Vladimir mengarahkan pandangan kepada Caleb. 'Siapa dia?! Saya tidak pernah melihat sosok pria ini sekalipun!' Vladimir menatap Caleb dari atas kepala hingga ujung kaki dengan curiga. Ia bertanya-tanya di dalam hati dengan penuh keraguan. "Dia adalah Caleb. Bodyguard yang dipekerjakan oleh Kakek Gennadius ketika saya berada di mansion keluarga Konstantin. Kini, dia ikut dengan saya, Kakek." "Ikut dengan mu?!" Vladimir membalikkan badan, lalu menatap Viktor menunggu penjelasan. "Benar, Kakek. Saya mohon agar Anda tidak mempermasalahkannya." Viktor berdiri seraya membalas tatapan Vladimir. Dia juga menatap Demyan yang berdiri tepat di sisi kanan Vladimir. "Selamat siang, Tuan Besar. Perkenalkan, saya adalah Caleb. Sejak dahulu, saya bekerja untuk Tuan Viktor." Caleb membungkukkan badan di hadapan Vladimir. "Apakah Gennadius tahu jika kau berada di sini?!" Vladimir berjalan kembali menuju kursinya. "Saya belum memberitahu Beliau, Tuan Besar Vladimir." Caleb menatap Vladimir y
Viktor pun menatap halaman 1 yang telah dibuka oleh Morzevich. "Di sana terdapat identitas diri Anda sebagai penerima dan indentitas diri Tuan Besar Vladimir sebagai pemberi warisan." Kedua bola mata biru Viktor menari-nari membaca tulisan yang tertera di sana. "Apakah ada yang salah, Tuan Muda? Namun, saya rasa tidak. Karena saya sudah memeriksanya berkali-kali agar minim kesalahan." Efrem menyeka peluh yang mulai membanjiri dahinya. Dia terlihat sangat gugup ketika mendapatkan tatapan tajam dari Viktor. "Tidak ada kesalahan apapun." Viktor menarik napas dalam-dalam seraya melirik Efrem. 'Oh, syukurlah!' Sang pengacara berseru di dalam hati. "Sekarang, silakan Anda buka halaman 2, Tuan Muda!" 'Sial! Aku tidak suka cara Kakek memperlakukan aku. Bagaimana pun juga, aku suka dengan usahaku sendiri.' Viktor mengutarakan isi hatinya tanpa diketahui oleh orang lain. Namun, dia hanya bisa patuh kepada Vladimir dan Morzevich. "Anda akan mewarisi harta bergerak dan tidak bergerak k
Caleb akhirnya bersuara setelah Viktor mengatupkan mulutnya. "Karena jika Anda tidak bisa tenang, maka akan sulit sekali untuk berpikir dan mengambil keputusan, Tuan Muda." 'Setidaknya itulah yang aku rasakan di kehidupan sehari-hari.' Caleb melanjutkan kalimatnya di dalam hati sambil menatap punggung Viktor. 'Kota St Petersburg memang benar-benar sangat indah! Namun, aku pun takjub dengan keindahan kota Moskow! Benarkah kota Moskow adalah kota kelahiranku?!' Viktor berdiri di dekat jendela besar. Dia membuka gorden agar dapat melihat pemandangan kota St Petersburg yang cantik. Dia mengagumi keindahan kota St Petersburg, tetapi dia melupakan kota kelahirannyaーMoskow. "Tuan Muda? Apakah Anda baik-baik saja?" Viktor membalikkan badan. Dia menatap Caleb dengan tajam. "Saya sedang tidak baik-baik saja, Caleb." Viktor berjalan mendekati ranjang. Dia memungut jaket yang dilemparnya tadi. Kemudian, memakainya. "Anda ingin pergi ke mana, Tuan Viktor?" Caleb tidak ingin Viktor pergi
Viktor mencoba menekan emosi yang sedang menyerang dirinya. Dia tidak ingin rencana yang telah disusun bersama Gennadius berakhir sia-sia. "Tolong berikan saya sedikit waktu lagi! Saya akan segera menyelesaikan urusan dan setelah itu, saya akan menjemput Zoya untuk tinggal di sisi saya. Saya berjanji." Caleb terharu dan bangga mendengar kata-kata Viktor barusan, tetapi tidak dengan Gennadius. "Seorang pria sejati tahu apa arti harga diri sesungguhnya, Viktor." Viktor mengangguk ketika mendengarkan Gennadius berbicara. Dia menganggukkan kepala berulang kali. "Saya tahu, Kakek. Dan Anda pun tahu, alasan saya tidak bisa menjemput Zoya sekarang." Viktor mengingat malam itu. Malam di mana dirinya menyelinap masuk ke mansion keluarga Konstantin dan membuat janji dengan Gennadius. "Ya, Viktor. Kakek selalu memercayai mu." Viktor melihat Xandrova pergi bersama Fang. Mobil yang ditumpangi Xandrova pun melesat di depan mobil yang dikendarai oleh Viktor. Dia segera memakai sabuk pengaman.
"Suasana mansion keluarga Romanov aman-aman saja, Tuan Muda. Namun, Tuan Besar berkata akan mengadakan rapat tertutup antara Beliau, Anda, saya dan Tuan Demyan dan Tuan Caleb." *** Viktor memutar balik kendaraan roda empat yang dikemudikannya dengan berhati-hati. Pikiran yang kacau serta emosi yang melekat di dirinya membuat Viktor beberapa kali kehilangan konsentrasi. "Tuan Viktor, mengapa Anda tidak mendengarkan perkataan saya sekali saja?!" Tangan kanan Caleb berpegangan pada bagian atas, sedangkan tangan kirinya berpegang pada dashboard mobil. 'Aku benar-benar tidak nyaman dengan cara Tuan Viktor mengendarai mobil! Aku tidak ingin mengakhiri hidup dengan sia-sia!' Caleb menggerutu di dalam hati. Dia menatap jalanan yang membentang di hadapannya. "Ada apa, Caleb?! Apakah berprofesi sebagai seorang bodyguard, kau takut kematian?!" Viktor menyeringai. Di pikirannya hanya ada satu. Yaitu, tiba di mansion keluarga Romanov lebih cepat. "Lebih tepatnya, saya tidak ingin mati deng
'Untung saja, aku menyuruh Viktor untuk cepat pulang! Karena aku sudah sangat penasaran.' Vladimir bermain dengan pikirannya. Dia akhirnya menyetujui keinginan Egory. "Oke. Demi Putra dan Menantu saya, lakukanlah, Egory!" Vladimir menepuk tangan berulang kali sebagai tanda bahwa dia memanggil anak buahnya. Brak! Vasili pun membuka pintu ruang perpustakaan. "Tuan Besar, ada apa?" Vasili menundukkan kepala. "Apakah Viktor sudah datang?" "Ya, Tuan Demyan sedang menyambut Tuan Muda di pintu utama." Vasili menjawab sambil mengangguk. Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruang perpustakaan. Tok! Tok! Tok! Viktor mengetuk pintu ruang perpustakaan. Dia tidak bisa mendengar suara apapun dari dalam sana. "Silakan masuk, Tuan Viktor!" Vasili membukakan pintu untuk Viktor. Dia membuka pintu lebar-lebar membiarkan semua orang masuk ke ruang perpustakaan. 'Apakah Nenek tidak berada di sini bersama Kakek Vladimir?' Viktor mencari-cari keberadaan Morzevich. Ked
Morzevich menggenggam tangan Viktor erat-erat. "Seseorang yang terlahir di keluarga Romanov akan mewarisi darah pemimpin di dalam dirinya." Usai mengatakan hal demikian, Egory mendekatkan kursi rodanya kepada Vasili. "Vasili, kau harus mendengarkan apa yang akan Ayah katakan baik-baik!" Vasili terdiam. Sedangkan Vladimir menyilangkan kedua kakinya menunggu Egory berbicara. "Jadi, siapa dalang pembunuhan anak kami, Egory?!" Morzevich mulai tidak bisa bersabar lagi. Dia bertanya sambil menggenggam tangan Viktor. 'Aku harus bersiap! Aku harus menekan emosi ku agar tidak meledak di depan semua orang!' Viktor mengingatkan dirinya sendiri. Dia menunggu penjelasan dari Egory dengan hati yang gundah. Semua orang menatap Egory yang sedang menundukkan pandangannya. Untuk beberapa detik lamanya, Egory terdiam. "Tuan Lenin." Akhirnya, Egory mengucapkan satu nama yang berhasil mengejutkan semua orang, termasuk Vladimir yang terbatuk saat sedang meneguk wine di tangannya. "Aーapa, Paman?!
Demyan bertanya dengan gusar di dalam hatinya. Dia memicingkan mata sambil menarik napas dalam-dalam. "Jika Anda memerlukan sebuah laptop, maka Anda bisa menggunakan laptop yang berada di atas meja tersebut!" Demyan menunjuk sebuah laptop buatan dalam negeri yang berada di atas meja tepat di belakangnya. Vasili dan Viktor lantas mengikuti arah pandang sang kepala pelayan. Begitu juga dengan yang lainnya. "Oke. Terima kasih, Tuan Demyan." Usai mengucapkan terima kasih tanpa senyum, Caleb segera pergi menuju meja yang ditunjuk oleh Demyan tadi. Viktor memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. "Viktor, apakah kau baik-baik saja?" Morzevich menyentuh wajah Viktor dengan kedua tangan. Wajahnya yang berkerut terlihat cemas dan panik. 'Baru kali pertama dalam hidupku melihat Nyonya Besar Morzevich tampak sangat cemas seperti ini! Sebenarnya, aku tahu! Ya, aku tahu bahwa Beliau sangat mencemaskan keadaan Tuan Muda Viktor.' Vasili memperhatikan Viktor dalam diam. Dia ingin sekali berad