Share

Chapter 2

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2024-06-05 23:20:10

Nancy membuka mata setelah mendengar ketukan pintu kamarnya, ia bangkit dari baringannya dan beranjak membuka pintu.

Ia melihat Bibi Hailey yang berada di depan pintu kamarnya, sedang menatap dirinya dengan ekspresi terkejut. Setelahnya ekspresi Bibi Hailey berganti menjadi bahagia, tersenyum senang dan segera memeluk Nancy.

Begitupun dengan Nancy yang menyambut pelukan Bibi Hailey dengan hangat sembari tersenyum bahagia. Bibi Hailey merupakan kepala maid di mansion keluarga Archer yang sudah bekerja dari sebelum Nancy lahir. Nancy sudah mengganggap Bibi Hailey sebagai ibu-nya sendiri.

"Bibi Hailey". Pekik Nancy dengan bahagia.

"Nona". Ujar bibi Hailey juga, dan setelahnya terdengar isakan tangis dari Bibi Hailey.

Mendengar itu Nancy segera melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Bibi Hailey dengan raut wajah khawatir.

"Heyy, Bibi Hailey kenapa menangis?" Tanya Nancy khawatir, Bibi Hailey menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban, sembari berusaha meredakan tangisnya.

"Ti-tidak, Bibi hanya senang bisa melihat Nona kembali, Bibi sangat merindukan Nona." Ujar Bibi Hailey setelah tangisnya sedikit mereda.

"Ouhh, Nancy juga sangat merindukanmu Bibi." Jawab Nancy haru sembari kembali memeluk wanita paruh baya itu.

~~~

Mereka terlihat duduk berdampingan di ranjang milik Nancy. Remaja perempuan itu baru saja menceritakan banyak hal kepada Bibi Hailey, Kehidupannya setelah pergi dari mansion itu, kesehariannya di Inggris, dan masih banyak lagi,

Bibi Hailey-pun begitu, dia meceritakan keadaan di mansion itu setelah dirinya pergi, dan juga curahan hatinya.

"Bibi aku sangat merindukan Mommy." Ujar Nancy lirih. Bibi Hailey tersenyum pedih mendengar perkataan Nancy. Ia tau seberapa berat kehidupan anak majikannya itu.

"Besok kita pergi ke makamnya bersama-sama yah?" Tanya Bibi Hailey mencoba menghibur Nancy.

"Benarkah?!" Tanya Nancy senang. Dan Bibi Hailey menjawabnya dengan anggukan sembari tersenyum.

"Ouhh, thank you Bibi, aku sangat menyayangimu." Nancy memeluk Bibi Hailey dari samping saking bahagianya.

Bibi Hailey pun tersenyum sembari menepuk-nepuk lengan Nancy yang melilit tubuhnya.

"Dan sekarang, waktunya Nona beristirahat, Nona lelah bukan? Setelah menempuh perjalanan panjang dari Inggris?" Ucap Bibi Hailey sembari melepaskan pelukkannnya.

Nancy pun mengangguk membenarkan. "Tapi sebelum Nona tidur, jangan lupa mandi dulu, supaya tidurnya nyaman." Lanjut lagi Bibi Hailey, dan dituruti oleh Nancy setelah Bibi Hailey meninggalkan kamarnya.

Setelah membersihkan tubuhnya, Nancy mengistirahatkan dirinya, karena ia sangat merasa lelah.

~~~

Tok

Tok

Tok

Nancy terbangun dari tidurnya, karena mendengar ketukan dari kamarnya. ia melihat ke jam tidur, dan ternyata sudah jam tujuh malam, berarti ia sudah tertidur selama empat jam. Ia terduduk di ranjang sembari mengucek matanya, lalu meregangkan ototnya sembari menguap.

Setelahnya ia beranjak dari ranjangnya dan membuka pintu kamar. Ia melihat wanita dengan pakaian pelayan berdiri didepan pintu kamarnya.

"Ada apa?" Tanya Nancy dengan wajah kantuknya.

"Nona, tuan Reynald berpesan kepada anda untuk segera ke lantai bawah untuk makan malam." Ucap seorang maid setelah menunduk hormat.

Nancy terlihat masih linglung dan berpikir sejenak. "Emhh, aku akan segera kelantai bawah." Jawab Nancy, setelahnya maid tadi pamit undur diri dan Nancy-pun kembali menutup pintu kamarnya.

Ia mencuci wajahnya agar lebih fresh, dan setelahnya beranjak meninggalkan kamarnya untuk kelantai bawah.

~~~

Ia memasuki ruang Dining room, dan melihat semua anggota keluarga sudah lengkap, menunggu dirinya sembari mengobrol hangat.

Nancy terpaku sejenak, namun cepat tersadar dan langsung menuju ke salah satu kursi yang ada di meja besar itu, tidak ingin terlihat idiot oleh orang-orang itu, dengan melamun.

Semua atensi beralih kepadanya saat ia menarik salah satu kursi di meja besar itu, Daddy nya, Luna beserta ketiga anaknya William, Clara dan si kecil Queenzy. Namun bukan Nancy jika ia peduli, ia hanya fokus kepada kegiatannya tanpa menghiraukan yang lainnya.

"How are you Nancy?" Tanya Clara dengan nada yang ceria sembari tersenyum kearahnya, namun dari pandangan Nancy senyuman itu hanyalah senyuman palsu untuk mencari perhatian.

"I'm good, as you can see." Jawab Nancy singkat, dengan tidak menatap lawan bicaranya.

Makan malam pun dimulai setelah mendapat kode dari sang kepala keluarga.

Namun tiba tiba Clara berdiri dari kursinya dan pamit untuk ke depan sebentar, dengan wajah yang ceria lebih dari seperti biasanya.

Mereka melanjutkan makan dalam diam. Hingga suara langkah kaki dari belakang tubuh Nancy, menghentikan kegiatan mereka, namun tidak dengan Nancy, ia hanya memelankan tempo kunyahannya karena cukup pemasaran, tapi malas untuk sekedar menggerakkan kepalanya.

"Ehh, Rafael, sini nak kita makan bersama." Sapa Luna kepada lelaki disamping Clara.

Nancy menegang di tempatnya, setelah Luna berucap demikian.

Apakah dia?

Ucap Nancy di dalam hati.

"Hehe, iyaa Tante, Om," Ujar lelaki itu sembari menyalami Reynald dan Luna. "Liam." Sapanya juga kepada William, dan merekapun ber-tos ala pria.

Nancy mendongakkan kepalanya menatap si lelaki yang dipanggil Rafael itu, secara reflek pun Rafael menatap kearahnya.

Deg

Mereka sama sama menegang menatap satu sama lain, Nancy masih dengan keadaan duduknya dan Rafael dengan posisi yang ingin menarik kursi di seberang Nancy.

Rafael Nicholas Hoult, adalah sahabat masa kecil dan merupakan cinta pertamanya. Namun, Nancy harus meninggalkannya karena ia yang sudah tidak kuat jika harus tinggal di mansion itu lagi.

"Nancy?" Terlihat sekali raut wajah terkejut dari Rafael.

"Ini yang aku bilang kejutan babe, Nancy bakalan tinggal lagi disini." Ujar Clara tiba-tiba sembari memeluk erat lengan Rafael dari samping, sehingga menyadarkan mereka berdua dari ke terdiaman.

Rafael dan Nancy kompak mengalihkan perhatiannya kepada lilitan tangan Clara di lengan Rafael, yang seolah mengatakan bahwa Rafael hanya miliknya seorang. Nancy yang kebingungan dan Rafael yang merasa tidak enak.

"Apa apaan ini? Rafael dan Clara mereka berpacaran? Sejak kapan?! Apakah aku sudah terlalu lama pergi?"

"Dan apa yang tadi dia katakan? Aku? Akan tinggal di neraka ini lagi?! Siapa yang menyimpulkan kalimat sialan itu?! Apakah si tua Bangka Reynald?" Batin Nancy bergemuruh.

"Siapa yang bilang?!" Serobot Nancy, dengan sewotnya. "Listen girl, I will never and do not want to live in this hell again!" Ucap Nancy dengan tegas. Membuat atensi seluruhnya beralih padanya lagi.

"Lo bisa ngomong sopan dikit gak?! Kenapa juga Lo langsung sewot gitu? Padahal kan adek gue udah baik mau nerima Lo balik lagi kerumah ini!" Bentak William, ia tidak rela adik nya dipermalukan oleh kata kata Nancy tadi. Kalimat itu sedikit menyentil ego Nancy.

"Cih, emang Lo siapa bisa nentuin gue boleh atau enggak nya tinggal disini?! Lo berdua itu cuma anak yang dipungut sama Daddy gue, jadi sebenernya Lo yang ga ada hak disini, dari pada Lo banyak bacot mending Lo urusin aja tuh adek Lo yang tukang caper dan manipulatif itu!" Balas Nancy dengan nada tinggi, dan tubuh yang reflek berdiri dengan kasar sehingga kursi di belakangnya terjungkal dan mengeluarkan suara keras.

"Ouh, dan kamu pikir, kamu punya hak? Kemana aja kamu selama ini? Kamu pergikan ninggalin Daddy?! Selama ini, kita yang ngurusin Daddy, kita yang selalu ada saat Daddy sakit sekalipun, kamu kemana?! Hah!" Ujar Clara yang ikut berteriak, membuat suasana di ruangan itu semakin panas.

"Cih dasar caper, masih sempet-sempet nya dia caper dengan ngomong kaya gitu, make segala bilang gue ga ada ngurusin Daddy lagi!" Batin Nancy kesal.

Namun dia tahan ucapannya itu agar tidak keluar dari mulutnya, karena dia tidak ingin terlihat kalah dengan lebih meledak ledak. Tujuannya adalah untuk memancing emosi mereka sehingga mereka hancur dengan sendirinya, tanpa harus mengeluarkan energi banyak.

"What?! Yang selalu ada buat Daddy? Selalu ada untuk harta nya Daddy kali! Emang Lo pikir, selama ini gue gak tau? Kalo Lo dan nyokap lonte Lo itu, selalu nipu Daddy supaya ngasih kalian banyak uang, hah?! Kasian banget sih Lo harus caper dulu biar dapet perhatian Daddy."

"Nancy cukup!" Ujar tegas Reynald dengan wajah yang mulai mengeras.

"Dan asal kalian tau, hak waris keluarga Archer udah jatuh ketangan gue sepenuhnya, jadi seberapapun kalian berusaha menjilat ke Daddy biar William dijadiin ahli waris, ga akan ngaruh apa apa, karena Daddy pun udah di coret dari ahli waris keluarga Archer dan nggak akan dapat sepeserpun, itu karena Daddy dengan bodohnya milih nyokap lo, makanya sadar diri itu penting!" Ujar Nancy dengan nada angkuh, memang melawan manusia manusia bajingan seperti mereka harus dengan kata-kata angkuh terlebih dahulu.

"Cih, kayaknya Oma udah gila, ngewarisin semua hartanya ke orang kayak Lo! Hidup Lo tuh menyedihkan banget Nancy, Daddy yang udah nggak peduli lagi sama Lo, trus Mommy Lo yang malah mati. Mending Lo susul aja gih Oma dan Mommy Lo, biar Lo ada yang nemenin, secara kan disini Lo cuma sendirian!" Ujar William keterlaluan.

"William enough!!" Teriak Reynald sembari mendekati william, dan,

PLAKK

Semua terdiam setelah mendengar suara tamparan Reynald kepada William. William hanya mampu terpaku dengan wajah tertoleh kesamping, pipinya sangat terasa panas.

"See, blood is thicker than water, boy." Ujar Nancy penuh kemenangan, seringaian terlihat di wajah cantiknya.

Meskipun sedari tadi dia yang lebih banyak mengeluarkan kata-kata pedas, namun tetap Daddy nya tidak akan berani bermain tangan dengan darah dagingnya sendiri.

Dan lebih memilih melampiaskan emosinya kepada anak tirinya. Terkadang kita harus lebih bisa menjadi manipulatif untuk bisa melawan orang manipulatif. Dan harus bisa berlaku lebih jahat, untuk melawan orang jahat.

Setelahnya ia pergi meninggalkan ruang makan, mood makannya sudah hilang karena manusia-manusia bajingan itu.

Related chapters

  • The Revenge   Chapter 3

    Flashback On Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka-bonekanya, sesuai dengan imajinasinya. Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki seumurannya yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu. Si bocah laki laki itu, melempar kerikil-kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicueki oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya. Salah satu kerikil berhasil mengenai sisi pinggir punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik . "Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat

    Last Updated : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 4

    Tok Tok Tok Suara ketukan itu menyadarkan Nancy dari lamunannya, ia meninggalkan balkon kamarnya dan beranjak ke pintu dan membukanya. Ia melihat seorang maid yang berada di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. "Nona, tadi Tuan Reynald berpesan agar saya mengantarkan makanan kepada anda, Nona belum sempat makan tadi." Ujar maid itu. Ia pun terheran-heran sebenarnya, berapa banyak maid yang dipekerjakan disini? Perasaan dari tadi maid yang menghampirinya adalah orang yang berbeda beda. Namun, ia tersadar siapa keluarga Archer itu, yang membuatnya menghentikan pikiran konyolnya. "Hemm, terimakasih." Jawab Nancy singkat sambil mengambil nampan itu, dan menutup pintunya setelah maid itu pamit. Nancy memakan, makanan yang tadi diantar oleh pelayan tadi. Sepertinya Daddy cukup peduli padanya, meskipun tadi ia sudah berkata yang mungkin saja bisa melukai hatinya, tapi baguslah berarti dia sadar memang itu terjadi karena kesalahannya juga. Setelahnya ia p

    Last Updated : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 5

    Pagi pun telah tiba, cahaya yang muncul dari belakang tirai membangunkan seorang remaja perempuan cantik, yang masih bergelung dengan selimutnya. Nancy mulai terusik karena terkena cahaya itu. Mata cantik itu terbuka perlahan, sembari mengerjap-ngerjap. Setelah sadar sepenuhnya, ia masih tetap berada di posisinya. Nancy teringat obrolan terakhir malam tadi dengan Daddy nya. Flashback On Mereka masih dengan posisi saling mendekap, sudah lama Nancy tidak merasakan pelukan dari Daddy nya itu. "Tinggalin wanita itu untuk Nancy, Daddy." Nancy merasakan tubuh Daddy yang menegang. "Kamu tau Daddy sangat mencintainya sweetheart." Ujar Reynald lirih. "Daddy udah berubah, sama seperti Rafael." Cicit Nancy. "Maafkan Daddy, tapi satu hal yang harus kamu tau, Daddy sangat menyayangimu, dan tidak boleh ada yang menyakiti putri Daddy ini." Reynald melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu anaknya, agar balas menatapnya kembali. "Ada satu hal lagi yang harus daddy bicarakan den

    Last Updated : 2024-06-07
  • The Revenge   Chapter 6

    Makasih udh nemenin Nancy hari ini yah Bi, Nancy seneng banget udah kemakam Mommy dan belanja kebutuhan apart." Ujar Nancy setelah mereka sampai didepan gerbang mansion keluarga Archer, untuk mengantarkan Bibi Hailey lagi. "Iya Non, Bibi juga seneng bisa nganter Non. Non harus bisa jaga diri yah tinggal sendiran di apart, kalo ada apa-apa Non bisa dateng ke Bibi. Bibi bakalan selalu ada buat Non," Sahut Bibi Hailey. "Non, harus dijaga makanannya, jangan terlalu banyak makan-makanan instan, kalo nggak ada sama sekali makanan, Non bilang aja ke Bibi, nanti Bibi kirim. Kalo malem, biasakan kunci pintunya dulu, jangan langsung tidur." Lanjut Bibi Hailey memberi wejangan, sebenarnya berat baginya membiarkan Nancy tinggal sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, ia pun memiliki tanggung jawab yang besar disini. "Iya Bi, Bibi nggak perlu khawatir, Nancy bisa jaga diri Nancy sendiri. Dan, makasih banyak karena Bibi udah sayang sama Nancy, perhatian sama Nancy. Disini, Nancy nggak punya sia

    Last Updated : 2024-06-11
  • The Revenge   Chapter 7

    Disebuah kamar bernuansa modern minimalis, terlihat seorang remaja perempuan yang memiliki wajah cantik dan kulit mulus seputih susu, bak Dewi Yunani. Remaja cantik itu masih terlelap dengan damai di ranjang singel size miliknya. Kringggg Suara jam weker itu mengganggu tidurnya, kerutan samar terlihat di dahi, sebelum tangannya terulur untuk menghentikan dering jam weker itu. Perlahan matanya indah nya terbuka, ia bangun dan terduduk diatas ranjang nyamannya, tangannya terangkat dan tubuhnya merenggang seiring ia meregangkan otot, helaan napas terdengar sembari ia mengumpulkan kesadarannya kembali, dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Setelah kesadarannya sudah terkumpul, ia bangkit dan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Ia bersiap pergi kesekolah barunya, karena waktu sudah menunjukan pukul enam pagi hari. Setelah selesai bersiap, ia pergi dapur menyiapkan sarapan untuknya dan berangkat kesekolah baru. ~~~ Sebuah mobil Sport Lamborghini Aventador mema

    Last Updated : 2024-06-14
  • The Revenge   Chapter 8

    "Lo anak baru?" Tanya Xavier yang sekarang menghadap kearah Nancy."Hmm." Jawab Nancy singkat."Gue Xavier." Ujar Laki-laki itu mengucapkan namanya, dengan masih tetap menhadap kedepan."Gue Nancy," Jawab singkat Nancy.Mereka berbincang tanpa melihat lawan biacara satu sama lain."Lo anak pemilik sekolah ini?" Tanya Nancy setengah hati, niatnya hanya basa-basi."Lo tau dari mana?" Tanya Xavier heran, padahal dia tidak menyebutkan nama lengkapnya. Dan hanya di jawab dengan mengangkat bahu tak acuh oleh Nancy."Waktu Lo tadi telat masuk kelas, gak ada guru yang berani marahin Lo.""Emh, lebih tepatnya mereka udah cape aja sama kelakuan gue," jawab Xavier. "Meskipun kakek gue pemilik sekolah ini, tapi tetep aja gue dapet perlakuan yang sama kaya yang lain."Nancy-pun hanya mengangguk, tanda mengerti.KringgggggSuara bel berbunyi membuat para murid bersorak gembira, mereka mulai membereskan alat tulis berserta buku masing masing."Yuk kita ke kantin." Ajak Starla membalikkan badannya, d

    Last Updated : 2024-06-27
  • The Revenge   Chapter 9

    Jam istirahat sudah selesai, para siswa siswi Alexanderia Global High School memasuki kelas mereka masing-masing.Kecuali empat sekawan trouble maker nya Alexanderia Global High School, yang tengah merasa sangat bosan didalam ruangan BK. Kevin, Ihsan, Kenan dan Xavier, tak ada yang lebih mending dari mereka berempat, mereka semua mempunyai otak gesrek yang selalu buat orang frustasi melihat tingkah mereka. Untung saja wajah mereka itu kelewat tampan, jadi banyak yang mengidolakan mereka. Mereka semua tampan, namun Xavier lah yang paling famous dari yang lain, mungkin karena dia juga adalah cucu dari pemilik sekolah.Mereka tidak menyeramkan, malah dianggap konyol oleh siswa di Alexandria Global High School, mereka juga bukan anak geng motor seperti biasanya trouble maker sekolah, mereka hanya membuat masalah untuk kesenangan mereka sendiri, termasuk 'menggangu' orang.Didepan mereka terlihat Mis Tina yang sedang bicara panjang kali lebar menegur mereka, namun dengan tidak sopan nya

    Last Updated : 2024-06-30
  • The Revenge   Chapter 1

    Terlihat sebuah mobil sport mewah Lamborghini Aventador, memasuki kawasan mansion bergaya American Classic. Bak adegan slowmo di film-film, seorang remaja perempuan keluar dari mobil kesayangannya itu. Alam seolah mendukungnya, dengan menghembuskan angin kearahnya sehingga menerbangkan rambutnya yang indah berkilau. Remaja perempuan itu memiliki paras yang menawan dengan kulit putih bersih, mata besar, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, memiliki kumis tipis, serta bentuk mulut mungil berwarna merah cherry. Belum lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai mencapai 167 cm, kaki jenjang dan pinggang yang ramping, dilengkapi pula dengan rambutnya yang berwarna gray perpaduan violet, berkilau dan bergelombang sepinggang yang terlihat sangat halus dan lembut. Ia membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis dipangkal hidungnya dan meletakannya di kepala. Remaja perempuan itu berjalan memasuki mansion dengan percaya diri dan dagu terangk

    Last Updated : 2024-06-05

Latest chapter

  • The Revenge   Chapter 9

    Jam istirahat sudah selesai, para siswa siswi Alexanderia Global High School memasuki kelas mereka masing-masing.Kecuali empat sekawan trouble maker nya Alexanderia Global High School, yang tengah merasa sangat bosan didalam ruangan BK. Kevin, Ihsan, Kenan dan Xavier, tak ada yang lebih mending dari mereka berempat, mereka semua mempunyai otak gesrek yang selalu buat orang frustasi melihat tingkah mereka. Untung saja wajah mereka itu kelewat tampan, jadi banyak yang mengidolakan mereka. Mereka semua tampan, namun Xavier lah yang paling famous dari yang lain, mungkin karena dia juga adalah cucu dari pemilik sekolah.Mereka tidak menyeramkan, malah dianggap konyol oleh siswa di Alexandria Global High School, mereka juga bukan anak geng motor seperti biasanya trouble maker sekolah, mereka hanya membuat masalah untuk kesenangan mereka sendiri, termasuk 'menggangu' orang.Didepan mereka terlihat Mis Tina yang sedang bicara panjang kali lebar menegur mereka, namun dengan tidak sopan nya

  • The Revenge   Chapter 8

    "Lo anak baru?" Tanya Xavier yang sekarang menghadap kearah Nancy."Hmm." Jawab Nancy singkat."Gue Xavier." Ujar Laki-laki itu mengucapkan namanya, dengan masih tetap menhadap kedepan."Gue Nancy," Jawab singkat Nancy.Mereka berbincang tanpa melihat lawan biacara satu sama lain."Lo anak pemilik sekolah ini?" Tanya Nancy setengah hati, niatnya hanya basa-basi."Lo tau dari mana?" Tanya Xavier heran, padahal dia tidak menyebutkan nama lengkapnya. Dan hanya di jawab dengan mengangkat bahu tak acuh oleh Nancy."Waktu Lo tadi telat masuk kelas, gak ada guru yang berani marahin Lo.""Emh, lebih tepatnya mereka udah cape aja sama kelakuan gue," jawab Xavier. "Meskipun kakek gue pemilik sekolah ini, tapi tetep aja gue dapet perlakuan yang sama kaya yang lain."Nancy-pun hanya mengangguk, tanda mengerti.KringgggggSuara bel berbunyi membuat para murid bersorak gembira, mereka mulai membereskan alat tulis berserta buku masing masing."Yuk kita ke kantin." Ajak Starla membalikkan badannya, d

  • The Revenge   Chapter 7

    Disebuah kamar bernuansa modern minimalis, terlihat seorang remaja perempuan yang memiliki wajah cantik dan kulit mulus seputih susu, bak Dewi Yunani. Remaja cantik itu masih terlelap dengan damai di ranjang singel size miliknya. Kringggg Suara jam weker itu mengganggu tidurnya, kerutan samar terlihat di dahi, sebelum tangannya terulur untuk menghentikan dering jam weker itu. Perlahan matanya indah nya terbuka, ia bangun dan terduduk diatas ranjang nyamannya, tangannya terangkat dan tubuhnya merenggang seiring ia meregangkan otot, helaan napas terdengar sembari ia mengumpulkan kesadarannya kembali, dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Setelah kesadarannya sudah terkumpul, ia bangkit dan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Ia bersiap pergi kesekolah barunya, karena waktu sudah menunjukan pukul enam pagi hari. Setelah selesai bersiap, ia pergi dapur menyiapkan sarapan untuknya dan berangkat kesekolah baru. ~~~ Sebuah mobil Sport Lamborghini Aventador mema

  • The Revenge   Chapter 6

    Makasih udh nemenin Nancy hari ini yah Bi, Nancy seneng banget udah kemakam Mommy dan belanja kebutuhan apart." Ujar Nancy setelah mereka sampai didepan gerbang mansion keluarga Archer, untuk mengantarkan Bibi Hailey lagi. "Iya Non, Bibi juga seneng bisa nganter Non. Non harus bisa jaga diri yah tinggal sendiran di apart, kalo ada apa-apa Non bisa dateng ke Bibi. Bibi bakalan selalu ada buat Non," Sahut Bibi Hailey. "Non, harus dijaga makanannya, jangan terlalu banyak makan-makanan instan, kalo nggak ada sama sekali makanan, Non bilang aja ke Bibi, nanti Bibi kirim. Kalo malem, biasakan kunci pintunya dulu, jangan langsung tidur." Lanjut Bibi Hailey memberi wejangan, sebenarnya berat baginya membiarkan Nancy tinggal sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, ia pun memiliki tanggung jawab yang besar disini. "Iya Bi, Bibi nggak perlu khawatir, Nancy bisa jaga diri Nancy sendiri. Dan, makasih banyak karena Bibi udah sayang sama Nancy, perhatian sama Nancy. Disini, Nancy nggak punya sia

  • The Revenge   Chapter 5

    Pagi pun telah tiba, cahaya yang muncul dari belakang tirai membangunkan seorang remaja perempuan cantik, yang masih bergelung dengan selimutnya. Nancy mulai terusik karena terkena cahaya itu. Mata cantik itu terbuka perlahan, sembari mengerjap-ngerjap. Setelah sadar sepenuhnya, ia masih tetap berada di posisinya. Nancy teringat obrolan terakhir malam tadi dengan Daddy nya. Flashback On Mereka masih dengan posisi saling mendekap, sudah lama Nancy tidak merasakan pelukan dari Daddy nya itu. "Tinggalin wanita itu untuk Nancy, Daddy." Nancy merasakan tubuh Daddy yang menegang. "Kamu tau Daddy sangat mencintainya sweetheart." Ujar Reynald lirih. "Daddy udah berubah, sama seperti Rafael." Cicit Nancy. "Maafkan Daddy, tapi satu hal yang harus kamu tau, Daddy sangat menyayangimu, dan tidak boleh ada yang menyakiti putri Daddy ini." Reynald melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu anaknya, agar balas menatapnya kembali. "Ada satu hal lagi yang harus daddy bicarakan den

  • The Revenge   Chapter 4

    Tok Tok Tok Suara ketukan itu menyadarkan Nancy dari lamunannya, ia meninggalkan balkon kamarnya dan beranjak ke pintu dan membukanya. Ia melihat seorang maid yang berada di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. "Nona, tadi Tuan Reynald berpesan agar saya mengantarkan makanan kepada anda, Nona belum sempat makan tadi." Ujar maid itu. Ia pun terheran-heran sebenarnya, berapa banyak maid yang dipekerjakan disini? Perasaan dari tadi maid yang menghampirinya adalah orang yang berbeda beda. Namun, ia tersadar siapa keluarga Archer itu, yang membuatnya menghentikan pikiran konyolnya. "Hemm, terimakasih." Jawab Nancy singkat sambil mengambil nampan itu, dan menutup pintunya setelah maid itu pamit. Nancy memakan, makanan yang tadi diantar oleh pelayan tadi. Sepertinya Daddy cukup peduli padanya, meskipun tadi ia sudah berkata yang mungkin saja bisa melukai hatinya, tapi baguslah berarti dia sadar memang itu terjadi karena kesalahannya juga. Setelahnya ia p

  • The Revenge   Chapter 3

    Flashback On Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka-bonekanya, sesuai dengan imajinasinya. Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki seumurannya yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu. Si bocah laki laki itu, melempar kerikil-kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicueki oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya. Salah satu kerikil berhasil mengenai sisi pinggir punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik . "Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat

  • The Revenge   Chapter 2

    Nancy membuka mata setelah mendengar ketukan pintu kamarnya, ia bangkit dari baringannya dan beranjak membuka pintu. Ia melihat Bibi Hailey yang berada di depan pintu kamarnya, sedang menatap dirinya dengan ekspresi terkejut. Setelahnya ekspresi Bibi Hailey berganti menjadi bahagia, tersenyum senang dan segera memeluk Nancy. Begitupun dengan Nancy yang menyambut pelukan Bibi Hailey dengan hangat sembari tersenyum bahagia. Bibi Hailey merupakan kepala maid di mansion keluarga Archer yang sudah bekerja dari sebelum Nancy lahir. Nancy sudah mengganggap Bibi Hailey sebagai ibu-nya sendiri. "Bibi Hailey". Pekik Nancy dengan bahagia. "Nona". Ujar bibi Hailey juga, dan setelahnya terdengar isakan tangis dari Bibi Hailey. Mendengar itu Nancy segera melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Bibi Hailey dengan raut wajah khawatir. "Heyy, Bibi Hailey kenapa menangis?" Tanya Nancy khawatir, Bibi Hailey menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban, sembari berusaha meredakan tangisny

  • The Revenge   Chapter 1

    Terlihat sebuah mobil sport mewah Lamborghini Aventador, memasuki kawasan mansion bergaya American Classic. Bak adegan slowmo di film-film, seorang remaja perempuan keluar dari mobil kesayangannya itu. Alam seolah mendukungnya, dengan menghembuskan angin kearahnya sehingga menerbangkan rambutnya yang indah berkilau. Remaja perempuan itu memiliki paras yang menawan dengan kulit putih bersih, mata besar, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, memiliki kumis tipis, serta bentuk mulut mungil berwarna merah cherry. Belum lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai mencapai 167 cm, kaki jenjang dan pinggang yang ramping, dilengkapi pula dengan rambutnya yang berwarna gray perpaduan violet, berkilau dan bergelombang sepinggang yang terlihat sangat halus dan lembut. Ia membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis dipangkal hidungnya dan meletakannya di kepala. Remaja perempuan itu berjalan memasuki mansion dengan percaya diri dan dagu terangk

DMCA.com Protection Status