Pandangan Viktor jauh ke antah berantah. Hatinya bergetar, tetapi Viktor tidak berhenti bekerja keras untuk menguasai dirinya. 'Namun, saat itu ada Zoya di sisiku. Ya, Istri kecilku yang manis dan cantik. Bagaimana pun juga, dia mampu menenangkan hatiku meskipun hanya menatap wajahnya saja.' Viktor menghela napas panjang saat sosok Xandrova berhasil menguasai pikirannya. "Are you ok, Viktor?" Viktor mengerjap ketika Vladimir menegurnya. Ia segera melepaskan bayang-bayang Xandrova dari benaknya. Kemudian, menatap sang kakek. "Viktor, apakah kau sakit?" "Tiーtidak, Kakek. Saya baik-baik saja. Terima kasih telah mencemaskan saya." Pintu mobil terbuka. Vasili menundukkan tubuhnya. "Silakan, Tuan Besar! Silakan, Tuan Muda!" Viktor menatap Vasili sejenak. Dia berusaha menutupi rasa gugup di depan semua orang. "Ya. Terima kasih, Vasili." Viktor segera beranjak keluar dari dalam mobil bersama Vladimir. "Mari, Viktor!" Vladimir menepuk punggung Viktor pelan, lalu berjalan lebih dulu
Rupanya Vladimir memiliki tujuan khusus memanggil Kendrik ke ruangan Viktor. "Kakek, ada apa?" Viktor terkejut saat mengetahui bahwa Vladimir akan mengatakan sesuatu. Dia mengikuti Vladimir berjalan menuju sofa merah. "Well, saya akan segera pensiun dari dunia bisnis." Viktor terdiam. Dia tidak bisa menahan keinginan sang kakek. Ya, dia hanya bisa mendengarkan apa yang diucapkan oleh sang tuan besar keluarga Romanov. "Bukankah 2 tahun lagi Anda baru memasuki masa pensiun, Tuan Besar?" Kendrik terkejut hingga tidak bisa menahan keinginannya untuk segera meminta penjelasan dari sang majikan. "Oh, Kendrik! Kau tentunya tahu bagaimana saya sangat merasa jenuh dan terkekang dengan dunia bisnis yang bertahun-tahun saya geluti, bukan?" Kendrik hanya bisa diam dan mengangguk. Sedangkan Vasili merasa perlu memberitahu tuannya, mengapa Vladimir mengatakan hal itu. "Tuan Besar, saya pikir akan lebih baik jika Tuan Muda mengetahui alasan Anda melakukan pensiun lebih cepat." Semua orang m
Sama halnya dengan Viktor, Veronika pun berbicara dengan nada yang rendah. "Cepat ketuk pintunya!" Viktor memerintahkan Veronika untuk mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Dia berdiri tepat di depan pintu. "Baーbaik, Tuan Muda." Veronika berjalan lebih cepat sambil menahan rasa sakit pada kakinya. 'Apa salahnya jika dia sendiri yang mengetuk pintu? Apakah dia tidak bisa bersimpati sedikit saja kepada pekerjanya? Oh, bagaimana jika nanti dia benar-benar menggantikan Tuan Besar? Kantor ini sepertinya akan berubah menjadi neraka.' Memaki di dalam hati merupakan jalan satu-satunya bagi Veronika. Dia mengulurkan tangan, lalu mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Pintu ruang kerja Vladimir pun terbuka. Kendrik keluar dari dalam sana. "Silakan masuk, Tuan Muda!" Kendrik membungkuk sebagai tanda memberi hormat. Viktor segera melangkah masuk tanpa memedulikan Veronika. 'Mood aku benar-benar hancur karena wanita itu. Dia tidak lebih cantik dari Zoya, tetapi aku dibuatnya sangat risih.'
'Ya, aku tahu. Aku pun terlalu sibuk dengan keluarga Konstantin dan Zoya. Karena aku akan menguasai keluarga Konstantin selangkah lagi.' Maksim terdiam menerima teguran dari sang ayah. Ia merasa bersalah dan hanya bisa mengakuinya di dalam hati. "Mengapa kau terdiam, Maksim? Apakah akhirnya kau tahu letak kesalahanmu?!" Lenin menggertak Maxim dengan berbisik agar tidak seorangpun mendengar percakapan mereka. Bukan hanya Maksim yang sibuk dengan urusannya, tetapi begitu juga dengan Lenin. "Kalau begitu, mari perbaiki kesalahan kita berdua dengan cara menyusun rencana untuk mempersulit Viktor!" Maksim berseru dengan cara yang sama, itu berbisik di daun telinga Lenin. "Kalau begitu, kau pikirkan rencana yang bagus untuk pecundang itu!" Lenin mengarahkan dagunya kepada Viktor yang sejak tadi diam-diam memperhatikan gerak-gerik mereka. Maksim pun mengangguk setelah melihat subjek pandangan Lenin. "Feliks!" Maksim memanggil sang asisten yang berdiri di belakangnya. Pria yang dipangg
'Apakah akhirnya semua orang akan mendukung ku untuk menggantikan Papa? Bukankah keadaan ini sangat bagus? Aku akan memanfaatkan simpati para anggota meeting.' Lenin bertanya-tanya di dalam hatinya dengan gembira. Dia juga sangat yakin bahwa semua orang akan mendukungnya. 'Aku sangat yakin bahwa Papa akan memilihku sebagai penerusnya. Karena pria miskin itu tidak memiliki pengalaman apapun dan dia tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari pada jajaran direksi. Ha! Ha! Ha!' "Para hadirin semua, keputusan saya sudah bulat. Saya rasa, tidak perlu berdiskusi dengan siapapun. Karena saya adalah owner perusahaan ini dan saya pemegang saham terbesar, bukan?" Jawaban yang diberikan oleh Vladimir sangat mengguncang semua orang yang kontra dengannya. Ya, hanya pengikut setia Vladimir saja yang mengerti arti dari ucapannya barusan. 'Astaga! Ya, Papa memang memiliki saham terbesar di perusahaan ini! Dan, aku melupakan hal itu.' Lagi, Lenin kembali dibuat khawatir akan hal tersebut. Diam-di
Marina memberikan kesempatan bagi para anggota meeting untuk menentukan pilihan. Namun setelah menunggu beberapa saat, tidak seorang pun beranjak dari kursi mereka. Lain halnya dengan Lenin. Pria licik itu masih saja memainkan smartphone miliknya tanpa sepengetahuan siapapun. Ya, dia sedang merencanakan sesuatu bersama dengan orang-orang yang membelanya. 'Oke. Semua sudah beres sesuai dengan instruksiku. Aku hanya perlu menunggu situasi kembali memanas. Entah apa yang akan dilakukan oleh Papa. Apakah yang akan terus membela Viktor atau meninggalkannya?' Lenin tersenyum sinis sambil berkata di dalam hati. Benaknya penuh dengan rencana yang akan dia lakukan untuk menghancurkan Vladimir dan Viktor. 'Jika Papa tidak memedulikanku, maka untuk apa aku peduli kepada Beliau?' tanya Lenin di dalam benaknya. "Tuan Vladimir, karena tidak ada seorang pun yang keluar dari ruangan ini, maka silakan ke agenda selanjutnya! Yaitu sambutan dari Tuan Muda Viktor." Marina berbicara dari tempatnya be
Semua orang terlihat sangat cemas, entah apa yang mereka cemaskan. Di saat yang sama, Viktor mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan oleh Abramovich di ruang meeting. "Saya tidak akan lama di sini. Ya, Karena saya hanya akan memperlihatkan kepada Anda semua bahwa Tuan Vladimir telah memberikan kuasa penuh kepada Tuan Viktor atas perusahaan Romanov Holding Company." Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Abramovich menuai pro dan kontra dari para dewan direksi. Namun tentu saja, menuai kecaman dari Lenin dan Maksim. "Apa-apaan ini, Pa?!" Lenin berdiri dan mengarahkan sorot matanya kepada Vladimir. Jantungnya naik turun seolah ingin melompat dari rongganya. "Saya tidak bisa menerima semua ini! Karena penerus yang pantas untuk menggantikan Anda hanya saya." Lenin dengan seenaknya berteriak tanpa tahu malu. Melihat pemandangan tersebut tentu saja membuat Maksim ikut terbawa emosi. "Pria sampah dan miskin seperti Viktor tidak pantas menduduki kursi Anda, Kakek." Maksim berdiri. Dia
Marina berdiri diantara Vladimir dan Abramovich. Dia diam-diam mencuri pandang Efrem yang duduk mengoperasikan laptop. "Lalu, mengapa Anda semua bersikap mencemooh keputusan Tuan Vladimir?!" Marina melirik semua orang yang sedang menundukkan kepala. Bukan tanpa alasan mereka menunduk. Viktor pun tahu sesuatu yang tersembunyi. Dia juga ikut-ikutan menundukkan kepala seperti yang lainnya. 'Mengapa mereka semua menundukkan kepala?! Dan, Tuan Viktor pun melakukan hal yang serupa.' Untuk menghilangkan rasa penasaran, Marina berjalan menuju salah satu anggota meeting yang tidak lain adalah Viona. "Kau ingin ke mana, Marina?" Vladimir bertanya kepada sang sekretaris. "Saya akan segera kembali, Tuan Besar." Marina segera melangkah mendekati Viona. Semua orang tidak memperhatikannya. "Berikan smartphone Anda, Nona!" Viona lantas menoleh dan mendapatkan Marina tengah berdiri di belakang kursinya menjulurkan tangan meminta benda pipih miliknya. "Berikan smartphone Anda atau saya akan