Happy reading...
Saat mendengar kata Demon apa yang kalian pikirkan?
Pasti kalian menjawab iblis, devil, penghancur atau mungkin makhluk pembuat masalah.
Ya, itu tidak sepenuhnya salah karna memang begitulah penjabaran dari beberapa buku yang mungkin pernah kalian baca atau cerita yang kalian dengar.
Mengenai wujud apa yang pertama kali kalian pikirkan?
Mungkin menyeramkan, sosok yang tinggi besar dengan senjata di tangannya, atau mungkin wujud manusia setengah hewan. Itu memang benar. Tapi Pernahkah kalian berfikir jika Demon bisa berubah wujud sesuai keinginan mereka? Wujud menyeramkan bisa berubah menjadi sangat menawan bak seorang pangeran atau putri raja.
Ada Demon yang memiliki kemampuan langsung bisa mengubah wujud mereka sesuka hati namun ada juga yang tidak. Untuk melakukan hal itu ras Demon ini harus menyerap jiwa putus asa para manusia.
Mereka di kenal dengan bangsa The Red Demon atau iblis bermata merah.
Kenapa mereka harus menyerap jiwa putus asa para manusia? Jiwa manusia yang kehilangan arah dan tujuan adalah mangsa terbaik untuk The Red Demon. Karna manusia seperti ini lebih mudah untuk di pengaruhi. Para manusia putus asa juga dengan mudah percaya akan bujuk rayu para Demon.
Dengan menyerap jiwa para manusia seperti itu membuat Demon semakin kuat, bisa berubah wujud menjadi manusia sesuka hati dan yang paling penting adalah jiwa manusia membuat para mereka abadi.
Luar biasa bukan?
Dahulu para The Red Demon tidak berani untuk keluar dari hutan. Mereka hanya bisa berburu jiwa hewan di hutan namun tentu saja efek yang meraka dapat lama, bahkan tidak ada apa-apanya. Itulah yang menjadi penyebab mereka akhirnya keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa yang lebih seperti manusia.
Tapi jalan mereka tidak lah semulus yang di bayangkan. Masih ada The Hunter D, manusia setengah dewa yang menjadi musuh terbesar para The Red Demon.
Hingga akhirnya perang besar pun terjadi saat para The Red Demon tetap memaksa untuk memasuki dunia manusia.
Yang tidak di ketahui oleh para The Hunter D adalah sosok iblis yang mereka hadapi sekarang bukankah iblis yang seperti dulu.
Seperti layaknya manusia yang terus berevolusi menciptakan teknologi untuk membantu pekerjaan mereka, para Demon pun seperti itu. Namun bukan mesin yang mereka ciptakan namun mereka mengasah kekuatan dan kemampuan yang ada pada diri mereka masing-masing.
Ada yang bisa mengubah wujud dengan hanya melihat sosok manusia atau hewan dengan sempurna seperti bunglon, ada yang membuat racun berbisa dari tubuh mereka, ada juga yang bisa melindungi hampir seluruh desa dengan perisai yang tak bisa di tembus dengan apapun.
Tapi yang terkuat di antara mereka adalah The Red Demon yang mempunyai lebih dari satu kekuatan. Umumnya The Red Demon hanya memiliki satu jenis kekuatan dan bagi mereka yang mempunyai dua kekuatan atau lebih sekaligus dalam diri mereka adalah yang paling berbahaya. Biasanya The Red Demon yang seperti ini akan di jadikan pemimpin dari ras mereka.
Dan pada saat perang terjadi, pemimpin terkuat The Hunter D pun tewas dengan cara yang sangat menyakitkan.
Dia dibunuh dengan keji oleh istrinya sendiri yang berada dalam pengaruh The Red Demon terkuat. Sosok itu memiliki kekuatan bisa mengendalikan pikiran manusia hanya dengan tatapan mata. The Hunter D pun akhirnya di tundukkan oleh para iblis itu.
Sejak hari itu para The Red Demon atau iblis akhirnya bebas berkeliaran di dunia manusia. Ada yang memilih hidup bersama para manusia dan menjalani hidup seperti layaknya manusia pada umumnya namun ada juga yang tetap bertahan dalam desa mereka yang terletak di ujung kota dimana tak satupun orang mengetahuinya. Mereka hanya sesekali keluar jika sudah tiba saatnya mereka harus menyerap jiwa para manusia. Tapi tentu para manusia itu tidak tau. Jika sebenarnya bahaya sudah berada di hadapan mereka.
Para The Red Demon itu sangat pintar dan cerdik. Cara berburu mereka itu terbilang sangat bersih. Bagaimana tidak setelah manusia putus asa larut dalam bujuk rayu, mereka akan menyerap jiwa manusia itu perlahan hingga dia tewas.
Setelah itu mereka akan memanipulasi kematian manusia itu dengan cara membuatnya seolah-olah bunuh diri.
Sangat pintar.
Lagi para polisi akan kesulitan untuk menangkap mereka. Karna mereka bukanlah manusia yang punya sidik jari atau bisa terekam dalam CCTV.
Inilah mereka bangsa iblis yang akan menghancurkan bangsa manusia. Kecuali ada keajaiban The Hunter D punya keturunan atau terlahir kembali.
***
"Kau dari mana saja?" tanya wanita dengan rambut panjang berwarna silver itu pada sosok pria yang baru saja memasuki rumah.
Rumah yang di dominasi dengan kayu, terlihat kuno namun sangat nyaman. Pahatan kayu yang terlihat modern dan warna coklat khas kayunya yang mengkilap. Sangat cantik.
Sosok pria yang memiliki tubuh kekar dan tinggi, jubah hitam yang hanya menutupi bahu kekarnya hingga bagian dada dan perut yang tercetak sempurna terpampang sangat indah. Dan jangan lupakan rambut panjang berwarna silvernya yang terlihat bersinar. Kulit putih pucat dan wajah tampan, serta bibir tipis berwarna merah muda.
Sempurna.
Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pria itu.
Wanita yang sedang melipat tangannya di dada di depan pria itu juga tak kalah menawan. Dress panjang berwarna merah dengan potongan terbuka di bagian dada dan punggung memperlihatkan tubuhnya yang sangat indah. Serta wajah yang sangat cantik dengan bibir merah bak buah delima.
"Makan malam," kata pria itu dengan tatapan datar andalannya.
"Ah begitukah...lalu kenapa kau tidak mengajakku?" tanya wanita itu masih dengan nada manja yang dibuat-buat.
"Kau kan bisa pergi sendiri," jawab pria itu acuh lalu pergi dari sana.
"Hei, Asta Valerio!"
Pria itu menghentikan langkahnya, berbalik lalu menatap tanpa ekspresi wanita yang menyebut namanya itu.
"Apa?"
"Aku ini kakakmu, tidak bisakah kau bersikap sopan sedikit?" tanya Lily Valerio tak terima dengan sikap sang adik.
Pria itu terkekeh pelan. "Sepertinya kau sudah terlalu lama tinggal dengan para manusia hingga kau lupa jika iblis seperti kita memang tidak punya tatak rama," kata Asta berbalik lalu melanjutkan langkah kakinya menuju kamar.
"Aish bocah sialan!" umpat Lily.
Asta hanya menggidikkan bahunya sambil terkekeh pelan mendengar umpatan sang kakak.
Masa bodoh Asta ingin istirahat sekarang.
***
Pria berkaca mata itu sedang berkutak dengan komputer di depannya. Matanya seperti akan keluar dari tempatnya jika saja dia tidak bekedip. Mungkin.
Yeoni Kim tersenyum simpul sambil mendekati pria tersebut dengan dua gelas kopi hangat di tangannya.
"Ayah ini kopi untukmu," kata Yeoni menyodorkan kopi tersebut.
"Ah, terima kasih," jawab sang ayah mengambil gelas itu lalu menyeruput isinya hingga setengah.
Dia kembali fokus pada layar laptopnya setelah menaruh gelas itu di sampingnya. Sementara Yeoni mengambil kursi lalu mendudukinya tepat di belakang sang ayah.
"Kasus bunuh diri lagi?" tanya Yeoni setelah membaca sedikit tulisan yang ada di layar laptop.
"Hmm." Pria itu hanya bergumam sambil mengangguk pelan.
"Kenapa sekarang orang-orang seperti tidak menghargai nyawa mereka sendiri. Sungguh miris," komen Yeoni menyandarkan tubuhnya di kursi yang terbuat dari kayu itu. Sesekali meniup asap yang keluar dari gelas kopinya lalu meminum isinya sedikit demi sedikit.
"Entahlah, akhir-akhir ini begitu banyak kasus bunuh diri yang masuk. Bahkan aboji tidak habis pikir sebenarnya apa yang ada dalam pikiran mereka."
Pria berumur sekitar 45 tahun yang menjabat sebagai polisi dan juga ditektif bernama Yeo Oh Kim itu akhirnya melepaskan kaca matanya lalu bersandar di kursi kerjanya.
Yeoni meletakkan gelasnya di atas meja di samping gelas sang ayah.
"Ayah, apakah ini sungguh bunuh diri?"
Yeo Oh memutar kursinya menatap Yeoni. "Entahlah karena tidak ada bukti atau hal mencurigakan jika ini adalah sebuah tindak kejahatan."
"Tapi aku merasa aneh saja, kenapa begitu banyak orang yang bunuh diri dalam kurung waktu yang sangat singkat. Memangnya apa sih masalah mereka?"
"Kebanyakan karna tuntutan pekerjaan, tugas sekolah dan juga perisakan," kata Yeo Oh pada anak gadisnya.
Yeoni tidak lagi menjawab. Ya, itu kenyataan yang sangat pahit. Apalagi masalah perisakan.
"Yeoni...."
"Iya?"
"Kau baik-baik sajakan di tempat kerjamu?" tanya Yeo Oh khawatir.
"Tentu, ayah. Aku baik-baik saja," jawab Yeoni sambil tersenyum.
"Jika terjadi sesuatu beri tahu ayah, yah. Apapun itu, mengerti!"
"Iya, Ayah. Aku mengerti."
Semoga saja Yeoni bisa melakukannya.
***
"Haruskah aku yang pergi?" tanya gadis itu tak terima dengan keputusan yang baru saja di dengarnya.
"Mereka sudah masuk kedunia manusia. Apa lagi yang kita tunggu?" tanya wanita yang lebih tua darinya.
"Ibumu benar. Jika kita tidak bertindak sekarang maka semuanya akan binasa," kata laki-laki yang berstatus sebagai pemimpi sekaligus ayah dari gadis berambut merah tersebut.
"Kau bisa melawannya, Nak. Jika kau tidak sanggup maka kami akan datang membantumu," kata sang ibu memegang pundaknya.
Gadis itu mengibaskan gaun merah yang selaras dengan rambutnya. Membelakangi dua orang itu.
"Baiklah aku akan pergi," kata gadis itu dengan berat hati.
Dia sebenarnya belum siap dalam pertempuran seperti ini. Belum mampu lebih tepatnya. Karna dia sendiri pun masih dalam masa pemulihan. Namun jika terus disini keadaan bisa saja makin kacau. Dia harus mempersiapkan diri mulai sekarang.
Tinggal bersama dengan para manusia.
To be continue....
Happy reading.... Pria itu membuang napasnya pelan sambil melihat sekeliling tempat dimana ia berdiri. Sangat ramai. Tentu saja, dia sekarang berada di area kedatangan bandara menunggu jemputannya. Balutan outfit serba hitam membuat tampilannya terbilang sangat boyfriendable sangat cocok dengan kulit putih pucatnya, belum lagi rambut silvernya yang terlihat bersinar saat terkena sinar matahari. Pria itu juga sesekali mengusak-ngusak rambut dengan potongan under cut yang terlihat sangat lembut. Entah untuk apa tapi itu malah membuatnya terlihat sangat keren. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa untuk para gadis-gadis yang sedang berlalu lalang disana. Namun pria itu tak menggubrisnya sama sekali. Tepatnya dia tidak tertarik. Asta Valerio memeriksa jam yang melingkar sempurna ditangannnya. 'Kenapa lambat sekali?' E
Happy reading....Pagi ini semua orang sibuk dengan acara penyambutan Direktur baru yang akan memimpin Zig In Entertainment. Putra tunggal dari keluarga besar Min.Staff, artis, bahkan para trainee pun ikut serta dalam penyambutan itu."Areum, aku tidak pernah tahu jika Pak Woobin punya seorang putra," kata Yeoni Kim seraya fokus menghias kue yang akan di berikan pada pemimpin mereka nanti."Yang aku dengar putra Pak Woobin itu kuliah di luar negeri dan baru kembali kemarin," jawab Areum Goo sambil berpose berpikir."Benarkah? Dari mana kau tahu? Aku bahkan tidak pernah mendengar desas-desusnya?" tanya Yeoni lagi.Entah kenapa wanita itu sangat penasaran."Itu karena kau baru disini," celetuk Areum."Hmm, mungkin."Mereka berdua kembali memfokuskan diri menghias kue yang sedikit lagi s
Happy reading....Yoonki duduk sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, memperhatikan puluhan orang disana yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.Seharusnya sebagai seorang direktur dia tidak harus turun langsung mengontrol cara kerja dari semua staff yang bekerja di sana. Namun bukan itu tujuan Yoonki. Sebenarnya, dia sendiripun sangat benci berada dalam keramaian dan kebisingan itu tapi Yoonki harus bertahan disana untuk menemukan sosok yang dia cari.Lebih cepat dia menemukannya akan lebih baik. Sorot mata tajam Yoonki memperhatikan mereka satu persatu."Sial!" umpat Yoonki samar saat dia tak merasakan ada hawa lain kecuali para manusia itu.Sebenarnya dimana dia bersembunyi?Yoonki membuang napasnya pelan sambil menyandarkan punggungnya.Netranya tiba-tiba tertuju pada dua manusia di kejauhan sana sedang bercanda
Happy reading....Malam itu angin bertiup tidak terlalu kuat membuat api unggun yang sangaja mereka buat untuk menghangatkan diri menjadi sangat tenang.Namun suasana yang tercipta di desa yang hanya di terangi obor di setiap rumah itu justru berbanding terbalik. Tegang dan mencekam. Menunggu memang bukan hal yang menyenangkan, malah membuat khawatir dan gelisah.Tapi mereka akhirnya bisa bernapas sedikit lega saat melihat dua sosok bangsa mereka mendekat. Ingat hanya sedikit.Michael dan Chloe."Akhirnya kalian datang juga. Ada apa sampai kalian menyuruh kami semua berkumpul?" tanya Xanthos tanpa basa basi.Michael dan Chloe saling menatap sebelum akhirnya Michael mengeluarkan dua buah kalung.Mereka semua terlihat terkejut dan juga beberapa terlihat makin gelisah serta takut. Mereka tahu betul apa maksud Michael tanp
Happy reading........Jessica menarik tubuh pria yang sudah tidak bernyawa itu kembali ke dalam mobil. Setelahnya dia berjalan ke arah Asta. Wanita itu baru berhenti saat dia tepat berada di hadapan Asta. Dia berjinjit sedikit agar wajahnya lebih dekat dengan Asta."Aku yakin manusia setengah dewa itu sudah tahu kita sedang mencarinya," ucap Jessica tepat di telinga Asta."Tidak mungkin, kita bisa menyamar dengan baik disini. Dia tidak mungkin bisa mengendus aura kita," tutur Asta dingin.Jessica memeluk Asta dengan erat. Walaupun pria itu tidak membalas pelukannya sama sekali namun dia tidak mendorong Jessica juga. Wanita itu menghirup dalam aroma khas tubuh Asta yang sangat memabukkan. Wangi vanilla. Entah kenapa pria manly seperti dirinya sangat menyukai aroma vanilla yang sangat lembut. Berbanding terbalik dengan kepribadiannya. Namun Jessica sangat menyukainya. Dia kemudian mendekatkan kem
Happy reading....Yeo Oh Kim berjalan cepat ke arah para rekan sesama profesinya. Mereka yang semula terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing berbalik untuk memberi hormat pada pria itu."Apa yang terjadi dibsini?" tanya Yeo Oh pada salah satu polisi di sana."Bunuh diri, Pak. Dia menggunakan arang untuk membuatnya sesak napas dan meninggal," jelas pria itu tegas khas seorang polisi pada umumnya.Yeon Oh mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menujutempat kejadian perkara. Tubuh dari korban masih tergeletak untuk keperluan foto bukti. Pria itu memakai masker dan juga sarung tangan lalu mendekati sambil memperhatikan dengan seksama keadaan mobil maupun tubuh korban."Hei! Apakah kalian yang memecahkan kaca mobilnya?" tanya Yeo Oh berbalik menatap para rekannya."Kaca itu sudah pecah saat kami datang, Pak," jawab pria yan
Happy readingYeoni membereskan semua peralatan make up yang terletak berserakan di atas meja. Pemotretan baru saja selesai dan semua staff sedang sibuk dengan urusan masing-masing, membereskan semua peralatan mereka."Yeoni Kim!" panggil Areum duduk di kursi sebelah Yeoni."Ah, Areum. Ada apa?" tanya Yeoni tanpa menghentikan aktifitasnya."Apakah kau dan Pak Yoonki berkencan?" tanya Areum sedikit berbisik.Yeoni menoleh menatap Areum tak percaya. "Siapa yang berkencan? Aku tidak berkencan dengan siapapun, apalagi dengan Pak Yoonki. Itu tidak mungkin," cibir Yeoni."Tapi kau terlihat selalu bersama Pak Yoonki. Tidak mungkin kalian tidak punya hubungan spesial." Areum terlihat sangat penasaran melihat bagaimana ekspresi Yeoni yang terlihat biasa saja."Hentikan itu, Areum. Aku tidak punya hubungan
Happy reading....Jika saja Areum tahu ajakan Jimmy hari itu akan membawanya ke dalam masalah besar seperti sekarang, dia pasti akan menolaknya. Menuruti akal pikirannya bukan perasaannya. Namun menyesal pun sudah tidak berguna sekarang. Semua orang sudah tahu termasuk fans Jimmy yang mengerikan itu."Kau tenang saja di sini tidak akan ada paparazi."Bahkan Areum masih ingat jelas kata-kata Jimmy saat itu. Dan bodohnya Areum pun percaya. Tapi siapa yang tidak akan percaya dengan orang yang sangat kau cintai?"Kau menyukai makanannya?" tanya Jimmy sesaat setelah dia menyuapi Areum."Ya, makananya sangat enak," jawab Areum. Dia cukup kesulitan menjawab karena mulutnya yang penuh dengan makanan."Aku sangat merindukanmu, Areum," ucap Jimmy memegang tangan gadis itu."Aku juga ... tapi kau semakin terkenal sekarang sulit sekali untuk ki
Happy reading....Pagi ini Yeoni sudah mulai bekerja kembali. Dia merasa heran karena beberapa karyawan yang bersikap beda padanya."Biar aku saja yang mengerjakan, Yeoni.""Kau duduk saja di sana.""Kau mau minum apa?""Kalau butuh sesuatu kau bisa minta tolong padaku."Kata-kata yang terus Yeoni dengar dari mereka semua. Memangnya Yeoni siapa sampai diperlakukan seperti itu? Bukankah dia juga karyawan sama seperti mereka?Entahlah.Dia hanya diam di sana duduk sambil memandangi Taekyung yang sedang melakukan pemotretan. Tugas make up memang masih Yeoni yang mengerjakannya namun yang lain, mereka tidak membiarkan Yeoni melakukannya.Aneh."Bagai mana keadaanmu, Yeoni?"Sedikit terperanjak saat seseorang duduk di sampingnya.&nbs
Happy reading......Beberapa hari ini Yeoni tidak masuk bekerja. Yoonki melarang itu. Yeoni masih ingat jelas bagaimana tatapan tajam Yoonki padanya saat dia sadar dari pingsannya.Bukan hanya tatapan tajam namun juga ocehan yang hampir membuat Yeoni tuli. Entah kenapa Yoonki yang notabennya pendiam tiba-tiba bisa mengoceh seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal."Yeoni!" panggil Areum.Dua gadis itu sedang berada di halaman belakang rumah Yeoni yang terdapat sebuah kursi ayunan."Sepertinya Pak Yoonki menyukaimu," kata Areum."Menyukaiku?" Yeoni terkekeh. "Apa kau tidak lihat bagaimana dia memperlakukanku. Dia sangat dingin dan sama sekali tidak romantis. Padahal katanya kami berkencan," dumel Yeoni sambil mengerucutkan bibirnya."Apa? Kalian berkencan? Sejak kap
Happy reading....Yoonki menatap datar rumah berlantai dua itu. Heran kenapa langkah kakinya malah berakhir di sana?"Yeoni Kim"Setelah seminggu lamanya Yoonki tidak bertemu dengan Yeoni cukup membuat sisi hati Yoonki terasa kosong. Dia melompat ke arah atap rumah Yeoni.Dia sedang mandi?Batin Yoonki saat mendengar gerincik air dari dalam ruangan itu. Dia melompat menuju jendela sambil memperhatikan sekitar. Tidak ada orang selain Yeoni yang sedang mandi dalam sana.Pria itu melewati Yeoni begitu saja membuat sang gadis menoleh. Yoonki dengan cepat bersembunyi di balik jendela."Siapa itu?" teriak Yeoni membuat Yoonki tersenyum tipis. Ternyata wanita itu cukup penakut juga. Yoonki baru akan kembali masuk namun Areum sudah mendahuluinya.Sial!Dia harus menunggu sampai gadis itu pergi untuk bisa
Happy reading..... Yeoni menuruni tangga dengan sedikit susah payah. Tubuhnya benar-benar terasa sakit apa lagi bagian selangkanya. Rasanya nyeri sekali. "Yeoni, kau kenapa?" tanya Hana saat melihat Yeoni meringis ketika akan duduk. "Sepertinya aku salah tidur, Bibi," jawab Yeoni dengan cepat. Dia memang sudah memikirkan alasan itu sebelum keluar dari kamar tadi. "Kalau kau sakit tidak perlu bekerja, Nak," tutur Yeo Oh yang sedang sibuk dengan seragamnya. Yeoni kembali bangkit dari tempat duduk lalu mendekati sang ayah untuk membantu merapikan seragam polisinya. "Aku tidak apa-apa, Ayah," ucap Yeoni lembut. "Tapi kau terlihat pucat, Yeoni," kata Yeo Oh mengelus pipi sang anak. "Tidak. Aku sungguh baik-baik saja," jawab Yeoni seraya mengancing baju sang ayah. "Kalau begitu hari ini Ayah a
Happy reading....Mungkin belum sampai satu jam mata Yeoni terlelap, wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Keningnya pun mengkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.Yeoni merasa dia berada di tempat lain. Tempat yang cukup luas. Dia juga tertidur di sana. Wangi vanilla sangat kental di tempat itu membuat Yeoni merasa sangat nyaman dan juga mengingatkan dia pada seseorang yang sangat dia rindukan kehadirannya.Yoonki Min.Namun pikirannya tetap berperang, Yeoni bingung apakah ini mimpi atau bukan. Semuanya terasa samar. Tapi dia sangat ingat jika dia tertidur di tempat tidurnya bersama Areum. Berarti Yeoni sedang bermimpi.Mungkin.Namun saat merasakan sosok yang berbaring di sebelahnya sambil memeluknya dengan intens, Yeoni kembali berpikir dua kali apakah yang terjadi padanya sekarang sungguh mimpi?Bukan hanya sekedar memeluk, sosok it
Happy reading....Areum dan Yeoni sudah masuk ke kamar mereka. Yeoni sesekali melihat ke arah wanita yang sudah lengkap dengan piyamanya itu. Dia sedang mempersiapkan tempat tidurnya.menyadari kegelisahan Yeoni, Areum mendekati gadis itu. Sepertinya dia masih takut karena insiden tadi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya seraya memperhatikan sekiling kamar itu se akan mencari sesuatu."Yeoni ....""Ah, iya. Ada apa, Areum?" tanya Yeoni. Lihat bahkan dia tidak menatap Areum sedikitpun."Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa denganmu? Kau terlihat sangat kacau beberapa hari ini. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa ceritakan semuanya padaku, Yeoni," tutur Areum dengan nada bicara yang sangat lembut."Tidak ada. Aku baik-baik saja," kata Yeoni menjawab dengan cepat."Kau yakin? Tapi wajahmu tid
Happy reading.....Seperti hari biasanya Yeoni akan sangat sibuk bersama dengan Taekyung, apalagi beberapa hari ini pria itu banyak job di luar agensi. Tentu saja. Banyak sekali perusahan yang ingin merekrut dirinya untuk menjadi model iklan mereka.Seperti hari ini Taekyung sedang syuting iklan makanan cepat saji. Setelah itu akan di lanjutkan kesesi pemotretan.Wajah Yeoni yang biasanya akan tersenyum terlihat murung membuat Taekyung bingung."Yeo, kau baik-baik saja? Kau terlihat kurang sehat," kata Taekyung memperhatikan wajah Yeoni."Aku baik," jawab Yeoni seraya menghapus keringat di dahi Taekyung.Pria itu memegang tangan Yeoni lalu menatapnya lekat."Ada apa, Taekyung?""Merindukan Yoonki Min?""Kau ini bicara apa?" elak Yeoni mencoba melepaskan tang
Happy reading......Yeoni sedikit heran, seharian penuh dia tak melihat kehadiran Yoonki kecuali tadi saat mereka datang bersama. Biasanya pria itu akan muncul entah dari mana untuk sekedar menganggung Yeoni saat sedang bekerja. Mungkin dia sedang sibuk, pikir Yeoni tak ingin terlalu ambil pusing.Jam pulang sebentar lagi Yeoni tinggal membereskan beberapa perlengkapan riasannya. Bohong jika Yeoni mengatakan tidak ingin peduli akan kehadiran Yoonki. Buktinya saat dia berada di lobi matanya terus mengedar ke sana kemari mencari eksistensi pria berkulit putih pucat itu."Permisi nona Kang! Pak Yoonki ke mana, yah?" tanya Yeoni pada sekretaris Yoonki yang kebetulan masih berada di sana."Tadi setelah bertemu dengan Nona Jessica, Pak Yoonki langsung pulang. Dia mengatakan akan mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan karena ada urusan keluarga," jawab Nona Kang."Apa?" kaget
Happy reading....Rasa bersalah dan canggung menghampiri Yeoni. Namun dia harus tetap bersikap profesional di sana."Maafkan aku, Yeo," lirih Taekyung sekaligus memecah keheningan yang melanda.Yeoni tak membalas ucapan Taekyung. Dia hanya fokus merias wajah pria itu tanpa ingin menatap ke arah matanya."Maaf, karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak. Kau tahu 'kan sifatku yang arogan dan kadang tidak berpikir sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyinggung perasaan orang lain. Sungguh, Yeoni, aku sangat menyesal. Jangan diamkan aku seperti ini," kata Taekyung memelas.Yeoni mengalihkan tatapannya pada mata Taekyung lalu ke arah pipinya yang sedikit membengkak. Yeoni menarik satu senyuman lalu mengelus pipi Taekyung lembut."Apakah masih sakit?" tanya Yeoni pelan."Masih, tapi aku baik-baik saja. Luka seperti ini tid