Happy reading....
Yeo Oh Kim berjalan cepat ke arah para rekan sesama profesinya. Mereka yang semula terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing berbalik untuk memberi hormat pada pria itu.
"Apa yang terjadi dibsini?" tanya Yeo Oh pada salah satu polisi di sana.
"Bunuh diri, Pak. Dia menggunakan arang untuk membuatnya sesak napas dan meninggal," jelas pria itu tegas khas seorang polisi pada umumnya.
Yeon Oh mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menuju
tempat kejadian perkara. Tubuh dari korban masih tergeletak untuk keperluan foto bukti. Pria itu memakai masker dan juga sarung tangan lalu mendekati sambil memperhatikan dengan seksama keadaan mobil maupun tubuh korban.
"Hei! Apakah kalian yang memecahkan kaca mobilnya?" tanya Yeo Oh berbalik menatap para rekannya.
"Kaca itu sudah pecah saat kami datang, Pak," jawab pria yang bersama Yeo Oh tadi. Juniornya sekaligus partnernya, Young Ji Park.
Yeo Oh berdiri tegap sambil menatap mobil itu bingung. Young Ji pun mendekatinya lalu bertanya, "Ada apa, Pak?"
"Apa kau tahu siapa yang memecahkan kaca mobil ini?"
Young Ji menggeleng."Tidak, Pak, kami tidak tahu siapa yang memecahkannya mungkin orang yang menelpon polisi."
"Dimana orang itu?" tanya Yeo Oh sambil melepas masker serta sarung tangannya.
"Itu dia disana, Pak," jawabnya sambil menunjuk pria yang sedang diinterogasi oleh dua orang polisi.
Yeo Oh mendekati tiga orang itu. "Selamat malam, jadi benar Anda yang melapor tadi?" tanya Yeo Oh tanpa basa basi.
"Benar, Pak," jawabnya cepat dengan raut wajah yang masih terlihat sangat kaget.
"Apakah Anda mencoba menyelamatkan korban?"
"Menyelamatkannya?" Pria itu terlihat bingung. "Tidak, Pak. Saat saya sampai dibsini korban memang sudah meninggal jadi saya tidak melakukan apa-apa kecuali segera menelpon polisi," lanjutnya.
"Ah, begitu," Yeo Oh hanya mengangguk pelan lalu menatap kembali ke arah mobil korban. Tim medis sudah memindahkan mayat tersebut karena tim polisi dan detektif sudah selesai memeriksanya.
"Terima kasih sudah menelpon. Kerja sama Anda amat kami hargai," kata Yeo Oh tersenyum simpul lalu pergi dari sana.
Dia menuju ke tim medis lalu bertanya, "Jadi bagaimana?"
"Ini memang murni bunuh diri. Kami tidak menemukan apapun yang mencurigakan di tubuhnya," jawab salah satu tim medis di sana.
"Baiklah kalau begitu aku akan memeriksa kembali mobilnya," ujar Yeo Oh kemudian berjalan ke mobil korban.
Dia kembali memakai sarung tangannya lagi dan mulai memeriksa semua bagian mobil itu dari luar sampai di dalamnya.
"Ada apa, Pak? Apakah kau merasa jika ini bukan kasus bunuh diri?" tanya Young Ji yang setia mengikuti Yeo Oh kemanapun ia pergi. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Seseorang yang bunuh diri dengan membakar arang tidak mungkin memecahkan kaca mobilnya sendiri, itu akan membuat asap dari arang keluar, lalu bagaimana bisa kita mengatakan dia tewas karena menghirup asap dari arang itu?" tuturnya tanpa berhenti melihat sekeliling mobil itu.
"Anda benar juga, Pak. Jika dia memang ingin bunuh diri kenapa dia memecahkan kaca mobil?" ucap Young Ji mulai paham akan kecurigaan sang senior.
Mata Yeo Oh mengerut saat melihat sesuatu di bawah jok. Sebuah ponsel. Dia mengambil ponsel itu lalu memberikannya pada Young Ji yang berada di belakangnya.
"Bawa ini sebagai barang bukti," ucapnya melepaskan sarung tangannya. "Dan perintahkan pada tim forensik untuk memeriksa kaca yang pecah itu, mungkin ada sidik jari atau apapun yang bisa menjadi barang bukti lainnya. Mengerti!" lanjutnya.
"Baik, Pak!" kata Young Ji lantang membuat Yeo Oh tersenyum tipis melihat semangat dari juniornya.
Setelah semuanya selesai, pria itu kembali ke kantor polisi. Mendudukkan dirinya di kursi lalu membuang napasnya berat.
"Sepertinya aku harus lembur lagi malam ini," lirih pria itu meletakkan topi yang di pakainya. Dia mengambil benda segi empat di atas mejanya. Dua sudut bibir pria itu terangkat saat melihat layar ponselnya. Foto Yeoni, Yeojun dan dirinya menghiasi layar ponsel itu. Senyum dua malaikatnya itu yang selalu menjadi penyemangat ketika dia sedang merasa lelah dengan pekerjaannya seperti sekarang.
"Maafkan, Ayah, Nak."
***
Pagi itu Yeo Oh ikut serta dalam acara kremasi korban. Dia juga sempat berbicara sebentar dengan keluarga dari Tuan Shim tersebut.
Setelahnya dia bergegas menuju kantor. Kasus itu sebenarnya sudah ditutup, namun Yeo Oh masih merasa ada yang janggal dari kasus ini.
"Maaf, Pak mengganggu," ucap seseorang membuyarkan lamunan Yeo Oh.
"Iya, ada apa, Young Ji?" tanyanya pada pria di depannya.
"Ini ponsel Tuan Shim sudah di perbaiki," jawabnya seraya memberikan ponsel berwarna hitam tersebut.
"Kerja bagus," puji Yeo Oh lalu mengambil ponsel itu dan segera mengaktifkannya. Dia memeriksa ponsel itu dengan teliti.
"File apa ini?" gumam Yeo Oh menyerengitkan dahinya. Dia menekan layar ponsel itu hingga rekaman suara tersebut terdengar. Kedua pria itu membulatkan matanya setelah mendengar suara tersebut.
Tanpa menunggu Yeo Oh dan Young Ji segera beranjak menuju kekediaman Tuan Shim.
"Selamat sore," sapanya saat melihat wanita itu membuka pintu.
"Silakan masuk," kata wanita itu mempersilakan dua polisi itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Maaf kami mengganggu waktu Anda sebentar. Ada beberapa pertanyaan yang ingin kami ajukan terkait penyelidikan," kata Yeo Oh sopan.
"Ada apa?" tanya wanita itu pelan.
Yeo Oh dan Young Ji saling memandang satu sama lain sebelum menatap wanita di depannya lagi.
"Apakah malam itu Anda tidak bersama dengan tuan Shim?" Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Yeo Oh untuk mengorek keterangan dari istri Tuan Shim.
"Malam itu suamiku pamit untuk membeli sesuatu di luar rumah jadi aku tidak menaruh curiga sama sekali," jawab nyonya Shim sendu.
"Sebelum meninggal apakah suami Anda menunjukkan sikap yang aneh?"
"Dia memang mengeluh jika dia memiliki masalah di kantor. Aku juga sudah menyuruhnya untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain tapi dia mengatakan masih bisa mengatasinya," kata nyonya Shim mengambil napas dalam lalu melanjutkan ucapannya. "Belakangan dia sering keluar malam untuk minum. Dan saat mabuk barulah aku atau putriku akan menjemputnya di kedai atau bar."
Wanita itu berpikir sejenak sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Tapi beberapa hari yang lalu hingga dia ditemukan meninggal, dia sudah tidak pernah keluar untuk mabuk-mabukkan lagi," tambahnya menatap kedua polisi itu dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Dia seperti kembali menjadi suamiku yang dulu." Tubuh wanita itu bergetar hebat saat menahan air matanya untuk tidak keluar namun ternyata dia tidak bisa menahannya.
"Aku sangat bingung kenapa dia memilih jalan untuk bunuh diri padahal aku dan putriku masih sangat membutuhkannya," lirihnya seraya mengusap air mata yang berada di pipinya yang mulai mengeriput.
Yeo Oh membuang napasnya pelan. Tidak tega melihat wanita di depannya kembali mengenang sang suami yang mungkin sudah tenang di alam sana namun dia sangat butuh keterangan dari wanita itu agar kecurigaannya akan kematian Tuan Shim bisa terungkap.
Yeo Oh mengeluarkan ponsel milik Tuan Shim lalu meletakkannya di atas meja. Menekan layar agar rekaman yang sempat dia dengar di kantor polisi bisa didengar oleh istri dari Tuan Shim.
'Sayang, kenapa kau lakukan ini hiks ... tidak seharusnya kau seperti ini. Maafkan aku ....'
Mereka saling menatap heran setelah mendengar suara itu.
"Bukankah itu suara Anda, Nyonya Shim?" tanya Yeo Oh.
"Ti-tidak, aku tidak menemui suamiku. Aku bahkan mengetahui jika dia bunuh diri saat polisi menelponku. Sungguh itu bukan aku," elak nyonya Shim. "Lagipula jika memang aku menemuinya aku pasti akan mencegahnya agar tidak bunuh diri ... hiks...."
Tangis wanita itu makin pecah. Secara tidak langsung dia telah dituduh melenyapkan suami sendiri. Dia memang benci pada suaminya karena sering mabuk-mabukkan tapi dia masih mencintai pria itu. Sangat mencintainya bagaimanapun dia. Mana mungkin dia tega membunuh ayah dari putrinya?
"Kami juga tidak tahu apakah ini benar atau tidak tapi yang pasti rekaman ini direkam saat kejadian, Anda bisa melihat bukan jika kaca mobil tuan Shim pecah. Jadi memang ada seseorang yang mau menolong atau justru ingin melenyapkannya lalu memanipulasi kematiannya seperti sebuah tindakan bunuh diri," jelas Tuan Yeo Oh.
Nyonya Shim bungkam tak bisa menjawab.
"Baiklah terima kasih atas waktunya. Kami pamit dan jika memang kami membutuhkan Anda, kami akan datang lagi kemari. Permisi!" kata Yeo Oh lagi lalu beranjak dari sana.
Mereka tidak langsung pergi dari rumah berlantai dua tersebut dan hanya duduk di dalam mobil sambil memutar kembali rekaman itu beberapa kali.
"Jika memang yang ada dalam rekaman ini bukan nyonya Shim, lalu siapa?" Tanya Young Ji bingung.
"Entahlah, tidak mungkin ada seseorang yang bisa menyerupai suara orang lain dengan baik seperti ini. Lagipula apa alibinya membunuh Tuan Shim? Dan lagi saat diotopsi tubuh Tuan Shim baik-baik saja hanya menunjukkan gagal napas karena asap dari arang. Sungguh aneh," kata Yeo Oh seraya menggelengkan kepalanya.
"Apa jangan-jangan Tuan Shim di bunuh hantu?"
Pletak!!?
Yeo Oh menghadiahi pria itu satu geplakan di kepalanya.
"Hei! Kau ini polisi atau dukun? Percaya dengan hal tidak masuk akal seperti itu," kesal Yeo Oh.
"Maaf, Pak. Saya 'kan hanya menebak saja," kata Young Ji sambil mengelus kepalanya.
"Kau sudah memeriksa CCTV di sekitar TKP?"
"Sudah, Pak. Tapi hanya ada beberapa CCTV di sana. Jika bapak ingin, kita bisa memeriksanya sekarang," jawab Young Ji.
"Baiklah ayo kita kesana!" kata Yeo Oh.
Pria itu pun melajukan mobil menuju ke TKP. Hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Mereka sudah terlebih dahulu menelpon, jadi saat sampai di sana mereka langsung dipersilakan untuk masuk ruangan CCTV.
Yeo Oh dan Young Ji mendengarkan dengan seksama penjelasan dari pria yang bertugas.
"Pada jam 07:36 malam mobil itu melewati jembatan," ucapnya sambil menunjuk mobil yang pakai oleh Tuan Shim melewati CCTV tersebut.
"Jalanan di jembatan ini memang cukup sepi, apalagi saat malam bahkan jarang sekali orang yang ingin lewat disana," katanya lagi.
"Mungkin itu yang membuat Tuan Shim ingin bunuh diri di sana karena tidak akan ada orang yang mengetahuinya," timpal Young Ji.
"Apakah ada kendaraan lain yang lewat di sana setelah Tuan Shim?" tanya Yeo Oh.
"Ada beberapa kendaraan yang lewat," kata pria itu.
"Coba kau periksa mobil milik nyonya Shim," titah Yeo Oh pada asistennya.
"Baik, Pak!" jawab Young Ji lalu mengeluarkan ponselnya. Sebelum beranjak tadi pria itu sempat mengambil gambar mobil milik nyonya Shim.
"Bagaimana?"
Pria itu menunjukkan ponselnya pada sang atasan, dan Yeo Oh pun dengan sigap memperhatikan setiap kendaraan dalam rekaman.
"Mobil ini memang tidak datang ke sana," gumamnya.
"Apakah ada CCTV lain yang mungkin lebih dekat dengan TKP?"
"Tidak ada. Maaf," kata pria yang berkerja di sana menyesal.
"Sial!" kesal Yeo Oh.
Dua pria itu memilih untuk kembali ke kantor polisi. Penyelidikan mereka hari ini cukup melelahkan. Belum lagi mereka tidak menemukan apapun. Semuanya buntu.
Bahkan saat mereka datang ke tim forensik yang memeriksa kaca mobil tuan Shim, mereka hanya mendapatkan satu sidik di sana yaitu sidik jari Tuan Shim sendiri. Tidak ada yang lain.
Yang mereka dapat hanyalah rekaman dari ponsel Tuan Shim. Tidak ada bukti yang lain lagi. Entah kenapa untuk kasus yang satu ini Yeo Oh tidak bisa membiarkannya begitu saja.
"Apakah yang dikatakan Yeoni itu benar. Jika kematian yang terjadi belakangan ini bukanlah bunuh diri melainkan memang ada sesuatu di balik ini semua ...." gumam Yeo Oh seraya mengelus pipi dan dagunya yang ditumbuhi bulu halus.
"Tapi apa? Dan siapa?"
To be continue.....
Happy readingYeoni membereskan semua peralatan make up yang terletak berserakan di atas meja. Pemotretan baru saja selesai dan semua staff sedang sibuk dengan urusan masing-masing, membereskan semua peralatan mereka."Yeoni Kim!" panggil Areum duduk di kursi sebelah Yeoni."Ah, Areum. Ada apa?" tanya Yeoni tanpa menghentikan aktifitasnya."Apakah kau dan Pak Yoonki berkencan?" tanya Areum sedikit berbisik.Yeoni menoleh menatap Areum tak percaya. "Siapa yang berkencan? Aku tidak berkencan dengan siapapun, apalagi dengan Pak Yoonki. Itu tidak mungkin," cibir Yeoni."Tapi kau terlihat selalu bersama Pak Yoonki. Tidak mungkin kalian tidak punya hubungan spesial." Areum terlihat sangat penasaran melihat bagaimana ekspresi Yeoni yang terlihat biasa saja."Hentikan itu, Areum. Aku tidak punya hubungan
Happy reading....Jika saja Areum tahu ajakan Jimmy hari itu akan membawanya ke dalam masalah besar seperti sekarang, dia pasti akan menolaknya. Menuruti akal pikirannya bukan perasaannya. Namun menyesal pun sudah tidak berguna sekarang. Semua orang sudah tahu termasuk fans Jimmy yang mengerikan itu."Kau tenang saja di sini tidak akan ada paparazi."Bahkan Areum masih ingat jelas kata-kata Jimmy saat itu. Dan bodohnya Areum pun percaya. Tapi siapa yang tidak akan percaya dengan orang yang sangat kau cintai?"Kau menyukai makanannya?" tanya Jimmy sesaat setelah dia menyuapi Areum."Ya, makananya sangat enak," jawab Areum. Dia cukup kesulitan menjawab karena mulutnya yang penuh dengan makanan."Aku sangat merindukanmu, Areum," ucap Jimmy memegang tangan gadis itu."Aku juga ... tapi kau semakin terkenal sekarang sulit sekali untuk ki
Happy ReadingTaekyung tak menolak saat Jessica mengaitkan tangan kecilnya di lengan pria itu. Mereka berjalan beriringan keluar dari agensi itu. Beberapa pasang mata para staff menatap mereka penuh tanya. Apakah dua model top itu terjebak dalam sebuah hubungan spesial?Entahlah. Hanya mereka yang tahu.Jessica tersenyum senang karena akhirnya Taekyung mengiyakan ajakannya untuk pergi bersama. Setelah dia meneror pria itu beberapa hari belakangan ini."Kau sepertinya tidak terlalu suka dengan Yoonki Min?" ujar Jessica sesekali melirik Taekyung lalu kembali fokus ke jalanan."Bukan tidak suka. Hanya saja wajahnya tidak sesuai dengan seleraku," jawab Taekyung asal."Apa? Kau tidak belok 'kan?" Jessica begitu terkejut dengan penuturan Taekyung. Untung saja dia tidak refleks menginjak pedal rem atau pedal gas mobilnya. "Maksudku ... menyukai seorang laki-laki?" t
Happy reading...Mereka memilih tempat makan makanan cepat saji. Taekyung memilih tempat duduk yang berada di pojok restoran itu. Ponselnya terus berdering sejak tadi. Entah siapa yang menghubunginya. Mungkin sang manager, tapi Taekyung sudah minta izin untuk keluar bersama Jessica tadi. Atau mungkin sedang terjadi masalah."Aish, mengganggu saja!" gumam Taekyung mengeluarkan ponselnya dari saku jaket yang dia kenakan.Jessica bisa melihat raut wajah Taekyung yang berubah setelah membaca apa yang di dalam ponselnya itu."Ada apa, Taekyung?" tanya Jessica."Jimmy dalam masalah," jawab Taekyung singkat."Jimmy? Penyanyi terkenal itu?"Jessica pun lantas mengeluarkan ponselnya. Nama Jimmy sedang menjadi trending di media sosial."Oh shit!" umpat Jessica tanpa sadar."Aku harus menemuinya sekara
Happy reading.......Jimmy membawa dua tin soda dari dalam kulkasnya dan juga kantong berisi es batu ke ruang tamu. Di sana duduk Taekyung yang sesekali ia dengar meringis."Minumlah!" tutur Jimmy memberikan satu tin minuman itu pada Taekyung. "Setelah itu kompres lukamu," lanjutnya memberikan kantong es batu tadi."Terima kasih, Jim," kata Taekyung menerima minuman itu lalu meneguknya hingga setengahnya. Kembali meringis saat dia menempelkan kantong es batu ke wajahnya yang lebam."Bagaimana keadaanmu?" tanya Taekyung. Dia menaruh kantong itu setelah merasa lebam di wajahnya sudah membaik. Lagipula Taekyung merasa jika pipinya sebentar lagi akan beku jika dia masih meneruskan mengopres wajahnya."Ck, seharusnya aku yang bertanya itu padamu, Tae!" kata Jimmy."Ah ini ... bukan apa-apa. Masalahmu lebih parah dariku," kata Taekyung sempat memegang lukanya yang
Happy reading....."Kau berada di rumahku. Di dalam kamarku," ujar Yoonki.Oh sial. Kenapa Yeoni baru sadar sekarang jika dia sendiri yang telah membawa dirinya ke dalam masalah. Mungkin karena keadaannya yang sudah sangat kacau tadi membuat dia hanya diam saja saat Yoonki membawanya.Payah sekali."Kau tahu betapa aku menahan diriku untuk tidak melakukannya padamu sekarang? Aku sudah cukup sakit melihatmu menangis tadi. Aku tidak bisa menyakitimu lebih dari itu, Yeoni. Sungguh maafkan aku."Yoonki menyandarkan kepalanya di bahu Yeoni sambil terus bergumam 'maafkan aku'.Yeoni terdiam cukup lama. Berusaha meyakinkan bahwasanya perkataan Yoonki itu bual belaka. Namun saat dia melihat tatapan Yoonki, kenapa rasanya tulus sekali.Yeoni pun sebenarnya merasakan hal yang sama. Yeoni menyukai Yoonki. Dia hanya kecewa karena perlakuan Yoon
Happy reading......Yoonki melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Senyum yang sejak tadi tertahan akhirnya dia luangkan.Bukan hanya tersenyum tipis pria itu tersenyum sangat lebar sekarang hingga gummy smile yang dimiliki pria itu tampak. Rasa hangat dari tubuh Yeoni masih bisa Yoonki rasakan.Pria itu hanya memarkirkan mobilnya di garasi lalu menghilang kembali.Dalam beberapa saat saja Yoonki sudah sampai di rumah Yeoni. Melompat ke atas lantai dua di mana kamar Yeoni berada. Yoonki membuka dengan pelan jendela kamar yang entah sengaja atau lupa tidak dikunci. Saat sampai di dalam Yoonki membuang napasnya pelan melihat pemandangan di depannya."Dasar gadis bodoh!" gumam Yoonki dengan ekspresi datarnya. Bagaimana tidak, Yeoni membiarkan Areum tidur di tempat tidurnya sementara dia tidur di lantai dengan beralaskan kasur tipis. 
Happy reading....Rasa bersalah dan canggung menghampiri Yeoni. Namun dia harus tetap bersikap profesional di sana."Maafkan aku, Yeo," lirih Taekyung sekaligus memecah keheningan yang melanda.Yeoni tak membalas ucapan Taekyung. Dia hanya fokus merias wajah pria itu tanpa ingin menatap ke arah matanya."Maaf, karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak. Kau tahu 'kan sifatku yang arogan dan kadang tidak berpikir sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyinggung perasaan orang lain. Sungguh, Yeoni, aku sangat menyesal. Jangan diamkan aku seperti ini," kata Taekyung memelas.Yeoni mengalihkan tatapannya pada mata Taekyung lalu ke arah pipinya yang sedikit membengkak. Yeoni menarik satu senyuman lalu mengelus pipi Taekyung lembut."Apakah masih sakit?" tanya Yeoni pelan."Masih, tapi aku baik-baik saja. Luka seperti ini tid
Happy reading....Pagi ini Yeoni sudah mulai bekerja kembali. Dia merasa heran karena beberapa karyawan yang bersikap beda padanya."Biar aku saja yang mengerjakan, Yeoni.""Kau duduk saja di sana.""Kau mau minum apa?""Kalau butuh sesuatu kau bisa minta tolong padaku."Kata-kata yang terus Yeoni dengar dari mereka semua. Memangnya Yeoni siapa sampai diperlakukan seperti itu? Bukankah dia juga karyawan sama seperti mereka?Entahlah.Dia hanya diam di sana duduk sambil memandangi Taekyung yang sedang melakukan pemotretan. Tugas make up memang masih Yeoni yang mengerjakannya namun yang lain, mereka tidak membiarkan Yeoni melakukannya.Aneh."Bagai mana keadaanmu, Yeoni?"Sedikit terperanjak saat seseorang duduk di sampingnya.&nbs
Happy reading......Beberapa hari ini Yeoni tidak masuk bekerja. Yoonki melarang itu. Yeoni masih ingat jelas bagaimana tatapan tajam Yoonki padanya saat dia sadar dari pingsannya.Bukan hanya tatapan tajam namun juga ocehan yang hampir membuat Yeoni tuli. Entah kenapa Yoonki yang notabennya pendiam tiba-tiba bisa mengoceh seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal."Yeoni!" panggil Areum.Dua gadis itu sedang berada di halaman belakang rumah Yeoni yang terdapat sebuah kursi ayunan."Sepertinya Pak Yoonki menyukaimu," kata Areum."Menyukaiku?" Yeoni terkekeh. "Apa kau tidak lihat bagaimana dia memperlakukanku. Dia sangat dingin dan sama sekali tidak romantis. Padahal katanya kami berkencan," dumel Yeoni sambil mengerucutkan bibirnya."Apa? Kalian berkencan? Sejak kap
Happy reading....Yoonki menatap datar rumah berlantai dua itu. Heran kenapa langkah kakinya malah berakhir di sana?"Yeoni Kim"Setelah seminggu lamanya Yoonki tidak bertemu dengan Yeoni cukup membuat sisi hati Yoonki terasa kosong. Dia melompat ke arah atap rumah Yeoni.Dia sedang mandi?Batin Yoonki saat mendengar gerincik air dari dalam ruangan itu. Dia melompat menuju jendela sambil memperhatikan sekitar. Tidak ada orang selain Yeoni yang sedang mandi dalam sana.Pria itu melewati Yeoni begitu saja membuat sang gadis menoleh. Yoonki dengan cepat bersembunyi di balik jendela."Siapa itu?" teriak Yeoni membuat Yoonki tersenyum tipis. Ternyata wanita itu cukup penakut juga. Yoonki baru akan kembali masuk namun Areum sudah mendahuluinya.Sial!Dia harus menunggu sampai gadis itu pergi untuk bisa
Happy reading..... Yeoni menuruni tangga dengan sedikit susah payah. Tubuhnya benar-benar terasa sakit apa lagi bagian selangkanya. Rasanya nyeri sekali. "Yeoni, kau kenapa?" tanya Hana saat melihat Yeoni meringis ketika akan duduk. "Sepertinya aku salah tidur, Bibi," jawab Yeoni dengan cepat. Dia memang sudah memikirkan alasan itu sebelum keluar dari kamar tadi. "Kalau kau sakit tidak perlu bekerja, Nak," tutur Yeo Oh yang sedang sibuk dengan seragamnya. Yeoni kembali bangkit dari tempat duduk lalu mendekati sang ayah untuk membantu merapikan seragam polisinya. "Aku tidak apa-apa, Ayah," ucap Yeoni lembut. "Tapi kau terlihat pucat, Yeoni," kata Yeo Oh mengelus pipi sang anak. "Tidak. Aku sungguh baik-baik saja," jawab Yeoni seraya mengancing baju sang ayah. "Kalau begitu hari ini Ayah a
Happy reading....Mungkin belum sampai satu jam mata Yeoni terlelap, wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Keningnya pun mengkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.Yeoni merasa dia berada di tempat lain. Tempat yang cukup luas. Dia juga tertidur di sana. Wangi vanilla sangat kental di tempat itu membuat Yeoni merasa sangat nyaman dan juga mengingatkan dia pada seseorang yang sangat dia rindukan kehadirannya.Yoonki Min.Namun pikirannya tetap berperang, Yeoni bingung apakah ini mimpi atau bukan. Semuanya terasa samar. Tapi dia sangat ingat jika dia tertidur di tempat tidurnya bersama Areum. Berarti Yeoni sedang bermimpi.Mungkin.Namun saat merasakan sosok yang berbaring di sebelahnya sambil memeluknya dengan intens, Yeoni kembali berpikir dua kali apakah yang terjadi padanya sekarang sungguh mimpi?Bukan hanya sekedar memeluk, sosok it
Happy reading....Areum dan Yeoni sudah masuk ke kamar mereka. Yeoni sesekali melihat ke arah wanita yang sudah lengkap dengan piyamanya itu. Dia sedang mempersiapkan tempat tidurnya.menyadari kegelisahan Yeoni, Areum mendekati gadis itu. Sepertinya dia masih takut karena insiden tadi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya seraya memperhatikan sekiling kamar itu se akan mencari sesuatu."Yeoni ....""Ah, iya. Ada apa, Areum?" tanya Yeoni. Lihat bahkan dia tidak menatap Areum sedikitpun."Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa denganmu? Kau terlihat sangat kacau beberapa hari ini. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa ceritakan semuanya padaku, Yeoni," tutur Areum dengan nada bicara yang sangat lembut."Tidak ada. Aku baik-baik saja," kata Yeoni menjawab dengan cepat."Kau yakin? Tapi wajahmu tid
Happy reading.....Seperti hari biasanya Yeoni akan sangat sibuk bersama dengan Taekyung, apalagi beberapa hari ini pria itu banyak job di luar agensi. Tentu saja. Banyak sekali perusahan yang ingin merekrut dirinya untuk menjadi model iklan mereka.Seperti hari ini Taekyung sedang syuting iklan makanan cepat saji. Setelah itu akan di lanjutkan kesesi pemotretan.Wajah Yeoni yang biasanya akan tersenyum terlihat murung membuat Taekyung bingung."Yeo, kau baik-baik saja? Kau terlihat kurang sehat," kata Taekyung memperhatikan wajah Yeoni."Aku baik," jawab Yeoni seraya menghapus keringat di dahi Taekyung.Pria itu memegang tangan Yeoni lalu menatapnya lekat."Ada apa, Taekyung?""Merindukan Yoonki Min?""Kau ini bicara apa?" elak Yeoni mencoba melepaskan tang
Happy reading......Yeoni sedikit heran, seharian penuh dia tak melihat kehadiran Yoonki kecuali tadi saat mereka datang bersama. Biasanya pria itu akan muncul entah dari mana untuk sekedar menganggung Yeoni saat sedang bekerja. Mungkin dia sedang sibuk, pikir Yeoni tak ingin terlalu ambil pusing.Jam pulang sebentar lagi Yeoni tinggal membereskan beberapa perlengkapan riasannya. Bohong jika Yeoni mengatakan tidak ingin peduli akan kehadiran Yoonki. Buktinya saat dia berada di lobi matanya terus mengedar ke sana kemari mencari eksistensi pria berkulit putih pucat itu."Permisi nona Kang! Pak Yoonki ke mana, yah?" tanya Yeoni pada sekretaris Yoonki yang kebetulan masih berada di sana."Tadi setelah bertemu dengan Nona Jessica, Pak Yoonki langsung pulang. Dia mengatakan akan mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan karena ada urusan keluarga," jawab Nona Kang."Apa?" kaget
Happy reading....Rasa bersalah dan canggung menghampiri Yeoni. Namun dia harus tetap bersikap profesional di sana."Maafkan aku, Yeo," lirih Taekyung sekaligus memecah keheningan yang melanda.Yeoni tak membalas ucapan Taekyung. Dia hanya fokus merias wajah pria itu tanpa ingin menatap ke arah matanya."Maaf, karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak. Kau tahu 'kan sifatku yang arogan dan kadang tidak berpikir sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyinggung perasaan orang lain. Sungguh, Yeoni, aku sangat menyesal. Jangan diamkan aku seperti ini," kata Taekyung memelas.Yeoni mengalihkan tatapannya pada mata Taekyung lalu ke arah pipinya yang sedikit membengkak. Yeoni menarik satu senyuman lalu mengelus pipi Taekyung lembut."Apakah masih sakit?" tanya Yeoni pelan."Masih, tapi aku baik-baik saja. Luka seperti ini tid