Mau tak mau, biarawati itu pun hanya bisa patuh kepada seruan Egory. "Baーbaik, Pastor. Saya akan memerintahkan penjaga untuk menutup katedral St Sophia sekarang." Usai mengatakan hal tersebut, biarawati pun melangkah mendekati Vasili dan Caleb. "Mari, Tuan-tuan! Silakan ke luar dari katedral St Sophia!" Suasana di dalam katedral menjadi sangat tegang. Vasili sama sekali tidak ingin keluar dari katedral tersebut. Namun, Caleb mengangguk ke arahnya. "Ya." Vasili mengikuti Caleb yang sudah melangkah terlebih dahulu. Mereka berjalan dengan diikuti oleh biarawati menuju pintu utama. 'Apakah Tuan Muda akan aman berada di dalam tanpa pengawalan ku?! Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan!' Setelah mencapai pintu utama yang tidak jauh dari lokasi Viktor, putra dari Egory menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang. 'Setelah sekian lama aku berpisah dengan orang tua, bukankah sekarang ini adalah kesempatan emas untukku bertemu dengan Ayah?! Beliau bahkan tidak tah
"Jadi, benarkah Anda tidak ingin membantu saya, Tuan Egory? Bahkan selama ini, Kakek Vladimir telah berusaha keras menemukan pembunuh kedua orang tua saya. Namun ...." Viktor mengatupkan bibir rapat-rapat, lalu menatap jam yang menunjukkan pukul 06:15 sore waktu setempat. Dia menggelengkan kepalanya kepada Egory. Brak! Di saat itu juga, kedua pintu ruangan besar tersebut terbuka lebar oleh seseorang. 'Vasili?! Apakah itu adalah Vasili?!' Viktor membatin. Dia sangat yakin bahwa Vasili adalah seseorang yang membuka pintu tersebut. "Siapa kau?! Lancang sekali kau membuka pintu ruangan saya!" Vasili menutup pintu ruangan besar tersebut rapat-rapat. Dia menahan napasnya. Dia segan membalikkan badan ataupun menjawab pertanyaan sang ayah. Itulah sebabnya, Vasili hanya diam membisu. 'Tidakkah Beliau tahu bahwa aku adalah anaknya?! Menyedihkan sekali hidupku!' Vasili berbicara sambil menatap sepatu pantofel hitam hadiah dari Morzevich saat dirinya berulang tahun ke-31. Vasili larut dal
"Para tawanan ketika terjadi revolusi Rusia, Tuan Muda." Viktor teringat saat Vladimir menceritakan kisah leluhurnya saat pria itu masih berada di mansion keluarga Romanov yang berada di St Petersburg, Rusia. 'Hah?! Apakah tawanan yang dimaksud oleh Paman Egory adalah keluarga Romanov? Ya, leluhurku. Benar, 'kan?' Viktor menduga-duga tawanan yang dimaksudkan oleh Egory tadi. "Apakah tawanan yang Paman maksud adalah keluarga saya?!" Egory meneruskan langkahnya. Dia enggan menoleh ke belakang atau sekadar untuk menjawab pertanyaan sang tuan. "Paman Egory?! Mengapa Anda tidak menjawab pertanyaan saya?!" 'Mengapa saya tidak bisa menjaga ucapan? Mengapa saya selalu saja membuat kesalahan, bahkan di saat-saat genting seperti sekarang ini!' Viktor dan ketiga pria yang bersamanya berjalan menelusuri lorong tempat yang diyakini dahulunya sebagai barak. Ya, barak militer saat meletusnya revolusi Rusia. Mereka semua tidak banyak berbicara karena tenggelam dengan pemikiran masing-masing h
Caleb mengangguk kecil. Sedangkan Viktor membalikkan badannya menatap tinggi tinggi di depannya. "Aaarghhh!" Viktor berteriak seraya memukul dinding tersebut. Punggung tangannya sedikit memar. Namun, pria itu tidak peduli. "Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda! Karena Tuhan akan menjaga mereka." Caleb berusaha meyakinkan Viktor kembali. Dia akan terus berusaha hingga Viktor mengikuti sarannya. "Jika Anda berkenan, saya akan meminta bantuan kepada Tuan Besar. Bagaimana?" Caleb mengeluarkan smartphone dari dalam saku jasnya. Dia membenarkan letak topi yang mulai miring. "Jangan!" Viktor melarang Caleb menghubungi Gennadius. Dia tidak ingin pria tua itu khawatir sehingga mencemaskan dirinya. "Ingat, Caleb! Jangan pernah katakan apapun yang terjadi hari ini kepada Kakek Gennadius! Apa kau mengerti?!" Caleb terkejut, tetapi dia mengerti mengapa Viktor bersikap seperti itu. "Biarkan saja, Tuan muda!" Vasili tiba-tiba saja berseru dari tempatnya. Ia menatap sang tuan juga Caleb. D
Seseorang berteriak. Ya, suara teriakan yang mengisyaratkan kepedihan. Tidak lama kemudian, pria tersebut tersungkur dengan dahi yang berlubang. Caleb menyeringai ketika melihat Viktor berhasil dengan one shot di dahinya. "Mr. Dome?!" Seseorang memanggil nama pria yang sudah tidak bernyawa. Seseorang tersebut berlutut untuk memeriksa kondisi pria bernama Dome. "Temukan dan habisi nyawa pelakunya!" Viktor tidak gentar ketika mendengar seruan barusan. Dia justru tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila dari sebelumnya. Dor! Terdengar suara letupan senjata api untuk kali ke-2. Ya, benar! Suara tersebut berasal dari tempat yang sama, yaitu Viktor. "Aaarghhh!" 'Kemampuan menembak Anda semakin bagus, Tuan! Syukurlah Anda belajar dengan sangat baik. Saya yakin bahwa suatu saat nanti, Anda akan menjadi penembak jitu terbaik!' Caleb memuji kemahiran Viktor dalam hatinya. Dia juga melepaskan timah panas kepada lawannya. Adegan saling menyerang pun tidak terelakan lagi. "Vasili!
Caleb berteriak. Dia berlari semakin cepat sambil mengarahkan senjatanya kepada pria yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor buru-buru menembak kaki kiri si pria yang tersungkur. Ya, kini pria itu harus menanggung akibat karena telah membangunkan seekor singa yang sedang tertidur. "Aaarrggh! Kaーkau ... benar-benar seorang pria kurang ajar!" Si pria berteriak sambil memaki Viktor. Dia menatap Viktor dengan penuh kebencian, begitu pula sebaliknya. Namun, Viktor tidak memedulikannya. Dia segera membuka penutup kepala si pria. "Saya tidak mengenalimu, tetapi siapa Tuanmu?!" Viktor menarik tangan kanan si pria untuk menjadikannya perisai. "Kemarilah, pria kurang ajar!" Viktor membalas ucapan pria itu dengan perkataan yang sama. "Hati-hati, Tuan Muda!" Caleb berteriak lagi. Viktor segera membawa si pria yang ditembaknya tadi ke depan tubuhnya, lalu membalikkan badan. Dor! Dan, benar saja. Si pria yang berada tidak jauh di belakang Viktor melepaskan amunisi ke arahnya. "Aaarr
Viktor mengarahkan pandangannya ke segala arah seolah sedang mencari sesuatu. "Ada apa, Tuan?" Caleb mengikuti arah pandang Viktor. "Apakah kalian mendengar suara beberapa orang berlari?!" Saat itu juga, terlihat beberapa anggota polisi datang ke arahnya. "Pak, tolong! Seorang Pastor terluka. Di mana tim medis?" Viktor berteriak kepada para polisi yang datang. "Selamat sore menjelang malam, Tuan. Apakah Anda adalah pria bernama Mikail?" Viktor menatap polisi yang sedang bertanya kepadanya. "Bukan. Nama saya adalah Viktor. Dan, Pastor yang terluka itu bernama Mikail." Viktor menunjuk Egory yang sedang dipapah oleh Vasili dan Caleb. "Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang menyerang kalian?" Polisi tersebut bertanya kembali kepada Viktor. "Saya akan menjawab semua pertanyaan Anda, tetapi bisakah Anda memanggil tenaga medis terlebih dahulu?!" Viktor sedikit berteriak. Ya, dia mulai lepas kontrol. 'Bisa-bisanya mereka tidak mengindahkan Paman Egory yang sedang menahan sakit!
Vladimir mengarahkan pandangan kepada Caleb. 'Siapa dia?! Saya tidak pernah melihat sosok pria ini sekalipun!' Vladimir menatap Caleb dari atas kepala hingga ujung kaki dengan curiga. Ia bertanya-tanya di dalam hati dengan penuh keraguan. "Dia adalah Caleb. Bodyguard yang dipekerjakan oleh Kakek Gennadius ketika saya berada di mansion keluarga Konstantin. Kini, dia ikut dengan saya, Kakek." "Ikut dengan mu?!" Vladimir membalikkan badan, lalu menatap Viktor menunggu penjelasan. "Benar, Kakek. Saya mohon agar Anda tidak mempermasalahkannya." Viktor berdiri seraya membalas tatapan Vladimir. Dia juga menatap Demyan yang berdiri tepat di sisi kanan Vladimir. "Selamat siang, Tuan Besar. Perkenalkan, saya adalah Caleb. Sejak dahulu, saya bekerja untuk Tuan Viktor." Caleb membungkukkan badan di hadapan Vladimir. "Apakah Gennadius tahu jika kau berada di sini?!" Vladimir berjalan kembali menuju kursinya. "Saya belum memberitahu Beliau, Tuan Besar Vladimir." Caleb menatap Vladimir y