Suara pecahan benda kaca terdengar di mini bar. Maksim tidak sendirian, melainkan bersama sang asisten. "Tuan Muda, tenanglah!" Feliks mencoba menenangkan hati tuannya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Brak! Maksim memukul meja, lalu membalikkan badannya. Dia menatap Feliks dengan tajam disertai dengan menyeringai. "Dasar bodoh!" Dua kata penuh makna terdengar di telinga Feliks. "Bagaimana saya bisa tenang jika si pecundang itu berada satu atap dengan saya, Feliks?! Hah?! Saya tidak sudi berada di mansion yang sama dengannya!" Maksim meraih leher asistennya kuat-kuat. "Lebih baik tutup mulutmu dan jangan bicarakan hal sampah lagi di depan saya!" Feliks masih bersikap tenang seperti sedia kala. Hal itu pula yang menyebabkan Maksim tidak tahan dengan sikapnya yang seolah tidak terjadi apa-apa. "Mengapa kau setenang ini di saat Tuanmu sedang kesulitan?! Dasar pria tidak tahu diuntung!" Bruk! Maksim menghempaskan tubuh Feliks hingga pria kelahiran Ukraina tersebut pun me
Feliks tahu bahwa orang pilihannya akan selalu berhasil menjalankan tugas dengan baik. "Saya berada di Katedral St Sophia yang berada di Veliky Novgorod. Kira-kira sekitar 200 km dari St. Petersburg." "Mau apa Viktor ke sana?! Dia meninggalkan acara penting di sini demi bisa pergi mengunjungi katedral St Sophia yang berada di Veliky Novgorod! Cihhh!" Maksim berdecih begitu saja usai mendengarkan penjelasan dari Grisha. Feliks dan Grisha pun terdiam membiarkan sang tuan berbicara hingga akhirnya si mata-mata pun menyapa Maksim. "Tuan Muda Maksim?! Apakah itu adalah Anda?!" Maksim tidak menggubrisnya. Namun, Feliks segera merespon menggantikan sang tuan. "Benar. Saya sedang bersama Tuan Muda. Jika ada pertanyaan, tanyakan saja kepada saya!" Feliks melihat Maksim sedang menempelkan tangan ke dahi, lalu memijit lembut dahinya. "Oh, saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada tujuan tertentu mengapa Tuan Muda datang ke katedral ini." Tanpa pikir panjang, Feliks segera bertanya sambil m
Caleb membenarkan topi yang menutupi kepala botaknya. Di sisi lain, Viktor menoleh ke arah segerombolan orang yang berada tidak jauh darinya. "Pastor Mikail." Caleb menyebutkan satu nama yang cukup asing di telinga Viktor dan Vasili. Keduanya pun tercengang mendengar penjelasan Caleb. "Ya, pria yang Anda cari telah mengganti namanya menjadi Mikail Yaroslav. Pria tersebut berprofesi sebagai seorang Pastur dan tinggal di katedral ini bersama Istrinya." Belum hilang rasa terkejutnya, kini Viktor dan Vasili kembali dibuat terkejut oleh Caleb. Baik Viktor maupun Vasili saling melemparkan tatapan cemas. "Vasili, bukankah Istri dari pria tersebut sudah meninggal dunia?" Vasili hanya mengangkat kedua bahunya tanpa berbicara. I]Dia terlalu terkejut hingga tidak mampu berkata-kata. Sedangkan benak Viktor dipenuhi dengan rasa penasaran. "Itulah informasi yang saya dapatkan, Tuan Viktor. Dan sepertinya, Pastor Mikail sudah selesai melakukan kegiatan dengan sekelompok orang di sana." Viktor
Mau tak mau, biarawati itu pun hanya bisa patuh kepada seruan Egory. "Baーbaik, Pastor. Saya akan memerintahkan penjaga untuk menutup katedral St Sophia sekarang." Usai mengatakan hal tersebut, biarawati pun melangkah mendekati Vasili dan Caleb. "Mari, Tuan-tuan! Silakan ke luar dari katedral St Sophia!" Suasana di dalam katedral menjadi sangat tegang. Vasili sama sekali tidak ingin keluar dari katedral tersebut. Namun, Caleb mengangguk ke arahnya. "Ya." Vasili mengikuti Caleb yang sudah melangkah terlebih dahulu. Mereka berjalan dengan diikuti oleh biarawati menuju pintu utama. 'Apakah Tuan Muda akan aman berada di dalam tanpa pengawalan ku?! Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan!' Setelah mencapai pintu utama yang tidak jauh dari lokasi Viktor, putra dari Egory menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang. 'Setelah sekian lama aku berpisah dengan orang tua, bukankah sekarang ini adalah kesempatan emas untukku bertemu dengan Ayah?! Beliau bahkan tidak tah
"Jadi, benarkah Anda tidak ingin membantu saya, Tuan Egory? Bahkan selama ini, Kakek Vladimir telah berusaha keras menemukan pembunuh kedua orang tua saya. Namun ...." Viktor mengatupkan bibir rapat-rapat, lalu menatap jam yang menunjukkan pukul 06:15 sore waktu setempat. Dia menggelengkan kepalanya kepada Egory. Brak! Di saat itu juga, kedua pintu ruangan besar tersebut terbuka lebar oleh seseorang. 'Vasili?! Apakah itu adalah Vasili?!' Viktor membatin. Dia sangat yakin bahwa Vasili adalah seseorang yang membuka pintu tersebut. "Siapa kau?! Lancang sekali kau membuka pintu ruangan saya!" Vasili menutup pintu ruangan besar tersebut rapat-rapat. Dia menahan napasnya. Dia segan membalikkan badan ataupun menjawab pertanyaan sang ayah. Itulah sebabnya, Vasili hanya diam membisu. 'Tidakkah Beliau tahu bahwa aku adalah anaknya?! Menyedihkan sekali hidupku!' Vasili berbicara sambil menatap sepatu pantofel hitam hadiah dari Morzevich saat dirinya berulang tahun ke-31. Vasili larut dal
"Para tawanan ketika terjadi revolusi Rusia, Tuan Muda." Viktor teringat saat Vladimir menceritakan kisah leluhurnya saat pria itu masih berada di mansion keluarga Romanov yang berada di St Petersburg, Rusia. 'Hah?! Apakah tawanan yang dimaksud oleh Paman Egory adalah keluarga Romanov? Ya, leluhurku. Benar, 'kan?' Viktor menduga-duga tawanan yang dimaksudkan oleh Egory tadi. "Apakah tawanan yang Paman maksud adalah keluarga saya?!" Egory meneruskan langkahnya. Dia enggan menoleh ke belakang atau sekadar untuk menjawab pertanyaan sang tuan. "Paman Egory?! Mengapa Anda tidak menjawab pertanyaan saya?!" 'Mengapa saya tidak bisa menjaga ucapan? Mengapa saya selalu saja membuat kesalahan, bahkan di saat-saat genting seperti sekarang ini!' Viktor dan ketiga pria yang bersamanya berjalan menelusuri lorong tempat yang diyakini dahulunya sebagai barak. Ya, barak militer saat meletusnya revolusi Rusia. Mereka semua tidak banyak berbicara karena tenggelam dengan pemikiran masing-masing h
Caleb mengangguk kecil. Sedangkan Viktor membalikkan badannya menatap tinggi tinggi di depannya. "Aaarghhh!" Viktor berteriak seraya memukul dinding tersebut. Punggung tangannya sedikit memar. Namun, pria itu tidak peduli. "Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda! Karena Tuhan akan menjaga mereka." Caleb berusaha meyakinkan Viktor kembali. Dia akan terus berusaha hingga Viktor mengikuti sarannya. "Jika Anda berkenan, saya akan meminta bantuan kepada Tuan Besar. Bagaimana?" Caleb mengeluarkan smartphone dari dalam saku jasnya. Dia membenarkan letak topi yang mulai miring. "Jangan!" Viktor melarang Caleb menghubungi Gennadius. Dia tidak ingin pria tua itu khawatir sehingga mencemaskan dirinya. "Ingat, Caleb! Jangan pernah katakan apapun yang terjadi hari ini kepada Kakek Gennadius! Apa kau mengerti?!" Caleb terkejut, tetapi dia mengerti mengapa Viktor bersikap seperti itu. "Biarkan saja, Tuan muda!" Vasili tiba-tiba saja berseru dari tempatnya. Ia menatap sang tuan juga Caleb. D
Seseorang berteriak. Ya, suara teriakan yang mengisyaratkan kepedihan. Tidak lama kemudian, pria tersebut tersungkur dengan dahi yang berlubang. Caleb menyeringai ketika melihat Viktor berhasil dengan one shot di dahinya. "Mr. Dome?!" Seseorang memanggil nama pria yang sudah tidak bernyawa. Seseorang tersebut berlutut untuk memeriksa kondisi pria bernama Dome. "Temukan dan habisi nyawa pelakunya!" Viktor tidak gentar ketika mendengar seruan barusan. Dia justru tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila dari sebelumnya. Dor! Terdengar suara letupan senjata api untuk kali ke-2. Ya, benar! Suara tersebut berasal dari tempat yang sama, yaitu Viktor. "Aaarghhh!" 'Kemampuan menembak Anda semakin bagus, Tuan! Syukurlah Anda belajar dengan sangat baik. Saya yakin bahwa suatu saat nanti, Anda akan menjadi penembak jitu terbaik!' Caleb memuji kemahiran Viktor dalam hatinya. Dia juga melepaskan timah panas kepada lawannya. Adegan saling menyerang pun tidak terelakan lagi. "Vasili!