan ini sangat bagus? Aku akan memanfaatkan simpati para anggota meeting.' Lenin bertanya-tanya di dalam hatinya dengan gembira. Dia juga sangat yakin bahwa semua orang akan mendukungnya. 'Aku sangat yakin bahwa Papa akan memilihku sebagai penerusnya. Karena pria miskin itu tidak memiliki pengalaman apapun dan dia tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari pada jajaran direksi. Ha! Ha! Ha!' "Para hadirin semua, keputusan saya sudah bulat. Saya rasa, tidak perlu berdiskusi dengan siapapun. Karena saya adalah owner perusahaan ini dan saya pemegang saham terbesar, bukan?" Jawaban yang diberikan oleh Vladimir sangat mengguncang semua orang yang kontra dengannya. Ya, hanya pengikut setia Vladimir saja yang mengerti arti dari ucapannya barusan. 'Astaga! Ya, Papa memang memiliki saham terbesar di perusahaan ini! Dan, aku melupakan hal itu.' Lagi, Lenin kembali dibuat khawatir akan hal tersebut. Diam-di
Marina memberikan kesempatan bagi para anggota meeting untuk menentukan pilihan. Namun setelah menunggu beberapa saat, tidak seorang pun beranjak dari kursi mereka. Lain halnya dengan Lenin. Pria licik itu masih saja memainkan smartphone miliknya tanpa sepengetahuan siapapun. Ya, dia sedang merencanakan sesuatu bersama dengan orang-orang yang membelanya. 'Oke. Semua sudah beres sesuai dengan instruksiku. Aku hanya perlu menunggu situasi kembali memanas. Entah apa yang akan dilakukan oleh Papa. Apakah yang akan terus membela Viktor atau meninggalkannya?' Lenin tersenyum sinis sambil berkata di dalam hati. Benaknya penuh dengan rencana yang akan dia lakukan untuk menghancurkan Vladimir dan Viktor. 'Jika Papa tidak memedulikanku, maka untuk apa aku peduli kepada Beliau?' tanya Lenin di dalam benaknya. "Tuan Vladimir, karena tidak ada seorang pun yang keluar dari ruangan ini, maka silakan ke agenda selanjutnya! Yaitu sambutan dari Tuan Muda Viktor." Marina berbicara dari tempatnya be
Semua orang terlihat sangat cemas, entah apa yang mereka cemaskan. Di saat yang sama, Viktor mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan oleh Abramovich di ruang meeting. "Saya tidak akan lama di sini. Ya, Karena saya hanya akan memperlihatkan kepada Anda semua bahwa Tuan Vladimir telah memberikan kuasa penuh kepada Tuan Viktor atas perusahaan Romanov Holding Company." Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Abramovich menuai pro dan kontra dari para dewan direksi. Namun tentu saja, menuai kecaman dari Lenin dan Maksim. "Apa-apaan ini, Pa?!" Lenin berdiri dan mengarahkan sorot matanya kepada Vladimir. Jantungnya naik turun seolah ingin melompat dari rongganya. "Saya tidak bisa menerima semua ini! Karena penerus yang pantas untuk menggantikan Anda hanya saya." Lenin dengan seenaknya berteriak tanpa tahu malu. Melihat pemandangan tersebut tentu saja membuat Maksim ikut terbawa emosi. "Pria sampah dan miskin seperti Viktor tidak pantas menduduki kursi Anda, Kakek." Maksim berdiri. Dia
Marina berdiri diantara Vladimir dan Abramovich. Dia diam-diam mencuri pandang Efrem yang duduk mengoperasikan laptop. "Lalu, mengapa Anda semua bersikap mencemooh keputusan Tuan Vladimir?!" Marina melirik semua orang yang sedang menundukkan kepala. Bukan tanpa alasan mereka menunduk. Viktor pun tahu sesuatu yang tersembunyi. Dia juga ikut-ikutan menundukkan kepala seperti yang lainnya. 'Mengapa mereka semua menundukkan kepala?! Dan, Tuan Viktor pun melakukan hal yang serupa.' Untuk menghilangkan rasa penasaran, Marina berjalan menuju salah satu anggota meeting yang tidak lain adalah Viona. "Kau ingin ke mana, Marina?" Vladimir bertanya kepada sang sekretaris. "Saya akan segera kembali, Tuan Besar." Marina segera melangkah mendekati Viona. Semua orang tidak memperhatikannya. "Berikan smartphone Anda, Nona!" Viona lantas menoleh dan mendapatkan Marina tengah berdiri di belakang kursinya menjulurkan tangan meminta benda pipih miliknya. "Berikan smartphone Anda atau saya akan
Vasili tiba-tiba teringat mantan bodyguard Viktor yang memberikan pesan terakhir sebelum kembali ke mansion keluarga Konstantin. Dan oh, ada satu hal lagi yang pria itu ingat. "Tuan Muda!" Vasili kembali mendekati sang tuan, lalu berbisik dengan sangat hati-hati. "Apakah Tuan Leonid telah memberikan kabar kepada Anda, Tuan Muda? Jika saya tidak salah hitung, sekarang tepat 4 jam sejak kepergian Tuan Leonid ke cabang perusahaan Konstantin Co." 'Astaga! Aku melupakannya. Apakah di sana Leonid bertemu dengan Papa David? Dan, apakah Viona telah memberitahu Beliau mengenai identitas ku yang sebenarnya?' Banyak sekali teka-teki di benak Viktor yang membutuhkan jawaban pasti. Dia menatap Vasili tanpa berkedip. "Kirimkan pesan singkat kepadanya untuk menghubungi saya sekitar 30 ke depan!" "Baik, Tuan Muda." 'Sepertinya, Tuan Muda pun melupakan kepergian Tuan Leonid ke perusahaan keluarga Konstantin. Namun, aku dapat memakluminya. Karena suasana meeting di sini kurang kondusif.' Vasili
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn