"Para tawanan ketika terjadi revolusi Rusia, Tuan Muda." Viktor teringat saat Vladimir menceritakan kisah leluhurnya saat pria itu masih berada di mansion keluarga Romanov yang berada di St Petersburg, Rusia. 'Hah?! Apakah tawanan yang dimaksud oleh Paman Egory adalah keluarga Romanov? Ya, leluhurku. Benar, 'kan?' Viktor menduga-duga tawanan yang dimaksudkan oleh Egory tadi. "Apakah tawanan yang Paman maksud adalah keluarga saya?!" Egory meneruskan langkahnya. Dia enggan menoleh ke belakang atau sekadar untuk menjawab pertanyaan sang tuan. "Paman Egory?! Mengapa Anda tidak menjawab pertanyaan saya?!" 'Mengapa saya tidak bisa menjaga ucapan? Mengapa saya selalu saja membuat kesalahan, bahkan di saat-saat genting seperti sekarang ini!' Viktor dan ketiga pria yang bersamanya berjalan menelusuri lorong tempat yang diyakini dahulunya sebagai barak. Ya, barak militer saat meletusnya revolusi Rusia. Mereka semua tidak banyak berbicara karena tenggelam dengan pemikiran masing-masing h
Caleb mengangguk kecil. Sedangkan Viktor membalikkan badannya menatap tinggi tinggi di depannya. "Aaarghhh!" Viktor berteriak seraya memukul dinding tersebut. Punggung tangannya sedikit memar. Namun, pria itu tidak peduli. "Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda! Karena Tuhan akan menjaga mereka." Caleb berusaha meyakinkan Viktor kembali. Dia akan terus berusaha hingga Viktor mengikuti sarannya. "Jika Anda berkenan, saya akan meminta bantuan kepada Tuan Besar. Bagaimana?" Caleb mengeluarkan smartphone dari dalam saku jasnya. Dia membenarkan letak topi yang mulai miring. "Jangan!" Viktor melarang Caleb menghubungi Gennadius. Dia tidak ingin pria tua itu khawatir sehingga mencemaskan dirinya. "Ingat, Caleb! Jangan pernah katakan apapun yang terjadi hari ini kepada Kakek Gennadius! Apa kau mengerti?!" Caleb terkejut, tetapi dia mengerti mengapa Viktor bersikap seperti itu. "Biarkan saja, Tuan muda!" Vasili tiba-tiba saja berseru dari tempatnya. Ia menatap sang tuan juga Caleb. D
Seseorang berteriak. Ya, suara teriakan yang mengisyaratkan kepedihan. Tidak lama kemudian, pria tersebut tersungkur dengan dahi yang berlubang. Caleb menyeringai ketika melihat Viktor berhasil dengan one shot di dahinya. "Mr. Dome?!" Seseorang memanggil nama pria yang sudah tidak bernyawa. Seseorang tersebut berlutut untuk memeriksa kondisi pria bernama Dome. "Temukan dan habisi nyawa pelakunya!" Viktor tidak gentar ketika mendengar seruan barusan. Dia justru tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila dari sebelumnya. Dor! Terdengar suara letupan senjata api untuk kali ke-2. Ya, benar! Suara tersebut berasal dari tempat yang sama, yaitu Viktor. "Aaarghhh!" 'Kemampuan menembak Anda semakin bagus, Tuan! Syukurlah Anda belajar dengan sangat baik. Saya yakin bahwa suatu saat nanti, Anda akan menjadi penembak jitu terbaik!' Caleb memuji kemahiran Viktor dalam hatinya. Dia juga melepaskan timah panas kepada lawannya. Adegan saling menyerang pun tidak terelakan lagi. "Vasili!
Caleb berteriak. Dia berlari semakin cepat sambil mengarahkan senjatanya kepada pria yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor buru-buru menembak kaki kiri si pria yang tersungkur. Ya, kini pria itu harus menanggung akibat karena telah membangunkan seekor singa yang sedang tertidur. "Aaarrggh! Kaーkau ... benar-benar seorang pria kurang ajar!" Si pria berteriak sambil memaki Viktor. Dia menatap Viktor dengan penuh kebencian, begitu pula sebaliknya. Namun, Viktor tidak memedulikannya. Dia segera membuka penutup kepala si pria. "Saya tidak mengenalimu, tetapi siapa Tuanmu?!" Viktor menarik tangan kanan si pria untuk menjadikannya perisai. "Kemarilah, pria kurang ajar!" Viktor membalas ucapan pria itu dengan perkataan yang sama. "Hati-hati, Tuan Muda!" Caleb berteriak lagi. Viktor segera membawa si pria yang ditembaknya tadi ke depan tubuhnya, lalu membalikkan badan. Dor! Dan, benar saja. Si pria yang berada tidak jauh di belakang Viktor melepaskan amunisi ke arahnya. "Aaarr
Viktor mengarahkan pandangannya ke segala arah seolah sedang mencari sesuatu. "Ada apa, Tuan?" Caleb mengikuti arah pandang Viktor. "Apakah kalian mendengar suara beberapa orang berlari?!" Saat itu juga, terlihat beberapa anggota polisi datang ke arahnya. "Pak, tolong! Seorang Pastor terluka. Di mana tim medis?" Viktor berteriak kepada para polisi yang datang. "Selamat sore menjelang malam, Tuan. Apakah Anda adalah pria bernama Mikail?" Viktor menatap polisi yang sedang bertanya kepadanya. "Bukan. Nama saya adalah Viktor. Dan, Pastor yang terluka itu bernama Mikail." Viktor menunjuk Egory yang sedang dipapah oleh Vasili dan Caleb. "Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang menyerang kalian?" Polisi tersebut bertanya kembali kepada Viktor. "Saya akan menjawab semua pertanyaan Anda, tetapi bisakah Anda memanggil tenaga medis terlebih dahulu?!" Viktor sedikit berteriak. Ya, dia mulai lepas kontrol. 'Bisa-bisanya mereka tidak mengindahkan Paman Egory yang sedang menahan sakit!
Vladimir mengarahkan pandangan kepada Caleb. 'Siapa dia?! Saya tidak pernah melihat sosok pria ini sekalipun!' Vladimir menatap Caleb dari atas kepala hingga ujung kaki dengan curiga. Ia bertanya-tanya di dalam hati dengan penuh keraguan. "Dia adalah Caleb. Bodyguard yang dipekerjakan oleh Kakek Gennadius ketika saya berada di mansion keluarga Konstantin. Kini, dia ikut dengan saya, Kakek." "Ikut dengan mu?!" Vladimir membalikkan badan, lalu menatap Viktor menunggu penjelasan. "Benar, Kakek. Saya mohon agar Anda tidak mempermasalahkannya." Viktor berdiri seraya membalas tatapan Vladimir. Dia juga menatap Demyan yang berdiri tepat di sisi kanan Vladimir. "Selamat siang, Tuan Besar. Perkenalkan, saya adalah Caleb. Sejak dahulu, saya bekerja untuk Tuan Viktor." Caleb membungkukkan badan di hadapan Vladimir. "Apakah Gennadius tahu jika kau berada di sini?!" Vladimir berjalan kembali menuju kursinya. "Saya belum memberitahu Beliau, Tuan Besar Vladimir." Caleb menatap Vladimir y
Viktor pun menatap halaman 1 yang telah dibuka oleh Morzevich. "Di sana terdapat identitas diri Anda sebagai penerima dan indentitas diri Tuan Besar Vladimir sebagai pemberi warisan." Kedua bola mata biru Viktor menari-nari membaca tulisan yang tertera di sana. "Apakah ada yang salah, Tuan Muda? Namun, saya rasa tidak. Karena saya sudah memeriksanya berkali-kali agar minim kesalahan." Efrem menyeka peluh yang mulai membanjiri dahinya. Dia terlihat sangat gugup ketika mendapatkan tatapan tajam dari Viktor. "Tidak ada kesalahan apapun." Viktor menarik napas dalam-dalam seraya melirik Efrem. 'Oh, syukurlah!' Sang pengacara berseru di dalam hati. "Sekarang, silakan Anda buka halaman 2, Tuan Muda!" 'Sial! Aku tidak suka cara Kakek memperlakukan aku. Bagaimana pun juga, aku suka dengan usahaku sendiri.' Viktor mengutarakan isi hatinya tanpa diketahui oleh orang lain. Namun, dia hanya bisa patuh kepada Vladimir dan Morzevich. "Anda akan mewarisi harta bergerak dan tidak bergerak k
Caleb akhirnya bersuara setelah Viktor mengatupkan mulutnya. "Karena jika Anda tidak bisa tenang, maka akan sulit sekali untuk berpikir dan mengambil keputusan, Tuan Muda." 'Setidaknya itulah yang aku rasakan di kehidupan sehari-hari.' Caleb melanjutkan kalimatnya di dalam hati sambil menatap punggung Viktor. 'Kota St Petersburg memang benar-benar sangat indah! Namun, aku pun takjub dengan keindahan kota Moskow! Benarkah kota Moskow adalah kota kelahiranku?!' Viktor berdiri di dekat jendela besar. Dia membuka gorden agar dapat melihat pemandangan kota St Petersburg yang cantik. Dia mengagumi keindahan kota St Petersburg, tetapi dia melupakan kota kelahirannyaーMoskow. "Tuan Muda? Apakah Anda baik-baik saja?" Viktor membalikkan badan. Dia menatap Caleb dengan tajam. "Saya sedang tidak baik-baik saja, Caleb." Viktor berjalan mendekati ranjang. Dia memungut jaket yang dilemparnya tadi. Kemudian, memakainya. "Anda ingin pergi ke mana, Tuan Viktor?" Caleb tidak ingin Viktor pergi
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn