Share

Chapter 6

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2024-06-11 22:25:31

Makasih udh nemenin Nancy hari ini yah Bi, Nancy seneng banget udah kemakam Mommy dan belanja kebutuhan apart." Ujar Nancy setelah mereka sampai didepan gerbang mansion keluarga Archer, untuk mengantarkan Bibi Hailey lagi.

"Iya Non, Bibi juga seneng bisa nganter Non. Non harus bisa jaga diri yah tinggal sendiran di apart, kalo ada apa-apa Non bisa dateng ke Bibi. Bibi bakalan selalu ada buat Non," Sahut Bibi Hailey.

"Non, harus dijaga makanannya, jangan terlalu banyak makan-makanan instan, kalo nggak ada sama sekali makanan, Non bilang aja ke Bibi, nanti Bibi kirim. Kalo malem, biasakan kunci pintunya dulu, jangan langsung tidur." Lanjut Bibi Hailey memberi wejangan, sebenarnya berat baginya membiarkan Nancy tinggal sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, ia pun memiliki tanggung jawab yang besar disini.

"Iya Bi, Bibi nggak perlu khawatir, Nancy bisa jaga diri Nancy sendiri. Dan, makasih banyak karena Bibi udah sayang sama Nancy, perhatian sama Nancy. Disini, Nancy nggak punya siapa-siapa lagi selain Bibi." Ucap Nancy sembari menggenggam tangan Bibi Hailey, wanita paruh baya itu, sudah sangat berjasa dalam kehidupannya.

Dia yang selalu menjaganya dan mengurusnya sedari ia kecil, apalagi disaat keluarganya mulai dicerca masalah terus-menerus. Nancy sudah menganggap Bibi Hailey adalah ibu keduanya.

"Gapapa Non, Bibi udah nganggep Non itu anak Bibi sendiri, jadi kalo ada masalah, Non bisa dateng ke Bibi. Meskipun seandainya Bibi nggak bisa bantu, tapi setidaknya Bibi bisa dengerin curhatan Non." Mereka saling berpelukan, dengan Bibi Hailey yang menitihkan air matanya.

"Sekali lagi makasih Bi, Nancy sayang Bibi."

"Iya Non, Bibi juga sayang sama Non. Nanti seminggu sekali Bibi bakalan samperin Non ke apartemen yah."

"Iya Bi."

Setelah puas berpelukan, Bibi Hailey-pun keluar dari mobil Nancy. Sebelum menjalankan mobilnya mereka saling melambaikan tangan, simbol salam perpisahan.

Nancy melajukan mobilnya, meninggalkan area komplek elit itu. Dan tak menyadari bahwa ia berpapasan dengan mobil Daddy-nya yang baru pulang dari kantor, begitupun dengan Reynald, yang tidak menyadari mobil Nancy.

~~~

Bip

Nancy sudah sampai di apartemennya, ia kembali mengunci pintu dan melepas sepatunya. Semua barang sudah tertata dengan rapi sekaligus alat-alat elektronik yang tadi sudah ia beli, sudah siap pakai dan berada ditempatnya.

Memang dengan uang, apapun bisa terselesaikan. Dan sekarang, ia tidak perlu repot-repot untuk menata barang-barang itu dan tinggal memakainya.

Sekarang sudah jam lima sore, dan besok ia akan mulai bersekolah, disekolah barunya Alexandria High School. Sekolah swasta menengah keatas yang terkenal dengan keunggulan prestasinya, sekolah ini bisa dibilang elit, namun bukan sekolah internasional.

Ia bersekolah di Alexanderia Global High School ini memakai uangnya sendiri, ia sudah memikirkan matang-matang apa yang harus ia lakukan agar bisa hidup mandiri tanpa merepotkan Aunty Stella kembali.

Selama di Inggris, ia tinggal dengan Aunty Stella yang merupakan adiknya Mommy. Aunty-nya itu sangat baik dan selalu memanjakannya, apa yang Nancy inginkan selalu Stella turuti.

Sampai-sampai Stella rela membatalkan pernikahannya karena pacar Stella yang merasa bahwa Stella lebih memprioritaskan Nancy ketimbang dirinya.

Namun Stella tidak pernah menunjukan kesedihannya, ia hanya lebih fokus bekerja, untuk mengalihkan kesedihannya. Tetapi, Nancy yang mengetahui batalnya pernikahan Stella, sangat merasa bersalah.

Dan puncaknya adalah saat Stella sakit terkena maag karena tidak teratur makannya dan tipes karena terlalu sibuk dan kelelahan, padahal Nancy sudah sangat cerewet agar Aunty-nya tidak terlalu sibuk dan memperhatikan kesehatannya.

Sebulan setelahnya, Stella sudah kembali seperti biasa, ia mulai mengurangi waktu bekerjanya dan tidak terlalu memforsir tubuhnya.

Setelah dirasa Stella sudah baik-baik saja, Nancy mengutarakan rencananya untuk kembali ke Indonesia dengan alasan ingin belajar hidup mandiri dan ingin memberi balasan kepada orang-orang yang sudah menghancurkan keluarganya.

Sulit bagi Stella untuk mengizinkan Nancy tinggal seorang diri di Indonesia. Namun, saat Nancy mengatakan ingin memberi pelajaran kepada orang-orang yang sudah menghancurkan keluarganya, ia mendukung dan memberikan izin, dengan catatan selalu memberi kabar padanya dan bila terjadi sesuatu, jangan sungkan untuk meminta bantuannya.

Back to the topic

Nancy memasuki kamar mandi, ia menanggal pakaiannya dan mulai berendam di bathtub, dengan air hangat.

Helaan napas terdengar dari remaja perempuan itu, hari-hari yang sangat melelahkan baginya. Mulai besok ia akan membuka lembaran baru hidupnya dengan lebih baik, tanpa melupakan perbuatan orang-orang yang telah merusak kehidupannya.

Setelah selesai, ia memakai pakaian yang telah diberi oleh orang suruhan Aunty-nya untuk mengirim barang-barang Nancy yang di Inggris ke Indonesia. Dan tidak lupa memakai serangkaian skincare rutinnya.

Drrtttt drttt

Ditengah kegiatannya, tiba-tiba saja Smartphone yang berlogo apel digigit miliknya itu berbunyi, Pertanda ada yang menelpon-nya.

Ia beranjak untuk mengambil smartphone-nya yang berada diatas nakas samping kasur. Ternyata Aunty-nya lah yang menelpon, Nancy pun menggeser ikon untuk menerima panggilan.

"Hallo Aunty." Sapa Nancy saat panggilan sudah tersambung.

"Hallo sweetheart, how are you?" Tanya Stella dari seberang sana, dengan nada haru, karena ia sangat merindukan keponakan tersayangnya itu. "Aunty sangat merindukanmu sweetheart." Ungkap Stella masih dengan nada haru.

"Ouhh Aunty, Nancy Miss you too." Jawab Nancy yang juga merasa rindu dengan Aunty-nya itu.

"Bagaimana sayang apakah Reynald melukaimu?" Tanya Stella khawatir.

"No, Aunty, dia bilang dia merindukanku," sahut Nancy. "But, dia tetap saja masih mencintai wanita itu." Lanjutnya dengan nada yang lebih murung.

"Ouhh, Reynald stupid, tetap saja dia ingin dibodoh-bodohi oleh wanita ular itu!" Ingin rasanya ia terbang ke Indonesia dan mencekik kedua manusia bajingan itu.

Nancy pun hanya bisa menghela napasnya mendengar gerutuan Stella.

Ia-pun sama, ingin rasanya berteriak didepan wajah sang Daddy, bahwa ia sangat bodoh hanya karena cinta.

"Listen sweetheart, kamu hanya perlu mencari bukti dari kebenaran-kebenaran itu, dan memberitahukannya pada Reynald." Ujar Stella kembali. Memang selama lima tahun ini, ia dan Nancy berusaha untuk mencari fakta-fakta yang bisa-bisa menjatuhkan wanita licik itu.

And Boom! Fakta yang sangat mengejutkan berhasil mereka temukan. Dan tujuan Nancy kembali ke Indonesia adalah untuk mencari bukti kebenaran itu dan menghancurkan wanita perebut Daddy-nya.

"Aunty, kalo hanya seperti itu, tidak akan seru. Nancy bakalan bermain-main dulu sampai mereka terjebak dalam permainan Nancy, dan menghancurkan diri mereka sendiri." Ucap Nancy dengan seringaian licik di wajah cantiknya.

"Ouhh, that my niece. Ingat sweetheart, jika kamu perlu bantuan Aunty, bilang saja okayy, Aunty pasti akan bantu kamu."

"Of course Aunty, don't worry, Nancy bakalan berusaha untuk mengumpulkan bukti-bukti itu."

"Good girl, and now its time to you for rest, Aunty tau hari-hari kemarin sangat berat untukmu." Ujar Stella perhatian.

"Thanks Aunty, Aunty juga jangan terlalu sibuk bekerja dan jangan lupa makan, okay?" Balas Nancy.

"Of course sweetheart. Belajar yang benar besok disekolah yahh."

"Pasti, bye Aunty!"

"Bye sweetheart!"

Tutt

Dan setelah-nya panggilan itu berakhir, Nancy menghela napas panjang. Dan meninggalkan kamarnya untuk ke dapur dan memasak, karena ia sudah merasa lapar.

Ia mulai berkutat dengan alat-alat dapur untuk memasak banyak makanan untuk merayakan lembaran baru hidupnya, seperti salad sayur, sapo tofu, beef steak and shrimp, dilanjut dengan dessert nya yaitu blueberry cheesecake, dengan minumnya wine.

Jangan heran lagi, dengan Nancy yang sudah minum wine diumur yang masih lima belas tahun, pergaulan bebas dan diberi kepercayaan lebih oleh Aunty-nya adalah hal yang menjadi faktor utama ia mencoba hal hal itu.

Didukung juga dengan prinsipnya yaitu, pendidikan memang-lah penting tetapi lebih penting sebuah pengalaman. Ia memang pandai dalam pendidikan dan prestasi lainnya, namun pengalaman pun jangan sampai tertinggal, sama hal nya dengan mencoba sesuatu yang memang belum wajar diusianya. Mencoba tidaklah salah, tapi jangan sampai kecanduan.

Related chapters

  • The Revenge   Chapter 7

    Disebuah kamar bernuansa modern minimalis, terlihat seorang remaja perempuan yang memiliki wajah cantik dan kulit mulus seputih susu, bak Dewi Yunani. Remaja cantik itu masih terlelap dengan damai di ranjang singel size miliknya. Kringggg Suara jam weker itu mengganggu tidurnya, kerutan samar terlihat di dahi, sebelum tangannya terulur untuk menghentikan dering jam weker itu. Perlahan matanya indah nya terbuka, ia bangun dan terduduk diatas ranjang nyamannya, tangannya terangkat dan tubuhnya merenggang seiring ia meregangkan otot, helaan napas terdengar sembari ia mengumpulkan kesadarannya kembali, dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Setelah kesadarannya sudah terkumpul, ia bangkit dan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Ia bersiap pergi kesekolah barunya, karena waktu sudah menunjukan pukul enam pagi hari. Setelah selesai bersiap, ia pergi dapur menyiapkan sarapan untuknya dan berangkat kesekolah baru. ~~~ Sebuah mobil Sport Lamborghini Aventador mema

    Last Updated : 2024-06-14
  • The Revenge   Chapter 8

    "Lo anak baru?" Tanya Xavier yang sekarang menghadap kearah Nancy."Hmm." Jawab Nancy singkat."Gue Xavier." Ujar Laki-laki itu mengucapkan namanya, dengan masih tetap menhadap kedepan."Gue Nancy," Jawab singkat Nancy.Mereka berbincang tanpa melihat lawan biacara satu sama lain."Lo anak pemilik sekolah ini?" Tanya Nancy setengah hati, niatnya hanya basa-basi."Lo tau dari mana?" Tanya Xavier heran, padahal dia tidak menyebutkan nama lengkapnya. Dan hanya di jawab dengan mengangkat bahu tak acuh oleh Nancy."Waktu Lo tadi telat masuk kelas, gak ada guru yang berani marahin Lo.""Emh, lebih tepatnya mereka udah cape aja sama kelakuan gue," jawab Xavier. "Meskipun kakek gue pemilik sekolah ini, tapi tetep aja gue dapet perlakuan yang sama kaya yang lain."Nancy-pun hanya mengangguk, tanda mengerti.KringgggggSuara bel berbunyi membuat para murid bersorak gembira, mereka mulai membereskan alat tulis berserta buku masing masing."Yuk kita ke kantin." Ajak Starla membalikkan badannya, d

    Last Updated : 2024-06-27
  • The Revenge   Chapter 9

    Jam istirahat sudah selesai, para siswa siswi Alexanderia Global High School memasuki kelas mereka masing-masing.Kecuali empat sekawan trouble maker nya Alexanderia Global High School, yang tengah merasa sangat bosan didalam ruangan BK. Kevin, Ihsan, Kenan dan Xavier, tak ada yang lebih mending dari mereka berempat, mereka semua mempunyai otak gesrek yang selalu buat orang frustasi melihat tingkah mereka. Untung saja wajah mereka itu kelewat tampan, jadi banyak yang mengidolakan mereka. Mereka semua tampan, namun Xavier lah yang paling famous dari yang lain, mungkin karena dia juga adalah cucu dari pemilik sekolah.Mereka tidak menyeramkan, malah dianggap konyol oleh siswa di Alexandria Global High School, mereka juga bukan anak geng motor seperti biasanya trouble maker sekolah, mereka hanya membuat masalah untuk kesenangan mereka sendiri, termasuk 'menggangu' orang.Didepan mereka terlihat Mis Tina yang sedang bicara panjang kali lebar menegur mereka, namun dengan tidak sopan nya

    Last Updated : 2024-06-30
  • The Revenge   Chapter 1

    Terlihat sebuah mobil sport mewah Lamborghini Aventador, memasuki kawasan mansion bergaya American Classic. Bak adegan slowmo di film-film, seorang remaja perempuan keluar dari mobil kesayangannya itu. Alam seolah mendukungnya, dengan menghembuskan angin kearahnya sehingga menerbangkan rambutnya yang indah berkilau. Remaja perempuan itu memiliki paras yang menawan dengan kulit putih bersih, mata besar, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, memiliki kumis tipis, serta bentuk mulut mungil berwarna merah cherry. Belum lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai mencapai 167 cm, kaki jenjang dan pinggang yang ramping, dilengkapi pula dengan rambutnya yang berwarna gray perpaduan violet, berkilau dan bergelombang sepinggang yang terlihat sangat halus dan lembut. Ia membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis dipangkal hidungnya dan meletakannya di kepala. Remaja perempuan itu berjalan memasuki mansion dengan percaya diri dan dagu terangk

    Last Updated : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 2

    Nancy membuka mata setelah mendengar ketukan pintu kamarnya, ia bangkit dari baringannya dan beranjak membuka pintu. Ia melihat Bibi Hailey yang berada di depan pintu kamarnya, sedang menatap dirinya dengan ekspresi terkejut. Setelahnya ekspresi Bibi Hailey berganti menjadi bahagia, tersenyum senang dan segera memeluk Nancy. Begitupun dengan Nancy yang menyambut pelukan Bibi Hailey dengan hangat sembari tersenyum bahagia. Bibi Hailey merupakan kepala maid di mansion keluarga Archer yang sudah bekerja dari sebelum Nancy lahir. Nancy sudah mengganggap Bibi Hailey sebagai ibu-nya sendiri. "Bibi Hailey". Pekik Nancy dengan bahagia. "Nona". Ujar bibi Hailey juga, dan setelahnya terdengar isakan tangis dari Bibi Hailey. Mendengar itu Nancy segera melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Bibi Hailey dengan raut wajah khawatir. "Heyy, Bibi Hailey kenapa menangis?" Tanya Nancy khawatir, Bibi Hailey menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban, sembari berusaha meredakan tangisny

    Last Updated : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 3

    Flashback On Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka-bonekanya, sesuai dengan imajinasinya. Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki seumurannya yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu. Si bocah laki laki itu, melempar kerikil-kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicueki oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya. Salah satu kerikil berhasil mengenai sisi pinggir punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik . "Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat

    Last Updated : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 4

    Tok Tok Tok Suara ketukan itu menyadarkan Nancy dari lamunannya, ia meninggalkan balkon kamarnya dan beranjak ke pintu dan membukanya. Ia melihat seorang maid yang berada di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. "Nona, tadi Tuan Reynald berpesan agar saya mengantarkan makanan kepada anda, Nona belum sempat makan tadi." Ujar maid itu. Ia pun terheran-heran sebenarnya, berapa banyak maid yang dipekerjakan disini? Perasaan dari tadi maid yang menghampirinya adalah orang yang berbeda beda. Namun, ia tersadar siapa keluarga Archer itu, yang membuatnya menghentikan pikiran konyolnya. "Hemm, terimakasih." Jawab Nancy singkat sambil mengambil nampan itu, dan menutup pintunya setelah maid itu pamit. Nancy memakan, makanan yang tadi diantar oleh pelayan tadi. Sepertinya Daddy cukup peduli padanya, meskipun tadi ia sudah berkata yang mungkin saja bisa melukai hatinya, tapi baguslah berarti dia sadar memang itu terjadi karena kesalahannya juga. Setelahnya ia p

    Last Updated : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 5

    Pagi pun telah tiba, cahaya yang muncul dari belakang tirai membangunkan seorang remaja perempuan cantik, yang masih bergelung dengan selimutnya. Nancy mulai terusik karena terkena cahaya itu. Mata cantik itu terbuka perlahan, sembari mengerjap-ngerjap. Setelah sadar sepenuhnya, ia masih tetap berada di posisinya. Nancy teringat obrolan terakhir malam tadi dengan Daddy nya. Flashback On Mereka masih dengan posisi saling mendekap, sudah lama Nancy tidak merasakan pelukan dari Daddy nya itu. "Tinggalin wanita itu untuk Nancy, Daddy." Nancy merasakan tubuh Daddy yang menegang. "Kamu tau Daddy sangat mencintainya sweetheart." Ujar Reynald lirih. "Daddy udah berubah, sama seperti Rafael." Cicit Nancy. "Maafkan Daddy, tapi satu hal yang harus kamu tau, Daddy sangat menyayangimu, dan tidak boleh ada yang menyakiti putri Daddy ini." Reynald melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu anaknya, agar balas menatapnya kembali. "Ada satu hal lagi yang harus daddy bicarakan den

    Last Updated : 2024-06-07

Latest chapter

  • The Revenge   Chapter 9

    Jam istirahat sudah selesai, para siswa siswi Alexanderia Global High School memasuki kelas mereka masing-masing.Kecuali empat sekawan trouble maker nya Alexanderia Global High School, yang tengah merasa sangat bosan didalam ruangan BK. Kevin, Ihsan, Kenan dan Xavier, tak ada yang lebih mending dari mereka berempat, mereka semua mempunyai otak gesrek yang selalu buat orang frustasi melihat tingkah mereka. Untung saja wajah mereka itu kelewat tampan, jadi banyak yang mengidolakan mereka. Mereka semua tampan, namun Xavier lah yang paling famous dari yang lain, mungkin karena dia juga adalah cucu dari pemilik sekolah.Mereka tidak menyeramkan, malah dianggap konyol oleh siswa di Alexandria Global High School, mereka juga bukan anak geng motor seperti biasanya trouble maker sekolah, mereka hanya membuat masalah untuk kesenangan mereka sendiri, termasuk 'menggangu' orang.Didepan mereka terlihat Mis Tina yang sedang bicara panjang kali lebar menegur mereka, namun dengan tidak sopan nya

  • The Revenge   Chapter 8

    "Lo anak baru?" Tanya Xavier yang sekarang menghadap kearah Nancy."Hmm." Jawab Nancy singkat."Gue Xavier." Ujar Laki-laki itu mengucapkan namanya, dengan masih tetap menhadap kedepan."Gue Nancy," Jawab singkat Nancy.Mereka berbincang tanpa melihat lawan biacara satu sama lain."Lo anak pemilik sekolah ini?" Tanya Nancy setengah hati, niatnya hanya basa-basi."Lo tau dari mana?" Tanya Xavier heran, padahal dia tidak menyebutkan nama lengkapnya. Dan hanya di jawab dengan mengangkat bahu tak acuh oleh Nancy."Waktu Lo tadi telat masuk kelas, gak ada guru yang berani marahin Lo.""Emh, lebih tepatnya mereka udah cape aja sama kelakuan gue," jawab Xavier. "Meskipun kakek gue pemilik sekolah ini, tapi tetep aja gue dapet perlakuan yang sama kaya yang lain."Nancy-pun hanya mengangguk, tanda mengerti.KringgggggSuara bel berbunyi membuat para murid bersorak gembira, mereka mulai membereskan alat tulis berserta buku masing masing."Yuk kita ke kantin." Ajak Starla membalikkan badannya, d

  • The Revenge   Chapter 7

    Disebuah kamar bernuansa modern minimalis, terlihat seorang remaja perempuan yang memiliki wajah cantik dan kulit mulus seputih susu, bak Dewi Yunani. Remaja cantik itu masih terlelap dengan damai di ranjang singel size miliknya. Kringggg Suara jam weker itu mengganggu tidurnya, kerutan samar terlihat di dahi, sebelum tangannya terulur untuk menghentikan dering jam weker itu. Perlahan matanya indah nya terbuka, ia bangun dan terduduk diatas ranjang nyamannya, tangannya terangkat dan tubuhnya merenggang seiring ia meregangkan otot, helaan napas terdengar sembari ia mengumpulkan kesadarannya kembali, dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Setelah kesadarannya sudah terkumpul, ia bangkit dan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Ia bersiap pergi kesekolah barunya, karena waktu sudah menunjukan pukul enam pagi hari. Setelah selesai bersiap, ia pergi dapur menyiapkan sarapan untuknya dan berangkat kesekolah baru. ~~~ Sebuah mobil Sport Lamborghini Aventador mema

  • The Revenge   Chapter 6

    Makasih udh nemenin Nancy hari ini yah Bi, Nancy seneng banget udah kemakam Mommy dan belanja kebutuhan apart." Ujar Nancy setelah mereka sampai didepan gerbang mansion keluarga Archer, untuk mengantarkan Bibi Hailey lagi. "Iya Non, Bibi juga seneng bisa nganter Non. Non harus bisa jaga diri yah tinggal sendiran di apart, kalo ada apa-apa Non bisa dateng ke Bibi. Bibi bakalan selalu ada buat Non," Sahut Bibi Hailey. "Non, harus dijaga makanannya, jangan terlalu banyak makan-makanan instan, kalo nggak ada sama sekali makanan, Non bilang aja ke Bibi, nanti Bibi kirim. Kalo malem, biasakan kunci pintunya dulu, jangan langsung tidur." Lanjut Bibi Hailey memberi wejangan, sebenarnya berat baginya membiarkan Nancy tinggal sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, ia pun memiliki tanggung jawab yang besar disini. "Iya Bi, Bibi nggak perlu khawatir, Nancy bisa jaga diri Nancy sendiri. Dan, makasih banyak karena Bibi udah sayang sama Nancy, perhatian sama Nancy. Disini, Nancy nggak punya sia

  • The Revenge   Chapter 5

    Pagi pun telah tiba, cahaya yang muncul dari belakang tirai membangunkan seorang remaja perempuan cantik, yang masih bergelung dengan selimutnya. Nancy mulai terusik karena terkena cahaya itu. Mata cantik itu terbuka perlahan, sembari mengerjap-ngerjap. Setelah sadar sepenuhnya, ia masih tetap berada di posisinya. Nancy teringat obrolan terakhir malam tadi dengan Daddy nya. Flashback On Mereka masih dengan posisi saling mendekap, sudah lama Nancy tidak merasakan pelukan dari Daddy nya itu. "Tinggalin wanita itu untuk Nancy, Daddy." Nancy merasakan tubuh Daddy yang menegang. "Kamu tau Daddy sangat mencintainya sweetheart." Ujar Reynald lirih. "Daddy udah berubah, sama seperti Rafael." Cicit Nancy. "Maafkan Daddy, tapi satu hal yang harus kamu tau, Daddy sangat menyayangimu, dan tidak boleh ada yang menyakiti putri Daddy ini." Reynald melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu anaknya, agar balas menatapnya kembali. "Ada satu hal lagi yang harus daddy bicarakan den

  • The Revenge   Chapter 4

    Tok Tok Tok Suara ketukan itu menyadarkan Nancy dari lamunannya, ia meninggalkan balkon kamarnya dan beranjak ke pintu dan membukanya. Ia melihat seorang maid yang berada di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. "Nona, tadi Tuan Reynald berpesan agar saya mengantarkan makanan kepada anda, Nona belum sempat makan tadi." Ujar maid itu. Ia pun terheran-heran sebenarnya, berapa banyak maid yang dipekerjakan disini? Perasaan dari tadi maid yang menghampirinya adalah orang yang berbeda beda. Namun, ia tersadar siapa keluarga Archer itu, yang membuatnya menghentikan pikiran konyolnya. "Hemm, terimakasih." Jawab Nancy singkat sambil mengambil nampan itu, dan menutup pintunya setelah maid itu pamit. Nancy memakan, makanan yang tadi diantar oleh pelayan tadi. Sepertinya Daddy cukup peduli padanya, meskipun tadi ia sudah berkata yang mungkin saja bisa melukai hatinya, tapi baguslah berarti dia sadar memang itu terjadi karena kesalahannya juga. Setelahnya ia p

  • The Revenge   Chapter 3

    Flashback On Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka-bonekanya, sesuai dengan imajinasinya. Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki seumurannya yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu. Si bocah laki laki itu, melempar kerikil-kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicueki oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya. Salah satu kerikil berhasil mengenai sisi pinggir punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik . "Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat

  • The Revenge   Chapter 2

    Nancy membuka mata setelah mendengar ketukan pintu kamarnya, ia bangkit dari baringannya dan beranjak membuka pintu. Ia melihat Bibi Hailey yang berada di depan pintu kamarnya, sedang menatap dirinya dengan ekspresi terkejut. Setelahnya ekspresi Bibi Hailey berganti menjadi bahagia, tersenyum senang dan segera memeluk Nancy. Begitupun dengan Nancy yang menyambut pelukan Bibi Hailey dengan hangat sembari tersenyum bahagia. Bibi Hailey merupakan kepala maid di mansion keluarga Archer yang sudah bekerja dari sebelum Nancy lahir. Nancy sudah mengganggap Bibi Hailey sebagai ibu-nya sendiri. "Bibi Hailey". Pekik Nancy dengan bahagia. "Nona". Ujar bibi Hailey juga, dan setelahnya terdengar isakan tangis dari Bibi Hailey. Mendengar itu Nancy segera melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Bibi Hailey dengan raut wajah khawatir. "Heyy, Bibi Hailey kenapa menangis?" Tanya Nancy khawatir, Bibi Hailey menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban, sembari berusaha meredakan tangisny

  • The Revenge   Chapter 1

    Terlihat sebuah mobil sport mewah Lamborghini Aventador, memasuki kawasan mansion bergaya American Classic. Bak adegan slowmo di film-film, seorang remaja perempuan keluar dari mobil kesayangannya itu. Alam seolah mendukungnya, dengan menghembuskan angin kearahnya sehingga menerbangkan rambutnya yang indah berkilau. Remaja perempuan itu memiliki paras yang menawan dengan kulit putih bersih, mata besar, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, memiliki kumis tipis, serta bentuk mulut mungil berwarna merah cherry. Belum lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai mencapai 167 cm, kaki jenjang dan pinggang yang ramping, dilengkapi pula dengan rambutnya yang berwarna gray perpaduan violet, berkilau dan bergelombang sepinggang yang terlihat sangat halus dan lembut. Ia membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis dipangkal hidungnya dan meletakannya di kepala. Remaja perempuan itu berjalan memasuki mansion dengan percaya diri dan dagu terangk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status