Beranda / Fantasi / The Lunar / NETRA BIRU (18+)

Share

NETRA BIRU (18+)

Penulis: Ontelicious
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-09 13:29:45

“Terkadang lebih baik bagimu untuk sendirian saja agar tidak ada yang menyakitimu.”

***

“Hah … Jag …,” desah seorang gadis berambut panjang dengan kepala tertarik ke belakang. Tangan gadis itu menjambak pelan rambut pemuda yang sibuk menelusuri ceruk lehernya.

“Kau menyukainya, Bianca?” bisik pria bernama Jag itu sembari mencium lembut leher gadis cantik dalam rengkuhannya itu. 

Mendengar jawaban berupa desahan dari gadis bernama Bianca tersebut, Jag menjadi semakin bersemangat. Tangan kanannya menarik tubuh Bianca mendekat, menikmati kehangatan dan kelembutan yang diberikan. Kemudian, tangan kiri pria itu menjambak pelan rambut Bianca, membiarkan dirinya lebih leluasa untuk berpetualang pada tubuh gadis itu.

Bianca mendesah dan matanya terpejam ketika titik sensitifnya diciumi oleh Jag. Dari bawah dagu hingga pundak ciuman itu semakin gencar. Tiap kecupan membuat Bianca semakin terbakar dan mengharap lebih dari lelaki itu.

Mendadak, Jag mendekatkan wajah Bianca ke wajahnya, lalu mendaratkan sebuah ciuman ganas pada bibir mungil gadis itu. Lidah Jag memaksa masuk ke dalam mulut Bianca, membuat gadis itu mengerang seraya membalas ciuman itu lebih dalam.

Kejantanan Jag mengeras sejak pertama kali dia menyentuh Bianca. Kulit gadis yang dingin itu sangat ingin dia hangatkan. Tanpa ingin berlama-lama melakukan pemanasan, Jag langsung meloloskan dress yang masih terpasang sempurna di badan Bianca. Hanya dalam satu tarikan ritsleting bagian belakang, maka gaun itu langsung jatuh dan mendarat di bawah kaki mereka.

Tubuh molek, putih mulus Bianca membuat lelaki itu seperti singa yang kelaparan. Dia menikmati setiap jengkal tubuh indah di hadapannya. Seluruh atensinya tersita pada bagian lekuk tubuh Bianca, Jag langsung menekuk lutut dengan tangan mengarah ke bagian bawah bokong Bianca. Bukan untuk menggerayangi bagian tersebut, melainkan ingin mengangkat tubuh mungil itu. 

Bianca hanya tersenyum senang ketika dirinya bisa dengan puas bergelayut di bagian leher Jag. Seperti biasanya, dia tak perlu memimpin permainan, mangsanya sendiri yang lebih dulu menyerahkan diri padanya.

Mendadak, manik mata Bianca mengarah kepada pintu ruang tidurnya yang sedikit terbuka. Matanya bertemu dengan manik biru yang sedang menatap ke arahnya dengan jijik. Selena, ingin bergabung? Bianca melemparkan sebuah telepati kepada gadis yang—entah sengaja atau tidak—mengintip percintaannya.

Menerima telepati tersebut, Selena memasang ekspresi marah. Dia menutup mulutnya, mencoba menahan isi perutnya yang tiba-tiba memaksa ingin keluar. 

Karena tak tertahankan, Selena langsung berlari sembari memegang mulutnya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah wastafel untuk menjadi tempat pelampiasannya.

Selagi berlari menuruni tangga, Selena melewati seorang pemuda yang sedang melangkah ke lantai dua. Melihat gadis itu berlari tergesa-gesa dengan tangan di mulutnya, pemuda itu berteriak dalam benaknya—telepati, Selena!

Selena tak memedulikan teriakan itu, dia berlari mencapai kamar mandi dan …. “Hoeek!” Selena langsung mengeluarkan isi perut yang sejak tadi dia tahan. Menjijikkan! Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu?! Memuakkan! Gadis itu memaki dalam hati.

“Selena!” seru pemuda yang tadi Selena lewati. “Kau baik-baik saja?” Dia mengulurkan tangan untuk menepuk punggung gadis itu.

“Jangan sentuh aku!” Selena menepiskan tangan pemuda itu. “Ini karenamu, ini semua karenamu, Matt!” Tangan Selena mencengkeram sisi wastafel dan membiarkan air keran menjatuhkan semua muntahannya ke dalam saluran pipa. Di rumah baru ini, Selena mendapatkan sambutan tidak menyenangkan dari Bianca dan manusia bernama Jag. “Seharusnya aku tidak ada di sini,” ujar gadis itu sembari menatap pria yang berstatus sebagai kakak angkatnya dengan mata membara. “Tidak di rumah ini, dan tidak juga dengan kalian!”

Lima hari sebelumnya.

Matt membuka pintu yang mengantar mereka berempat ke ruangan beratap tinggi dengan jendela-jendela besar menghadap timur. Dindingnya bersekat dengan ruas-ruas dipenuhi rak buku menjulang hingga atas kepala orang dewasa. Ayah angkat mereka, John, adalah seorang pecinta buku, sama seperti Selena.

Setelah satu per satu masuk ke dalam ruang kerja John, mereka memilih tempat duduk masing-masing yang berjejer menghadap satu kursi kulit yang masih kosong, tepat di belakang meja mahoni besar. Belum ada suara yang keluar dari mulut mereka hingga sang ayah muncul. Empat orang yang duduk di atas kursi kayu itu memerhatikan ayahnya berjalan menuju tempat duduk miliknya. Pria dengan warna rambut yang menyala bak api itu tampak mengagumkan.

“Kita harus pindah. Segera,” kata John singkat.

“Kota yang baru? Asik!” sorak Bianca girang.

Selena melirik sinis pada Bianca yang memang menjadi orang paling bersemangat setiap pindah ke kota satu dan ke kota yang lainnya. Sama seperti Henry yang juga langsung antusias. Selena tahu betul kalau dua saudaranya itu sangat tidak sabar untuk mencicipi makanan di tempat baru mereka.

“Ya … namanya kota Breavork,” sambung John.

“Breavork?” ulang Matt.

John melemparkan tatapan pada Matt yang berusaha mengingat kota tersebut. “Sepertinya kita pernah tinggal di sana,” gumamnya.

“Benar, Matt. Kita pernah tinggal di sana.”

Pupil mata Matt langsung membesar, ia ingat kota tersebut. Matt menoleh memerhatikan Selena yang tampak tenang, atau lebih tepatnya tidak tertarik dengan tema pembicaraan malam ini. 

“Ck! Pindah lagi?” decak Selena merasa muak dengan semua ini.

Tentu saja Selena saat itu langsung jadi pusat perhatian saudara dan ayahnya. Hal itu langsung memancing emosi Bianca dan membuatnya berkata, “Kalau kau tidak ingin ikut kami pindah. Kau bisa tinggal di sini sendirian!” 

Selena tertawa sinis. Dia berdiri dan merapikan ujung roknya. “Kalau bisa … jangankan hanya tinggal di sini. Aku bahkan lebih memilih untuk mati daripada menjadi seperti kalian,” ungkapnya lagi.

“Sekarang naluri manusia kembali muncul dalam dirimu,” sinis Bianca membalas ucapan Selena.

“Memangnya kenapa? Kau ingin aku seperti kalian, menyerap zat feromon manusia? Melakukan kontak fisik berlebihan yang menjijikkan itu?” Selena tertawa sinis. “Bahkan memikirkannya saja membuatku ingin muntah!”

“Elle!” bentak Bianca yang langsung berdiri juga menghadap Selena. Matanya berkilat-kilat menatap saudarinya.

“Anak-anak, cukup!” seru John yang masih duduk dengan kaki bersilang. Ayah mereka begitu tenang dan tidak terlalu heran dengan perselisihan anak-anak adopsinya tersebut.

Bianca mendengus, ekspresinya berubah menjadi cemberut dan kembali duduk.

Sementara Selena sudah tidak tahan berada dalam satu ruangan dengan keluarganya. “Aku akan kembali ke kamar,” ucapnya dingin dan langsung keluar dengan cepat. 

John membiarkan Selena yang memang tak pernah ingin terlibat akan hal ini. Sekarang dia melemparkan tatapan pada anak sulungnya. “Matt … Kota Breavork hanya kita berdua saja yang mengenal tempat itu,” katanya.

Matt membalas tatapan ayahnya yang penuh arti, kemudian mengangguk paham. “Iya, Ayah.”

“Aku harap selama berada di sana, semuanya baik-baik saja … Terutama untuk Selena,” pintanya lagi.

Matt mengerti dan sekali lagi dia mengangguk. Kota yang memiliki masa lalu kelam. Mungkin dengan kembalinya mereka ke kota tersebut akan menjadi suatu kesalahan atau sebaliknya. Semua demi Selena, kata John sebelumnya.

***

Selena menurunkan kaki kanannya terlebih dulu kemudian disusul dengan kaki kiri. Sementara netra biru indahnya menatap bangunan tua dengan beberapa patung malaikat bersayap di pucuk menaranya. Valley High School, itulah nama sekolah baru untuk para vampir itu.

“Kalian langsung ke ruang administrasi terlebih dulu untuk laporan,” pesan John.

“Siap, Ayah!” jawab Matt seraya tersenyum.

“Ya sudah, masuk. Ingat, jangan membuat kekacauan.”

Semuanya mengangguk paham, kecuali Selena. Gadis yang memiliki warna rambut nude brown itu memegang tali ranselnya lalu berjalan lebih dulu ke dalam tanpa menghiraukan tiga saudaranya.

*

Selena melangkahkan kaki di koridor sekolah. Dia merasakan atmosfer tatapan kagum dari para murid sekolah tersebut. Itu bukan hal yang baru baginya. Semua mata terpana mengagumi kecantikan dan ketampanan empat murid baru tersebut.

Sebagai makhluk abadi, mereka diberikan keindahan oleh semesta memiliki tubuh yang sempurna. Mata yang indah dan wajah bak malaikat bumi itu mampu memadamkan aura murid yang sebelumnya bisa dikatakan paling good looking di sekolah tersebut.

“Elle, kita satu kelas.” Matt memberikan selembar kertas berisi jadwal mata pelajaran pada Selena yang menunggu di depan ruang administrasi.

“Hm.” Selena menerima kertas tersebut dan memasukkan ke dalam tas.

“Henry, kita satu kelas!” seru Bianca senang sambil mengangkat kertas di tangannya.

“Yah … lagi-lagi aku harus kerepotan karenamu,” keluh Henry pura-pura tidak senang. Dia hanya ingin melihat Bianca marah dan cemberut. Dan ternyata benar, Bianca hampir saja memukul lengannya karena kesal.

Matt mengekeh melihat itu. Dia lalu pamit pada dua adiknya untuk ke kelas dan menyuruh mereka melakukan hal yang sama. Berjanji akan bertemu di kafetaria pada saat jam istirahat.

*

Kelas yang semula begitu ribut mendadak menjadi hening ketika dua murid baru berdiri di depan papan tulis putih. Tatapan teduh dari Matt mampu menyihir semua siswi di kelas. Mereka terpesona dengan ketampanan tidak manusiawi itu. Sementara Selena juga berhasil membuat para murid laki-laki menjadi bungkam dan mengagumi keindahannya dalam hati. Tatapan yang dingin berpadu dengan paras nyaris sempurna.

“Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Matteo dan dia saudari saya, Selena.” Matt mengenalkan diri secara singkat pada semua murid di kelas dan dijawab bisik-bisik oleh mereka.

Wajar saja mereka berdua memiliki visual menawan seperti itu, ternyata kakak beradik. Kira-kira begitulah yang mereka ucapkan pada teman sebangku mereka.

Wali kelas mereka mempersilakan Matt dan Selena memilih bangku kosong di dalam kelas. Matt mempersilakan Selena berjalan lebih dulu di depannya. Gadis itu memilih satu kursi tepat di samping jendela besar dengan pemandangan puluhan pohon cedar menghijau, kemudian duduk setelah meletakkan tas di atas meja. Tetapi, baru saja Matt menarik satu kursi di samping Selena, tiba-tiba saja gadis itu berucap pelan hampir tidak terdengar.

“Aku ingin sendiri.”

Matt menatap mata tajam adiknya. Mengerti bahwa Selena takkan sudi duduk bersamanya, akhirnya Matt mengalah dan duduk tepat di belakang Selena.

Aku ingin pergi dari dunia ini … batin Selena seraya mengeluarkan buku-buku dari dalam tas.

Di waktu bersamaan, tiba-tiba saja pintu terbuka dengan keras dan membuat atensi seluruh murid teralih pada objek di depan pintu masuk kelas. Begitu juga dengan Selena yang langsung membeku, terpana dan terpesona dalam satu waktu.

-Bersambung-

Bab terkait

  • The Lunar   PENYITA ATENSI

    “Rain! Kau terlambat lagi?” bentak wali kelas dengan tangan di pinggang. Tangannya masih memegang buku dan spidol hitam. “Maaf,” ucap Rain singkat dan langsung masuk ke dalam sebelum dipersilakan. Pak Guru seolah sudah mengerti dan maklum dengan tabiat lelaki yang terlihat tidak beres itu. Beliau hanya bisa geleng-geleng kepala, kemudian melanjutkan penjelasan. Sementara itu mata Selena tidak bisa beralih dari sosok Rain yang langsung berjalan menuju ke arahnya. Selena sedikit bingung kenapa lelaki itu ingin menghampiri dia. Mau apa dia? Batin Selena kebingungan di dalam hati. Sekarang Rain sudah berdiri tepat di samping meja Selena. Mata mereka langsung bertemu. Selena nyaris terpana beberapa detik saat melihat bola mata berwarna biru. Sama seperti warna mata miliknya. Selena terpaku dan terpesona dalam waktu yang bersamaan. Rain menaikkan satu alisnya tak suka, “Kenapa kau duduk di kursiku?!” tanyanya dingin dan begitu angkuh. Gadis

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • The Lunar   PARAS SEMPURNA

    “Kenapa harus kau yang menyita perhatianku? Apa kelebihanmu?” *** Mobil akhirnya sudah tiba di rumah. Selama perjalanan hanya terdengar suara Bianca yang berisik, bercerita pada John bagaimana menyenangkan hari pertama di sekolah. Tentu saja dia melewatkan bagian terburuk karena membuat masalah dengan salah satu siswa dari tim basket itu. Selena masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan ke satu tujuan yaitu kamarnya. Mengabaikan rencana-rencana keluarganya yang ingin berburu hewan malam ini. “Elle, kau mau ikut dengan kami malam ini?” tawar Matt sembari tersenyum sebelum Selena masuk ke dalam kamarnya. “Tidak.” Selena menjawab singkat tanpa menoleh dan sambil memegang kenop pintu kamarnya. “Kenapa? Kita penduduk baru di sini. Mungkin kau harus melihat-lihat kota Breavork yang indah ini,” bujuk Matt tanpa menyerah. Selena berdecih. “Mau kita berada di mana pun, aku sama sekali tidak tertarik untuk berburu. Lagipula … b

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • The Lunar   SERANGAN TERNIKMAT (18+)

    “Setenang dan selembut apapun dirimu, pasti akan ada seseorang yang hatinya bising karenamu.” *** Kediaman keluarga Walter. Selena baru saja melewati pintu masuk kembar rumahnya. Sepintas dia melihat Bianca yang duduk sendiri sambil memainkan smartphone miliknya. Jangan heran ketika vampire jaman sekarang sudah mengerti teknologi canggih. Mereka harus membiasakan diri dan beradaptasi dengan perilaku umum manusia. “Baru pulang? Darimana saja?” tanya Bianca yang langsung berdiri menghampiri Selena. Sementara Selena terus berjalan tidak berniat menghentikan langkah. “Bukan urusanmu,” jawab Selena dengan suara datar. “Habis berburu, ya? Kenapa tidak mengajak kami semua?” Selena enggan menjawab. “Elle,” panggil Bianca lagi yang tidak menyerah untuk mengekori langkah Selena. Selena masih tidak menjawab. Sampai saat dia dan Bianca berada di tangga, lalu berpapasan dengan Matteo. Sekilas Matt b

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • The Lunar   JANTUNG VAMPIRE

    “Yang kudamba hanya kamu. Yang kutakutkan hanya satu. Kau menghilang dari pandanganku.”***Walter’s house.Selena berdiri di depan pintu rumah dengan tangan bersedekap. Wajahnya yang dingin ditambah dengan ekspresi tidak suka ketika melihat Matt dan Henry yang keluar dari mobil sambil tertawa. Sementara tak jauh dari dua saudaranya, ada Bianca yang pulang diantar oleh seorang lelaki dengan motor bisingnya.Sekelebat dia memiliki rasa iri pada tiga saudaranya yang tidak pernah merasa sedih, sakit hati atau benci dengan keadaan mereka yang menjadi abadi ini.“Hai, Elle … ada apa?” tanya Henry dengan senyum ramahnya.“Darimana saja?” Selena balik bertanya.“Whoa … tumben sekali seorang Selena ingin tahu kita habis darimana,” sindir Bianca yang melenggang langsung masuk ke dalam rumah. Melewati Selena dengan gaya angkuhnya. Selena benci itu.&ldq

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • The Lunar   RUMAH BATU BERLUMUT

    “Setiap tindakan selalu ada konsekuensinya. Berhati-hatilah dalam mengambil keputusan.”****Malam itu, setelah Selena bertanya tentang detak jantung seorang vampire, John tidak dapat tenang semalaman. Dia belum bisa menjawab dengan benar dan memuaskan untuk Selena. Dia sendiri tidak menyangka kalau Selena bertanya hal yang belum pernah dia dengar selama beratus-ratus tahun ini. Bahkan Matt yang usianya jauh lebih tua daripada Selena, atau pun Bianca dan Henry yang lebih sering berinteraksi dengan manusia, tidak pernah sekalipun menanyakan itu.“Ada apa yang terjadi dengan Selena? Apakah dia merasakan hal itu? Kalau memang benar, dengan siapa?” gumam John sambil menatap perapian yang menyala.Di luar semakin dingin karena hujan mulai turun. Selena terus menatap hujan yang jatuh dari langit sambil bersedekap. Kaca jendela menjadi basah karena bias hujan. Dia sendiri juga berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya.S

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • The Lunar   DINGIN, PEMARAH DAN TAMPAN

    “Kelebihan yang kau miliki adalah yang diingankan orang lain.”***Valley High School.Selena bergegas mengayunkan langkahnya menuju kelas. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Rain, lelaki yang mengusik pikirannya selama beberapa jam terakhir. Konyol rasanya dia bisa menjadi seperti ini. Bahkan kalau diingat-ingat terasa sangat aneh ketika Selena tidak dapat menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Rain di jalan tempo hari.Di kelas hanya ada beberapa orang saja. Tidak ada Rain di sana.“Selamat pagi!” sapa seorang gadis ceria pada Selena. Tentunya dia adalah manusia.Selena menoleh sebentar kemudian menjawab, “Pagi.” Sambil meletakkan tas miliknya di atas meja.Gadis manusia bernama Syilea itu terus mengikuti Selena hingga duduk di kursi sampingnya. “Kita belum berkenalan secara resmi.”Aku sudah tahu namamu, batin Selena.“Hai, na

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • The Lunar   TARING YANG RUNCING

    “Rasa penasaran bukan hanya bisa dirasakan oleh manusia, melainkan bangsa vampir pun juga.”***Selena berusaha untuk terus menyamakan langkah kakinya dengan Syilea. Dia berpikir apakah manusia selalu berjalan dengan begitu pelannya. Bagi Selena langkah kecil dan pelan seperti ini memakan waktu banyak.“Apa rumahnya masih jauh?” tanya Selena pada Syilea.Gadis yang memakai ransel berwarna putih gading itu menoleh pada Selena sambil memakan crepes rasa coklat keju di tangannya. “Lima menit lagi kita sampai,” jawabnya sambil mengulurkan cemilan di tangannya. “Kamu mau, Elle?”“Tidak. Terima kasih.” Selena menolak dengan suara pelannya. Mana mungkin dia memakan makanan manusia.“Oh iya … apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Syilea.“Ya?”“Kenapa kamu ingin tahu rumah Rain?”Selena tidak perlu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • The Lunar   DARAH SEGAR

    "Sekali lagi mengutuk diri sendiri. Aku benci pada diriku."***Selena melangkah mundur. Ekspresinya begitu kaget dan tampak jelas dia sedang menahan diri sekuat mungkin. Sementara Syilea terus merintih kesakitan dan mencoba bangun, namun Selena tidak bergeming sedikit pun."Elle … bisa bantu aku?" pinta Syilea sambil meringis.Selena tidak menjawab, sekali lagi dia melangkahkan mundur kakinya."Elle! Kau mau kemana?!" teriak Syilea yang masih duduk di posisi jatuhnya.Selena menggelengkan kepala dengan kuat. Bisikan yang entah darimana datangnya terus menggema di dalam kepalanya. Suara-suara aneh yang menakutkan, memerintahkan Selena untuk mencicipi darah segar di depan mata.Tanpa suara dan pamit, Selena membalikkan badan lalu berlari sekuat mungkin menjauh dari Syilea. Sementara suara Syilea mulai terdengar sayup terdengar memanggil namanya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Kontrol dirimu, Elle!!" seru Selena

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04

Bab terbaru

  • The Lunar   AKHIR BAHAGIA. SAMPAI JUMPA

    Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K

  • The Lunar   BERKAT LANGIT DAN BUMI

    Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat

  • The Lunar   ENERGI BERCINTA

    Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk

  • The Lunar   CIUMAN PERPISAHAN

    Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld

  • The Lunar   SELENA - ARION (1)

    Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada

  • The Lunar   ERIKA WALTER

    Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa

  • The Lunar   MAKE OVER

    Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik

  • The Lunar   PENGHUNI BARU

    Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint

  • The Lunar   COSPLAY VAMPIRE

    Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena

DMCA.com Protection Status