Happy reading....
Malam itu angin bertiup tidak terlalu kuat membuat api unggun yang sangaja mereka buat untuk menghangatkan diri menjadi sangat tenang.
Namun suasana yang tercipta di desa yang hanya di terangi obor di setiap rumah itu justru berbanding terbalik. Tegang dan mencekam. Menunggu memang bukan hal yang menyenangkan, malah membuat khawatir dan gelisah.
Tapi mereka akhirnya bisa bernapas sedikit lega saat melihat dua sosok bangsa mereka mendekat. Ingat hanya sedikit.
Michael dan Chloe.
"Akhirnya kalian datang juga. Ada apa sampai kalian menyuruh kami semua berkumpul?" tanya Xanthos tanpa basa basi.
Michael dan Chloe saling menatap sebelum akhirnya Michael mengeluarkan dua buah kalung.
Mereka semua terlihat terkejut dan juga beberapa terlihat makin gelisah serta takut. Mereka tahu betul apa maksud Michael tanpa dia menjelaskannya.
"Ternyata ketua dari The Hunter D masih memiliki keturunan yang sekarang bersembunyi bersama para manusia."
Michael angkat bicara memperjelas situasi yang sedang mereka hadapi sekarang.
"Maksudmu dialah yang telah...." Bahkan Xanthos tak dapat meneruskan ucapannya saking terkejutnya.
"Siapa lagi kalau bukan mereka? Kalung ini adalah milik dari dua bangsa kita yang mati di tangan The Hunter D saat mereka berburu di kota."
"Tapi bukankah Asta sudah memusnahkan mereka semua?" tanya Lily masih tidak bisa percaya dengan situasi yang tengah mereka hadapi.
Dia melihat sendiri bagaimana sang adik membantai para The hunter D saat itu. Bagaimana mereka menjerit dan meminta ampun agar tidak di habisi masih terngiang di rungu gadis dengan rambut silver tersebut.
"Itu juga yang membuat kami bingung, kita memang tidak bisa meremehkan kecerdasan dari The Hunter D menyembunyikan penerus mereka." Chloe mengeluarkan suaranya yang terdengar lembut namun sarat akan kebencian.
"Aku yakin dia sedang mempersiapkan pasukan untuk membunuh bangsa kita," ucap Michael mengepalkan tangannya kuat seraya menatap dua kalung yang masih setia dia pegang.
Kalung dengan batu berlian berbentuk peluru berwarna merah. Kalung itu adalah ciri khas dari bangsa The Red Demon. Tak hanya sebagai tanda pengenal sesama bangsa mereka, kalung itu juga berfungsi sebagai pelindung. Kalung itu akan mengeluarkan aroma sesuai dengan keinginan pemiliknya. Itu berfungsi untuk memanipulasi aroma mereka yang sebenarnya.
Mungkin untuk manusia kalung itu seperti parfum.
Makhluk seperti The Red Demon memiliki aroma seperti asap dari pembakaran kayu. Mereka akan sangat mudah di kenali oleh The Hunter D. Tapi dengan kalung itu mustahil untuk The Hunter D bisa mengendus mereka.
Namun sekarang sepertinya itu sia-sia karena buktinya dua orang dari bangsa mereka tewas menjadi abu.
"Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi." Xanthos mengepalkan tangannya kuat, bahkan rahang tegasnya terlihat sangat jelas sekarang.
"Kau benar. Aku tidak akan membiarkan ketenangan kita selama ini terusik kembali," timpal Michael mengangguk lalu memberikan kalung yang ada ditangannya pada Natheli.
"Lalu di mana Asta?" tanya Michael lagi saat tak menemukan kehadiran Asta disana. Sebagai seorang pemimpin ras, seharunya pria itu ada disana bersama mereka.
"Dia sedang mencari makan malam," jawab Lily.
Michael menatap raut wajah khawatir bangsanya di sana, lalu beralih menatap Xanthos yang masih dikuasai amarah.
"Katakan ini pada Asta secepatnya. Jessica sudah pergi lebih dulu pergi untuk mencarinya," kata Michael.
"Jessica? Maksudmu? Bukankah dia masih dalam masa pemulihan? Kau gila membiarkan dia pergi sendiri!"
Amarah Xanthos semakin memucak disana. Tak habis pikir kenapa pria yang sudah dia anggap seperti saudara ini membiarkan putrinya pergi sendirian.
Keputusan yang sangat gegabah. Jessica memang salah satu demon yang membantu Asta melawan The Hunter D dulu. Tapi, saat itu Jessica terluka cukup parah karena terlalu banyak memakai kekuatannya dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan.
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa melihat lebih banyak bangsa kita yang mati," bela Michael.
"Dan kau mengorbankan anakmu sendiri? Begitu?" Xanthos makin tersulut emosi tak terima dengan alasan yang berikan oleh pria berambut merah terang tersebut.
"Aku yakin dia bisa menghadapinya. Itulah sebabnya aku ingin kau juga segera menyuruh Asta untuk menyusul Jessica." Nada bicara Michael lebih rendah ketimbang pria di depannya. Kemarahan tidak boleh di lawan dengan kemarahan juga. Michael sangat paham jika Xanthos hanya sedang khawatir saat ini.
"Tapi Asta juga masih belum pulih total," tolak Natheli.
"Lalu apa kau lebih memilih kita semua mati?" tanya Chloe.
Bergeming.
Mereka semua diam tanpa suara. Pilihan mereka memang sulit terlebih untuk Xanthos dan Natheli tapi jika hanya mereka yang turun tangan untuk menghadapi The Hunter D, tidak ada jaminan mereka bisa menang. Tapi jika Asta yang pergi dengan keadaanya yang sekarang dia bisa saja terbunuh juga.
"Kuharap kau segera membuat keputusan. Jessica sekarang berada di Seoul," kata Michael menepuk pundak Xanthos lalu beranjak dari sana bersama dengan sang istri.
Hening.
"Lalu siapa yang harus pergi?" tanya Lily.
"Kita tidak punya pilihan lain ... Lily kau pergi lah menyusulnya," kata salah satu dari mereka angkat bicara.
Mereka terus berdebat tanpa henti hingga akhirnya Asta tiba disana. Diluar dugaan, ternyata Asta tak berpikir dua kali untuk mencari musuh terbesarnya itu. Tanpa peduli dengan keadaannya sendiri. Bagi Asta ketenangan bangsanya lebih penting bahkan dari nyawanya sendiri.
***
Jessica memilih untuk tinggal sendiri di Seoul. Jujur saja dia belum ada rencana sama sekali. Harus seperti apa disana.
Terlebih dia hanya punya informasi jika The Hunter D terakhir berada di Seoul dan bekerja di bidang entertainment, lebih dari itu tidak ada lagi informasi yang cukup detail.
"Apa aku harus mencoba memasuki dunia entertainment seperti apa yang para informan itu katakan?" ucap Jessica entah pada siapa.
"Tapi aku harus menjadi apa? Penyanyi? Suaraku jelek." Gadis itu kian menggerutu tidak jelas.
"Tapi, aku harus menemukan cara agar bisa bekerja di bidang entertainment." Sepertinya dia tidak punya pilihan lain.
Gadis itu bangkit dari tempat tidur lalu menyalakan tv besar yang ada disana. Melihat beberapa berita tentang bagaimana cara agar bisa bekerja di bidang dimana manusia menjadi sorotan seluruh negeri.
Wanita itu bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah kaca besar di samping lemari.
Tersenyum lembut melihat pantulan wajah dan tubuhnya di kaca tersebut. Dia telah menemukan cara paling efektif untuk bisa masuk dalam dunia hiburan itu.
Senyuman Jessica semakin mengebang seraya melipat kedua tangannya di dada. Dia pun bergumam lirih, "Aku akan menjadi model."
Tak begitu sulit untuk Jessica di terima di sebuah agensi besar. Dengan paras cantik dan tubuh proposional tak ada yang bisa menolak Jessica.
Hanya perlu waktu beberapa bulan saja untuknya mencapai kesuksesan sebagai model wanita paling poluler di Seoul.
Kesuksesan mungkin bisa dengan mudah Jessica dapatkan tapi tidak dengan tujuan utamanya.
Jessica membuang napasnya pelan saat mendengar jika kembali ada bangsanya yang terbunuh. Namun dia belum mendapat petunjuk sama sekali. The Hunter D itu sangat pintar bersembunyi hingga sangat sulit untuk di lacak.
"Jessica sudah saatnya pergi," ucap sang manager membuyarkan lamunan Jessica yang cukup panjang.
"Ah, iya," jawab Jessica singkat.
Hari ini dia ada permotretan dengan Taekyung Lee model dari Zig In Entertainment.
"Hah, hari ini akan melelahkan."
***
Jessica sudah memasuki studio agensi Zig In Entertainment tempat dimana dia akan melakukan pemotretan dengan salah satu model pria terpopuler tahun ini.
"Selamat siang! Maaf aku sedikit terlambat," ucap Jessica membungkuk pada mereka.
"Tidak, Nona. Anda tidak terlambat kami baru saja akan memulainya," ucap salah satu wanita disana ramah.
Jessica menggenggam kuat tangannya sendiri. Dari sudut matanya dia bisa melihat seseorang disana yang juga sedang menatapnya tajam namun dia tetap mempertahankan senyum di wajahnya.

Asta Valerio
Jessica mencoba bersikap seolah-olah tidak melihat Asta disana. Pria itu pun tidak beraksi apa-apa. Tapi Jessica tahu jika Asta sedang menahan emosi luar biasa yang ingin dia lampiaskan pada wanita itu.
Jessica memang sempat mendengar jika Zig In Entertainment mempunyai direktur baru. Dan tak disangka jika direktur baru tersebut adalah Asta atau sekarang di kenal dengan nama Yoonki Min.
Luar biasa. Pria itu baru saja datang dan sudah menjadi seorang pemimpin disana. Namun itulah jati diri seorang Asta. Dia memang di lahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Baik di bangsanya apalagi di dunia manusia tempat dia berburu. Asta ibarat singa gagah perkasa yang menguasai hutan rimba.
Pria yang ada di depannya juga tak kalah luar biasanya. Taekyung Lee. Jessica berencana untuk menjadikan Taekyung 'makanan lezat' untuk di santapnya nanti.
Taekyung benar-benar memiliki aura manusia yang sangat kuat. Dia bisa menjadi sumber kekuatan yang lumayan untuk Jessica. Atau mungkin bisa menjadi partner yang bisa memuaskan Jessica dengan cara lain. Kita lihat saja nanti.
"Selamat siang Taekyung Lee," ucap Jessica mengulurkan tangannya pada Taekyung.
"Selamat siang. Senang bertemu dengan Anda, Nona Jessica," ucap Taekyung ramah.
Senyum pria itu sungguh sangat manis. Bahkan Jessica tak bisa mengalihkan pandangannya dari Taekyung. Untuk porsi manusia, Taekyung bisa dikatakan sangat sempurna dan Jessica tidak akan melewatkannya.
"Oh iya, Tuan Lee apakah kau ada acara setelah pemotretan?" tanya Jessica. Setidaknya dia harus berusaha dekat dengan pria itu.
"Kurasa begitu," jawab Taekyung seadanya.
Sial.
"Ah, begitu, sayang sekali." Bukan hanya kecewa ini adalah penghinaan untuk Jessica. Manusia itu menolaknya? Menyebalkan.
"Mungkin lain kali karena aku harus membereskan sesuatu terlebih dahulu," ucap Taekyung menaikkan satu alisnya.
Jessica menyilangkan kedua tangannya di dada. Sepertinya dia harus menunggu. Bukankah hal baik akan datang pada mereka yang mau menunggu?
"Baiklah, hubungi aku jika kau punya waktu. Aku akan mengatur jadwalku, bye~~~"
Jessica pergi dari sana setelah melambaikan tangannya yang di balas dengan anggukan kecil dari Taekyung.
Sesi pemotretan Jessica-Taekyung pun dimulai. Pemotretan yang mereka lakukan memang sedikit intim karena mereka berperan sebagai sepasang kekasih.
Tapi karena memang mereka berdua adalah model profesional jadi mereka dengan santai mengikuti arahan dari sang photografer.
Jessica sangat menikmati waktu bersama Taekyung. Apalagi saat sesi dimana mereka saling menatap atau saling memeluk. Wanita itu melakukannya dengan sepenuh hati hingga ekspresi yang dihasilkan pun sangat natural.
Jessica bisa melihat dengan puas raut wajah Taekyung yang tampan. Tatapan penuh cinta dan damba yang memang hanya sekedar akting tapi mampu membuat relung hati Jessica bergetar hebat.
"Kalian luar biasa. Pemotretan kali ini benar benar sempurna. Terima kasih. Kalian sudah bekerja keras untuk ini, Taekyung dan Jessica," ucap salah satu staff disana membuat Jessica sadar jika pemotretan itu telah selesai.
Sayang sekali.
Jessica baru saja akan menghampiri Taekyung tapi pria itu sudah pergi begitu saja.
"Sepertinya dia ingin menemui seseorang yang spesial. Baiklah, temuilah dia sebelum kau bertemu denganku," tutur Jessica dengan senyum smirknya lalu mengambil mantel dan berlalu dari sana.
Malam ini, Jessica berencana untuk menemui Taekyung namun sialnya dia malah bertemu dengan Asta.
Jessica berlari dengan cepat menghindari pria itu. Namun Jessica memang bukan lawan seorang Asta Valerio.
"Uhuk---uhuk," Jessica terbatuk-batuk saat cengkraman Asta lepas.
"Apa kau gila ingin membunuh bangsa mu sendiri, huh!?" pekik Jessica.
"Pelankan suaramu ... Jessica," kata Asta sarat dengan penekanan.
"Bagaimana bisa aku pelankan suaraku, jika kau saja terlihat ingin membunuhku. Memangnya apa salahku?" tanya Jessica dramatis.
"Maaf, apa kau terluka?" tanya Asta lembut.
Asta memang pria yang sangat dingin dan kasar, tapi saat dia memberikan perhatian justru itu akan langsung membuat siapapun luluh. Karena perhatian seorang Asta sangatlah langka.
"Tidak, aku baik-baik saja ... tapi sekali lagi kau memperlakukanku seperti ini aku tidak akan memaafkanmu." Jessica menunjuk wajah pria itu dengan telunjuk lentiknya lalu merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena ulah Asta.
"Kau ingin makan malam?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja di mulut manis Asta.
"Ya, tapi kau malah mengacaukan semuanya," jawab Jessica kesal.
"Baiklah. Sebagai permintaan maaf, aku akan menemanimu mencari makan malam," ucap Asta berjalan lebih dulu di depan Jessica.
Sepertinya rencana Jessica untuk menemui Taekyung harus dia undur dulu. Tidak mungkin dia menemui Taekyung bersama dengan Asta. Yang benar saja.
Lagipula niat Jessica menemui Taekyung bukan untuk makan malam namun karena hal lain.
Lain kali saja aku menemuinya.
Pilihan Jessica berakhir pada seorang pria putus asa di bawah jembatan. Pria itu menyalakan arang di dalam mobilnya. Dengan sigap Jessica memecahkan kaca itu dan menyeret tubuh yang hampir sekarat itu kepangkuannya.
"Sayang ... kenapa kau lakukan ini hiks ... tidak seharusnya kau seperti ini. Maafkan aku," lirih Jessica yang kini berubah wujud menjadi istri dari pria di depannya.
Asta hanya diam sambil tersenyum tipis melihat Jessica memulai aksi bujuk rayunya.
"Maafkan aku," lirih pria itu lalu menarik Jessica untuk menciumnya. Wanita itu memejamkan matanya, dibalik ciuman itu Jessica dengan ganas menyerap jiwa pria itu. Mata yang semula hitam akhirnya berwarna merah menyala.
"Aahhh...."
Jessica mendongak sambil mengelus lembut bibirnya. Menatap Asta dengan senyuman miring.
"Kau lebih cantik dengan mata merah seperti itu," puji Asta.
"Jangan menggodaku, Asta. Aku masih kalah nikmat dari pada makananmu," sindir Jessica.
Asta mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"
"Tidak ada maksud apa-apa hanya asal bicara."
Jessica berjalan perlahan kearah Asta sambil kembali ke wujud aslinya semula.
"Lalu apa maksudmu datang malam itu dan menghancurkan tubuh mangsaku?" tanya Asta.
"Aku hanya ingin memastikan jika yang datang hari itu memang dirimu."
"Apa sebenarnya maumu Jessica. Apa kau ingin The Hunter D tahu jika kita ada di sini untuk mencarinya?"
To be continue....
Happy reading........Jessica menarik tubuh pria yang sudah tidak bernyawa itu kembali ke dalam mobil. Setelahnya dia berjalan ke arah Asta. Wanita itu baru berhenti saat dia tepat berada di hadapan Asta. Dia berjinjit sedikit agar wajahnya lebih dekat dengan Asta."Aku yakin manusia setengah dewa itu sudah tahu kita sedang mencarinya," ucap Jessica tepat di telinga Asta."Tidak mungkin, kita bisa menyamar dengan baik disini. Dia tidak mungkin bisa mengendus aura kita," tutur Asta dingin.Jessica memeluk Asta dengan erat. Walaupun pria itu tidak membalas pelukannya sama sekali namun dia tidak mendorong Jessica juga. Wanita itu menghirup dalam aroma khas tubuh Asta yang sangat memabukkan. Wangi vanilla. Entah kenapa pria manly seperti dirinya sangat menyukai aroma vanilla yang sangat lembut. Berbanding terbalik dengan kepribadiannya. Namun Jessica sangat menyukainya. Dia kemudian mendekatkan kem
Happy reading....Yeo Oh Kim berjalan cepat ke arah para rekan sesama profesinya. Mereka yang semula terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing berbalik untuk memberi hormat pada pria itu."Apa yang terjadi dibsini?" tanya Yeo Oh pada salah satu polisi di sana."Bunuh diri, Pak. Dia menggunakan arang untuk membuatnya sesak napas dan meninggal," jelas pria itu tegas khas seorang polisi pada umumnya.Yeon Oh mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menujutempat kejadian perkara. Tubuh dari korban masih tergeletak untuk keperluan foto bukti. Pria itu memakai masker dan juga sarung tangan lalu mendekati sambil memperhatikan dengan seksama keadaan mobil maupun tubuh korban."Hei! Apakah kalian yang memecahkan kaca mobilnya?" tanya Yeo Oh berbalik menatap para rekannya."Kaca itu sudah pecah saat kami datang, Pak," jawab pria yan
Happy readingYeoni membereskan semua peralatan make up yang terletak berserakan di atas meja. Pemotretan baru saja selesai dan semua staff sedang sibuk dengan urusan masing-masing, membereskan semua peralatan mereka."Yeoni Kim!" panggil Areum duduk di kursi sebelah Yeoni."Ah, Areum. Ada apa?" tanya Yeoni tanpa menghentikan aktifitasnya."Apakah kau dan Pak Yoonki berkencan?" tanya Areum sedikit berbisik.Yeoni menoleh menatap Areum tak percaya. "Siapa yang berkencan? Aku tidak berkencan dengan siapapun, apalagi dengan Pak Yoonki. Itu tidak mungkin," cibir Yeoni."Tapi kau terlihat selalu bersama Pak Yoonki. Tidak mungkin kalian tidak punya hubungan spesial." Areum terlihat sangat penasaran melihat bagaimana ekspresi Yeoni yang terlihat biasa saja."Hentikan itu, Areum. Aku tidak punya hubungan
Happy reading....Jika saja Areum tahu ajakan Jimmy hari itu akan membawanya ke dalam masalah besar seperti sekarang, dia pasti akan menolaknya. Menuruti akal pikirannya bukan perasaannya. Namun menyesal pun sudah tidak berguna sekarang. Semua orang sudah tahu termasuk fans Jimmy yang mengerikan itu."Kau tenang saja di sini tidak akan ada paparazi."Bahkan Areum masih ingat jelas kata-kata Jimmy saat itu. Dan bodohnya Areum pun percaya. Tapi siapa yang tidak akan percaya dengan orang yang sangat kau cintai?"Kau menyukai makanannya?" tanya Jimmy sesaat setelah dia menyuapi Areum."Ya, makananya sangat enak," jawab Areum. Dia cukup kesulitan menjawab karena mulutnya yang penuh dengan makanan."Aku sangat merindukanmu, Areum," ucap Jimmy memegang tangan gadis itu."Aku juga ... tapi kau semakin terkenal sekarang sulit sekali untuk ki
Happy ReadingTaekyung tak menolak saat Jessica mengaitkan tangan kecilnya di lengan pria itu. Mereka berjalan beriringan keluar dari agensi itu. Beberapa pasang mata para staff menatap mereka penuh tanya. Apakah dua model top itu terjebak dalam sebuah hubungan spesial?Entahlah. Hanya mereka yang tahu.Jessica tersenyum senang karena akhirnya Taekyung mengiyakan ajakannya untuk pergi bersama. Setelah dia meneror pria itu beberapa hari belakangan ini."Kau sepertinya tidak terlalu suka dengan Yoonki Min?" ujar Jessica sesekali melirik Taekyung lalu kembali fokus ke jalanan."Bukan tidak suka. Hanya saja wajahnya tidak sesuai dengan seleraku," jawab Taekyung asal."Apa? Kau tidak belok 'kan?" Jessica begitu terkejut dengan penuturan Taekyung. Untung saja dia tidak refleks menginjak pedal rem atau pedal gas mobilnya. "Maksudku ... menyukai seorang laki-laki?" t
Happy reading...Mereka memilih tempat makan makanan cepat saji. Taekyung memilih tempat duduk yang berada di pojok restoran itu. Ponselnya terus berdering sejak tadi. Entah siapa yang menghubunginya. Mungkin sang manager, tapi Taekyung sudah minta izin untuk keluar bersama Jessica tadi. Atau mungkin sedang terjadi masalah."Aish, mengganggu saja!" gumam Taekyung mengeluarkan ponselnya dari saku jaket yang dia kenakan.Jessica bisa melihat raut wajah Taekyung yang berubah setelah membaca apa yang di dalam ponselnya itu."Ada apa, Taekyung?" tanya Jessica."Jimmy dalam masalah," jawab Taekyung singkat."Jimmy? Penyanyi terkenal itu?"Jessica pun lantas mengeluarkan ponselnya. Nama Jimmy sedang menjadi trending di media sosial."Oh shit!" umpat Jessica tanpa sadar."Aku harus menemuinya sekara
Happy reading.......Jimmy membawa dua tin soda dari dalam kulkasnya dan juga kantong berisi es batu ke ruang tamu. Di sana duduk Taekyung yang sesekali ia dengar meringis."Minumlah!" tutur Jimmy memberikan satu tin minuman itu pada Taekyung. "Setelah itu kompres lukamu," lanjutnya memberikan kantong es batu tadi."Terima kasih, Jim," kata Taekyung menerima minuman itu lalu meneguknya hingga setengahnya. Kembali meringis saat dia menempelkan kantong es batu ke wajahnya yang lebam."Bagaimana keadaanmu?" tanya Taekyung. Dia menaruh kantong itu setelah merasa lebam di wajahnya sudah membaik. Lagipula Taekyung merasa jika pipinya sebentar lagi akan beku jika dia masih meneruskan mengopres wajahnya."Ck, seharusnya aku yang bertanya itu padamu, Tae!" kata Jimmy."Ah ini ... bukan apa-apa. Masalahmu lebih parah dariku," kata Taekyung sempat memegang lukanya yang
Happy reading....."Kau berada di rumahku. Di dalam kamarku," ujar Yoonki.Oh sial. Kenapa Yeoni baru sadar sekarang jika dia sendiri yang telah membawa dirinya ke dalam masalah. Mungkin karena keadaannya yang sudah sangat kacau tadi membuat dia hanya diam saja saat Yoonki membawanya.Payah sekali."Kau tahu betapa aku menahan diriku untuk tidak melakukannya padamu sekarang? Aku sudah cukup sakit melihatmu menangis tadi. Aku tidak bisa menyakitimu lebih dari itu, Yeoni. Sungguh maafkan aku."Yoonki menyandarkan kepalanya di bahu Yeoni sambil terus bergumam 'maafkan aku'.Yeoni terdiam cukup lama. Berusaha meyakinkan bahwasanya perkataan Yoonki itu bual belaka. Namun saat dia melihat tatapan Yoonki, kenapa rasanya tulus sekali.Yeoni pun sebenarnya merasakan hal yang sama. Yeoni menyukai Yoonki. Dia hanya kecewa karena perlakuan Yoon
Happy reading....Pagi ini Yeoni sudah mulai bekerja kembali. Dia merasa heran karena beberapa karyawan yang bersikap beda padanya."Biar aku saja yang mengerjakan, Yeoni.""Kau duduk saja di sana.""Kau mau minum apa?""Kalau butuh sesuatu kau bisa minta tolong padaku."Kata-kata yang terus Yeoni dengar dari mereka semua. Memangnya Yeoni siapa sampai diperlakukan seperti itu? Bukankah dia juga karyawan sama seperti mereka?Entahlah.Dia hanya diam di sana duduk sambil memandangi Taekyung yang sedang melakukan pemotretan. Tugas make up memang masih Yeoni yang mengerjakannya namun yang lain, mereka tidak membiarkan Yeoni melakukannya.Aneh."Bagai mana keadaanmu, Yeoni?"Sedikit terperanjak saat seseorang duduk di sampingnya.&nbs
Happy reading......Beberapa hari ini Yeoni tidak masuk bekerja. Yoonki melarang itu. Yeoni masih ingat jelas bagaimana tatapan tajam Yoonki padanya saat dia sadar dari pingsannya.Bukan hanya tatapan tajam namun juga ocehan yang hampir membuat Yeoni tuli. Entah kenapa Yoonki yang notabennya pendiam tiba-tiba bisa mengoceh seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal."Yeoni!" panggil Areum.Dua gadis itu sedang berada di halaman belakang rumah Yeoni yang terdapat sebuah kursi ayunan."Sepertinya Pak Yoonki menyukaimu," kata Areum."Menyukaiku?" Yeoni terkekeh. "Apa kau tidak lihat bagaimana dia memperlakukanku. Dia sangat dingin dan sama sekali tidak romantis. Padahal katanya kami berkencan," dumel Yeoni sambil mengerucutkan bibirnya."Apa? Kalian berkencan? Sejak kap
Happy reading....Yoonki menatap datar rumah berlantai dua itu. Heran kenapa langkah kakinya malah berakhir di sana?"Yeoni Kim"Setelah seminggu lamanya Yoonki tidak bertemu dengan Yeoni cukup membuat sisi hati Yoonki terasa kosong. Dia melompat ke arah atap rumah Yeoni.Dia sedang mandi?Batin Yoonki saat mendengar gerincik air dari dalam ruangan itu. Dia melompat menuju jendela sambil memperhatikan sekitar. Tidak ada orang selain Yeoni yang sedang mandi dalam sana.Pria itu melewati Yeoni begitu saja membuat sang gadis menoleh. Yoonki dengan cepat bersembunyi di balik jendela."Siapa itu?" teriak Yeoni membuat Yoonki tersenyum tipis. Ternyata wanita itu cukup penakut juga. Yoonki baru akan kembali masuk namun Areum sudah mendahuluinya.Sial!Dia harus menunggu sampai gadis itu pergi untuk bisa
Happy reading..... Yeoni menuruni tangga dengan sedikit susah payah. Tubuhnya benar-benar terasa sakit apa lagi bagian selangkanya. Rasanya nyeri sekali. "Yeoni, kau kenapa?" tanya Hana saat melihat Yeoni meringis ketika akan duduk. "Sepertinya aku salah tidur, Bibi," jawab Yeoni dengan cepat. Dia memang sudah memikirkan alasan itu sebelum keluar dari kamar tadi. "Kalau kau sakit tidak perlu bekerja, Nak," tutur Yeo Oh yang sedang sibuk dengan seragamnya. Yeoni kembali bangkit dari tempat duduk lalu mendekati sang ayah untuk membantu merapikan seragam polisinya. "Aku tidak apa-apa, Ayah," ucap Yeoni lembut. "Tapi kau terlihat pucat, Yeoni," kata Yeo Oh mengelus pipi sang anak. "Tidak. Aku sungguh baik-baik saja," jawab Yeoni seraya mengancing baju sang ayah. "Kalau begitu hari ini Ayah a
Happy reading....Mungkin belum sampai satu jam mata Yeoni terlelap, wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Keningnya pun mengkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.Yeoni merasa dia berada di tempat lain. Tempat yang cukup luas. Dia juga tertidur di sana. Wangi vanilla sangat kental di tempat itu membuat Yeoni merasa sangat nyaman dan juga mengingatkan dia pada seseorang yang sangat dia rindukan kehadirannya.Yoonki Min.Namun pikirannya tetap berperang, Yeoni bingung apakah ini mimpi atau bukan. Semuanya terasa samar. Tapi dia sangat ingat jika dia tertidur di tempat tidurnya bersama Areum. Berarti Yeoni sedang bermimpi.Mungkin.Namun saat merasakan sosok yang berbaring di sebelahnya sambil memeluknya dengan intens, Yeoni kembali berpikir dua kali apakah yang terjadi padanya sekarang sungguh mimpi?Bukan hanya sekedar memeluk, sosok it
Happy reading....Areum dan Yeoni sudah masuk ke kamar mereka. Yeoni sesekali melihat ke arah wanita yang sudah lengkap dengan piyamanya itu. Dia sedang mempersiapkan tempat tidurnya.menyadari kegelisahan Yeoni, Areum mendekati gadis itu. Sepertinya dia masih takut karena insiden tadi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya seraya memperhatikan sekiling kamar itu se akan mencari sesuatu."Yeoni ....""Ah, iya. Ada apa, Areum?" tanya Yeoni. Lihat bahkan dia tidak menatap Areum sedikitpun."Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa denganmu? Kau terlihat sangat kacau beberapa hari ini. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa ceritakan semuanya padaku, Yeoni," tutur Areum dengan nada bicara yang sangat lembut."Tidak ada. Aku baik-baik saja," kata Yeoni menjawab dengan cepat."Kau yakin? Tapi wajahmu tid
Happy reading.....Seperti hari biasanya Yeoni akan sangat sibuk bersama dengan Taekyung, apalagi beberapa hari ini pria itu banyak job di luar agensi. Tentu saja. Banyak sekali perusahan yang ingin merekrut dirinya untuk menjadi model iklan mereka.Seperti hari ini Taekyung sedang syuting iklan makanan cepat saji. Setelah itu akan di lanjutkan kesesi pemotretan.Wajah Yeoni yang biasanya akan tersenyum terlihat murung membuat Taekyung bingung."Yeo, kau baik-baik saja? Kau terlihat kurang sehat," kata Taekyung memperhatikan wajah Yeoni."Aku baik," jawab Yeoni seraya menghapus keringat di dahi Taekyung.Pria itu memegang tangan Yeoni lalu menatapnya lekat."Ada apa, Taekyung?""Merindukan Yoonki Min?""Kau ini bicara apa?" elak Yeoni mencoba melepaskan tang
Happy reading......Yeoni sedikit heran, seharian penuh dia tak melihat kehadiran Yoonki kecuali tadi saat mereka datang bersama. Biasanya pria itu akan muncul entah dari mana untuk sekedar menganggung Yeoni saat sedang bekerja. Mungkin dia sedang sibuk, pikir Yeoni tak ingin terlalu ambil pusing.Jam pulang sebentar lagi Yeoni tinggal membereskan beberapa perlengkapan riasannya. Bohong jika Yeoni mengatakan tidak ingin peduli akan kehadiran Yoonki. Buktinya saat dia berada di lobi matanya terus mengedar ke sana kemari mencari eksistensi pria berkulit putih pucat itu."Permisi nona Kang! Pak Yoonki ke mana, yah?" tanya Yeoni pada sekretaris Yoonki yang kebetulan masih berada di sana."Tadi setelah bertemu dengan Nona Jessica, Pak Yoonki langsung pulang. Dia mengatakan akan mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan karena ada urusan keluarga," jawab Nona Kang."Apa?" kaget
Happy reading....Rasa bersalah dan canggung menghampiri Yeoni. Namun dia harus tetap bersikap profesional di sana."Maafkan aku, Yeo," lirih Taekyung sekaligus memecah keheningan yang melanda.Yeoni tak membalas ucapan Taekyung. Dia hanya fokus merias wajah pria itu tanpa ingin menatap ke arah matanya."Maaf, karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak. Kau tahu 'kan sifatku yang arogan dan kadang tidak berpikir sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyinggung perasaan orang lain. Sungguh, Yeoni, aku sangat menyesal. Jangan diamkan aku seperti ini," kata Taekyung memelas.Yeoni mengalihkan tatapannya pada mata Taekyung lalu ke arah pipinya yang sedikit membengkak. Yeoni menarik satu senyuman lalu mengelus pipi Taekyung lembut."Apakah masih sakit?" tanya Yeoni pelan."Masih, tapi aku baik-baik saja. Luka seperti ini tid