Feliks tahu bahwa orang pilihannya akan selalu berhasil menjalankan tugas dengan baik. "Saya berada di Katedral St Sophia yang berada di Veliky Novgorod. Kira-kira sekitar 200 km dari St. Petersburg." "Mau apa Viktor ke sana?! Dia meninggalkan acara penting di sini demi bisa pergi mengunjungi katedral St Sophia yang berada di Veliky Novgorod! Cihhh!" Maksim berdecih begitu saja usai mendengarkan penjelasan dari Grisha. Feliks dan Grisha pun terdiam membiarkan sang tuan berbicara hingga akhirnya si mata-mata pun menyapa Maksim. "Tuan Muda Maksim?! Apakah itu adalah Anda?!" Maksim tidak menggubrisnya. Namun, Feliks segera merespon menggantikan sang tuan. "Benar. Saya sedang bersama Tuan Muda. Jika ada pertanyaan, tanyakan saja kepada saya!" Feliks melihat Maksim sedang menempelkan tangan ke dahi, lalu memijit lembut dahinya. "Oh, saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada tujuan tertentu mengapa Tuan Muda datang ke katedral ini." Tanpa pikir panjang, Feliks segera bertanya sambil m
Caleb membenarkan topi yang menutupi kepala botaknya. Di sisi lain, Viktor menoleh ke arah segerombolan orang yang berada tidak jauh darinya. "Pastor Mikail." Caleb menyebutkan satu nama yang cukup asing di telinga Viktor dan Vasili. Keduanya pun tercengang mendengar penjelasan Caleb. "Ya, pria yang Anda cari telah mengganti namanya menjadi Mikail Yaroslav. Pria tersebut berprofesi sebagai seorang Pastur dan tinggal di katedral ini bersama Istrinya." Belum hilang rasa terkejutnya, kini Viktor dan Vasili kembali dibuat terkejut oleh Caleb. Baik Viktor maupun Vasili saling melemparkan tatapan cemas. "Vasili, bukankah Istri dari pria tersebut sudah meninggal dunia?" Vasili hanya mengangkat kedua bahunya tanpa berbicara. I]Dia terlalu terkejut hingga tidak mampu berkata-kata. Sedangkan benak Viktor dipenuhi dengan rasa penasaran. "Itulah informasi yang saya dapatkan, Tuan Viktor. Dan sepertinya, Pastor Mikail sudah selesai melakukan kegiatan dengan sekelompok orang di sana." Viktor
Mau tak mau, biarawati itu pun hanya bisa patuh kepada seruan Egory. "Baーbaik, Pastor. Saya akan memerintahkan penjaga untuk menutup katedral St Sophia sekarang." Usai mengatakan hal tersebut, biarawati pun melangkah mendekati Vasili dan Caleb. "Mari, Tuan-tuan! Silakan ke luar dari katedral St Sophia!" Suasana di dalam katedral menjadi sangat tegang. Vasili sama sekali tidak ingin keluar dari katedral tersebut. Namun, Caleb mengangguk ke arahnya. "Ya." Vasili mengikuti Caleb yang sudah melangkah terlebih dahulu. Mereka berjalan dengan diikuti oleh biarawati menuju pintu utama. 'Apakah Tuan Muda akan aman berada di dalam tanpa pengawalan ku?! Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan!' Setelah mencapai pintu utama yang tidak jauh dari lokasi Viktor, putra dari Egory menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang. 'Setelah sekian lama aku berpisah dengan orang tua, bukankah sekarang ini adalah kesempatan emas untukku bertemu dengan Ayah?! Beliau bahkan tidak tah
"Jadi, benarkah Anda tidak ingin membantu saya, Tuan Egory? Bahkan selama ini, Kakek Vladimir telah berusaha keras menemukan pembunuh kedua orang tua saya. Namun ...." Viktor mengatupkan bibir rapat-rapat, lalu menatap jam yang menunjukkan pukul 06:15 sore waktu setempat. Dia menggelengkan kepalanya kepada Egory. Brak! Di saat itu juga, kedua pintu ruangan besar tersebut terbuka lebar oleh seseorang. 'Vasili?! Apakah itu adalah Vasili?!' Viktor membatin. Dia sangat yakin bahwa Vasili adalah seseorang yang membuka pintu tersebut. "Siapa kau?! Lancang sekali kau membuka pintu ruangan saya!" Vasili menutup pintu ruangan besar tersebut rapat-rapat. Dia menahan napasnya. Dia segan membalikkan badan ataupun menjawab pertanyaan sang ayah. Itulah sebabnya, Vasili hanya diam membisu. 'Tidakkah Beliau tahu bahwa aku adalah anaknya?! Menyedihkan sekali hidupku!' Vasili berbicara sambil menatap sepatu pantofel hitam hadiah dari Morzevich saat dirinya berulang tahun ke-31. Vasili larut dal
"Para tawanan ketika terjadi revolusi Rusia, Tuan Muda." Viktor teringat saat Vladimir menceritakan kisah leluhurnya saat pria itu masih berada di mansion keluarga Romanov yang berada di St Petersburg, Rusia. 'Hah?! Apakah tawanan yang dimaksud oleh Paman Egory adalah keluarga Romanov? Ya, leluhurku. Benar, 'kan?' Viktor menduga-duga tawanan yang dimaksudkan oleh Egory tadi. "Apakah tawanan yang Paman maksud adalah keluarga saya?!" Egory meneruskan langkahnya. Dia enggan menoleh ke belakang atau sekadar untuk menjawab pertanyaan sang tuan. "Paman Egory?! Mengapa Anda tidak menjawab pertanyaan saya?!" 'Mengapa saya tidak bisa menjaga ucapan? Mengapa saya selalu saja membuat kesalahan, bahkan di saat-saat genting seperti sekarang ini!' Viktor dan ketiga pria yang bersamanya berjalan menelusuri lorong tempat yang diyakini dahulunya sebagai barak. Ya, barak militer saat meletusnya revolusi Rusia. Mereka semua tidak banyak berbicara karena tenggelam dengan pemikiran masing-masing h
Caleb mengangguk kecil. Sedangkan Viktor membalikkan badannya menatap tinggi tinggi di depannya. "Aaarghhh!" Viktor berteriak seraya memukul dinding tersebut. Punggung tangannya sedikit memar. Namun, pria itu tidak peduli. "Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda! Karena Tuhan akan menjaga mereka." Caleb berusaha meyakinkan Viktor kembali. Dia akan terus berusaha hingga Viktor mengikuti sarannya. "Jika Anda berkenan, saya akan meminta bantuan kepada Tuan Besar. Bagaimana?" Caleb mengeluarkan smartphone dari dalam saku jasnya. Dia membenarkan letak topi yang mulai miring. "Jangan!" Viktor melarang Caleb menghubungi Gennadius. Dia tidak ingin pria tua itu khawatir sehingga mencemaskan dirinya. "Ingat, Caleb! Jangan pernah katakan apapun yang terjadi hari ini kepada Kakek Gennadius! Apa kau mengerti?!" Caleb terkejut, tetapi dia mengerti mengapa Viktor bersikap seperti itu. "Biarkan saja, Tuan muda!" Vasili tiba-tiba saja berseru dari tempatnya. Ia menatap sang tuan juga Caleb. D
Seseorang berteriak. Ya, suara teriakan yang mengisyaratkan kepedihan. Tidak lama kemudian, pria tersebut tersungkur dengan dahi yang berlubang. Caleb menyeringai ketika melihat Viktor berhasil dengan one shot di dahinya. "Mr. Dome?!" Seseorang memanggil nama pria yang sudah tidak bernyawa. Seseorang tersebut berlutut untuk memeriksa kondisi pria bernama Dome. "Temukan dan habisi nyawa pelakunya!" Viktor tidak gentar ketika mendengar seruan barusan. Dia justru tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila dari sebelumnya. Dor! Terdengar suara letupan senjata api untuk kali ke-2. Ya, benar! Suara tersebut berasal dari tempat yang sama, yaitu Viktor. "Aaarghhh!" 'Kemampuan menembak Anda semakin bagus, Tuan! Syukurlah Anda belajar dengan sangat baik. Saya yakin bahwa suatu saat nanti, Anda akan menjadi penembak jitu terbaik!' Caleb memuji kemahiran Viktor dalam hatinya. Dia juga melepaskan timah panas kepada lawannya. Adegan saling menyerang pun tidak terelakan lagi. "Vasili!
Caleb berteriak. Dia berlari semakin cepat sambil mengarahkan senjatanya kepada pria yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor buru-buru menembak kaki kiri si pria yang tersungkur. Ya, kini pria itu harus menanggung akibat karena telah membangunkan seekor singa yang sedang tertidur. "Aaarrggh! Kaーkau ... benar-benar seorang pria kurang ajar!" Si pria berteriak sambil memaki Viktor. Dia menatap Viktor dengan penuh kebencian, begitu pula sebaliknya. Namun, Viktor tidak memedulikannya. Dia segera membuka penutup kepala si pria. "Saya tidak mengenalimu, tetapi siapa Tuanmu?!" Viktor menarik tangan kanan si pria untuk menjadikannya perisai. "Kemarilah, pria kurang ajar!" Viktor membalas ucapan pria itu dengan perkataan yang sama. "Hati-hati, Tuan Muda!" Caleb berteriak lagi. Viktor segera membawa si pria yang ditembaknya tadi ke depan tubuhnya, lalu membalikkan badan. Dor! Dan, benar saja. Si pria yang berada tidak jauh di belakang Viktor melepaskan amunisi ke arahnya. "Aaarr
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn