Saat ini Lucas tengah menjalani syuting film terbarunya. Berbeda dengan film bertema action seperti sebelumnya, kini ia berperan sebagai anak kuliahan yang tengah dimabuk asmara. Meski sudah hampir kepala tiga, pesona ketampanannya masih mampu bersaing dengan pria yang berusia hampir sepuluh tahun di bawahnya. Wajah yang bersih tanpa setitik noda, hidung mancung, bibirnya yang membuat siapapun ingin memagutnya, ditambah sorot mata tajam dan rahang yang tegas sangat mampu membuat para wanita menjerit. Dan jangan lupa dengan bentuk tubuhnya yang atletis. Bahkan jika bukan seorang aktor pun, dipastikan banyak wanita dengan senang hati membuka kaki lebar untuknya.
Entah disengaja atau tidak, kampus dimana tempat ia syuting adalah universitas dimana Shakira mengenyam pendidikan. Telah mengetahui hal itu sebelumnya tentu Lucas tak menolak. Ia juga mulai mendapat rencana baru agar lebih bisa menjajah istrinya. Saat ini ia tengah berdiri di lorong kampus menatap banyaknya wartawan yang menunggu di luar gerbang. Pasti mereka ingin mencari tahu perihal foto surat nikahnya yang beredar. Ini hebat, hanya karena sebuah foto semua orang melupakan skandal yang memang tidak ia perbuat. Bahkan #LucasShakira masih menduduki peringkat pertama di sosial media.
Sebelum menjalani proses syuting, Lucas berjalan mengelilingi kampus dengan memakai hoodie guna menutupi kepala dan rambut emonya. Tak lupa ia juga memakai masker dan kacamata hitam. Entah kemana semua siswa, keadaan lorong kampus lantai 3 itu masih terlihat sepi. Tapi siapa tahu ia bisa menemukan istrinya meski menurut mata-mata yang ia perintah mengawasi Shakira, wanitanya itu jarang masuk kampus setelah menjadi artis dadakan.
"Sungguh, Pak, itu tidak benar!"
Samar-samar Lucas mendengar suara yang sangat ia hafal. Suara yang berasal dari salah satu ruangan yang pintunya tak tertutup rapat. Lucas mencoba mendekat dan sebuah suara yang tak ia kenal terdengar.
"Katakan yang sebenarnya pada para wartawan itu, Liliana. Mereka akan terus kesini dan mencarimu sebelum kau mengatakan yang sebenarnya."
Lucas menajamkan pendengarannya dan mengintip lewat celah pintu. Dan benar saja, ia melihat istrinya tengah berhadapan dengan seorang pria paruh baya yang ia yakin adalah dosennya.
"Akui saja kau hamil dan artis itu bertanggung jawab padamu. Hal itu lebih baik daripada kau membuat kampus kita tercoreng dengan sensasi yang kau buat," perintah dosen botak dengan kacamata tebal yang melindungi irish matanya yang tajam.
"Sudah kukatakan, berita yang beredar itu tidak benar. Dan aku tidak hamil!" teriak Shakira dengan mengepal kedua tangan di kanan dan kiri pahanya.
"Lalu bagaimana dengan surat pernikahanmu dengan artis itu? Kau bahkan tak meminta izin dari kampus," celetuk sang dosen bernama Dedy Yen. Ia bersedekap dada dengan mengamati Shakira dengan sorot matanya yang tajam.
Shakira menggigit bibir bawahnya kuat, iIa tidak bisa menjawab. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya dan akan membuka semuanya. Atau, mungkin ia bisa melakukannya sekaligus melaporkan Lucas atas tindakan pelecehan. Tapi ia ragu, Lucas bukan orang sembarangan, dan bisa saja memutar balikkan fakta di depan pengadilan jika apa yang menimpanya terus berlanjut seperti artis yang sengaja membuat skandal dengan Lucas. Ia harap ayah dan ibunya tidak menonton tv atau membuka ponsel mereka, ia tak ingin kedua orangtunya tahu masalah yang menimpanya. Ia ingin menangis, tapi jika bukan orangtuanya, siapa lagi yang akan membelanya?
"Ada apa ini?" Lucas memasuki ruangan tanpa permisi dan mendapati Shakira telah menahan tangisannya.
"Siapa yang mengizinkanmu masuk!" bentak pak Dedy hingga menggebrak meja. Ia tidak suka diganggu saat tengah mengurus mahasiswanya yang bermasalah.
Lucas segera membuka masker dan penutup kepalanya. Dan saat itu juga memberi tatapan datar dengan sorot mata tajam pada pak Dedy. "Kurasa anda tidak lupa bahwa hari ini aku mulai syuting di kampus ini,” ucap Lucas dengan suaranya yang dingin.
Pak Dedy hanya diam dengan tangan terkepal.
"Bukankah seharusnya kau senang? Kampus ini akan dipromosikan dalam film terbaruku. Dan kudengar sudah banyak yang mendaftar sejak berita pembuatan filmku akan dilakukan disini,” paparnya. Lucas membuka kacamatanya kemudian menatap dosen itu tak kalah garang. Ia bisa melakukan apapun, bahkan jika ia meminta pindah kampus lain, hal itu bisa terjadi.
“Mentang-mentang kau aktor terkenal, kau pikir bisa melakukan semaumu?!”
“Apa aku harus membuka rahasia kampus ini? Jangan paksa aku mengatakan pihak kampus mengemis produser film ini untuk syuting disini.” Dengan sialan Lucas duduk di kursi di depan meja sang dosen dengan menyilangkan kaki.
Shakira terdiam, suaranya hendak terangkat sampai Lucas menatapnya dengan sorot mata yang seakan mengatakan, “Diam!”
Keringat dingin mulai menetes di pelipis pak Dedy. Tak dapat dipungkiri, tumbuhnya beberapa universitas baru di kota membuat kampus ini harus bersaing. Bukan karena tak memiliki prestasi, melainkan perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi sanggup merobohkan sesuatu yang telah lama berdiri. Ditambah pengelolaan kampus yang ia sendiri sadari kurang baik. Tapi sebagai salah satu dosen senior di kampus ini, jiwa cinta terhadap kampus telah mendarah daging.
“Aku bisa pindah ke kampus manapun untuk tempat syuting. Tapi, jika sebagian mereka kuliah disini karena aku, menurutmu apa yang akan terjadi?” ancamnya dengan seringai congkak. Ia tidak suka melihat wanitanya menangis karena orang lain. Yang boleh melakukannya hanyalah dia sendiri.
Gigi pak Dedy bergemeletuk menahan amarah. Jika bukan untuk kembali membangkitkan nama kampus, tentu ia tak akan sudi diremehkan dan direndahkan seperti ini. Ia ingin nama kampus kembali menduduki peringkat pertama terfavorit seperti sepuluh tahun yang lalu.
“Dan untuk masalah kami, kau tidak usah ikut campur. Kau tentu tahu semua kabar tentangku selalu menyita perhatian siapapun. Jadi, bukan sebuah masalah besar jika beredar gosip mengenai, istriku.” Melirik Shakira yang terdiam kaku. Hanya tinggal satu semester lagi Shakira akan lulus, tapi ia tidak yakin akan lulus dengan hasil terbaik jika Lucas telah berani sekeparat ini. "Berita itu bukan sensasi yang sengaja dibuat olehku atau istriku. Kau tenang saja nama kampusmu akan tetap baik-baik saja. Ini masalah kami jadi kuharap anda tidak terlalu menekan Shakira."
Hening, tak ada suara dari ketiganya yang terdengar selama beberapa detik. Pak Dedy menghela nafas berat, melirik Shakira dan memintanya keluar ruangan.
Shakira hanya menurut, untuk kali ini ia menerima bantuan Lucas. Namun semata untuk mempertahankan gelar lulus yang tinggal beberapa bulan lagi ia raih. Ia menutup pintu ruangan dengan pelan, mengepal tangannya kuat namun dengan sedikit bergetar dan tak beranjak dari depan pintu.
Sementara di dalam ruangan, pak Dedy berlutut di hadapan Lucas. “Kumohon, jaga nama baik kampus ini. Kami sedang dalam ujung tanduk dan tengah berusaha bangkit. Aku memanggil istrimu karena tak ingin berita buruk tentangnya membuat kampus ini semakin tak diminati. Aku mohon!” Pak Dedy masih berlutut dengan kedua tangannya mengatup di depan dada. Biarlah ia kehilangan harga dirinya asal kampus kebanggaannya bisa bertahan.
Lucas masih mempertahankan ekspresi dinginnya. Ia masih kesal atas makian pria di hadapannya pada Shakira. Mungkin ia yang berlebihan dan ia tidak tahu karena apa. Memejamkan mata sejenak kemudian bangun dari duduknya. “Anda dosen yang baik. Apa tak ada lagi kampus yang mau menampungmu hingga berlutut di depan orang sepertiku?”
Setelah mengatakan itu, Lucas melangkah menuju pintu meninggalkan pak Dedy yang tak merubah posisi. Sudah cukup, pak Dedy tak ingin mengatakan alasannya yang akan membuatnya semakin dikasihani. Ia sudah merendahkan harga dirinya dan tak akan lebih rendah dari ini.
Namun sebelum Lucas benar-benar keluar dari ruangan, ia kembali dan menuliskan beberapa angka di selembar kertas. Meletakkannya ke meja seraya berkata, “Kau bisa menggunakannya untuk beasiswa.”
Pak Dedy terkejut, kepalanya yang sebelumnya menunduk kini mendongak. Apa ia salah dengar? Kemudian melihat selembar cek di atas mejanya. Dan benar saja, 1 juta Yen tertulis disana.
Lucas terkejut, saat ia keluar ruangan, Shakira berdiri tepat di hadapannya dan menatapnya tajam namun dengan mata berkaca-kaca.Plak!Satu tamparan keras kembali mendarat di pipi halusnya. Untu
"Kau masih menyukai boneka manekin tadi?" tanya Lucas saat keduanya telah jauh dari Viky dan Megi. Saat ini keduanya berjalan bersama dengan Lucas yang kembali memakai masker dan menutupi kepalanya dengan hoodie."Dia bukan boneka! Namanya Viky!” bentak Shakira tak terima mantan kekasihnya disebut boneka manekin.
Shakira tak bisa tidur. Ia berguling ke kanan dan kiri dengan memeluk boneka besar pemberian sang mantan. Ia masih memikirkan reaksi Viky tadi siang. Namun hal yang lebih ia pikirkan adalah, rasa malunya karena berani mencium Lucas terlebih dahulu. Ia tidak tahu apakah Lucas tahu tujuannya atau tidak melakukan ciuman itu. Tapi tetap saja, ia seperti menjilat ludahnya sendiri.
Brak!
Pagi telah tiba membawa sinar yang menggairahkan untuk beraktifitas. Shakira bangun dalam keadaan yang segar setelah istirahat sehari semalam. Kemarin ia gunakan untuk berdiam diri dan benar-benar beristirahat. Dan untung saja Lucas tak mengganggunya sama sekali. Entahlah, Shakira tak peduli, bahkan jika pria itu pergi ke dunia lain ia juga tak peduli.Meraih liptint di atas nakas dan mengaplikasikannya pada bibir kissablenya yang kini le
"Wow! Istrimu benar-benar berbakat," puji sang sutradara saat melihat hasil pengambilan gambar beberapa waktu yang lalu. Lucas tak mengalihkan perhatiannya dan terus menatap layar di hadapannya. Roky benar, ia tak menyangka Shakira bisa sangat bagus saat berperan.
"Bagaimana perasaan anda bisa bermain dengan suami anda sendiri nona Shakira?"
"Selamat aktingmu sangat bagus, aku tak menyangka kau berbakat dalam seni peran." Pria itu tersenyum dan menatap lurus Shakira mengabaikan sepasang mata lain menatap tak suka padanya."Terimakasih pujianmu." Namun ini bukan suara wanita itu melainkan suara pria di samping Shakira yang tersenyum remeh.
Lepaskan aku, Lucas.""Tidak akan.""Kau ingin membunuhku? Uhuk … uhuk ...." Shakira pura-pura batuk berharap dengan begitu Lucas segera melepas pelukannya.Saat ini keduanya masih berada diatas ranjang. Sinar matahari yang terik yang menembus lewat jendela kamar rumahnya yang tertutup tak membuat keduanya ingin beranjak dan beraktifitas."Sekarang kau adalah istriku dan aku berhak melakukan apapun." Lucas menelusupkan kepalanya pada ceruk leher Shakira. Menghirup aroma very yang seakan selalu menguar dari tubuh istrinya.Wajah Shakira merona merah mendengar kata 'istri'. Merasa malu dan akhirnya gilirannya menyembunyikan wajahnya dalam dada bi
"Shakira ....""Eh? Ada apa bu?" Shakira mengalihkan atensinya dari Lucas saat pandangannya mengarah pada sang ibu yang memasuki kamar dan kini berjalan ke arahnya."Sebenarnya apa yang tidak ibu ketahui tentang putri ibu, hm?" Ibu Shakira menyeret kursi dan meletakkannya di sebelah kursi yang Shakira duduki. Wanita itu melihat anak semata wayangnya kemudian pria yang kini masih terbaring diam di atas tempat tidur layaknya orang mati.Shakira tersenyum kecut dan menunduk. "Maafkan, Shaki, Bu."Tap!Tangan sang ibu menggenggam tangan Shakira dan mengusapnya lembut. "Kau mencintainya?" tanyanya."Aku
"Apa semua yang dikatakannya benar, Shakira?" Meski terlihat tenang namun tampak sekali raut keterkejutan dan kekecewaan di wajah pria paruh baya itu."Semua salahku dan aku ingin bertanggung jawab."
Shakira tak pernah merasa bebas seperti ini sebelumnya. Beberapa hari lalu Lucas mengirim pesan bahwa pria itu ada syuting terakhir di luar kota. Dan sampai saat ini pria itu masih belum kembali. Shakira merasa ia sangat bebas meski ada sedikit perasaannya yang merasa ada sesuatu yang hilang. Terlebih setelah apa yang mereka alami waktu itu. Dimana Lucas mengajaknya ke rumah Lucas yang dulu dan ia yang gila telah berani memeluk Lucas. Tiba-tiba ia teringat kegiatannya bersama Lucas sebelum semakin dekat seperti sekarang. Biasanya pria itu akan membangunkannya dengan memberinya kecupan kecil, mereka akan bertengkar saat sarapan dan pria itu akan seenak rambut memasuki rumah bahkan kamarnya.
"Kukira kau terlalu asik menggauli istrimu dan lupa untuk datang kesini," ucap Laohan saat Lucas baru saja sampai."Sialan kau! Jaga mulut sialanmu, ikan lohan." Lucas melotot pada Laohan dan hanya dibalas cengiran olehnya.
"Apa kau yakin?" Pria itu berdiri dari kursi yang ia duduki dan mendekati Lucas yang kini berdiri menatap keluar jendela besar ruangan itu."Kita sudah membicarakan ini sebelumnya bukan?" ucap Lucas dengan melirik pria yang kini berdiri tak jauh darinya.
"Ya Tuhan, Shakira ... aku tidak tahu jika akan seperti ini." Elsa mencoba menenangkan sahabatnya itu. Kini Shakira telah berada di rumah Elsa. Ia memaksa pulang dari rumah sakit, karena memang tak ada luka serius maka ia diperbolehkan pulang."Lalu, menurutmu aku harus bagaimana?"
"Kau terlalu bodoh." Lucas menyeringai jahat pada wanita di hadapannya."A-- apa maksudmu? Ja-- jadi selama ini kau hanya menipuku? Memanfaatkan aku?" Air mata sudah mengalir membasahi pipi wanita itu.
"Bukankah ini hebath." Lucas terengah dengan menyapu keringat dari keningnya. Bahkan rambutnya juga basah oleh keringat. Ini hebat, ini kali pertama ia bercinta seperti di film, yakni di pantai yang ditutupi karang dan bebatuan besar. Rasa takut ketahuan juga rasa nikmat bersatu membuat adrenalin tersendiri untuknya."Hah … hah … hah …. Kau gila!" teriak Shakira yang terengah dan berusaha menaikkan celananya.