Sama halnya dengan Viktor, Veronika pun berbicara dengan nada yang rendah. "Cepat ketuk pintunya!" Viktor memerintahkan Veronika untuk mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Dia berdiri tepat di depan pintu. "Baーbaik, Tuan Muda." Veronika berjalan lebih cepat sambil menahan rasa sakit pada kakinya. 'Apa salahnya jika dia sendiri yang mengetuk pintu? Apakah dia tidak bisa bersimpati sedikit saja kepada pekerjanya? Oh, bagaimana jika nanti dia benar-benar menggantikan Tuan Besar? Kantor ini sepertinya akan berubah menjadi neraka.' Memaki di dalam hati merupakan jalan satu-satunya bagi Veronika. Dia mengulurkan tangan, lalu mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Pintu ruang kerja Vladimir pun terbuka. Kendrik keluar dari dalam sana. "Silakan masuk, Tuan Muda!" Kendrik membungkuk sebagai tanda memberi hormat. Viktor segera melangkah masuk tanpa memedulikan Veronika. 'Mood aku benar-benar hancur karena wanita itu. Dia tidak lebih cantik dari Zoya, tetapi aku dibuatnya sangat risih.'
'Ya, aku tahu. Aku pun terlalu sibuk dengan keluarga Konstantin dan Zoya. Karena aku akan menguasai keluarga Konstantin selangkah lagi.' Maksim terdiam menerima teguran dari sang ayah. Ia merasa bersalah dan hanya bisa mengakuinya di dalam hati. "Mengapa kau terdiam, Maksim? Apakah akhirnya kau tahu letak kesalahanmu?!" Lenin menggertak Maxim dengan berbisik agar tidak seorangpun mendengar percakapan mereka. Bukan hanya Maksim yang sibuk dengan urusannya, tetapi begitu juga dengan Lenin. "Kalau begitu, mari perbaiki kesalahan kita berdua dengan cara menyusun rencana untuk mempersulit Viktor!" Maksim berseru dengan cara yang sama, itu berbisik di daun telinga Lenin. "Kalau begitu, kau pikirkan rencana yang bagus untuk pecundang itu!" Lenin mengarahkan dagunya kepada Viktor yang sejak tadi diam-diam memperhatikan gerak-gerik mereka. Maksim pun mengangguk setelah melihat subjek pandangan Lenin. "Feliks!" Maksim memanggil sang asisten yang berdiri di belakangnya. Pria yang dipangg
'Apakah akhirnya semua orang akan mendukung ku untuk menggantikan Papa? Bukankah keadaan ini sangat bagus? Aku akan memanfaatkan simpati para anggota meeting.' Lenin bertanya-tanya di dalam hatinya dengan gembira. Dia juga sangat yakin bahwa semua orang akan mendukungnya. 'Aku sangat yakin bahwa Papa akan memilihku sebagai penerusnya. Karena pria miskin itu tidak memiliki pengalaman apapun dan dia tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari pada jajaran direksi. Ha! Ha! Ha!' "Para hadirin semua, keputusan saya sudah bulat. Saya rasa, tidak perlu berdiskusi dengan siapapun. Karena saya adalah owner perusahaan ini dan saya pemegang saham terbesar, bukan?" Jawaban yang diberikan oleh Vladimir sangat mengguncang semua orang yang kontra dengannya. Ya, hanya pengikut setia Vladimir saja yang mengerti arti dari ucapannya barusan. 'Astaga! Ya, Papa memang memiliki saham terbesar di perusahaan ini! Dan, aku melupakan hal itu.' Lagi, Lenin kembali dibuat khawatir akan hal tersebut. Diam-di
Marina memberikan kesempatan bagi para anggota meeting untuk menentukan pilihan. Namun setelah menunggu beberapa saat, tidak seorang pun beranjak dari kursi mereka. Lain halnya dengan Lenin. Pria licik itu masih saja memainkan smartphone miliknya tanpa sepengetahuan siapapun. Ya, dia sedang merencanakan sesuatu bersama dengan orang-orang yang membelanya. 'Oke. Semua sudah beres sesuai dengan instruksiku. Aku hanya perlu menunggu situasi kembali memanas. Entah apa yang akan dilakukan oleh Papa. Apakah yang akan terus membela Viktor atau meninggalkannya?' Lenin tersenyum sinis sambil berkata di dalam hati. Benaknya penuh dengan rencana yang akan dia lakukan untuk menghancurkan Vladimir dan Viktor. 'Jika Papa tidak memedulikanku, maka untuk apa aku peduli kepada Beliau?' tanya Lenin di dalam benaknya. "Tuan Vladimir, karena tidak ada seorang pun yang keluar dari ruangan ini, maka silakan ke agenda selanjutnya! Yaitu sambutan dari Tuan Muda Viktor." Marina berbicara dari tempatnya be
Semua orang terlihat sangat cemas, entah apa yang mereka cemaskan. Di saat yang sama, Viktor mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan oleh Abramovich di ruang meeting. "Saya tidak akan lama di sini. Ya, Karena saya hanya akan memperlihatkan kepada Anda semua bahwa Tuan Vladimir telah memberikan kuasa penuh kepada Tuan Viktor atas perusahaan Romanov Holding Company." Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Abramovich menuai pro dan kontra dari para dewan direksi. Namun tentu saja, menuai kecaman dari Lenin dan Maksim. "Apa-apaan ini, Pa?!" Lenin berdiri dan mengarahkan sorot matanya kepada Vladimir. Jantungnya naik turun seolah ingin melompat dari rongganya. "Saya tidak bisa menerima semua ini! Karena penerus yang pantas untuk menggantikan Anda hanya saya." Lenin dengan seenaknya berteriak tanpa tahu malu. Melihat pemandangan tersebut tentu saja membuat Maksim ikut terbawa emosi. "Pria sampah dan miskin seperti Viktor tidak pantas menduduki kursi Anda, Kakek." Maksim berdiri. Dia
Marina berdiri diantara Vladimir dan Abramovich. Dia diam-diam mencuri pandang Efrem yang duduk mengoperasikan laptop. "Lalu, mengapa Anda semua bersikap mencemooh keputusan Tuan Vladimir?!" Marina melirik semua orang yang sedang menundukkan kepala. Bukan tanpa alasan mereka menunduk. Viktor pun tahu sesuatu yang tersembunyi. Dia juga ikut-ikutan menundukkan kepala seperti yang lainnya. 'Mengapa mereka semua menundukkan kepala?! Dan, Tuan Viktor pun melakukan hal yang serupa.' Untuk menghilangkan rasa penasaran, Marina berjalan menuju salah satu anggota meeting yang tidak lain adalah Viona. "Kau ingin ke mana, Marina?" Vladimir bertanya kepada sang sekretaris. "Saya akan segera kembali, Tuan Besar." Marina segera melangkah mendekati Viona. Semua orang tidak memperhatikannya. "Berikan smartphone Anda, Nona!" Viona lantas menoleh dan mendapatkan Marina tengah berdiri di belakang kursinya menjulurkan tangan meminta benda pipih miliknya. "Berikan smartphone Anda atau saya akan
Vasili tiba-tiba teringat mantan bodyguard Viktor yang memberikan pesan terakhir sebelum kembali ke mansion keluarga Konstantin. Dan oh, ada satu hal lagi yang pria itu ingat. "Tuan Muda!" Vasili kembali mendekati sang tuan, lalu berbisik dengan sangat hati-hati. "Apakah Tuan Leonid telah memberikan kabar kepada Anda, Tuan Muda? Jika saya tidak salah hitung, sekarang tepat 4 jam sejak kepergian Tuan Leonid ke cabang perusahaan Konstantin Co." 'Astaga! Aku melupakannya. Apakah di sana Leonid bertemu dengan Papa David? Dan, apakah Viona telah memberitahu Beliau mengenai identitas ku yang sebenarnya?' Banyak sekali teka-teki di benak Viktor yang membutuhkan jawaban pasti. Dia menatap Vasili tanpa berkedip. "Kirimkan pesan singkat kepadanya untuk menghubungi saya sekitar 30 ke depan!" "Baik, Tuan Muda." 'Sepertinya, Tuan Muda pun melupakan kepergian Tuan Leonid ke perusahaan keluarga Konstantin. Namun, aku dapat memakluminya. Karena suasana meeting di sini kurang kondusif.' Vasili
"Bagaimana, Nona Marina? Apakah kita akan berbincang-bincang?" Viona menyibakkan rambut panjangnya yang tergerai. Dia juga tersenyum simpul. "Saya telah memanggil Anda sebanyak tiga kali. Dan, apakah Anda ingin ikut dengan saya untuk berbicara?" Marina sedikit kesal, tetapi dia harus menahannya. 'Bagaimana pun juga, Tuan Muda Viktor telah memberikan perintah untuk berbicara dengan Nona Viona yang menyebalkan ini. Aku tidak bisa menghindarinya.' Marina membatin. Dia tidak akan mengecewakan Viktor. *** Saat ini, Marina dan Viona sedang berada di kedai teh yang masih berada di dalam gedung Romanov Holding Company lantai dasar. Marina tidak sendirian, karena jauh di sudut kedai terdapat seseorang yang mengawasi mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Vasili. "Silakan berbicara, Nona Viona! Saya akan mendengarnya." Viona yang semula ragu, kini menghela napas panjang dan mulai membuka mulutnya. "Begini, Nona Marina. Hal yang ingin saya sampaikan pertama-tama yaitu meyakinkan Anda bahwa