“Danna, apa yang membuatmu menjadi seperti ini?” tanya John setelah duduk nyaman di sebuah kursi ruang tamu rumah wanita itu.
Rasanya sangat lama dia tidak masuk ke dalam rumah ini. Semua perabotan yang ada di dalam rumah ini menjadi saksi bisu percintaan mereka berdua. Sebagaimana di setiap sudutnya John dan Danna selalu melakukan hal intim satu sama lain. Dan sekarang tempat itu terasa sangat dingin, sepi dan menyedihkan.
“Mungkin ini karma atas perlakuanku pada kalian semua,” jawab Danna dengan lirih sambil menundukkan kepala.
Danna duduk berseberangan dengan John yang belum memutus pandangannya dari wajah wanita itu. Karena dirinya yang buta, ia tak bsia melihat bagaimana John menatapnya dengan penuh kesedihan.
“Sepertinya aku tahu siapa yang melakukan ini padamu,” ujar John lalu memegang tangan Danna.
Sesuatu yang aneh dirasakan John ketika dia tidak bisa menyerap energi wanita itu lagi. Bahkan dia tidak mer
“Aku sudah melakukan sesuai apa yang kamu perintahkan,” kata Danna lalu membalikkan badan menghadap Arion. “Mana imbalanku?” lanjutnya sambil menjulurkan tangannya.Arion tersenyum sinis menatap Danna yang begitu jahat dan tak berperasaan. Satu alisnya terangkat dengan senyum miring. “Kamu benar-benar tidak mencintainya?” tanya dia dengan nada rendah.“Kamu bisa lihat buktinya ‘kan? Aku bisa membunuhnya. Apakah artinya aku mencintai dia?” Danna membalikkan pertanyaan.Arion menganggukkan kepala. Ia lalu mengeluarkan sebatang emas murni dari balik mantelnya kemudian mengulurkan pada Danna.Mata perempuan itu langsung berbinar-binar melihat cahaya berkilauan dari emas batangan itu. Tak sabar ia ingin meraih benda yang bisa membuat hidupnya sejahtera itu. Namun, baru saja dia ingin mengambil emas itu, Arion kembali menarik tangannya.“Tunggu,” katanya lalu menyembunyikan emas di balik p
Kediaman keluarga Walter.Henry duduk di teras seperti sebelumnya, ia menatap langit yang mulai memunculkan semburat warna indah dan burung-burung terdengar berkicauan saling bersahutan. Ia sudah menunggu pagi yang terasa sangat lama. Tak sabar ingin kembali ke rumah sakit untuk bertemu dengan Syilea meski gadis itu melupakannya.“Akhirnya sudah pagi,” lirihnya tersenyum lalu melirik jam tangan. “Aku harus siap-siap sekarang,” ujarnya lagi.Henry berdiri dan melangkah masuk menuju ke dalam rumah. Akan tetapi seketika langkahnya berhenti tatkala penglihatannya menampakkan sesuatu yang mengejutkannya.John yang tergeletak tak berdaya dengan penuh darah berwarna hitam di lantai dan sekujur tubuhnya. Di dekatnya ada seorang perempuan yang masih bernapas dengan jantung yang berdetak lemah. Penglihatan itu langsung hilang dan membuatnya tercengang.“Ayah,” bisiknya kemudian langsung berlari menuju kamar Matt.Di
Musik jazz klasik terdengar di kamar mewah. Sebotol darah segar tengah dipegang Arion. Matanya terpejam dan menari-nari begitu bahagia. Hari ini seolah menjadi hari terbahagia untuknya. Ia bisa membunuh John dan melenyapkan perempuan menyebalkan itu.“Akhirnya aku bisa membalas semua dendamku. Bagaimana rasanya ketika mati di tangan orang yang dicintai? Hahahaha.” Arion terus bermonolog dan berdansa dengan angin.Hati dan kehidupannya yang tengah diliputi kegelapan sekarang menjadi semakin menjadi-jadi, dia merasa kalau sudah saatnya dia menguasai Breavork dan sekitarnya.“Hmm ….” Arion menghentikan dansanya lalu melihat ke luar jendela. Sementara itu musik dari piringan hitam masih berputar dan mengeluarkan suara hingga memenuhi ruangan.Ia berhenti dan berpikir sejenak, kemudian berbicara sendiri lagi. “Sepertinya aku harus menghabisi anaknya satu persatu. Di mulai dari yang paling lemah kemudian yang terkuat paling
Selena berjalan bersisian dengan Henry. Mereka akan ke rumah sakit seperti rencana sebelumnya, ingin memastikan apakah Syilea benar-benar lupa tentang vampir atau hanya lupa pada Henry dan kejadian Arion yang menyerangnya.Musim panas di kota Breavork tidak seperti di kota-kota lainnya. Walaupun penyebutannya adalah musim panas, tetap saja matahari malas untuk menunjukkan dirinya. Meski tidak ada hujan, tapi tidak ada juga cahaya matahari yang menyengat kulit.Selena menatap matahari yang bersembunyi di balik awan. Ia merasa kalau pilihan ayah mereka membawa ke kota ini bukan semata-mata karena Danna, tetapi karena tempat ini cocok untuk mereka. Lagipula di Breavork lah dia bisa bertemu dengan Rain, sementara Henry bisa kenal dengan Syilea.“Banyak kejadian yang tak terduga setelah kita berada di kota ini,” ucap Selena dengan suara pelan.“Ya,” jawab Henry singkat.“Aku bertemu Rain … kamu bertemu Syilea &hellip
Selena berjalan masuk terlebih dahulu untuk mendekati Syilea yang menyambutnya dengan senyum khas cerianya. Sama sekali tak ada yang berubah darinya, sedikit pun tidak ada.“Kupikir aku tidak bisa bertemu denganmu lagi, Elle.” Syilea mengatakan hal menyedihkan itu setelah Selena duduk di tepi tempat tidurnya.“Kamu bicara apa? Sekarang saja kamu terlihat sangat baik dan sehat,” kata Selena yang terus memindai wajah Syilea.“Hm … aku bahkan tidak ingat sama sekali apa sebenarnya yang telah terjadi. Orang tuaku mengatakan bahwa aku jatuh pingsan di pinggir jalan karena diserang oleh hewan buas,” lirih Syilea seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu.“Kenapa kamu bisa ada di sana, Lea?” tanya Selena hati-hati, berusaha memancing ingatan gadis itu.Akan tetapi, Syilea hanya menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu … aku tidak mengerti,” kata Syilea. “Aku hanya ingat kalau ak
Bianca dan Matt duduk bersisian menghadap ayahnya yang tak bergerak sama sekali. Tatapan mereka penuh kesedihan. Seperti satu sayap mereka patah, rasanya tidak percaya kalau John bisa terbaring tak berdaya seperti itu.“Apa yang kalian lakukan pada wanita itu?” tanya Matt dengan tatapan kosong mengarah pada ayahnya.“Selena membunuhnya,” jawab Bianca dengan suara pelan.“Bagus lah! Dia memang harus mati,” imbuh Matt lagi. Dia tidak mempermasalahkan sama sekali wanita itu mati di tangan siapa.“Sebenarnya … aku sangat ingin membakar wanita itu hidup-hidup,” lirih Bianca lalu menyandarkan kepalanya di bahu Matt. “Tapi, Selena tidak dapat menahan keinginannya untuk membunuh dengan cepat.”Tangan Matt mengelus kepala Bianca dengan lembut. Membiarkan gadis itu mencari sandaran walaupun sebenarnya dirinya sendiri butuh hal itu juga.“Apa yang akan kita lakukan, Matt? Bagaiman
Tawa Arion membahana mengisi ruang tamu ketika melihat kedatangan tamu yang tak diundang. Kakinya melangkah menuruni anak tangga dengan wajah penuh kemenangan karena salah satu korban seperti menyerahkan diri padanya.“Aku ke sini tidak hanya ingin mendengar suara tawamu,” kata Henry yang masih berdiri di ambang pintu terbuka.“Ah, tentu saja tidak. Bukankah kamu ke sini ingin menyerahkan hidupmu padaku?” sindir Arion.“Jangan besar kepala dulu. Aku ke sini ingin meminta pengakuan dosamu.”“Pengakuan dosa? Hahahaha. Anak ini benar-benar lucu,” tawa Arion yang semakin menjadi-jadi. Bahkan ia memegangi perutnya seolah itu adalah hal terlucu yang pernah dia dengar.“Kau yang sudah memanfaatkan Danna untuk mencelakai ayah ‘kan?” tanya Henry dengan tangan mengepal kuat.Arion lantas mengangguk dan membenarkan. Tak ingin dia berkilah untuk hal yang menurutnya sangat menyenangkan ket
Sebelumnya …Rain berlari menuju kediaman Walter’s. Bianca merasakan kehadiran vampir lain di rumahnya, langsung keluar dan memasang sikap siaga.“Hey, ini aku!” kata Rain mengangkat tangannya.Bianca merasa lega kalau ternyata yang masuk ke dalam rumahnya bukanlah Arion atau vampir lainnya. Ia langsung mendekati Rain yang ada di ruang tamu.“Ada apa, Rain? Kupikir kau sedang bersama Selena,” kata Bianca dengan heran.“Selena sedang mengejar Henry yang menuju rumah Arion,” jelas Rain tanpa membuang waktu.“What?!” pekik Bianca tidak percaya.Mendengar nada tinggi Bianca, Matt langsung keluar dari kamar John dan memastikan apa yang terjadi. “Bianca!” teriaknya dengan waswas lalu melihat Rain yang membalas tatapannya. “Rain? Ada apa?” heran Matt lalu mendekat.“Henry dan Selena sekarang dalam perjalanan menuju rumah Arion. Bisakah kalian me