Viktor pun menatap halaman 1 yang telah dibuka oleh Morzevich. "Di sana terdapat identitas diri Anda sebagai penerima dan indentitas diri Tuan Besar Vladimir sebagai pemberi warisan." Kedua bola mata biru Viktor menari-nari membaca tulisan yang tertera di sana. "Apakah ada yang salah, Tuan Muda? Namun, saya rasa tidak. Karena saya sudah memeriksanya berkali-kali agar minim kesalahan." Efrem menyeka peluh yang mulai membanjiri dahinya. Dia terlihat sangat gugup ketika mendapatkan tatapan tajam dari Viktor. "Tidak ada kesalahan apapun." Viktor menarik napas dalam-dalam seraya melirik Efrem. 'Oh, syukurlah!' Sang pengacara berseru di dalam hati. "Sekarang, silakan Anda buka halaman 2, Tuan Muda!" 'Sial! Aku tidak suka cara Kakek memperlakukan aku. Bagaimana pun juga, aku suka dengan usahaku sendiri.' Viktor mengutarakan isi hatinya tanpa diketahui oleh orang lain. Namun, dia hanya bisa patuh kepada Vladimir dan Morzevich. "Anda akan mewarisi harta bergerak dan tidak bergerak k
Caleb akhirnya bersuara setelah Viktor mengatupkan mulutnya. "Karena jika Anda tidak bisa tenang, maka akan sulit sekali untuk berpikir dan mengambil keputusan, Tuan Muda." 'Setidaknya itulah yang aku rasakan di kehidupan sehari-hari.' Caleb melanjutkan kalimatnya di dalam hati sambil menatap punggung Viktor. 'Kota St Petersburg memang benar-benar sangat indah! Namun, aku pun takjub dengan keindahan kota Moskow! Benarkah kota Moskow adalah kota kelahiranku?!' Viktor berdiri di dekat jendela besar. Dia membuka gorden agar dapat melihat pemandangan kota St Petersburg yang cantik. Dia mengagumi keindahan kota St Petersburg, tetapi dia melupakan kota kelahirannyaーMoskow. "Tuan Muda? Apakah Anda baik-baik saja?" Viktor membalikkan badan. Dia menatap Caleb dengan tajam. "Saya sedang tidak baik-baik saja, Caleb." Viktor berjalan mendekati ranjang. Dia memungut jaket yang dilemparnya tadi. Kemudian, memakainya. "Anda ingin pergi ke mana, Tuan Viktor?" Caleb tidak ingin Viktor pergi
Viktor mencoba menekan emosi yang sedang menyerang dirinya. Dia tidak ingin rencana yang telah disusun bersama Gennadius berakhir sia-sia. "Tolong berikan saya sedikit waktu lagi! Saya akan segera menyelesaikan urusan dan setelah itu, saya akan menjemput Zoya untuk tinggal di sisi saya. Saya berjanji." Caleb terharu dan bangga mendengar kata-kata Viktor barusan, tetapi tidak dengan Gennadius. "Seorang pria sejati tahu apa arti harga diri sesungguhnya, Viktor." Viktor mengangguk ketika mendengarkan Gennadius berbicara. Dia menganggukkan kepala berulang kali. "Saya tahu, Kakek. Dan Anda pun tahu, alasan saya tidak bisa menjemput Zoya sekarang." Viktor mengingat malam itu. Malam di mana dirinya menyelinap masuk ke mansion keluarga Konstantin dan membuat janji dengan Gennadius. "Ya, Viktor. Kakek selalu memercayai mu." Viktor melihat Xandrova pergi bersama Fang. Mobil yang ditumpangi Xandrova pun melesat di depan mobil yang dikendarai oleh Viktor. Dia segera memakai sabuk pengaman.
"Suasana mansion keluarga Romanov aman-aman saja, Tuan Muda. Namun, Tuan Besar berkata akan mengadakan rapat tertutup antara Beliau, Anda, saya dan Tuan Demyan dan Tuan Caleb." *** Viktor memutar balik kendaraan roda empat yang dikemudikannya dengan berhati-hati. Pikiran yang kacau serta emosi yang melekat di dirinya membuat Viktor beberapa kali kehilangan konsentrasi. "Tuan Viktor, mengapa Anda tidak mendengarkan perkataan saya sekali saja?!" Tangan kanan Caleb berpegangan pada bagian atas, sedangkan tangan kirinya berpegang pada dashboard mobil. 'Aku benar-benar tidak nyaman dengan cara Tuan Viktor mengendarai mobil! Aku tidak ingin mengakhiri hidup dengan sia-sia!' Caleb menggerutu di dalam hati. Dia menatap jalanan yang membentang di hadapannya. "Ada apa, Caleb?! Apakah berprofesi sebagai seorang bodyguard, kau takut kematian?!" Viktor menyeringai. Di pikirannya hanya ada satu. Yaitu, tiba di mansion keluarga Romanov lebih cepat. "Lebih tepatnya, saya tidak ingin mati deng
'Untung saja, aku menyuruh Viktor untuk cepat pulang! Karena aku sudah sangat penasaran.' Vladimir bermain dengan pikirannya. Dia akhirnya menyetujui keinginan Egory. "Oke. Demi Putra dan Menantu saya, lakukanlah, Egory!" Vladimir menepuk tangan berulang kali sebagai tanda bahwa dia memanggil anak buahnya. Brak! Vasili pun membuka pintu ruang perpustakaan. "Tuan Besar, ada apa?" Vasili menundukkan kepala. "Apakah Viktor sudah datang?" "Ya, Tuan Demyan sedang menyambut Tuan Muda di pintu utama." Vasili menjawab sambil mengangguk. Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruang perpustakaan. Tok! Tok! Tok! Viktor mengetuk pintu ruang perpustakaan. Dia tidak bisa mendengar suara apapun dari dalam sana. "Silakan masuk, Tuan Viktor!" Vasili membukakan pintu untuk Viktor. Dia membuka pintu lebar-lebar membiarkan semua orang masuk ke ruang perpustakaan. 'Apakah Nenek tidak berada di sini bersama Kakek Vladimir?' Viktor mencari-cari keberadaan Morzevich. Ked
Morzevich menggenggam tangan Viktor erat-erat. "Seseorang yang terlahir di keluarga Romanov akan mewarisi darah pemimpin di dalam dirinya." Usai mengatakan hal demikian, Egory mendekatkan kursi rodanya kepada Vasili. "Vasili, kau harus mendengarkan apa yang akan Ayah katakan baik-baik!" Vasili terdiam. Sedangkan Vladimir menyilangkan kedua kakinya menunggu Egory berbicara. "Jadi, siapa dalang pembunuhan anak kami, Egory?!" Morzevich mulai tidak bisa bersabar lagi. Dia bertanya sambil menggenggam tangan Viktor. 'Aku harus bersiap! Aku harus menekan emosi ku agar tidak meledak di depan semua orang!' Viktor mengingatkan dirinya sendiri. Dia menunggu penjelasan dari Egory dengan hati yang gundah. Semua orang menatap Egory yang sedang menundukkan pandangannya. Untuk beberapa detik lamanya, Egory terdiam. "Tuan Lenin." Akhirnya, Egory mengucapkan satu nama yang berhasil mengejutkan semua orang, termasuk Vladimir yang terbatuk saat sedang meneguk wine di tangannya. "Aーapa, Paman?!
Demyan bertanya dengan gusar di dalam hatinya. Dia memicingkan mata sambil menarik napas dalam-dalam. "Jika Anda memerlukan sebuah laptop, maka Anda bisa menggunakan laptop yang berada di atas meja tersebut!" Demyan menunjuk sebuah laptop buatan dalam negeri yang berada di atas meja tepat di belakangnya. Vasili dan Viktor lantas mengikuti arah pandang sang kepala pelayan. Begitu juga dengan yang lainnya. "Oke. Terima kasih, Tuan Demyan." Usai mengucapkan terima kasih tanpa senyum, Caleb segera pergi menuju meja yang ditunjuk oleh Demyan tadi. Viktor memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. "Viktor, apakah kau baik-baik saja?" Morzevich menyentuh wajah Viktor dengan kedua tangan. Wajahnya yang berkerut terlihat cemas dan panik. 'Baru kali pertama dalam hidupku melihat Nyonya Besar Morzevich tampak sangat cemas seperti ini! Sebenarnya, aku tahu! Ya, aku tahu bahwa Beliau sangat mencemaskan keadaan Tuan Muda Viktor.' Vasili memperhatikan Viktor dalam diam. Dia ingin sekali berad
"Tentu tidak, Tuan Muda." Penolakan tegas yang diucapkan oleh Egory membuat Viktor menautkan kedua alisnya. Dia menatap Egory dengan sedikit rasa kepercayaan yang ada. Dan bukan hanya Viktor saja yang terkejut, melainkan juga Vasili. Namun, mantan pengawal pribadi Vladimir tersebut berusaha untuk tetap tenang. "Lalu?!" Masih dengan raut wajah yang sama, Viktor kembali bertanya kepada Egory. "Saya tetap setia kepada dua orang di keluarga ini. Yaitu Tuan Besar Vladimir dan Nyonya Besar Morzevich." Egory memberikan penghormatan kepada Vladimir dengan membungkukkan sedikit tubuhnya. Meskipun berada di kursi roda, Egory tidak lupa bagaimana caranya memberikan hormat kepada tuannya. "Karena saya adalah pengikut setia Tuan dan Nyonya Besar." Egory menambahkan satu kalimat terakhir bermaksud agar Viktor kembali percaya kepadanya. "Begitu, 'kah?! Namun, apa yang saya lihat dan rasakan sangat berbeda. Mungkin mulut Anda pandai berbicara, tetapi tidak dengan kedua mata Anda, Paman Egory."
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn