Caleb mengangguk kecil. Sedangkan Viktor membalikkan badannya menatap tinggi tinggi di depannya. "Aaarghhh!" Viktor berteriak seraya memukul dinding tersebut. Punggung tangannya sedikit memar. Namun, pria itu tidak peduli. "Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda! Karena Tuhan akan menjaga mereka." Caleb berusaha meyakinkan Viktor kembali. Dia akan terus berusaha hingga Viktor mengikuti sarannya. "Jika Anda berkenan, saya akan meminta bantuan kepada Tuan Besar. Bagaimana?" Caleb mengeluarkan smartphone dari dalam saku jasnya. Dia membenarkan letak topi yang mulai miring. "Jangan!" Viktor melarang Caleb menghubungi Gennadius. Dia tidak ingin pria tua itu khawatir sehingga mencemaskan dirinya. "Ingat, Caleb! Jangan pernah katakan apapun yang terjadi hari ini kepada Kakek Gennadius! Apa kau mengerti?!" Caleb terkejut, tetapi dia mengerti mengapa Viktor bersikap seperti itu. "Biarkan saja, Tuan muda!" Vasili tiba-tiba saja berseru dari tempatnya. Ia menatap sang tuan juga Caleb. D
Seseorang berteriak. Ya, suara teriakan yang mengisyaratkan kepedihan. Tidak lama kemudian, pria tersebut tersungkur dengan dahi yang berlubang. Caleb menyeringai ketika melihat Viktor berhasil dengan one shot di dahinya. "Mr. Dome?!" Seseorang memanggil nama pria yang sudah tidak bernyawa. Seseorang tersebut berlutut untuk memeriksa kondisi pria bernama Dome. "Temukan dan habisi nyawa pelakunya!" Viktor tidak gentar ketika mendengar seruan barusan. Dia justru tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila dari sebelumnya. Dor! Terdengar suara letupan senjata api untuk kali ke-2. Ya, benar! Suara tersebut berasal dari tempat yang sama, yaitu Viktor. "Aaarghhh!" 'Kemampuan menembak Anda semakin bagus, Tuan! Syukurlah Anda belajar dengan sangat baik. Saya yakin bahwa suatu saat nanti, Anda akan menjadi penembak jitu terbaik!' Caleb memuji kemahiran Viktor dalam hatinya. Dia juga melepaskan timah panas kepada lawannya. Adegan saling menyerang pun tidak terelakan lagi. "Vasili!
Caleb berteriak. Dia berlari semakin cepat sambil mengarahkan senjatanya kepada pria yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor buru-buru menembak kaki kiri si pria yang tersungkur. Ya, kini pria itu harus menanggung akibat karena telah membangunkan seekor singa yang sedang tertidur. "Aaarrggh! Kaーkau ... benar-benar seorang pria kurang ajar!" Si pria berteriak sambil memaki Viktor. Dia menatap Viktor dengan penuh kebencian, begitu pula sebaliknya. Namun, Viktor tidak memedulikannya. Dia segera membuka penutup kepala si pria. "Saya tidak mengenalimu, tetapi siapa Tuanmu?!" Viktor menarik tangan kanan si pria untuk menjadikannya perisai. "Kemarilah, pria kurang ajar!" Viktor membalas ucapan pria itu dengan perkataan yang sama. "Hati-hati, Tuan Muda!" Caleb berteriak lagi. Viktor segera membawa si pria yang ditembaknya tadi ke depan tubuhnya, lalu membalikkan badan. Dor! Dan, benar saja. Si pria yang berada tidak jauh di belakang Viktor melepaskan amunisi ke arahnya. "Aaarr
Viktor mengarahkan pandangannya ke segala arah seolah sedang mencari sesuatu. "Ada apa, Tuan?" Caleb mengikuti arah pandang Viktor. "Apakah kalian mendengar suara beberapa orang berlari?!" Saat itu juga, terlihat beberapa anggota polisi datang ke arahnya. "Pak, tolong! Seorang Pastor terluka. Di mana tim medis?" Viktor berteriak kepada para polisi yang datang. "Selamat sore menjelang malam, Tuan. Apakah Anda adalah pria bernama Mikail?" Viktor menatap polisi yang sedang bertanya kepadanya. "Bukan. Nama saya adalah Viktor. Dan, Pastor yang terluka itu bernama Mikail." Viktor menunjuk Egory yang sedang dipapah oleh Vasili dan Caleb. "Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang menyerang kalian?" Polisi tersebut bertanya kembali kepada Viktor. "Saya akan menjawab semua pertanyaan Anda, tetapi bisakah Anda memanggil tenaga medis terlebih dahulu?!" Viktor sedikit berteriak. Ya, dia mulai lepas kontrol. 'Bisa-bisanya mereka tidak mengindahkan Paman Egory yang sedang menahan sakit!
Vladimir mengarahkan pandangan kepada Caleb. 'Siapa dia?! Saya tidak pernah melihat sosok pria ini sekalipun!' Vladimir menatap Caleb dari atas kepala hingga ujung kaki dengan curiga. Ia bertanya-tanya di dalam hati dengan penuh keraguan. "Dia adalah Caleb. Bodyguard yang dipekerjakan oleh Kakek Gennadius ketika saya berada di mansion keluarga Konstantin. Kini, dia ikut dengan saya, Kakek." "Ikut dengan mu?!" Vladimir membalikkan badan, lalu menatap Viktor menunggu penjelasan. "Benar, Kakek. Saya mohon agar Anda tidak mempermasalahkannya." Viktor berdiri seraya membalas tatapan Vladimir. Dia juga menatap Demyan yang berdiri tepat di sisi kanan Vladimir. "Selamat siang, Tuan Besar. Perkenalkan, saya adalah Caleb. Sejak dahulu, saya bekerja untuk Tuan Viktor." Caleb membungkukkan badan di hadapan Vladimir. "Apakah Gennadius tahu jika kau berada di sini?!" Vladimir berjalan kembali menuju kursinya. "Saya belum memberitahu Beliau, Tuan Besar Vladimir." Caleb menatap Vladimir y
Viktor pun menatap halaman 1 yang telah dibuka oleh Morzevich. "Di sana terdapat identitas diri Anda sebagai penerima dan indentitas diri Tuan Besar Vladimir sebagai pemberi warisan." Kedua bola mata biru Viktor menari-nari membaca tulisan yang tertera di sana. "Apakah ada yang salah, Tuan Muda? Namun, saya rasa tidak. Karena saya sudah memeriksanya berkali-kali agar minim kesalahan." Efrem menyeka peluh yang mulai membanjiri dahinya. Dia terlihat sangat gugup ketika mendapatkan tatapan tajam dari Viktor. "Tidak ada kesalahan apapun." Viktor menarik napas dalam-dalam seraya melirik Efrem. 'Oh, syukurlah!' Sang pengacara berseru di dalam hati. "Sekarang, silakan Anda buka halaman 2, Tuan Muda!" 'Sial! Aku tidak suka cara Kakek memperlakukan aku. Bagaimana pun juga, aku suka dengan usahaku sendiri.' Viktor mengutarakan isi hatinya tanpa diketahui oleh orang lain. Namun, dia hanya bisa patuh kepada Vladimir dan Morzevich. "Anda akan mewarisi harta bergerak dan tidak bergerak k
Caleb akhirnya bersuara setelah Viktor mengatupkan mulutnya. "Karena jika Anda tidak bisa tenang, maka akan sulit sekali untuk berpikir dan mengambil keputusan, Tuan Muda." 'Setidaknya itulah yang aku rasakan di kehidupan sehari-hari.' Caleb melanjutkan kalimatnya di dalam hati sambil menatap punggung Viktor. 'Kota St Petersburg memang benar-benar sangat indah! Namun, aku pun takjub dengan keindahan kota Moskow! Benarkah kota Moskow adalah kota kelahiranku?!' Viktor berdiri di dekat jendela besar. Dia membuka gorden agar dapat melihat pemandangan kota St Petersburg yang cantik. Dia mengagumi keindahan kota St Petersburg, tetapi dia melupakan kota kelahirannyaーMoskow. "Tuan Muda? Apakah Anda baik-baik saja?" Viktor membalikkan badan. Dia menatap Caleb dengan tajam. "Saya sedang tidak baik-baik saja, Caleb." Viktor berjalan mendekati ranjang. Dia memungut jaket yang dilemparnya tadi. Kemudian, memakainya. "Anda ingin pergi ke mana, Tuan Viktor?" Caleb tidak ingin Viktor pergi
Viktor mencoba menekan emosi yang sedang menyerang dirinya. Dia tidak ingin rencana yang telah disusun bersama Gennadius berakhir sia-sia. "Tolong berikan saya sedikit waktu lagi! Saya akan segera menyelesaikan urusan dan setelah itu, saya akan menjemput Zoya untuk tinggal di sisi saya. Saya berjanji." Caleb terharu dan bangga mendengar kata-kata Viktor barusan, tetapi tidak dengan Gennadius. "Seorang pria sejati tahu apa arti harga diri sesungguhnya, Viktor." Viktor mengangguk ketika mendengarkan Gennadius berbicara. Dia menganggukkan kepala berulang kali. "Saya tahu, Kakek. Dan Anda pun tahu, alasan saya tidak bisa menjemput Zoya sekarang." Viktor mengingat malam itu. Malam di mana dirinya menyelinap masuk ke mansion keluarga Konstantin dan membuat janji dengan Gennadius. "Ya, Viktor. Kakek selalu memercayai mu." Viktor melihat Xandrova pergi bersama Fang. Mobil yang ditumpangi Xandrova pun melesat di depan mobil yang dikendarai oleh Viktor. Dia segera memakai sabuk pengaman.