Hai para pembaca yang luar biasa, Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kalian semua yang telah setia mengikuti perjalanan cerita dalam novelku. Setiap komentar, dukungan, dan semangat yang kalian berikan benar-benar berarti banyak bagi aku. Kalian adalah bagian penting dari perjalanan ini, dan tanpa kalian, cerita ini tidak akan memiliki nyawa. Aku sangat berterima kasih atas waktu yang telah kalian luangkan untuk membaca setiap bab, dan aku berharap kalian terus bersama aku dalam perjalanan ini. Dukungan kalian adalah motivasi terbesar bagiku untuk terus menulis dan menghadirkan cerita-cerita yang menarik. Jadi, mari kita terus bersama-sama mengeksplorasi dunia-dunia baru, menghadapi petualangan seru, dan menikmati setiap momen dalam cerita ini. Jangan ragu untuk terus memberikan saran, kritik, dan semangat. Aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian. Terima kasih banyak, dan mohon selalu dukung aku! Salam hangat, SAVARGA.
Malam itu, udara dingin menyelimuti kota, menambah suasana mencekam yang tak kasat mata di sekitar Gedung Asosiasi Hunter. Di balik bayang-bayang, sekelompok Hunter dari Dunia Bawah bersiap melaksanakan misi mematikan mereka. Persiapan mereka bukan hanya soal persenjataan; ini adalah tentang keheningan dan ketepatan, tentang ketakutan yang mereka sebarkan sebelum darah pertama tumpah.Waktu menunjukkan pukul 07.00 malam ketika serangan mereka dimulai. Langit yang mulai gelap seolah menjadi sekutu bagi para pembunuh ini. Tanpa suara, mereka menyusup ke Gedung Asosiasi Hunter, mata mereka yang tajam memindai setiap sudut, mencari mangsa pertama mereka.Di dalam gedung, para Hunter yang tidak sadar akan bahaya yang mengintai, berkumpul, berbincang tentang tugas dan tantangan yang akan datang. Gedung Asosiasi, biasanya penuh dengan semangat dan energi, kini menjadi perangkap yang mematikan bagi mereka.Di luar, salah satu petinggi dari Dunia Bawah, sosok yang tak pernah menampakkan wajah a
Dalam suasana chaos di Gedung Asosiasi Hunter, ketegangan semakin memuncak. Para Hunter yang terlibat dalam penyerangan itu, meski sangat terampil, kini menghadapi ancaman baru. Pukulan pertama datang tak terduga—sebuah pedang meluncur cepat dari kejauhan, menembus lengan kiri salah satu Hunter Dunia Bawah. Darah menyembur, dan teriakan kesakitan menggema di sekeliling mereka.Ternyata, bantuan yang telah dipanggil tiba. Setiap Guild, masing-masing dengan wakil ketuanya, mengirimkan pasukan. Mereka adalah Hunter Rank (A) yang terlatih dan dipercayai oleh ketua Guild mereka masing-masing. Para wakil ini tiba dengan tegas, membawa serta aura kewaspadaan dan keberanian.“Bantuan sudah datang,” seru salah seorang Hunter Dunia Bawah, terkejut melihat kekuatan baru yang muncul. "Kita harus mundur!"Sementara beberapa anggota kelompok merasa panik dan bergegas untuk mundur, yang lainnya tetap keras kepala. “Mengapa mundur? Kita harus menyelesaikan misi ini!” teriak salah satu dari mereka, ber
Sebulan telah berlalu sejak serangkaian kejadian mengerikan menimpa para Hunter di Korea, menyebabkan mereka memperketat pengamanan di setiap Guild dan Asosiasi. Keadaan Ketua Asosiasi Hunter, Baek Hyeon, mulai membaik, meskipun ia masih harus menunggu beberapa bulan lagi sebelum bisa keluar dari rumah sakit. Para Hunter Rank (S) yang lain juga menunjukkan perkembangan positif, tetapi mereka masih belum diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit.Ketika kesadaran mereka pulih, para pengawas yang telah menjaga Asosiasi selama sebulan penuh menyampaikan informasi mengenai serangan yang baru saja terjadi di Gedung Asosiasi. Serangan yang mengejutkan ini telah menewaskan banyak Hunter, meninggalkan luka mendalam di hati Ketua mereka.Kabar ini membuat Baek Hyeon merasa semakin bersalah. Ia merenungkan kegagalannya melindungi para Hunter, dan pikirannya segera tertuju pada sosok yang mereka hadapi sebelumnya—Kim-Ryu. Kemarahan menyelimuti hatinya saat ia menganggap serangan itu sebagai balas
Informasi yang diperintahkan Ketua Asosiasi telah sampai di berbagai departemen keamanan Korea. Di Departemen Keamanan Nasional, seorang wanita, sekretaris dari Jenderal tertinggi, dengan cemas melaporkan perkembangan terbaru.Jenderal, yang sudah tenggelam dalam berkas-berkas mengenai pembantaian para Hunter, tidak terkejut dengan kabar tersebut. Ketua Asosiasi Hunter sendiri yang telah menghubunginya langsung, menjelaskan situasi genting yang terjadi."Saya sudah tahu," ucapnya sambil tetap menatap berkas di hadapannya.Wanita itu, yang merasa terlambat menyampaikan informasi, buru-buru meminta maaf, tapi Jenderal menggeleng ringan. "Bukan salahmu. Ketua Asosiasi yang langsung menghubungiku."Jenderal kemudian merenung, mengingat deskripsi Ketua Asosiasi tentang sosok yang dianggap bertanggung jawab. Sosok itu bukan hanya membantai para Hunter di Gedung Asosiasi, tetapi juga membuat Ketua dan Hunter Rank (S) lainnya terbaring tak berdaya di rumah sakit.Wanita itu terlihat terkejut.
Suasana semakin tegang dan memanas. Kim-Ryu berdiri di tengah ketidakpastian, pikirannya kacau, bingung apa yang harus dilakukan. Di satu sisi, ia tahu ia bisa melarikan diri dari situasi ini. Kemampuannya sebagai seorang Hunter Rank (S) membuatnya lebih dari mampu untuk menghadapi ancaman ini. Namun, di sisi lain, apa yang mereka katakan ada benarnya juga.Dia melirik adiknya, yang berdiri di sampingnya dengan ketakutan jelas terlihat di wajahnya. Jika ia kabur bersama adiknya, bisakah ia melindunginya dari ancaman yang akan datang? Serbuan para Hunter dan senjata yang siap menghancurkan mereka bisa menjadi akhir yang tragis. Adiknya tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dalam situasi ini.Kim-Ryu tidak bisa membiarkan adiknya terluka atau mati karena kesalahan yang ia buat. Walaupun tuduhan itu tidak berdasar, dia tidak punya pilihan lain selain menyerahkan diri tanpa perlawanan. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan nasib adiknya lebih dari dirinya sendiri.Para wakil guild yang b
Kim-Ryu menatap lurus ke depan, napasnya tenang meski di dalam benaknya berkecamuk. Tugas yang diberikan oleh [System] menggema di pikirannya: [bunuh mereka yang telah menjebakmu.] Meski di permukaan, ekspresinya terlihat datar, di dalam hatinya bergejolak. Ada satu alasan yang membuatnya semakin bersemangat menyelesaikan misi ini. Jika berhasil, dia akan mendapatkan kemampuan [Teleportation]—sebuah kekuatan yang mampu melindungi dirinya dan adik perempuannya, Kim-Ae Ri.Saat ini, kendaraan yang membawa Kim-Ryu dan Ae Ri tiba di tujuan mereka: Tempat Eksekusi Departemen Keamanan Nasional Korea Selatan. Sebuah pemandangan menyeramkan terbentang di hadapan mereka. Arena eksekusi berbentuk lingkaran dengan tiang baja besar berdiri kokoh di tengahnya. Rantai-rantai yang tergantung dari tiang itu bukanlah hiasan; mereka digunakan untuk mengekang tahanan sebelum eksekusi.Di sekeliling arena, kawanan binatang buas berkeliaran—singa dan harimau berjalan berdampingan dalam harmoni mematikan. M
Kim-Ryu tidak menjawab, hanya matanya yang gelap menatap lurus ke depan. Sorotan mata yang tajam itu membuat siapapun yang bertemu pandang dengannya gemetar. Ia perlahan mendekati adiknya, Kim-Ae Ri, yang tergeletak tak berdaya di tanah. Wajahnya lebam, tubuhnya penuh luka akibat kekejaman para tentara."Oppa..." gumam Ae Ri dengan suara lirih. Tangisnya terhenti, digantikan oleh kelegaan melihat kakaknya yang masih hidup dan sekarang menjadi satu-satunya harapan.Kim-Ryu berlutut di sebelahnya, dengan lembut menyentuh wajah adiknya yang memar. "Aku di sini, Ae Ri," ucapnya dengan suara yang lembut tapi penuh kekuatan. Dalam hatinya, amarah yang menggelegak tidak bisa lagi dibendung. Namun, dia menahan diri, demi adiknya."Seharusnya kalian tak pernah menyentuhnya," gumam Kim-Ryu dengan nada rendah, hampir seperti bisikan. Tapi, aura kematian yang melingkupi ucapannya membuat setiap orang di arena mendengar ancamannya dengan jelas. Tidak ada yang berani bergerak.Di sudut arena, Jender
Ketua Asosiasi masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di arena eksekusi Departemen Keamanan Nasional. Mereka masih mengira ada kesalahan prosedural atau gangguan kecil. Namun, realitasnya jauh lebih suram. Tanpa mereka sadari, Kim-Ryu telah melakukan sesuatu yang mengerikan di tempat itu.Di sisi lain, keputusan untuk menunggu laporan resmi dari pihak keamanan semakin menegaskan kebingungan dan ketidakberdayaan mereka.**Kim-Ryu berdiri tegap di tengah kekacauan. Tubuh-tubuh tentara yang tergeletak di sekelilingnya adalah bukti kejam dari apa yang baru saja dia lakukan. Raut wajahnya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan. "Sudah kukatakan jangan menyentuhnya," gumamnya dengan suara rendah namun penuh ancaman. Tentara-tentara yang berani memukul adiknya telah membangkitkan sisi tergelap dalam dirinya.Dia tidak hanya menegur secara verbal. Dengan sedikit usaha, aura yang dia lepaskan menghempas para tentara yang masih berani menahan dan menyeretnya. [Aura] itu begitu kuat h