Terima Kasih sudah mampir membaca. Jangan lupa like, koment, and follow ya. Thank You and Happy Reading.
Dalam suasana chaos di Gedung Asosiasi Hunter, ketegangan semakin memuncak. Para Hunter yang terlibat dalam penyerangan itu, meski sangat terampil, kini menghadapi ancaman baru. Pukulan pertama datang tak terduga—sebuah pedang meluncur cepat dari kejauhan, menembus lengan kiri salah satu Hunter Dunia Bawah. Darah menyembur, dan teriakan kesakitan menggema di sekeliling mereka.Ternyata, bantuan yang telah dipanggil tiba. Setiap Guild, masing-masing dengan wakil ketuanya, mengirimkan pasukan. Mereka adalah Hunter Rank (A) yang terlatih dan dipercayai oleh ketua Guild mereka masing-masing. Para wakil ini tiba dengan tegas, membawa serta aura kewaspadaan dan keberanian.“Bantuan sudah datang,” seru salah seorang Hunter Dunia Bawah, terkejut melihat kekuatan baru yang muncul. "Kita harus mundur!"Sementara beberapa anggota kelompok merasa panik dan bergegas untuk mundur, yang lainnya tetap keras kepala. “Mengapa mundur? Kita harus menyelesaikan misi ini!” teriak salah satu dari mereka, ber
Sebulan telah berlalu sejak serangkaian kejadian mengerikan menimpa para Hunter di Korea, menyebabkan mereka memperketat pengamanan di setiap Guild dan Asosiasi. Keadaan Ketua Asosiasi Hunter, Baek Hyeon, mulai membaik, meskipun ia masih harus menunggu beberapa bulan lagi sebelum bisa keluar dari rumah sakit. Para Hunter Rank (S) yang lain juga menunjukkan perkembangan positif, tetapi mereka masih belum diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit.Ketika kesadaran mereka pulih, para pengawas yang telah menjaga Asosiasi selama sebulan penuh menyampaikan informasi mengenai serangan yang baru saja terjadi di Gedung Asosiasi. Serangan yang mengejutkan ini telah menewaskan banyak Hunter, meninggalkan luka mendalam di hati Ketua mereka.Kabar ini membuat Baek Hyeon merasa semakin bersalah. Ia merenungkan kegagalannya melindungi para Hunter, dan pikirannya segera tertuju pada sosok yang mereka hadapi sebelumnya—Kim-Ryu. Kemarahan menyelimuti hatinya saat ia menganggap serangan itu sebagai balas
Informasi yang diperintahkan Ketua Asosiasi telah sampai di berbagai departemen keamanan Korea. Di Departemen Keamanan Nasional, seorang wanita, sekretaris dari Jenderal tertinggi, dengan cemas melaporkan perkembangan terbaru.Jenderal, yang sudah tenggelam dalam berkas-berkas mengenai pembantaian para Hunter, tidak terkejut dengan kabar tersebut. Ketua Asosiasi Hunter sendiri yang telah menghubunginya langsung, menjelaskan situasi genting yang terjadi."Saya sudah tahu," ucapnya sambil tetap menatap berkas di hadapannya.Wanita itu, yang merasa terlambat menyampaikan informasi, buru-buru meminta maaf, tapi Jenderal menggeleng ringan. "Bukan salahmu. Ketua Asosiasi yang langsung menghubungiku."Jenderal kemudian merenung, mengingat deskripsi Ketua Asosiasi tentang sosok yang dianggap bertanggung jawab. Sosok itu bukan hanya membantai para Hunter di Gedung Asosiasi, tetapi juga membuat Ketua dan Hunter Rank (S) lainnya terbaring tak berdaya di rumah sakit.Wanita itu terlihat terkejut.
Suasana semakin tegang dan memanas. Kim-Ryu berdiri di tengah ketidakpastian, pikirannya kacau, bingung apa yang harus dilakukan. Di satu sisi, ia tahu ia bisa melarikan diri dari situasi ini. Kemampuannya sebagai seorang Hunter Rank (S) membuatnya lebih dari mampu untuk menghadapi ancaman ini. Namun, di sisi lain, apa yang mereka katakan ada benarnya juga.Dia melirik adiknya, yang berdiri di sampingnya dengan ketakutan jelas terlihat di wajahnya. Jika ia kabur bersama adiknya, bisakah ia melindunginya dari ancaman yang akan datang? Serbuan para Hunter dan senjata yang siap menghancurkan mereka bisa menjadi akhir yang tragis. Adiknya tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dalam situasi ini.Kim-Ryu tidak bisa membiarkan adiknya terluka atau mati karena kesalahan yang ia buat. Walaupun tuduhan itu tidak berdasar, dia tidak punya pilihan lain selain menyerahkan diri tanpa perlawanan. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan nasib adiknya lebih dari dirinya sendiri.Para wakil guild yang b
Kim-Ryu menatap lurus ke depan, napasnya tenang meski di dalam benaknya berkecamuk. Tugas yang diberikan oleh [System] menggema di pikirannya: [bunuh mereka yang telah menjebakmu.] Meski di permukaan, ekspresinya terlihat datar, di dalam hatinya bergejolak. Ada satu alasan yang membuatnya semakin bersemangat menyelesaikan misi ini. Jika berhasil, dia akan mendapatkan kemampuan [Teleportation]—sebuah kekuatan yang mampu melindungi dirinya dan adik perempuannya, Kim-Ae Ri.Saat ini, kendaraan yang membawa Kim-Ryu dan Ae Ri tiba di tujuan mereka: Tempat Eksekusi Departemen Keamanan Nasional Korea Selatan. Sebuah pemandangan menyeramkan terbentang di hadapan mereka. Arena eksekusi berbentuk lingkaran dengan tiang baja besar berdiri kokoh di tengahnya. Rantai-rantai yang tergantung dari tiang itu bukanlah hiasan; mereka digunakan untuk mengekang tahanan sebelum eksekusi.Di sekeliling arena, kawanan binatang buas berkeliaran—singa dan harimau berjalan berdampingan dalam harmoni mematikan. M
Kim-Ryu tidak menjawab, hanya matanya yang gelap menatap lurus ke depan. Sorotan mata yang tajam itu membuat siapapun yang bertemu pandang dengannya gemetar. Ia perlahan mendekati adiknya, Kim-Ae Ri, yang tergeletak tak berdaya di tanah. Wajahnya lebam, tubuhnya penuh luka akibat kekejaman para tentara."Oppa..." gumam Ae Ri dengan suara lirih. Tangisnya terhenti, digantikan oleh kelegaan melihat kakaknya yang masih hidup dan sekarang menjadi satu-satunya harapan.Kim-Ryu berlutut di sebelahnya, dengan lembut menyentuh wajah adiknya yang memar. "Aku di sini, Ae Ri," ucapnya dengan suara yang lembut tapi penuh kekuatan. Dalam hatinya, amarah yang menggelegak tidak bisa lagi dibendung. Namun, dia menahan diri, demi adiknya."Seharusnya kalian tak pernah menyentuhnya," gumam Kim-Ryu dengan nada rendah, hampir seperti bisikan. Tapi, aura kematian yang melingkupi ucapannya membuat setiap orang di arena mendengar ancamannya dengan jelas. Tidak ada yang berani bergerak.Di sudut arena, Jender
Ketua Asosiasi masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di arena eksekusi Departemen Keamanan Nasional. Mereka masih mengira ada kesalahan prosedural atau gangguan kecil. Namun, realitasnya jauh lebih suram. Tanpa mereka sadari, Kim-Ryu telah melakukan sesuatu yang mengerikan di tempat itu.Di sisi lain, keputusan untuk menunggu laporan resmi dari pihak keamanan semakin menegaskan kebingungan dan ketidakberdayaan mereka.**Kim-Ryu berdiri tegap di tengah kekacauan. Tubuh-tubuh tentara yang tergeletak di sekelilingnya adalah bukti kejam dari apa yang baru saja dia lakukan. Raut wajahnya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan. "Sudah kukatakan jangan menyentuhnya," gumamnya dengan suara rendah namun penuh ancaman. Tentara-tentara yang berani memukul adiknya telah membangkitkan sisi tergelap dalam dirinya.Dia tidak hanya menegur secara verbal. Dengan sedikit usaha, aura yang dia lepaskan menghempas para tentara yang masih berani menahan dan menyeretnya. [Aura] itu begitu kuat h
Kim-Ryu memegang lekat-lekat pada adiknya yang terbaring lemah di depannya. Meski dunia di luar terus berputar dengan kecepatan tak terduga—penjagaan diperketat, para pemburu dan pasukan keamanan bergerak cepat untuk menangkapnya—semua itu seolah tak berarti. Fokus Kim-Ryu sepenuhnya tertuju pada adiknya yang kini berada di ambang maut. Bayangan kekacauan dan kejaran di luar lenyap di antara rasa sakit dan kekhawatiran yang melingkupi hatinya.Di Rumah Sakit Busan, Kim-Ryu berlari tergesa-gesa, mendesak para perawat untuk membantu adiknya. Sambil menggendong tubuh lemah itu, ia berteriak penuh harap, "Susterr! Susterr!" Suaranya menggema di lorong, menarik perhatian beberapa perawat yang segera berlari mendekatinya.Ketika mereka melihat darah yang membasahi pakaian adiknya, mereka tersentak kaget. "Lewat sini," ujar salah satu perawat dengan nada tegas. "Cepat! Dia harus segera dirawat!"Dengan langkah cepat, mereka mengarahkan Kim-Ryu ke ruang perawatan. Dokter yang dipanggil segera
Namun, Kim-Ryu telah mempersiapkan serangan balasan. Dengan kombinasi [Sprint], [Vitality], dan [Teleportation], dia bergerak dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata biasa. Orc besar itu bahkan belum sempat menyadari dari mana serangan itu datang ketika pedang Kim-Ryu menembus punggungnya dengan presisi mematikan."Brengsek! Apa yang kau lakukan, manusia lemah!" raung Orc itu dengan darah menyembur dari mulutnya.Kim-Ryu menarik pedangnya dengan satu gerakan cepat, memotong urat vital Orc itu dan menjatuhkannya ke tanah dengan suara berdebum berat. Tanah di sekitarnya bergetar, dan Kim-Ryu melangkah mundur, menarik napas dalam-dalam untuk mengatur kembali energinya.[System: "Anda telah mengalahkan Orc Berserk."][System: "Poin tambahan diberikan: 300 poin."]Kim-Ryu menyeka keringat di dahinya, merasa kelelahan mulai merayapi tubuhnya. “Ini bahkan belum bos terakhir. Masih ada lagi," gumamnya, mengingat bahwa di dalam Gate Rank (S) tidak hanya ada satu bos. "Ayo kita akhiri ini
Setelah misi selesai, anggota kelompok Kim-Ryu kembali ke asrama untuk beristirahat. Mereka semua tampak kelelahan, kecuali Kim-Ryu yang langsung menuju kamarnya. Dia hanya kembali untuk satu alasan—mengganti pakaiannya menjadi serba hitam. Pikirannya sudah terfokus pada satu hal: Gate Rank (S).Begitu Kim-Ryu mengenakan pakaiannya yang baru, dia langsung keluar dari kamarnya. Namun, baru beberapa langkah, dia mendengar suara benturan keras tidak jauh dari pintunya. Telinganya tajam, menangkap suara pukulan dan jeritan yang datang dari kamar lain."Bugg… bugg… eghtt… ahhh… Tolong hentikan!" Pria yang dipukuli itu berteriak meminta belas kasihan. Suaranya terdengar lemah dan putus asa, bercampur dengan suara lain yang lebih kasar."Sudah kukatakan sebelumnya, kamu seharusnya memancing para monster di dalam Gate itu!" Suara itu penuh amarah, terdengar jelas seseorang dihajar habis-habisan.Kim-Ryu berhenti sejenak, mendengarkan. Nalurinya sebagai pejuang memintanya untuk membantu, tetapi
Di hadapan Kim-Ryu, tubuh-tubuh anggota kelompok yang berusaha mencegatnya terkapar tak berdaya. Wajah mereka penuh luka, mata terbelalak dalam ketakutan yang tak terkatakan. Para murid yang menyaksikan pemandangan itu berdiri terdiam, mulut-mulut mereka setengah terbuka dalam keterkejutan. Beberapa petugas medis yang berjaga di sekolah segera melesat menuju lokasi, menyusuri kerumunan dengan langkah cepat."Siapa yang melakukan ini?" salah satu petugas medis bertanya dengan nada cemas, sambil memeriksa denyut nadi salah satu korban.Murid-murid yang menyaksikan kejadian itu serentak menunjuk ke arah Kim-Ryu. Mata mereka terfokus pada sosok yang berdiri tenang di tengah-tengah lapangan."Permisi, apakah Anda yang menyebabkan ini?" tanya petugas medis dengan hati-hati, matanya memandang langsung ke arah Kim-Ryu."Bukan aku," jawab Kim-Ryu, suaranya datar tanpa emosi.Petugas medis terlihat ragu. "Jangan bohong, semua murid di sini menunjuk ke arahmu!"Kim-Ryu mengalihkan pandangannya ke
Kim-Ryu tidak menghiraukan ejekan dari teman-temannya. Baginya,menanggapi mereka hanya akan menambah beban dan melelahkan pikirannya. Tanpaberkata sepatah kata pun, dia berdiri dan berjalan menuju perpustakaan sekolah,meninggalkan sorakan dan tawa sinis yang semakin keras di belakangnya.Sesampainya di perpustakaan, Kim-Ryu segera mencari buku kamusbahasa Jerman dan Inggris. Baginya, belajar bahasa baru bukanlah tantanganbesar, namun lebih seperti latihan mental yang mengasyikkan. Dengan ketekunanyang tak kenal lelah, dia menghabiskan seluruh hari untuk mendalami kedua bahasatersebut.[System: “Selamat, Anda mempelajari Bahasa Baru”] Prosespembelajaran 50% untuk Bahasa Jerman. [System:“Selamat, Anda mempelajari Bahasa Baru”] Proses pembelajaran 60% Bahasa Inggris.Perpustakaan Sekolah Hunter berbeda dari perpustakaan biasa. Tidakada jam operasional yang ketat, dan tempat ini terbuka sepanjang waktu,menawarkan ruang bagi para murid yang haus akan pengetahuan. Kim-Ryumemanfaa
Setelah pengumuman selesai, semua peserta segera menuju kamar mereka masing-masing. Untuk mencegah perebutan kamar asrama, pihak sekolah telah memasang nama-nama peserta di balik pintu saat mereka berkumpul di lapangan.Langkah ini cukup efektif, meski tetap ada beberapa peserta yang mengetuk pintu peserta lain untuk menukar kamar. Alasan mereka mungkin sederhana, seperti mencari kamar yang dianggap lebih baik, meskipun semua kamar di asrama sebenarnya identik, tanpa perbedaan yang berarti.Namun, ketika diperhatikan lebih dekat, ternyata mereka menukar kamar agar bisa berdekatan dengan teman-teman yang sudah mereka kenal. Sementara itu, Kim-Ryu, yang pendiam dan tidak mudah bergaul, hanya fokus pada apa yang perlu dia lakukan. Selama tidak ada yang mengganggunya, semua akan baik-baik saja.Baru saja Kim-Ryu berpikir demikian, suara ketukan terdengar di pintu kamarnya. Tok... tok... tok... Suara ketukan itu pelan dan sopan, tapi Kim-Ryu yang kelelahan memutuskan untuk tidak segera memb
Perjalanan dari Korea Selatan ke Jerman memakan waktu sekitar 9 hingga 12 jam. Waktu yang panjang ini terasa berbeda bagi Kim-Ryu. Selama berjam-jam, dia merasakan kedamaian yang jarang dirasakannya. Tidak ada gangguan, hanya keheningan yang menyelimuti kabin pesawat. Sesekali, ia memandang keluar jendela, mengagumi hamparan awan putih yang terlihat begitu damai. Pandangan itu mengingatkannya betapa jarangnya ia melihat keindahan seperti ini, karena selama ini, hidupnya selalu diwarnai darah, monster, dan pertempuran.Namun, Kim-Ryu tahu kedamaian ini tak akan bertahan lama. Sesampainya di Jerman, semuanya akan berubah. Tempat tinggal baru, budaya baru, dan lingkungan yang sama sekali berbeda. Ia harus menyesuaikan diri dengan banyak hal. Lamunannya terhenti ketika suara pilot terdengar, memberitahukan bahwa pesawat akan segera mendarat."Para penumpang, harap bersiap untuk segera turun."Kim-Ryu segera merapikan diri. Tak lama kemudian, pesawat mendarat di Bandar Udara Berlin Tegel, t
Kim-Ryu merasa terjebak. Berita yang disebarkan oleh Asosiasi Hunter telah membuatnya sulit bergerak di Korea Selatan. Setiap kali dia menunjukkan wajahnya, masyarakat akan segera mengenalinya dan kemungkinan besar akan mengejarnya. Meskipun dia bisa terus melarikan diri, hidup seperti itu membuatnya merasa gerah dan terkekang. Tak ada pilihan lain, Kim-Ryu harus meninggalkan Korea Selatan dan mengganti status kewarganegaraannya.Namun, masalah besar muncul. Di mana dia akan menetap? Mengganti kewarganegaraan bukanlah hal yang mudah, terutama bagi seseorang yang memiliki latar belakang sebagai buronan. Pemerintah negara lain pasti akan memeriksa latar belakangnya dengan ketat. Jika Kim-Ryu tertangkap, bukan tidak mungkin dia akan diserahkan kembali ke Korea Selatan untuk diadili.Ada satu cara untuk mendapatkan kewarganegaraan baru—menyuap pejabat pemerintah. Tapi jumlah uang yang diperlukan sangat besar, dan Kim-Ryu tidak memiliki banyak uang. Keputusan ini semakin membebani pikiranny
Setelah menyaksikan kematian Ketua Asosiasi Hunter, suasana di ruangan itu berubah menjadi sangat muram. Para Hunter Rank (S) dan para Wakil Guild yang hadir tak mampu menahan kesedihan mereka. Tubuh Ketua Asosiasi yang terpotong, dengan tiga organ vital yang hilang, membuat mereka merasa hancur. Luka-luka itu bukan hanya menghancurkan fisik, tetapi juga mental mereka.Kehadiran pihak kepolisian yang segera datang ke tempat kejadian tak membawa ketenangan. Kepala Kepolisian, yang pernah terlibat dalam penangkapan Kim-Ryu, tak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Pikiran bahwa dirinya mungkin menjadi target selanjutnya menghantui benaknya. Namun, tidak ada waktu untuk membiarkan ketakutan itu merasuki pikirannya lebih dalam.Wakil-wakil Guild yang melihat para Ketua Guild terdiam dan tak berbicara segera mengambil inisiatif. Mereka mengerti bahwa penderitaan para Ketua Guild jauh lebih besar dibandingkan dengan para Wakil Guild yang hanya melihat tubuh Ketua Asosiasi Hunter yang tak utuh
"Syaratku sangat sederhana," Kim-Ryu mulai, dengan tatapan penuh kebencian yang tidak sedikit pun surut. "Aku ingin kalian menderita... seperti adikku yang sekarang terbaring tak sadarkan diri." Suaranya dingin, seperti es yang menempel di kulit, menusuk jauh ke dalam hati siapa pun yang mendengarnya.Ketua Asosiasi gemetar hebat, tak bisa berkata-kata. Tubuhnya yang ringkih mulai terasa semakin lemah. Sementara Jenderal, yang berusaha mempertahankan wajah tenangnya, semakin panik. Dia tahu betul bahwa tidak ada negosiasi yang mungkin dilakukan dengan seseorang yang telah memutuskan untuk membalas dendam."Tidak... Tidak...," gumam Ketua Asosiasi, suaranya mulai pecah oleh ketakutan. "Kami bisa memperbaikinya, Kim-Ryu. Kami bisa...""Diam!" Kim-Ryu memotongnya tajam. "Tidak ada yang bisa kalian lakukan untuk memperbaiki ini. Setiap tindakan kalian telah membawa adikku ke ambang kematian, dan sekarang kalian akan merasakan apa yang dia rasakan."Sebelum Ketua Asosiasi atau Jenderal bisa