Share

Chapter 3

Penulis: Butterfly
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-05 23:21:03

Flashback On

Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar.

Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka-bonekanya, sesuai dengan imajinasinya.

Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki seumurannya yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu.

Si bocah laki laki itu, melempar kerikil-kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicueki oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya.

Salah satu kerikil berhasil mengenai sisi pinggir punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik .

"Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat imut Dimata bocah laki laki yang bernama Rafael itu.

Rafael berusaha menahan kedutan bibirnya, melihat keimutan sahabatnya.

"Gitu aja cakit, dasal lemah!" Ujar Rafael, dengan memasang wajah songong andalannya. "Liat nihh, Pael aja gapapa kok tangannya patah gala-gala Nancy." Lanjut Rafael sembari memperlihatkan tangan patahnya yang dibalut perban.

Wajah si anak perempuan bernama Nancy itu berubah menjadi murung, ia sangat merasa bersalah telah membuat tangan sahabatnya itu patah dan tidak bisa digerakkan.

"Maapin Nancy, Pael," cicit Nancy dengan kepala menunduk, tidak berani menatap wajah sahabatnya. "Nancy gak cengaja." Lanjut Nancy.

Melihat Sang sahabat yang berubah murung, Rafael menjadi tersentak dan beranjak mendekati sahabat perempuannya itu, bukan seperti itu maksudnya.

"Heyy, Nancy, Pael gak papa kok." Ujar Rafael menenangkan sembari mengangkat wajah Nancy yang menunduk. "Ini udah gak cakit." Lanjutnya sembari menatap dalam mata besar yang sudah berair itu.

Jadi kemarin lusa itu, Nancy berkata ingin memakan buah ceri yang sudah mulai memerah di pohon taman komplek. Ia meminta Sang sahabat untuk mengambilkan nya dengan memanjat, namun Rafael sudah bilang ia tidak bisa karena pohon itu terlalu tinggi.

Tetapi karena Nancy sangat tergiur dengan buah ceri itu, ia ingin nekat memanjat. Melihat sahabatnya yang sudah mengambil ancang-ancang akan memanjat, Rafael pun takut Nancy terjatuh dan dia yang jadi memanjat untuk mengambilkan buah ceri untuk sahabat tersayangnya itu.

Setelah sampai di atas ia menduduki salah satu dahan yang cukup kokoh, dan mulai memetik ceri yang sudah merah-merah.

Ia melempar-lemparkannya kebawah dan ditangkap oleh Nancy. Setelah lumayan banyak, ia berniat untuk turun, Namun ia merasa kesulitan karena tidak menemukan pijakan yang pas, dan akhirnya, ia terjatuh dari pohon ceri yang tingginya kurang lebih tiga setengah meter itu.

Rafael langsung dibawa kerumah sakit oleh orangtuanya, setelah Nancy yang berlari memanggil mereka sembari menangis histeris. Karena terjatuh itu, tangan Rafael menjadi patah dan harus menginap dirumah sakit selama beberapa hari.

Namun baru dua hari ia dirawat, Rafael sudah minta agar dirawat dirumah saja karena merasa bosan, tidak bisa bertemu dengan sahabatnya. Sedangkan Nancy tidak berani menjenguk Rafael karena merasa sangat bersalah dan takut.

Setelah sampai dirumah pun Nancy belum ada menjenguknya, padahal ia yakin Nancy pasti sudah tau kalau ia sudah pulang kerumah kembali. Ia pun diam-diam keluar rumah dan mencari keberadaan Nancy ditempat biasa mereka bermain.

Back to the topik

"Tapi, kalau waktu itu Nancy gak maksa Pael ngambil buah celi itu, Pael pasti gak akan jatoh." Ucap Nancy sendu dengan bibir yang bergetar yang mulai tertarik kebawah dan juga matanya yang berair, siap menumpahkan tangisnya.

"Pael gak papa Nancy, benelan!" Jawab Rafael dengan menekan kata benerannya.

Ia memutar otaknya, bagaimana cara supaya Nancy bisa melupakan rasa bersalahnya itu, karena jujur Rafael tidak apa-apa selagi itu untuk sahabatnya, dan Rafael sangat tidak menyukai Nancy yang merasa bersalah dan sedih.

"Nancy! Nancy mau gak gambal pelban Pael?" Tawar Rafael, berharap itu bisa menghilangkan rasa bersalah Nancy.

"Emang boleh? Nanti tangan Pael malah jadi tambah cakit." Tanya Nancy dengan wajah penasarannya yang terlihat menggemaskan.

"Boleh kok, kan tangan Pael didalem, kalo Nancy gambal dilualnya." Jawab Rafael lagi memberi izin.

"Benelan? Yeayyy!" Seru Nancy senang dan mengambil spidol warna miliknya, ia mulai menulis namanya di perban Rafael. Mereka terlihat bahagia dan seperti biasa Rafael yang berhasil menghibur sahabatnya kembali jika Nancy sedang merasa sedih.

Ditengah kegiatan mereka, datang seorang anak perempuan lain. Si anak perempuan itu terlihat iri karena tidak diajak bermain oleh Nancy dan Rafael.

"Nancy, Clala boleh ikutan main enggak?" Tanya si anak perempuan itu.

Kedua sahabat itu saling pandang dengan diam namun pikiran mereka sama.

"Kita udah mau pulang Clala, nanti lagi aja yah." Tolak Rafael, karena dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Clara.

Apalagi setelah kejadian tangganya patah, Clara datang menjenguknya namun Clara malah terus terusan berbicara seolah menyalah-nyalakan Nancy.

Hal itulah yang membuat Rafael semakin merasa tidak nyaman, karena sungguh dia tidak masalah harus jatuh untuk melihat sahabatnya itu bahagia.

Rafael mulai membereskan barang-barang mereka dibantu dengan Nancy dan menarik sahabatnya itu, meninggalkan Clara sendiri yang menatap mereka marah.

Padahal dia sudah berbicara berlebihan bahwa Nancy-lah yang salah telah membuat Rafael terjatuh, berharap Rafael terpengaruh oleh ucapannya dan memilih menjauhi Nancy.

~~~

Kedua anak berbeda jenis kelamin itu pulang kerumah dengan menggunakan sepeda, Rafael yang dibonceng dibelakang dan Nancy yang mengendarai sepeda.

Meskipun Nancy terlihat kesulitan mengendarai sepeda itu apalagi membonceng Rafael yang membawa barang cukup banyak.

Sebenarnya anak itu masih ingin ikut dan bermain dengan Nancy, namun Nancy tidak membolehkannya karena Rafael masih harus banyak beristirahat. Dengan sedikit drama akhirnya Rafael mau menurut untuk langsung beristirahat.

Namun siapa yang menduga bahwa Nancy akan terjatuh saat telah mengantarkan Rafael? Yang membuat lutut dan siku nya tergores aspal dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Nancy pun menangis dipinggir jalan.

"Nancy?! Nancy kenapa?" Tanya seorang anak lelaki yang merupakan Kaka sepupunya, William. Ia berlari mendekati Nancy dengan khawatir, dan membuang asal eskrim yang baru dia beli.

"Nancy jatoh Liam, huaaa!" Adu Nancy sambil menangis.

"Ya-yaudah, sini biar Liam gendong." Ujar Liam, semakin panik melihat darah yang mengalir dari luka Nancy. Ia pun mengambil posisi berjongkok di hadapan Nancy.

"Hiks hiks, ta-tapi Nancy belat Liam." Ucap Nancy dengan sesegukan.

"Gapapa, ayok naik!" Suruh Liam, yang setelahnya dituruti oleh Nancy.

Merekapun berjalan menuju mansion, dengan Nancy di gendongan Liam, dan meninggalkan sepeda Nancy.

Namun, mereka tidak menyadari kehadiran seorang anak perempuan yang melihat kepedulian kakaknya terhadap Nancy, yang membuat dalam dirinya timbul rasa benci karena iri dengan Nancy, yang mendapatkan kepedulian dari semua orang.

Ia iri mengapa ayahnya tidak bisa sehangat Daddy nya Nancy, selalu membanding-bandingkannya dengan Nancy dan ia yang terus dituntut untuk lebih dari Nancy, yang memang lebih pintar dan pandai dalam banyak hal lainnya.

Belum lagi kakaknya William yang juga sangat peduli dengan Nancy, Bahkan Rafael pun sampai tidak mau bermain dengannya karena ulah Nancy.

Flashback off

Bab terkait

  • The Revenge   Chapter 4

    Tok Tok Tok Suara ketukan itu menyadarkan Nancy dari lamunannya, ia meninggalkan balkon kamarnya dan beranjak ke pintu dan membukanya. Ia melihat seorang maid yang berada di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. "Nona, tadi Tuan Reynald berpesan agar saya mengantarkan makanan kepada anda, Nona belum sempat makan tadi." Ujar maid itu. Ia pun terheran-heran sebenarnya, berapa banyak maid yang dipekerjakan disini? Perasaan dari tadi maid yang menghampirinya adalah orang yang berbeda beda. Namun, ia tersadar siapa keluarga Archer itu, yang membuatnya menghentikan pikiran konyolnya. "Hemm, terimakasih." Jawab Nancy singkat sambil mengambil nampan itu, dan menutup pintunya setelah maid itu pamit. Nancy memakan, makanan yang tadi diantar oleh pelayan tadi. Sepertinya Daddy cukup peduli padanya, meskipun tadi ia sudah berkata yang mungkin saja bisa melukai hatinya, tapi baguslah berarti dia sadar memang itu terjadi karena kesalahannya juga. Setelahnya ia p

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 5

    Pagi pun telah tiba, cahaya yang muncul dari belakang tirai membangunkan seorang remaja perempuan cantik, yang masih bergelung dengan selimutnya. Nancy mulai terusik karena terkena cahaya itu. Mata cantik itu terbuka perlahan, sembari mengerjap-ngerjap. Setelah sadar sepenuhnya, ia masih tetap berada di posisinya. Nancy teringat obrolan terakhir malam tadi dengan Daddy nya. Flashback On Mereka masih dengan posisi saling mendekap, sudah lama Nancy tidak merasakan pelukan dari Daddy nya itu. "Tinggalin wanita itu untuk Nancy, Daddy." Nancy merasakan tubuh Daddy yang menegang. "Kamu tau Daddy sangat mencintainya sweetheart." Ujar Reynald lirih. "Daddy udah berubah, sama seperti Rafael." Cicit Nancy. "Maafkan Daddy, tapi satu hal yang harus kamu tau, Daddy sangat menyayangimu, dan tidak boleh ada yang menyakiti putri Daddy ini." Reynald melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu anaknya, agar balas menatapnya kembali. "Ada satu hal lagi yang harus daddy bicarakan den

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • The Revenge   Chapter 6

    Makasih udh nemenin Nancy hari ini yah Bi, Nancy seneng banget udah kemakam Mommy dan belanja kebutuhan apart." Ujar Nancy setelah mereka sampai didepan gerbang mansion keluarga Archer, untuk mengantarkan Bibi Hailey lagi. "Iya Non, Bibi juga seneng bisa nganter Non. Non harus bisa jaga diri yah tinggal sendiran di apart, kalo ada apa-apa Non bisa dateng ke Bibi. Bibi bakalan selalu ada buat Non," Sahut Bibi Hailey. "Non, harus dijaga makanannya, jangan terlalu banyak makan-makanan instan, kalo nggak ada sama sekali makanan, Non bilang aja ke Bibi, nanti Bibi kirim. Kalo malem, biasakan kunci pintunya dulu, jangan langsung tidur." Lanjut Bibi Hailey memberi wejangan, sebenarnya berat baginya membiarkan Nancy tinggal sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, ia pun memiliki tanggung jawab yang besar disini. "Iya Bi, Bibi nggak perlu khawatir, Nancy bisa jaga diri Nancy sendiri. Dan, makasih banyak karena Bibi udah sayang sama Nancy, perhatian sama Nancy. Disini, Nancy nggak punya sia

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • The Revenge   Chapter 7

    Disebuah kamar bernuansa modern minimalis, terlihat seorang remaja perempuan yang memiliki wajah cantik dan kulit mulus seputih susu, bak Dewi Yunani. Remaja cantik itu masih terlelap dengan damai di ranjang singel size miliknya. Kringggg Suara jam weker itu mengganggu tidurnya, kerutan samar terlihat di dahi, sebelum tangannya terulur untuk menghentikan dering jam weker itu. Perlahan matanya indah nya terbuka, ia bangun dan terduduk diatas ranjang nyamannya, tangannya terangkat dan tubuhnya merenggang seiring ia meregangkan otot, helaan napas terdengar sembari ia mengumpulkan kesadarannya kembali, dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Setelah kesadarannya sudah terkumpul, ia bangkit dan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Ia bersiap pergi kesekolah barunya, karena waktu sudah menunjukan pukul enam pagi hari. Setelah selesai bersiap, ia pergi dapur menyiapkan sarapan untuknya dan berangkat kesekolah baru. ~~~ Sebuah mobil Sport Lamborghini Aventador mema

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • The Revenge   Chapter 8

    "Lo anak baru?" Tanya Xavier yang sekarang menghadap kearah Nancy."Hmm." Jawab Nancy singkat."Gue Xavier." Ujar Laki-laki itu mengucapkan namanya, dengan masih tetap menhadap kedepan."Gue Nancy," Jawab singkat Nancy.Mereka berbincang tanpa melihat lawan biacara satu sama lain."Lo anak pemilik sekolah ini?" Tanya Nancy setengah hati, niatnya hanya basa-basi."Lo tau dari mana?" Tanya Xavier heran, padahal dia tidak menyebutkan nama lengkapnya. Dan hanya di jawab dengan mengangkat bahu tak acuh oleh Nancy."Waktu Lo tadi telat masuk kelas, gak ada guru yang berani marahin Lo.""Emh, lebih tepatnya mereka udah cape aja sama kelakuan gue," jawab Xavier. "Meskipun kakek gue pemilik sekolah ini, tapi tetep aja gue dapet perlakuan yang sama kaya yang lain."Nancy-pun hanya mengangguk, tanda mengerti.KringgggggSuara bel berbunyi membuat para murid bersorak gembira, mereka mulai membereskan alat tulis berserta buku masing masing."Yuk kita ke kantin." Ajak Starla membalikkan badannya, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • The Revenge   Chapter 9

    Jam istirahat sudah selesai, para siswa siswi Alexanderia Global High School memasuki kelas mereka masing-masing.Kecuali empat sekawan trouble maker nya Alexanderia Global High School, yang tengah merasa sangat bosan didalam ruangan BK. Kevin, Ihsan, Kenan dan Xavier, tak ada yang lebih mending dari mereka berempat, mereka semua mempunyai otak gesrek yang selalu buat orang frustasi melihat tingkah mereka. Untung saja wajah mereka itu kelewat tampan, jadi banyak yang mengidolakan mereka. Mereka semua tampan, namun Xavier lah yang paling famous dari yang lain, mungkin karena dia juga adalah cucu dari pemilik sekolah.Mereka tidak menyeramkan, malah dianggap konyol oleh siswa di Alexandria Global High School, mereka juga bukan anak geng motor seperti biasanya trouble maker sekolah, mereka hanya membuat masalah untuk kesenangan mereka sendiri, termasuk 'menggangu' orang.Didepan mereka terlihat Mis Tina yang sedang bicara panjang kali lebar menegur mereka, namun dengan tidak sopan nya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • The Revenge   Chapter 1

    Terlihat sebuah mobil sport mewah Lamborghini Aventador, memasuki kawasan mansion bergaya American Classic. Bak adegan slowmo di film-film, seorang remaja perempuan keluar dari mobil kesayangannya itu. Alam seolah mendukungnya, dengan menghembuskan angin kearahnya sehingga menerbangkan rambutnya yang indah berkilau. Remaja perempuan itu memiliki paras yang menawan dengan kulit putih bersih, mata besar, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, memiliki kumis tipis, serta bentuk mulut mungil berwarna merah cherry. Belum lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai mencapai 167 cm, kaki jenjang dan pinggang yang ramping, dilengkapi pula dengan rambutnya yang berwarna gray perpaduan violet, berkilau dan bergelombang sepinggang yang terlihat sangat halus dan lembut. Ia membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis dipangkal hidungnya dan meletakannya di kepala. Remaja perempuan itu berjalan memasuki mansion dengan percaya diri dan dagu terangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • The Revenge   Chapter 2

    Nancy membuka mata setelah mendengar ketukan pintu kamarnya, ia bangkit dari baringannya dan beranjak membuka pintu. Ia melihat Bibi Hailey yang berada di depan pintu kamarnya, sedang menatap dirinya dengan ekspresi terkejut. Setelahnya ekspresi Bibi Hailey berganti menjadi bahagia, tersenyum senang dan segera memeluk Nancy. Begitupun dengan Nancy yang menyambut pelukan Bibi Hailey dengan hangat sembari tersenyum bahagia. Bibi Hailey merupakan kepala maid di mansion keluarga Archer yang sudah bekerja dari sebelum Nancy lahir. Nancy sudah mengganggap Bibi Hailey sebagai ibu-nya sendiri. "Bibi Hailey". Pekik Nancy dengan bahagia. "Nona". Ujar bibi Hailey juga, dan setelahnya terdengar isakan tangis dari Bibi Hailey. Mendengar itu Nancy segera melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Bibi Hailey dengan raut wajah khawatir. "Heyy, Bibi Hailey kenapa menangis?" Tanya Nancy khawatir, Bibi Hailey menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban, sembari berusaha meredakan tangisny

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05

Bab terbaru

  • The Revenge   Chapter 9

    Jam istirahat sudah selesai, para siswa siswi Alexanderia Global High School memasuki kelas mereka masing-masing.Kecuali empat sekawan trouble maker nya Alexanderia Global High School, yang tengah merasa sangat bosan didalam ruangan BK. Kevin, Ihsan, Kenan dan Xavier, tak ada yang lebih mending dari mereka berempat, mereka semua mempunyai otak gesrek yang selalu buat orang frustasi melihat tingkah mereka. Untung saja wajah mereka itu kelewat tampan, jadi banyak yang mengidolakan mereka. Mereka semua tampan, namun Xavier lah yang paling famous dari yang lain, mungkin karena dia juga adalah cucu dari pemilik sekolah.Mereka tidak menyeramkan, malah dianggap konyol oleh siswa di Alexandria Global High School, mereka juga bukan anak geng motor seperti biasanya trouble maker sekolah, mereka hanya membuat masalah untuk kesenangan mereka sendiri, termasuk 'menggangu' orang.Didepan mereka terlihat Mis Tina yang sedang bicara panjang kali lebar menegur mereka, namun dengan tidak sopan nya

  • The Revenge   Chapter 8

    "Lo anak baru?" Tanya Xavier yang sekarang menghadap kearah Nancy."Hmm." Jawab Nancy singkat."Gue Xavier." Ujar Laki-laki itu mengucapkan namanya, dengan masih tetap menhadap kedepan."Gue Nancy," Jawab singkat Nancy.Mereka berbincang tanpa melihat lawan biacara satu sama lain."Lo anak pemilik sekolah ini?" Tanya Nancy setengah hati, niatnya hanya basa-basi."Lo tau dari mana?" Tanya Xavier heran, padahal dia tidak menyebutkan nama lengkapnya. Dan hanya di jawab dengan mengangkat bahu tak acuh oleh Nancy."Waktu Lo tadi telat masuk kelas, gak ada guru yang berani marahin Lo.""Emh, lebih tepatnya mereka udah cape aja sama kelakuan gue," jawab Xavier. "Meskipun kakek gue pemilik sekolah ini, tapi tetep aja gue dapet perlakuan yang sama kaya yang lain."Nancy-pun hanya mengangguk, tanda mengerti.KringgggggSuara bel berbunyi membuat para murid bersorak gembira, mereka mulai membereskan alat tulis berserta buku masing masing."Yuk kita ke kantin." Ajak Starla membalikkan badannya, d

  • The Revenge   Chapter 7

    Disebuah kamar bernuansa modern minimalis, terlihat seorang remaja perempuan yang memiliki wajah cantik dan kulit mulus seputih susu, bak Dewi Yunani. Remaja cantik itu masih terlelap dengan damai di ranjang singel size miliknya. Kringggg Suara jam weker itu mengganggu tidurnya, kerutan samar terlihat di dahi, sebelum tangannya terulur untuk menghentikan dering jam weker itu. Perlahan matanya indah nya terbuka, ia bangun dan terduduk diatas ranjang nyamannya, tangannya terangkat dan tubuhnya merenggang seiring ia meregangkan otot, helaan napas terdengar sembari ia mengumpulkan kesadarannya kembali, dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Setelah kesadarannya sudah terkumpul, ia bangkit dan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Ia bersiap pergi kesekolah barunya, karena waktu sudah menunjukan pukul enam pagi hari. Setelah selesai bersiap, ia pergi dapur menyiapkan sarapan untuknya dan berangkat kesekolah baru. ~~~ Sebuah mobil Sport Lamborghini Aventador mema

  • The Revenge   Chapter 6

    Makasih udh nemenin Nancy hari ini yah Bi, Nancy seneng banget udah kemakam Mommy dan belanja kebutuhan apart." Ujar Nancy setelah mereka sampai didepan gerbang mansion keluarga Archer, untuk mengantarkan Bibi Hailey lagi. "Iya Non, Bibi juga seneng bisa nganter Non. Non harus bisa jaga diri yah tinggal sendiran di apart, kalo ada apa-apa Non bisa dateng ke Bibi. Bibi bakalan selalu ada buat Non," Sahut Bibi Hailey. "Non, harus dijaga makanannya, jangan terlalu banyak makan-makanan instan, kalo nggak ada sama sekali makanan, Non bilang aja ke Bibi, nanti Bibi kirim. Kalo malem, biasakan kunci pintunya dulu, jangan langsung tidur." Lanjut Bibi Hailey memberi wejangan, sebenarnya berat baginya membiarkan Nancy tinggal sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, ia pun memiliki tanggung jawab yang besar disini. "Iya Bi, Bibi nggak perlu khawatir, Nancy bisa jaga diri Nancy sendiri. Dan, makasih banyak karena Bibi udah sayang sama Nancy, perhatian sama Nancy. Disini, Nancy nggak punya sia

  • The Revenge   Chapter 5

    Pagi pun telah tiba, cahaya yang muncul dari belakang tirai membangunkan seorang remaja perempuan cantik, yang masih bergelung dengan selimutnya. Nancy mulai terusik karena terkena cahaya itu. Mata cantik itu terbuka perlahan, sembari mengerjap-ngerjap. Setelah sadar sepenuhnya, ia masih tetap berada di posisinya. Nancy teringat obrolan terakhir malam tadi dengan Daddy nya. Flashback On Mereka masih dengan posisi saling mendekap, sudah lama Nancy tidak merasakan pelukan dari Daddy nya itu. "Tinggalin wanita itu untuk Nancy, Daddy." Nancy merasakan tubuh Daddy yang menegang. "Kamu tau Daddy sangat mencintainya sweetheart." Ujar Reynald lirih. "Daddy udah berubah, sama seperti Rafael." Cicit Nancy. "Maafkan Daddy, tapi satu hal yang harus kamu tau, Daddy sangat menyayangimu, dan tidak boleh ada yang menyakiti putri Daddy ini." Reynald melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu anaknya, agar balas menatapnya kembali. "Ada satu hal lagi yang harus daddy bicarakan den

  • The Revenge   Chapter 4

    Tok Tok Tok Suara ketukan itu menyadarkan Nancy dari lamunannya, ia meninggalkan balkon kamarnya dan beranjak ke pintu dan membukanya. Ia melihat seorang maid yang berada di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. "Nona, tadi Tuan Reynald berpesan agar saya mengantarkan makanan kepada anda, Nona belum sempat makan tadi." Ujar maid itu. Ia pun terheran-heran sebenarnya, berapa banyak maid yang dipekerjakan disini? Perasaan dari tadi maid yang menghampirinya adalah orang yang berbeda beda. Namun, ia tersadar siapa keluarga Archer itu, yang membuatnya menghentikan pikiran konyolnya. "Hemm, terimakasih." Jawab Nancy singkat sambil mengambil nampan itu, dan menutup pintunya setelah maid itu pamit. Nancy memakan, makanan yang tadi diantar oleh pelayan tadi. Sepertinya Daddy cukup peduli padanya, meskipun tadi ia sudah berkata yang mungkin saja bisa melukai hatinya, tapi baguslah berarti dia sadar memang itu terjadi karena kesalahannya juga. Setelahnya ia p

  • The Revenge   Chapter 3

    Flashback On Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka-bonekanya, sesuai dengan imajinasinya. Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki seumurannya yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu. Si bocah laki laki itu, melempar kerikil-kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicueki oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya. Salah satu kerikil berhasil mengenai sisi pinggir punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik . "Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat

  • The Revenge   Chapter 2

    Nancy membuka mata setelah mendengar ketukan pintu kamarnya, ia bangkit dari baringannya dan beranjak membuka pintu. Ia melihat Bibi Hailey yang berada di depan pintu kamarnya, sedang menatap dirinya dengan ekspresi terkejut. Setelahnya ekspresi Bibi Hailey berganti menjadi bahagia, tersenyum senang dan segera memeluk Nancy. Begitupun dengan Nancy yang menyambut pelukan Bibi Hailey dengan hangat sembari tersenyum bahagia. Bibi Hailey merupakan kepala maid di mansion keluarga Archer yang sudah bekerja dari sebelum Nancy lahir. Nancy sudah mengganggap Bibi Hailey sebagai ibu-nya sendiri. "Bibi Hailey". Pekik Nancy dengan bahagia. "Nona". Ujar bibi Hailey juga, dan setelahnya terdengar isakan tangis dari Bibi Hailey. Mendengar itu Nancy segera melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Bibi Hailey dengan raut wajah khawatir. "Heyy, Bibi Hailey kenapa menangis?" Tanya Nancy khawatir, Bibi Hailey menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban, sembari berusaha meredakan tangisny

  • The Revenge   Chapter 1

    Terlihat sebuah mobil sport mewah Lamborghini Aventador, memasuki kawasan mansion bergaya American Classic. Bak adegan slowmo di film-film, seorang remaja perempuan keluar dari mobil kesayangannya itu. Alam seolah mendukungnya, dengan menghembuskan angin kearahnya sehingga menerbangkan rambutnya yang indah berkilau. Remaja perempuan itu memiliki paras yang menawan dengan kulit putih bersih, mata besar, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, memiliki kumis tipis, serta bentuk mulut mungil berwarna merah cherry. Belum lagi dengan tubuhnya yang tinggi semampai mencapai 167 cm, kaki jenjang dan pinggang yang ramping, dilengkapi pula dengan rambutnya yang berwarna gray perpaduan violet, berkilau dan bergelombang sepinggang yang terlihat sangat halus dan lembut. Ia membuka kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis dipangkal hidungnya dan meletakannya di kepala. Remaja perempuan itu berjalan memasuki mansion dengan percaya diri dan dagu terangk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status