Happy reading........
Jessica menarik tubuh pria yang sudah tidak bernyawa itu kembali ke dalam mobil. Setelahnya dia berjalan ke arah Asta. Wanita itu baru berhenti saat dia tepat berada di hadapan Asta. Dia berjinjit sedikit agar wajahnya lebih dekat dengan Asta.
"Aku yakin manusia setengah dewa itu sudah tahu kita sedang mencarinya," ucap Jessica tepat di telinga Asta.
"Tidak mungkin, kita bisa menyamar dengan baik disini. Dia tidak mungkin bisa mengendus aura kita," tutur Asta dingin.
Jessica memeluk Asta dengan erat. Walaupun pria itu tidak membalas pelukannya sama sekali namun dia tidak mendorong Jessica juga. Wanita itu menghirup dalam aroma khas tubuh Asta yang sangat memabukkan. Wangi vanilla. Entah kenapa pria manly seperti dirinya sangat menyukai aroma vanilla yang sangat lembut. Berbanding terbalik dengan kepribadiannya. Namun Jessica sangat menyukainya. Dia kemudian mendekatkan kembali bibirnya di telinga Asta yang terdapat piercing.
"Kau lupa? The Hunter D itu pintar, Sayang. Sama seperti kita."
Jessica melepas pelukannya dan mundur selangkah melihat wajah Asta yang menatapnya tanpa ekspresi.
Jessica tersenyum miring. "Jika tidak kita pasti sudah menemukannya dan membinasakannya, tapi apa? Sampai sekarang kita tidak menemukan jejak dimana dia berada."
Asta membuang napas pelan. Itu memang benar. Entah dimana manusia setengah dewa itu berada hingga Asta dan Jessica sulit sekali menemukannya.
"Aku yakin dia ada didekat kita. Aku yakin sekali. Kita harus punya rencana agar dia menampakkan dirinya sendiri dihadapan kita." Asta berucap tanpa melepaskan pandangan matanya pada Jessica.
"Dan untuk itu aku membutuhkan bantuanmu, Jessica."
Jessica menampilkan ekspresi seakan bertanya 'kenapa harus aku?'
"Karena The Hunter D itu pasti seorang pria," lanjut Asta memberi jawaban dari pertanyaan yang tak pernah ditanyakan. Dia memang sangat peka hanya dengan tatapan mata saja dia bisa tahu apa yang dipikirkan lawan bicaranya.
Asta kemudian berbalik dan menghilang dengan cepat dari sana meninggalkan Jessica.
Jessica tersenyum manis. Taekyung memang sangat sempurna namun hanya sebagai mangsa saja. Tapi Asta tetap menjadi pemilik hati Jessica. Hanya Asta yang bisa menarik semua perhatian Jessica. Sungguh dia ingin menjadikan Asta miliknya tapi pria itu ... shit! Asta tak menunjukkan ketertarikan pada Jessica sedikit pun.
Jessica membuang napasnya pelan lalu menggeleng samar.
"Apa kau yakin musuh kita seorang pria? Bagaimana jika dia adalah seorang wanita? Wanita yang sedang kau incar saat ini misalnya?" gumam Jessica.
"Apa kau bisa menghadapinya Asta Valerio," lanjut Jessica dan ikut menghilang ditelan malam.
***
Taekyung tersenyum manis saat dia sampai di depan rumah milik Yeoni.
"Sampai ketemu lagi, Yeo," ucap Taekyung melambaikan tangannya pada Yeoni yang sudah berada di luar mobilnya.
"Hmm, hati-hati dijalan, Taekyung. Dan terima kasih sudah mengantarku." Yeoni tersenyum sambil melambaikan tangan pada Taekyung membuat senyum kotak khasnya tampak.
"Aku pulang, yah. Jangan terlalu merindukanku kita masih akan bertemu besok."
Seketika raut wajah Yeoni berubah kesal. Taekyung sepertinya memang sangat hobi membuat Yeoni kesal dan emosi dengan godaannya.
Namun belum sempat Yeoni berkomentar, Taekyung sudah menutup jendela mobil dan segera berlalu dari sana.
"Aish, dasar menyebalkan," gerutu Yeoni namun dia tersenyum manis setelah itu.
Yeoni masuk kedalam rumah berlantai dua itu.
"Ah, Kak Yeoni, kau sudah pulang" sambut Yeojun membuka pintu.
"Iya, Yeonjun," ucap Yeoni sambil tersenyum pada sang adik.
"Itu tadi Taekyung Lee, yah? Wah dia tampan sekali, Kak," puji Yeojun sambil memegang kedua pipinya.
Yeoni hanya menggeleng melihat tinggah sang adik. Melepaskan sepatunya kemudian berlenggang masuk ke dalam rumah. Yeojun memang sangat mengidolakan Taekyung Lee. Beberapa kali juga dia merengek agar bisa bertemu dengan Taekyung namun Yeoni tidak mengizinkannya kecuali Yeojun lulus sekolah dengan nilai yang bagus.
"Ya, itu Taekyung tapi kau belum boleh bertemu dengannya. Ingat perjanjian kita?"
"Aish, Kak Yeoni pelit sekali. Jika saja Kak Taekyung tahu sifat Kak Yeoni ini, dia mungkin akan ilfil padamu," gerutu Yeojun pada sang kakak.
"Itu tidak mungkin asal aku tahu. Mau aku bersikap bagaimana pun dia tetap akan suka padaku," ucap Yeoni membela diri. Walau sebenarnya dia sendiri ragu dengan kata-katanya.
Yeojun meledek Yeoni dengan memiring-miringkan bibirnya. Namun segera berhenti ketika pria berusia 17 tahun itu mengingat sesuatu.
"Ah iya, aku lupa. Tadi ada seorang pria datang kesini mencarimu. Tapi tidak mengatakan siapa namanya. Dia langsung pergi begitu saja setelah aku mengatakan jika Kak Yeoni belum pulang. Yang aku ingat dia menggunakan jas warna hitam, kulitnya sangat putih, dan rambutnya berwarna silver. Dia sangat tampan namun masih lebih tampan Kak Taekyung, sih," kata Yeojun panjang lebar.
"Apa?" Yeoni mendudukkan dirinya di sofa seraya mengingat-ingat kira-kira siapa gerangan yang datang mencarinya.
"Pak Yoonki," tebak Yeoni.
"Ah ... iya, aku ingat. Dia orang yang sama mengantarmu saat pingsan dulu," kata Yeojun mengangguk.
"Aish, yang benar saja. Apa lagi yang dicari pria itu kemari? Apa dia tidak cukup mengangguku saat bekerja?" gerutu Yeoni melempar asal tasnya.
"Kau baik-baik saja, Kak?" tanya Yeojun.
"Ya, aku baik-baik saja," ucap Yeoni melipat kedua tangannya di dada.
Entah kenapa dia sangat kesal sekarang atau justru ada perasaan lain yang Yeoni sendiri tidak bisa mengutarakannya.
Yeoni melirik pintu kayu di belakangnya.
"Yeojun, Ayah belum pulang?" tanya Yeoni pada Yeojun yang sedang duduk di lantai sambil mengerjakan tugas sekolahnya.
"Belum, Kak. Katanya Ayah menerima laporan lagi jika ada seseorang yang bunuh diri di bawah jembatan," jawab Yeojun tanpa mengalihkan pandangannya dari buku pelajaran.
"Kasus bunuh diri lagi? Astaga," keluh Yeoni menyandarkan tubuhnya. "Kenapa setiap hari ada saja yang bunuh diri? Hah ... membuatku pusing saja."
Yeojun memutar bola matanya malas lalu berceletuk, "Seharusnya ayah yang pusing. Yang menangani kasus itu 'kan ayah, bukan Kak Yeoni."
"Aku tahu, tapi aku kasihan pada ayah. Kau tidak lihat bahkan ayah sudah sangat jarang pulang ke rumah," kata Yeoni.
Yeojun hanya mengangguk pelan. Itu memang benar. Bukan hanya jarang berada di rumah bahkan waktu untuk keluarga mereka jadi berkurang karena semua kasus itu.
"Kau sudah makan malam?" tanya Yeoni.
"Sudah, Kak. Bersama teman-temanku tadi. Ada salah satu dari mereka yang merayakan ulang tahun jadi kami makan bersama di rumahnya."
"Ah, begitu ... baiklah, aku akan masuk kekamarku. Kau jangan begadang. Pergilah tidur setelah tugas sekolahmu seselai. Mengerti!" kata Yeoni lalu beranjak.
Gadis itu membersihkan dirinya terlebih dahulu. Keluar dari kamar mandi dengan t-shirt pendek dan celana pendek, Yeoni mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk kecil.
Sapuan di kepalanya melambat saat terlintas ingatan tadi siang saat dia bersama Yoonki.
Pria itu menyeretnya masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Hei! Pak Yoonki ada apa?" tanya Yeoni sesaat setelah mereka sampai di sana.
"Tetap di sini sampai pemotretannya selesai. Mengerti!" kata Yoonki dingin.
"Kenapa saya harus berada di sini? Sedangkan pekerjaan saya---"
"Aku itu bosmu, kenapa kau selalu membantah, huh?" potong Yoonki membuat Yeoni terdiam sesaat.
"Bukan begitu, pekerjaan saya masih banyak dan bisa saja saya dipecat karena lalai dalam pekerjaan. Jadi saya harus keluar. Permisi, Pak Yoonki," ucap Yeoni akan beranjak.
Plak!!!
Yoonki menaruh tangannya di tembok tepat di depan wajah Yeoni hingga pergerakan wanita itu terhenti. Yeoni menoleh. Mata mereka saling menatap. Tatapan bingung Yeoni dan tatapan tajam Yoonki menyatu di sana.
"Tetap disini, Yeoni. Jangan membantahku," kata Yoonki dengan suara beratnya.
Yeoni mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari Yoonki. Hatinya mengatakan agar dia menolak namun otaknya malah mengiyakan perintah itu.
Kenapa seperti ini? Kenapa otak dan hatiku tidak mau bekerja sama?
Yoonki tersenyum tipis menatap dalam mata hitam Yeoni.
"Untuk ukuran manusia kau cukup cantik, Yeoni Kim," gumam Yoonki. "Kau menarik. Terlebih mata indahmu ini." Yoonki mengelus pipi Yeoni dengan lembut. Tersenyum tipis. Lalu berbalik untuk kembali duduk di kursi kebesarannya setelah terlebih dahulu mendudukkan Yeoni di sofa yang ada di depan mejanya.
"Yeoni," panggil Yoonki.
Wanita itu menatapnya. Entah kenapa Yoonki merasa bersalah sudah mengendalikan pikiran Yeoni terlalu jauh hingga membuat wanita itu terlihat linglung.
Pria itu mengurangi sedikit pengaruhnya pada Yeoni hingga gadis itu mulai sadar kembali.
"Kau tidak perlu khawatir tentang pekerjaanmu. Tidak akan ada yang berani memecatmu. Kau tahu," ucap Yoonki meyakinkan Yeoni.
Yeoni sudah mulai sadar dari perngaruh Yoonki. Dia berdiri dari sofa dan memilih duduk di kursi yang berada tepat di depan meja Yoonki.
"Lalu saya harus duduk diam saja di sini, Pak? Saya seperti menerima gaji tanpa bekerja jika seperti ini," kata Yeoni frustasi.
"Tidak juga karena aku memiliki pekerjaan yang lebih pantas untukmu?" kata Yoonki.
"Pekerjaan seperti apa? Menjadi model? Ayolah, Pak Yoonki saya tidak punya bakat menjadi model," kata Yeoni membuat Yoonki terkekeh. Gadis itu ternyata sangat cerewet.
"Aku tidak akan menyuruhmu untuk menjadi model tapi...." Ada jeda untuk sekedar Yoonki memajukan wajahnya ke arah Yeoni.
"Temani aku disini," lanjut Yoonki dengan entengnya.
"A-apa?" Yeoni memiringkan kepalanya bingung. Mata bulatnya juga bekedip beberapa kali dengan cepat.
Sangat imut.
"Iya, menemaniku di sini. Ajak aku bicara agar aku tidak bosan. Bekerja sendiri itu sedikit memuakkan, kau tahu," jawab Yoonki sambil membuka berkas-berkas yang ada di mejanya lalu menutupnya kembali.
"Berbicara dengan Anda?" Yeoni sedikit bingung. Memangnya pembicaraan seperti apa yang harus mereka bahas?
Dia sampai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saking bingungnya.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Yoonki menuntut.
"Aku tidak tahu harus membicarakan apa dengan Anda Pak Yoonki," ucap Yeoni jujur.
Yoonki terkekeh kecil.
"Ceritakan tentang dirimu atau kau juga bisa bernyanyi. Aku tak masalah. Setidaknya jangan buat ruangan ini terasa sepi," ucap Yoonki melipat kedua tangannya sambil bersandar di kursinya.
"Bahkan suaraku tidak bagus. Bagaimana aku harus bernyanyi di depannya?" lirih Yeoni mengerucutkan bibirnya dan itu sukses membuat Yoonki sangat gemas hingga dia berdiri dan menghampiri Yeoni.
Yoonki memutar kursi Yeoni hingga membuat mereka berhadapan. Dengan posisi Yeoni duduk di kursi dan Yoonki menyangga kedua tangannya di pegangan kursi itu lalu menunduk sedikit untuk melihat wajah Yeoni lebih dekat.
"Pak Yoonki," lirih Yeoni kecil. Bahkan sangat kecil namun Yoonki masih bisa mendengarnya.
"Kau punya kekasih?" tanya Yoonki.
"Eh?" raut wajah Yeoni semakin bingung. Apa-apaan pertanyaan itu?
Yoonki memejamkan matanya sesaat. "Apakah aku harus selalu mengulangi pertanyaanku padamu?" jengah Yoonki.
Yeoni menelan salivanya berat. "Tidak, Pak!" jawab Yeoni cepat.
"Jadi? Jangan bilang kau menyukai model itu."
"Tidak ... saya tidak menyukainya," jawab Yeoni spontan.
Yoonki tersenyum miring lalu mendekatkan wajahnya pada Yeoni. Bahkan hidung mereka berdua sudah hampir bersentuhan.
"Aku tertarik padamu, Yeoni," bisik Yoonki intens.
"A-apa?" Yeoni terkejut. Yoonki menatap Yeoni horor karena wanita itu kembali bertanya padahal tadi dia sudah memperingatkannya agar tidak bertanya berulang kali.
"Maafkan saya, Pak. Tapi maksud Anda menyukai saya---"
"Menyukai seperti seorang pria menyukai seorang wanita," potong Yoonki. "Aku ingin kau menjadi kekasihku, Yeoni." Yoonki tersenyum miring. Wajahnya semakin dekat dengan Yeoni membuat wanita itu menutup matanya rapat. Tangan Yeoni mengepal kuat. Tak terbayangkan apa yang akan terjadi selajutnya.
Chup!!!
Yoonki mengecup kening Yeoni lembut. Cukup lama hingga Yoonki menjauh dan Yeoni membuka matanya perlahan.
"Tunggulah di sini. Aku keluar sebentar. Rasanya jantungku berdebar cukup kencang dan aku butuh udara segar." Yoonki pergi setelah mengatakan hal itu pada Yeoni.
Mengabaikan Yeoni yang wajahnya sudah merah sampai telinga.
Yeoni memukul-mukul kepalanya sendiri dengan bantal.
"Apa maksud Pak Yoonki berkata seperti itu?" geram Yeoni lalu membanting tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Aarrghhh!!!" teriak Yeoni dibalik bantal. Dia menurukan bantal itu dari wajahnya.
Tangannya terangkat memegang dahi yang telah dihadiahi kecupan oleh Yoonki. Yeoni bahkan masih bisa merasakan bibir kenyal Yoonki saat menciumnya tadi.
"Aarrgghhh!!! Dasar Yoonki Min sialan!" umpat Yeoni.
Sementara Yeoni bergulat dengan tempat tidurnya. Yoonki malah tertawa kecil di atas atap rumah Yeoni. Sejak tadi pria itu memang sudah di sana mendengarkan segala ocehan Yeoni.
Pria itu memegang bibirnya. Dia sendiri pun bingung pada dirinya. Untuk pertama kali Yoonki ingin mencium seorang wanita. Terlebih Yeoni adalah seorang manusia.
Wanita dari bangsanya banyak yang ingin menjadi pendamping Yoonki namun pria itu tidak tertarik sama sekali. Namun dengan Yeoni, Yoonki merasakan dirinya tertarik untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Yoonki sebelumnya.
Yeoni membuat jantung Yoonki berdebar lebih dari biasanya hanya karena sebuah ciuman di kening. Yeoni membuat Yoonki ingin selalu menatapnya, ingin selalu mendengar suaranya dan tanpa ragu menyentuh Yeoni, bukan sebagai mangsa namun ada hal lain yang Yoonki cari.
Sebuah kehangatan dari sentuhan Yoonki pada Yeoni yang merambat dari tangan sampai keseluruh tubuhnya.
Yoonki ingin selalu merasakan kehangatan itu. Ingin sekali Yeoni menyentuhnya atau mungkin memeluknya dengan erat.
Yoonki tersenyum tipis mengingat betapa gila dirinya sekarang.
"Apakah ini yang sebut Cinta?"
To be continue....
Ya ampun Yoonki manis banget sih. Aku jadi jatuh cinta juga.
Happy reading....Yeo Oh Kim berjalan cepat ke arah para rekan sesama profesinya. Mereka yang semula terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing berbalik untuk memberi hormat pada pria itu."Apa yang terjadi dibsini?" tanya Yeo Oh pada salah satu polisi di sana."Bunuh diri, Pak. Dia menggunakan arang untuk membuatnya sesak napas dan meninggal," jelas pria itu tegas khas seorang polisi pada umumnya.Yeon Oh mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menujutempat kejadian perkara. Tubuh dari korban masih tergeletak untuk keperluan foto bukti. Pria itu memakai masker dan juga sarung tangan lalu mendekati sambil memperhatikan dengan seksama keadaan mobil maupun tubuh korban."Hei! Apakah kalian yang memecahkan kaca mobilnya?" tanya Yeo Oh berbalik menatap para rekannya."Kaca itu sudah pecah saat kami datang, Pak," jawab pria yan
Happy readingYeoni membereskan semua peralatan make up yang terletak berserakan di atas meja. Pemotretan baru saja selesai dan semua staff sedang sibuk dengan urusan masing-masing, membereskan semua peralatan mereka."Yeoni Kim!" panggil Areum duduk di kursi sebelah Yeoni."Ah, Areum. Ada apa?" tanya Yeoni tanpa menghentikan aktifitasnya."Apakah kau dan Pak Yoonki berkencan?" tanya Areum sedikit berbisik.Yeoni menoleh menatap Areum tak percaya. "Siapa yang berkencan? Aku tidak berkencan dengan siapapun, apalagi dengan Pak Yoonki. Itu tidak mungkin," cibir Yeoni."Tapi kau terlihat selalu bersama Pak Yoonki. Tidak mungkin kalian tidak punya hubungan spesial." Areum terlihat sangat penasaran melihat bagaimana ekspresi Yeoni yang terlihat biasa saja."Hentikan itu, Areum. Aku tidak punya hubungan
Happy reading....Jika saja Areum tahu ajakan Jimmy hari itu akan membawanya ke dalam masalah besar seperti sekarang, dia pasti akan menolaknya. Menuruti akal pikirannya bukan perasaannya. Namun menyesal pun sudah tidak berguna sekarang. Semua orang sudah tahu termasuk fans Jimmy yang mengerikan itu."Kau tenang saja di sini tidak akan ada paparazi."Bahkan Areum masih ingat jelas kata-kata Jimmy saat itu. Dan bodohnya Areum pun percaya. Tapi siapa yang tidak akan percaya dengan orang yang sangat kau cintai?"Kau menyukai makanannya?" tanya Jimmy sesaat setelah dia menyuapi Areum."Ya, makananya sangat enak," jawab Areum. Dia cukup kesulitan menjawab karena mulutnya yang penuh dengan makanan."Aku sangat merindukanmu, Areum," ucap Jimmy memegang tangan gadis itu."Aku juga ... tapi kau semakin terkenal sekarang sulit sekali untuk ki
Happy ReadingTaekyung tak menolak saat Jessica mengaitkan tangan kecilnya di lengan pria itu. Mereka berjalan beriringan keluar dari agensi itu. Beberapa pasang mata para staff menatap mereka penuh tanya. Apakah dua model top itu terjebak dalam sebuah hubungan spesial?Entahlah. Hanya mereka yang tahu.Jessica tersenyum senang karena akhirnya Taekyung mengiyakan ajakannya untuk pergi bersama. Setelah dia meneror pria itu beberapa hari belakangan ini."Kau sepertinya tidak terlalu suka dengan Yoonki Min?" ujar Jessica sesekali melirik Taekyung lalu kembali fokus ke jalanan."Bukan tidak suka. Hanya saja wajahnya tidak sesuai dengan seleraku," jawab Taekyung asal."Apa? Kau tidak belok 'kan?" Jessica begitu terkejut dengan penuturan Taekyung. Untung saja dia tidak refleks menginjak pedal rem atau pedal gas mobilnya. "Maksudku ... menyukai seorang laki-laki?" t
Happy reading...Mereka memilih tempat makan makanan cepat saji. Taekyung memilih tempat duduk yang berada di pojok restoran itu. Ponselnya terus berdering sejak tadi. Entah siapa yang menghubunginya. Mungkin sang manager, tapi Taekyung sudah minta izin untuk keluar bersama Jessica tadi. Atau mungkin sedang terjadi masalah."Aish, mengganggu saja!" gumam Taekyung mengeluarkan ponselnya dari saku jaket yang dia kenakan.Jessica bisa melihat raut wajah Taekyung yang berubah setelah membaca apa yang di dalam ponselnya itu."Ada apa, Taekyung?" tanya Jessica."Jimmy dalam masalah," jawab Taekyung singkat."Jimmy? Penyanyi terkenal itu?"Jessica pun lantas mengeluarkan ponselnya. Nama Jimmy sedang menjadi trending di media sosial."Oh shit!" umpat Jessica tanpa sadar."Aku harus menemuinya sekara
Happy reading.......Jimmy membawa dua tin soda dari dalam kulkasnya dan juga kantong berisi es batu ke ruang tamu. Di sana duduk Taekyung yang sesekali ia dengar meringis."Minumlah!" tutur Jimmy memberikan satu tin minuman itu pada Taekyung. "Setelah itu kompres lukamu," lanjutnya memberikan kantong es batu tadi."Terima kasih, Jim," kata Taekyung menerima minuman itu lalu meneguknya hingga setengahnya. Kembali meringis saat dia menempelkan kantong es batu ke wajahnya yang lebam."Bagaimana keadaanmu?" tanya Taekyung. Dia menaruh kantong itu setelah merasa lebam di wajahnya sudah membaik. Lagipula Taekyung merasa jika pipinya sebentar lagi akan beku jika dia masih meneruskan mengopres wajahnya."Ck, seharusnya aku yang bertanya itu padamu, Tae!" kata Jimmy."Ah ini ... bukan apa-apa. Masalahmu lebih parah dariku," kata Taekyung sempat memegang lukanya yang
Happy reading....."Kau berada di rumahku. Di dalam kamarku," ujar Yoonki.Oh sial. Kenapa Yeoni baru sadar sekarang jika dia sendiri yang telah membawa dirinya ke dalam masalah. Mungkin karena keadaannya yang sudah sangat kacau tadi membuat dia hanya diam saja saat Yoonki membawanya.Payah sekali."Kau tahu betapa aku menahan diriku untuk tidak melakukannya padamu sekarang? Aku sudah cukup sakit melihatmu menangis tadi. Aku tidak bisa menyakitimu lebih dari itu, Yeoni. Sungguh maafkan aku."Yoonki menyandarkan kepalanya di bahu Yeoni sambil terus bergumam 'maafkan aku'.Yeoni terdiam cukup lama. Berusaha meyakinkan bahwasanya perkataan Yoonki itu bual belaka. Namun saat dia melihat tatapan Yoonki, kenapa rasanya tulus sekali.Yeoni pun sebenarnya merasakan hal yang sama. Yeoni menyukai Yoonki. Dia hanya kecewa karena perlakuan Yoon
Happy reading......Yoonki melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Senyum yang sejak tadi tertahan akhirnya dia luangkan.Bukan hanya tersenyum tipis pria itu tersenyum sangat lebar sekarang hingga gummy smile yang dimiliki pria itu tampak. Rasa hangat dari tubuh Yeoni masih bisa Yoonki rasakan.Pria itu hanya memarkirkan mobilnya di garasi lalu menghilang kembali.Dalam beberapa saat saja Yoonki sudah sampai di rumah Yeoni. Melompat ke atas lantai dua di mana kamar Yeoni berada. Yoonki membuka dengan pelan jendela kamar yang entah sengaja atau lupa tidak dikunci. Saat sampai di dalam Yoonki membuang napasnya pelan melihat pemandangan di depannya."Dasar gadis bodoh!" gumam Yoonki dengan ekspresi datarnya. Bagaimana tidak, Yeoni membiarkan Areum tidur di tempat tidurnya sementara dia tidur di lantai dengan beralaskan kasur tipis. 
Happy reading....Pagi ini Yeoni sudah mulai bekerja kembali. Dia merasa heran karena beberapa karyawan yang bersikap beda padanya."Biar aku saja yang mengerjakan, Yeoni.""Kau duduk saja di sana.""Kau mau minum apa?""Kalau butuh sesuatu kau bisa minta tolong padaku."Kata-kata yang terus Yeoni dengar dari mereka semua. Memangnya Yeoni siapa sampai diperlakukan seperti itu? Bukankah dia juga karyawan sama seperti mereka?Entahlah.Dia hanya diam di sana duduk sambil memandangi Taekyung yang sedang melakukan pemotretan. Tugas make up memang masih Yeoni yang mengerjakannya namun yang lain, mereka tidak membiarkan Yeoni melakukannya.Aneh."Bagai mana keadaanmu, Yeoni?"Sedikit terperanjak saat seseorang duduk di sampingnya.&nbs
Happy reading......Beberapa hari ini Yeoni tidak masuk bekerja. Yoonki melarang itu. Yeoni masih ingat jelas bagaimana tatapan tajam Yoonki padanya saat dia sadar dari pingsannya.Bukan hanya tatapan tajam namun juga ocehan yang hampir membuat Yeoni tuli. Entah kenapa Yoonki yang notabennya pendiam tiba-tiba bisa mengoceh seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal."Yeoni!" panggil Areum.Dua gadis itu sedang berada di halaman belakang rumah Yeoni yang terdapat sebuah kursi ayunan."Sepertinya Pak Yoonki menyukaimu," kata Areum."Menyukaiku?" Yeoni terkekeh. "Apa kau tidak lihat bagaimana dia memperlakukanku. Dia sangat dingin dan sama sekali tidak romantis. Padahal katanya kami berkencan," dumel Yeoni sambil mengerucutkan bibirnya."Apa? Kalian berkencan? Sejak kap
Happy reading....Yoonki menatap datar rumah berlantai dua itu. Heran kenapa langkah kakinya malah berakhir di sana?"Yeoni Kim"Setelah seminggu lamanya Yoonki tidak bertemu dengan Yeoni cukup membuat sisi hati Yoonki terasa kosong. Dia melompat ke arah atap rumah Yeoni.Dia sedang mandi?Batin Yoonki saat mendengar gerincik air dari dalam ruangan itu. Dia melompat menuju jendela sambil memperhatikan sekitar. Tidak ada orang selain Yeoni yang sedang mandi dalam sana.Pria itu melewati Yeoni begitu saja membuat sang gadis menoleh. Yoonki dengan cepat bersembunyi di balik jendela."Siapa itu?" teriak Yeoni membuat Yoonki tersenyum tipis. Ternyata wanita itu cukup penakut juga. Yoonki baru akan kembali masuk namun Areum sudah mendahuluinya.Sial!Dia harus menunggu sampai gadis itu pergi untuk bisa
Happy reading..... Yeoni menuruni tangga dengan sedikit susah payah. Tubuhnya benar-benar terasa sakit apa lagi bagian selangkanya. Rasanya nyeri sekali. "Yeoni, kau kenapa?" tanya Hana saat melihat Yeoni meringis ketika akan duduk. "Sepertinya aku salah tidur, Bibi," jawab Yeoni dengan cepat. Dia memang sudah memikirkan alasan itu sebelum keluar dari kamar tadi. "Kalau kau sakit tidak perlu bekerja, Nak," tutur Yeo Oh yang sedang sibuk dengan seragamnya. Yeoni kembali bangkit dari tempat duduk lalu mendekati sang ayah untuk membantu merapikan seragam polisinya. "Aku tidak apa-apa, Ayah," ucap Yeoni lembut. "Tapi kau terlihat pucat, Yeoni," kata Yeo Oh mengelus pipi sang anak. "Tidak. Aku sungguh baik-baik saja," jawab Yeoni seraya mengancing baju sang ayah. "Kalau begitu hari ini Ayah a
Happy reading....Mungkin belum sampai satu jam mata Yeoni terlelap, wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Keningnya pun mengkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.Yeoni merasa dia berada di tempat lain. Tempat yang cukup luas. Dia juga tertidur di sana. Wangi vanilla sangat kental di tempat itu membuat Yeoni merasa sangat nyaman dan juga mengingatkan dia pada seseorang yang sangat dia rindukan kehadirannya.Yoonki Min.Namun pikirannya tetap berperang, Yeoni bingung apakah ini mimpi atau bukan. Semuanya terasa samar. Tapi dia sangat ingat jika dia tertidur di tempat tidurnya bersama Areum. Berarti Yeoni sedang bermimpi.Mungkin.Namun saat merasakan sosok yang berbaring di sebelahnya sambil memeluknya dengan intens, Yeoni kembali berpikir dua kali apakah yang terjadi padanya sekarang sungguh mimpi?Bukan hanya sekedar memeluk, sosok it
Happy reading....Areum dan Yeoni sudah masuk ke kamar mereka. Yeoni sesekali melihat ke arah wanita yang sudah lengkap dengan piyamanya itu. Dia sedang mempersiapkan tempat tidurnya.menyadari kegelisahan Yeoni, Areum mendekati gadis itu. Sepertinya dia masih takut karena insiden tadi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya seraya memperhatikan sekiling kamar itu se akan mencari sesuatu."Yeoni ....""Ah, iya. Ada apa, Areum?" tanya Yeoni. Lihat bahkan dia tidak menatap Areum sedikitpun."Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa denganmu? Kau terlihat sangat kacau beberapa hari ini. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa ceritakan semuanya padaku, Yeoni," tutur Areum dengan nada bicara yang sangat lembut."Tidak ada. Aku baik-baik saja," kata Yeoni menjawab dengan cepat."Kau yakin? Tapi wajahmu tid
Happy reading.....Seperti hari biasanya Yeoni akan sangat sibuk bersama dengan Taekyung, apalagi beberapa hari ini pria itu banyak job di luar agensi. Tentu saja. Banyak sekali perusahan yang ingin merekrut dirinya untuk menjadi model iklan mereka.Seperti hari ini Taekyung sedang syuting iklan makanan cepat saji. Setelah itu akan di lanjutkan kesesi pemotretan.Wajah Yeoni yang biasanya akan tersenyum terlihat murung membuat Taekyung bingung."Yeo, kau baik-baik saja? Kau terlihat kurang sehat," kata Taekyung memperhatikan wajah Yeoni."Aku baik," jawab Yeoni seraya menghapus keringat di dahi Taekyung.Pria itu memegang tangan Yeoni lalu menatapnya lekat."Ada apa, Taekyung?""Merindukan Yoonki Min?""Kau ini bicara apa?" elak Yeoni mencoba melepaskan tang
Happy reading......Yeoni sedikit heran, seharian penuh dia tak melihat kehadiran Yoonki kecuali tadi saat mereka datang bersama. Biasanya pria itu akan muncul entah dari mana untuk sekedar menganggung Yeoni saat sedang bekerja. Mungkin dia sedang sibuk, pikir Yeoni tak ingin terlalu ambil pusing.Jam pulang sebentar lagi Yeoni tinggal membereskan beberapa perlengkapan riasannya. Bohong jika Yeoni mengatakan tidak ingin peduli akan kehadiran Yoonki. Buktinya saat dia berada di lobi matanya terus mengedar ke sana kemari mencari eksistensi pria berkulit putih pucat itu."Permisi nona Kang! Pak Yoonki ke mana, yah?" tanya Yeoni pada sekretaris Yoonki yang kebetulan masih berada di sana."Tadi setelah bertemu dengan Nona Jessica, Pak Yoonki langsung pulang. Dia mengatakan akan mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan karena ada urusan keluarga," jawab Nona Kang."Apa?" kaget
Happy reading....Rasa bersalah dan canggung menghampiri Yeoni. Namun dia harus tetap bersikap profesional di sana."Maafkan aku, Yeo," lirih Taekyung sekaligus memecah keheningan yang melanda.Yeoni tak membalas ucapan Taekyung. Dia hanya fokus merias wajah pria itu tanpa ingin menatap ke arah matanya."Maaf, karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak. Kau tahu 'kan sifatku yang arogan dan kadang tidak berpikir sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyinggung perasaan orang lain. Sungguh, Yeoni, aku sangat menyesal. Jangan diamkan aku seperti ini," kata Taekyung memelas.Yeoni mengalihkan tatapannya pada mata Taekyung lalu ke arah pipinya yang sedikit membengkak. Yeoni menarik satu senyuman lalu mengelus pipi Taekyung lembut."Apakah masih sakit?" tanya Yeoni pelan."Masih, tapi aku baik-baik saja. Luka seperti ini tid