Selena berjalan bersisian dengan Henry. Mereka akan ke rumah sakit seperti rencana sebelumnya, ingin memastikan apakah Syilea benar-benar lupa tentang vampir atau hanya lupa pada Henry dan kejadian Arion yang menyerangnya.
Musim panas di kota Breavork tidak seperti di kota-kota lainnya. Walaupun penyebutannya adalah musim panas, tetap saja matahari malas untuk menunjukkan dirinya. Meski tidak ada hujan, tapi tidak ada juga cahaya matahari yang menyengat kulit.
Selena menatap matahari yang bersembunyi di balik awan. Ia merasa kalau pilihan ayah mereka membawa ke kota ini bukan semata-mata karena Danna, tetapi karena tempat ini cocok untuk mereka. Lagipula di Breavork lah dia bisa bertemu dengan Rain, sementara Henry bisa kenal dengan Syilea.
“Banyak kejadian yang tak terduga setelah kita berada di kota ini,” ucap Selena dengan suara pelan.
“Ya,” jawab Henry singkat.
“Aku bertemu Rain … kamu bertemu Syilea &hellip
Selena berjalan masuk terlebih dahulu untuk mendekati Syilea yang menyambutnya dengan senyum khas cerianya. Sama sekali tak ada yang berubah darinya, sedikit pun tidak ada.“Kupikir aku tidak bisa bertemu denganmu lagi, Elle.” Syilea mengatakan hal menyedihkan itu setelah Selena duduk di tepi tempat tidurnya.“Kamu bicara apa? Sekarang saja kamu terlihat sangat baik dan sehat,” kata Selena yang terus memindai wajah Syilea.“Hm … aku bahkan tidak ingat sama sekali apa sebenarnya yang telah terjadi. Orang tuaku mengatakan bahwa aku jatuh pingsan di pinggir jalan karena diserang oleh hewan buas,” lirih Syilea seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu.“Kenapa kamu bisa ada di sana, Lea?” tanya Selena hati-hati, berusaha memancing ingatan gadis itu.Akan tetapi, Syilea hanya menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu … aku tidak mengerti,” kata Syilea. “Aku hanya ingat kalau ak
Bianca dan Matt duduk bersisian menghadap ayahnya yang tak bergerak sama sekali. Tatapan mereka penuh kesedihan. Seperti satu sayap mereka patah, rasanya tidak percaya kalau John bisa terbaring tak berdaya seperti itu.“Apa yang kalian lakukan pada wanita itu?” tanya Matt dengan tatapan kosong mengarah pada ayahnya.“Selena membunuhnya,” jawab Bianca dengan suara pelan.“Bagus lah! Dia memang harus mati,” imbuh Matt lagi. Dia tidak mempermasalahkan sama sekali wanita itu mati di tangan siapa.“Sebenarnya … aku sangat ingin membakar wanita itu hidup-hidup,” lirih Bianca lalu menyandarkan kepalanya di bahu Matt. “Tapi, Selena tidak dapat menahan keinginannya untuk membunuh dengan cepat.”Tangan Matt mengelus kepala Bianca dengan lembut. Membiarkan gadis itu mencari sandaran walaupun sebenarnya dirinya sendiri butuh hal itu juga.“Apa yang akan kita lakukan, Matt? Bagaiman
Tawa Arion membahana mengisi ruang tamu ketika melihat kedatangan tamu yang tak diundang. Kakinya melangkah menuruni anak tangga dengan wajah penuh kemenangan karena salah satu korban seperti menyerahkan diri padanya.“Aku ke sini tidak hanya ingin mendengar suara tawamu,” kata Henry yang masih berdiri di ambang pintu terbuka.“Ah, tentu saja tidak. Bukankah kamu ke sini ingin menyerahkan hidupmu padaku?” sindir Arion.“Jangan besar kepala dulu. Aku ke sini ingin meminta pengakuan dosamu.”“Pengakuan dosa? Hahahaha. Anak ini benar-benar lucu,” tawa Arion yang semakin menjadi-jadi. Bahkan ia memegangi perutnya seolah itu adalah hal terlucu yang pernah dia dengar.“Kau yang sudah memanfaatkan Danna untuk mencelakai ayah ‘kan?” tanya Henry dengan tangan mengepal kuat.Arion lantas mengangguk dan membenarkan. Tak ingin dia berkilah untuk hal yang menurutnya sangat menyenangkan ket
Sebelumnya …Rain berlari menuju kediaman Walter’s. Bianca merasakan kehadiran vampir lain di rumahnya, langsung keluar dan memasang sikap siaga.“Hey, ini aku!” kata Rain mengangkat tangannya.Bianca merasa lega kalau ternyata yang masuk ke dalam rumahnya bukanlah Arion atau vampir lainnya. Ia langsung mendekati Rain yang ada di ruang tamu.“Ada apa, Rain? Kupikir kau sedang bersama Selena,” kata Bianca dengan heran.“Selena sedang mengejar Henry yang menuju rumah Arion,” jelas Rain tanpa membuang waktu.“What?!” pekik Bianca tidak percaya.Mendengar nada tinggi Bianca, Matt langsung keluar dari kamar John dan memastikan apa yang terjadi. “Bianca!” teriaknya dengan waswas lalu melihat Rain yang membalas tatapannya. “Rain? Ada apa?” heran Matt lalu mendekat.“Henry dan Selena sekarang dalam perjalanan menuju rumah Arion. Bisakah kalian me
Matt termenung di dalam kamarnya. Sejak menyelamatkan Henry, ia hanya membaringkan adik bungsunya di atas tempat tidur dalam kamar. Setelahnya ia membiarkan Bianca yang merawat Henry, sementara dirinya memilih kembali ke kamar.Apa yang dikatakan oleh Arion benar-benar mengganggu pikirannya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk menggali kembali kenangannya sewaktu masih menjadi manusia. Tetapi, tak sedikit pun ia ingat. Seolah ingatan itu sudah hilang karena berlalu beratus-ratus tahun lamanya atau karena sengaja dihapus oleh John.Matt tidak tahu jawaban dan kenyataan yang benar seperti apa. Dia tak ingin percaya pada Arion tapi sampai detik ini dirinya sendiri memang lupa bagaimana cara orang tuanya meninggal. Yang dia tahu hanyalah cerita dari John bahwa lelaki itu menyelamatkan dirinya saat kecelakaan mobil dan tak sempat menyelamatkan kedua orang tua Matt.Tak beberapa lama, terdengar pintu kamar Matt yang terbuka. Seorang gadis masuk ke dalam dan langsung berja
Rain berpindah tempat dari rumahnya menjadi ke sebuah tempat yang asing dan begitu gelap. Di sampingnya ada Selena yang duduk di sebuah kursi kayu, tangannya berlipat rapi di atas meja. Hanya ada satu lampu gantung yang rendah persis di atas meja.“Ini di mana?” tanya Rain yang masih kebingungan dan melihat kiri kanannya. Gelap. Tak ada siapa pun kecuali seorang lelaki setengah baya yang duduk berhadapan dengan mereka.“Tenanglah,” kata lelaki itu dengan suara berat.Rain memicingkan mata dan berusaha menangkap siapa lelaki itu. Meski sudah melihat wajah keriput dengan rambut memutih karena uban, tetap saja dia tidak mengenali.“Kamu siapa? Kenapa tiba-tiba aku ada di sini? Apa sebenarnya yang telah terjadi?” cecar Rain dengan beberapa pertanyaan.“Aku … Stefan,” ujar beliau.Rain mengernyit dan berusaha mengenali nama tersebut. “Stefan?” ulangnya.“Beliau kakek
Stefan tampak sangat serius mengobati luka di tubuh John. Ia cukup mendekatkan telapak tangannya di atas luka-luka itu dan ajaibnya, luka menganga langsung tertutup dengan sendirinya. Satu persatu ia melakukan hal yang sama sehingga semuanya habis tertutup dan tubuh John menjadi sempurna kembali.Bianca yang terus menggenggam erat tangan Matt terus memerhatikan apa yang dilakukan Stefan, begitu pula dengan Rain. Sementara Selena masih belum ada di rumah itu. Stefan tidak memberitahu ada di mana kekasihnya sekarang. Walau pun sangat cemas, ia tak ingin bertanya lebih lanjut pada Stefan. Cukup lelaki tua itu menyebutkan bahwa Selena baik-baik saja, maka hatinya sedikit tenang.Hampir satu jam Stefan mengobati John kemudian beralih pada Henry. Tidak perlu memakan waktu lama untuk menyadarkan Henry kembali. Ia hanya memegang dada anak muda yang terbaring di atas tempat tidur dan seolah mentrafser energi yang dimilikinya, Henry langsung membuka matanya kemudian.
Beberapa jam sebelumnya.Selena berlari mengejar Henry yang dengan gegabah menuju rumah Arion dengan niat membunuh. Ia harus menyelamatkan Henry yang dilanda rasa benci, emosi dan murka pada vampir jahat itu. Harus menjelaskan dan menenangkan adik bungsunya agar tidak berlaku bodoh sekarang.“Henry, stop!” bisik Selena, berusaha memeperingati Henry lewat telepati persaudaraan mereka. Tetapi, sia-siap saja. Henry tak mungkin mendengar sekarang.Sial! maki Selena dalam hati dan mempercepat langkahnya.Sambil terus berlari dengan kecepatan angin, tiba-tiba saja Selena mendengar suara seseorang yang berbisik tepat di samping telinganya.“Berhenti!” seru suara yang didengar Selena. Anehnya gadis itu benar-benar menghentikan langkahnya seketika dan berdiri terpaku tak dapat bergerak di posisinya.“Siapa kamu?!” tanya Selena dengan nada tinggi, sementara netranya memindai sekitar untuk mencari tahu sumber suara.
Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K
Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat
Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk
Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld
Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada
Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa
Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik
Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint
Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena