Home / Romansa / The Heaven Jail / KEHANCURAN KU

Share

The Heaven Jail
The Heaven Jail
Author: TantriMariana

KEHANCURAN KU

Author: TantriMariana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Lepaskan aku Max!"

"Diamlah Gia, Leonardo sendiri yang memintaku untuk menemanimu."

"Lepaskan aku sialan!!"

Gia menatap sekeliling dan matanya menangkap sosok seorang pria yang tengah berjalan ke arahnya.

"HELP ME!!"

Maxime langsung membekap Gia kala wanita itu berteriak, Maxime langsung menghentakkan tubuh Gia dan mendorong wanita itu ke dalam apartemennya. Pria itu dengan teganya mencekoki Gia dengan obat tidur.

Gia perlahan mulai kehilangan kesadarannya, ia menatap sosok Maxime yang mulai membuka jas yang ia tengah pakai saat ini. Pikirannya ingin segera pergi dan berlari kala peringatan bahaya begitu kentara di depannya namun tubuh Gia melemah apalagi matanya yang terasa berat hingga akhirnya ia pun mulai memejamkan matanya.

***

Terbangun dalam keadaan telanjang membuat Gia tersentak kaget, air mata langsung terkumpul di sudut matanya saat ini, ia bahkan langsung meraih selimut putih yang ada di bawah ranjang dan membelilitkan ke tubuhnya yang polos.

Dengan tubuh yang bergetar hebat, Gia berusaha meraih ponselnya hendak menghubungi pria yang ia cintai namun saat mengingat pria itu sendiri yang membiarkan Maxime bersamanya membuat Gia mengetatkan rahangnya menahan amarah.

Menghapus air mata dengan sangat kasar dan membanting ponsel itu dengan kasar, Gia lalu menuruni ranjang dan menuju kamar mandi ia tak memperdulikan sosok pria yang tengah tertidur dengan tenang di atas ranjang, Gia memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya berusaha menghapus jejak merah yang ditinggalkan si brengsek Maxime di tubuhnya.

Gia meluruhkan tubuhnya dengan air shower yang terus turun, Gia memukul dinding berkali-kali ia bahkan merutuki kelakuan bejat Maxime dan Leonardo, sungguh! Rasanya ia sangat ingin membunuh Maxime namun rasanya ia tak bisa gegabah. Ia harus bisa menahan diri.

Gia keluar dari kamar mandi dengan kain bathrobe di tubuhnya bisa ia lihat Maxime sudah bangun dari tidurnya lalu menatap Gia dengan senyum yang sangat Gia benci.

"Terimakasih Gia, tapi maafkan aku. Aku tak bisa menahan diriku."

"Kau pikir aku tak tau akal busukmu?! Kau sengaja melakukan ini semua bukan?! Kau memang tak beres! Aku akan adukan ini pada Leonardo! Dan percayalah ia akan membunuhmu Max!"

Maxime langsung mendirikan tubuhnya, ia langsung menghentakkan Gia hingga tubuh wanita itu membentur tembok dengan kencang. Maxime mencengkeram dagu Gia dengan kencang.

"Kau pikir Leonardo akan percaya padamu?!"

"Lalu apa kau pikir ia akan biarkan aku hancur di tanganmu?! Kau brengsek Max!"

"Well, aku akan bilang kau dan aku melakukan ini karena sama-sama suka. Karena sepengetahuan Leonardo kita saling mencintai."

"Tak akan semudah itu bodoh!"

"Lepas!" lanjut Gia dengan menyentak Maxime namun Maxime justru tertawa kencang dan jujur Gia sedikit takut dengan suara tawa Maxime.

"LEPASKAN AKU MAX!"

"Jangan marah Gia."

"AKU BERSUMPAH AKU AKAN MENGADUKAN SEMUA INI PADA LEONARDO! DAN KAU AKAN MATI DITANGANNYA!"

"Kita lihat saja nanti."

Maxime keluar dari apartemennya menyisahkan Gia dengan rahangnya yang mengetat sempurna. Sungguh Gia rasanya ingin sekali menghajar Maxime namun ia harus lebih sabar ia harus menghubungi Leonardo agar pria itu yang membalas Maxime.

Gia meraih ponsel Maxime yang tertinggal diatas nakas lalu mendeal nomor Leonardo.

"Hallo, ada apa Max?"

"Leo."

"Gia, ada apa? Kenapa suaramu serak? Kau sakitkah? Aku akan mengirimkan sup kesukaan mu pada Maxime nanti."

"Leo, Maxime dia_"

"Tak apa, aku tau dia sangat mencintaimu. Kalau begitu aku tutup dulu yah, Alexa sudah menunggu kau istirahat yang cukup agar kau tak sakit."

"Leonardo!" Gia memanggil Leonardo dengan sentakannya namun itu sama sekali tak berpengaruh karena pria itu sudah menutup sambungan teleponnya sepihak.

Gia berusaha kembali menghubungi Leonardo, namun ponsel pria itu sibuk. Baiklah, kini akhirnya ia merasa sangat sendiri.

"Aku bersumpah kalian harus membayar semua ini! Kalian harus terima akibatnya!"

Gia meraih sebotol vodka dan memecahkannya, tangannya terulur meraih pecahan kaca itu lalu mengarahkannya ke pergelangan tangan kanannya.

Gia benar-benar melukai tangannya sendiri, ia menangis sejadi-jadinya kala fakta menamparnya sangat menyakitkan. Pria yang sangat ia cintai nyatanya mencintai wanita lain, dan dalam keadaan ia yang butuh sosok Leonardo, pria itu justru bersama dengan Alexa.

Sialan sekali bukan?! Ia ingin bersama Leonardo dengan bantuan Maxime namun Leonardo menyalahartikan kedekatannya dengan Maxime bahkan Leonardo membiarkan Maxime yang tengah mabuk pergi membawanya padahal Gia sudah berulang kali menolak namun Leonardo tetap memaksa dan lihat kejadiannya.

Miris, mungkin kata itu cocok untuk digambarkan untuk seorang Giavana Adeslay, ia menangis kembali kala mengingat cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Leonardo. Artha-nya sudah mencintai orang lain dan bukan ia wanitanya.

Kesadarannya mulai terenggut dan tubuh wanita itu pun terjatuh diatas lantai dingin apartemen Maxime yang dilapisi oleh karpet bulu.

***

Kembali terbangun dengan harapan sudah berada di surga adalah keinginan Gia. Namun nyatanya saat mata itu terbuka ia menemukan dirinya berada diatas sofa dengan ruangan gelap dan lampu kecil yang berwarna-warni. Gia bangun dari baringannya dan menatap sekitar dengan penuh pertanyaan. Namun saat pendengarannya mendengar sayup-sayup suara Maxime ia langsung berdiri dan kini tangannya pun sudah diperban.

Gia mengintip dari balik pintu dan menemukan Maxime tengah berbicara dengan seorang wanita yang dandanannya sangat menor untuk dilihat, bajunya yang super ketat dan belahan dada yang sangat rendah sangat membuat Gia berdecak jijik.

Namun saat Maxime berdiri dan berjabat tangan lalu si wanita menyalami Maxime, pria itu pun pergi meninggalkan wanita menor tadi dengan senyum manisnya.

Gia yang melihat Maxime pergi langsung keluar dari persembunyiannya dan berlari mengejar Maxime, namun tangannya ditahan oleh dua orang pria bertubuh besar dan berpakaian serba hitam.

"MAXIME! MAX! TOLONG JANGAN TINGGALKAN AKU! MAX!!" Gia berteriak dengan sangat kencang namun hanya dibalas tawa kencang pula dari si wanita tadi.

Wanita itu berdiri dan dengan sangat perlahan berjalan mendekati Gia dan ia tatap Gia dari atas sampai bawah bak menelisiknya jauh.

"Kenapa?! Kenapa kau menatapku seperti itu?!" sentak Gia plus dengan pertanyaannya.

"Well, kau milikku sekarang."

"Milik apa maksudmu?!"

"Kau adalah sumber uang ku sekarang sweetie."

"NO!"

"Kekasihmu itu sudah menjualmu dengan harga mahal, dan kau minimal harus bekerja disini selama dua tahun untuk membayar uangku. Jadi sebelum itu terjadi, menurutlah dan kerjalah padaku dengan baik. Kau akan aku perlakukan jadi anak emas jika menuruti perintahku dengan baik."

"AKU TAK SUDI BEKERJA UNTUKMU! LEPASKAN AKU" Gia berontak, ia menatap sang wanita dengan tangis yang menderas.

Sungguh! Gia tak menyangka Maxime akan berbuat sekejam ini padanya. Ia kira Maxime adalah pria baik namun lihatlah, setelah pria sialan itu merebut miliknya yang berharga dan kini Maxime menjualnya ke rumah penuh dosa seperti ini!

"BAWA DIA KE KAMAR DAN SIAPKAN DIA!" perintah si wanita yang langsung di laksanakan oleh anak buahnya.

Tubuh Gia dilemparkan di atas ranjang dengan kencang hingga wanita itu membentur kepala ranjang. Gia langsung berlari dan berusaha membuka pintu yang sudah dikunci oleh dua bodyguard tadi.

Gia membanting apapun yang ada di hadapannya, ia marah dan ia takut ia butuh seseorang untuk menemani dan menyelamatkannya.

Seorang wanita memasuki kamar itu dengan dua bodyguard tadi, lalu kedua bodyguard itu meraih tangan Gia dan mengunci lengannya. Gia hanya bisa menangis kala wajahnya mulai dirias dengan paksa. Wajahnya yang dulu selalu terpoles make up natural kini sudah berubah dan tampak sangat berbeda, bibir pinknya sudah diberi lipstik merah darah dan sungguh Gia tak suka dengan dandanannya saat ini.

Kedua bodyguard itu melepaskan tangan Gia lalu si wanita melemparkan sebuah baju kurang bahan dengan belahan dada rendah berwarna hitam pekat. Gia kembali menangis kala mendapat perlakuan yang sangat tak manusiawi seperti ini.

Dua bodyguard itu keluar dari kamar meninggalkan Gia dengan wanita tadi. "Ganti bajumu jika kau tak mau, aku akan menggantinya paksa."

"Kenapa kalian lakukan hal ini?"

"Jelas karena ini perintah Madam."

"Lepaskan aku ku mohon."

"Kerjakan saja perintah Madam agar kau selamat dan tak disiksa seperti ini. Aku tau perasaanmu, namun ini satu-satunya jalan untukmu. Lakukanlah agar kau tak menyesal nanti."

"Aku butuh ponsel."

"Tak ada diantara kami yang diperbolehkan menggunakan ponsel ataupun alat elektronik lainnya."

"Apa?!"

"Ini memang peraturannya."

"Sialan!"

"Ganti bajumu dan keluarlah, Madam sudah menunggu."

Gia menatap sang wanita yang keluar dari kamarnya, dengan gerakan lemas Gia mulai mengganti bajunya dan menatap pantulan dirinya di depan cermin.

"Leonardo, aku butuh dirimu. Ku mohon selamatkan aku."

Pintu kembali diketuk dan Gia dengan gerakan lambat berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Astaga anak baruku sudah siap, ayo sudah ada yang ingin bertemu denganmu."

Lengan Gia ditarik paksa menuju sebuah ruangan temaram dengan diiringi dentuman musik DJ. Madam itu menarik tangan Gia dan mereka pun memasuki ruangan itu, Gia duduk disusul dengan sang Madam.

Gia menatap seorang pria yang terlihat berumur 60 atau 70 tahunan. Astaga! Gia bisa gila jika membayangkan akan di bawa oleh pria itu. Sungguh! Gia ingin kabur saat ini juga.

"So, Mr. Kleir ini adalah anak baruku. Bagaimana bukankah ia memukau, umurnya masih sangat muda."

"Ya, harus ku akui semua miliknya sangat menarik untuk dilihat dan dinikmati."

Gia spontan menatap penuh kebencian pada si pria tua yang menatapnya dengan sangat tak sopan. Gia berkali kali berusaha menutupi tubuhnya namun berkali-kali pula ia mendapat tatapan horor dari Madam tersebut.

"Jadi berapa harga yang kau inginkan dariku Madam?" tanya si pria dengan kedipan matanya pada Gia dan jujur Gia sangat benci dengan hal tersebut.

"Well, 5 juta dollar ku lepaskan."

"She's virgin?"

"No, i think no."

"Madam, itu sangat mahal kau gila atau berusaha memerasku?"

"Dia baru dan itu harga untuknya."

"Aku butuh waktu."

"Mr. Kleir ku yakin kau tak akan menyesal memelihara anak emasku ini, percayalah."

"Well, baiklah aku akan memilihnya."

"Bagus!"

Madam itu meraih tangan Gia dan melemparkan tubuh Gia pada si pria, Gia berusaha lepas dari dekapan pria hidung belang itu namun cengkeraman si pria tak bisa lepas dengan mudah.

Gia menatap sekitar pada sang Madam yang tengah bersenang-senang dengan uang yang diberikan oleh si pria hidung belang. Namun dengan kesempatan yang ada, Gia langsung menginjak kaki si pria hingga dekapan itu terlepas.

Gia berlari keluar dari ruangan itu dengan ketakutan yang mendera, Gia berlari dan sesekali bertabrakan dengan orang-orang yang meliukkan tubuhnya di lantai DJ. Gia yang mendengar teriakan bodyguard sang Madam semakin bergetar hebat tubuhnya, ia tanpa melihat ke depan langsung berlari dengan tangannya yang menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya.

Bruk!

Tubuh Gia tenggelam di dalam dekapan seorang pria dengan jas hitam licinnya. Gia mendekap semakin kencang tubuh pria itu tanpa melihat wajahnya. Ia bahkan mencengkeram lengan atas si pria saking takutnya.

"Help me please, please," lirih Gia dengan berulang-ulang.

"Lepaskan dia Sir, ini salah satu milik Madam," ucap Bodyguard itu dengan suara rendahnya.

"Please, please take me out from here. Please Sir."

"Sir, anda tak mendengar kami? Lepaskan wanita itu sekarang juga. Ia sudah ada pemiliknya."

"Please."

Bisa Gia rasakan sebuah lengan balas mendekap punggung bergetarnya semakin mengeratkan pelukannya, Gia merasa nyaman dan aman di dalam pelukan pria itu ia bahkan terus memejamkan matanya mengingat sosok pria yang ia cintai. Sungguh ia berharap dia adalah pria yang telah ia tunggu.

"Sir, anda datang?" tanya sang Madam.

"Maaf Sir, kurasa anda harus melepaskan wanita itu. Ia sudah ada pemiliknya anda bisa mencari anak buahku yang lain yang tentunya tak akan mengecewakan mu."

"Sir, anda dengar aku?"

"Please."

"Berapa harga untuknya?" ucap pria itu dengan suara rendah plus dinginnya.

Gia menengadahkan kepalanya kala suara berat itu mengalir di telinganya. Bukan, ini bukan suara Leonardo ini berbeda. Dan benar saja saat Gia sudah menatap wajah si pria ia membelalakan matanya bahkan ia hampir mendorong si pria kala melihat jelas wajahnya.

"Katakan berapa uang yang harus aku berikan untuk membawanya bersamaku."

"Sir, ia sudah dibeli."

"Katakan saja berapa, aku akan bayar dua kali bahkan tiga kali lipat."

"Sir, anda_"

"Katakan! Atau aku akan tutup bisnis mu!"

"Ia sudah dibeli 5 juta dollar."

"Akan ku bayar 10 juta dollar. Uangku akan datang dengan bodyguard ku setelah aku membawanya pergi. Pegang ucapanku, mereka akan datang."

"Tapi Sir."

"Ku rasa kita sudah sepakat, aku sudah membelinya jadi aku akan membawanya terimakasih atas transaksinya," ucap pria itu dan membalikan tubuh Gia menuju pintu keluar dari bangunan  itu.

Benar saja setelah pria itu memasukkan Gia kedalam mobil putih bersihnya, segerombolan orang datang dengan membawa masing-masing dua koper yang Gia yakini berisi uang senilai 10 juta dollar.

Pria itu kembali memasuki mobil, ia menatap Gia dengan tatapan teduhnya lalu ia menaikkan wajah Gia dengan telunjuknya.

"Siapa namamu?"

Gia masih bungkam, ia sama sekali tak tertarik membalas ucapan pria itu.

"Baiklah, aku Don Alfonzo Renzuis. Panggil aku Alfonzo," bisiknya tepat di telinga kanan Gia.

•••

TO BE CONTINUED...

Related chapters

  • The Heaven Jail   MENCOBA KABUR

    "Lepas! Lepaskan aku!""Jangan bicara terus beautiful, nanti suaramu serak," ucap Alfonzo dengan senyuman miringnya."Aku tak perduli! Hentikan mobil ini ku mohon aku ingin pulang.""Pulang? Kau lupa? Kau baru saja aku beli.""Aku akan kembalikan uangmu, aku janji.""Hahaha, 10 juta dolar semalam apa kau bisa kembalikan uang itu besok?""Kau gila?!""Sure!""Wah, kau cukup berani rupanya," ucap Alfonzo dengan smirk menakutkan di bibirnya."Lepas!""Jangan banyak bicara dulu, kita harus ke Roma sekarang!""No!"Alfonzo meraih lakban dari dashboard mobil lalu melakban mulut Gia beserta tangan wanita itu dengan gerakan yang sialnya cukup membuat Gia membeku di tempatnya."Kau terlalu banyak bicara wanita, dengar aku kau akan aku beri kesempatan untuk mencari uang 10 juta dollar ku tapi itu nanti, kau mengerti," ujar Alfonzo seraya membelai pelan sisi wajah Gia.Dengan napas yang memburu, Gia berusaha melepaskan tangan kasar Alfonzo dari sisi wajahnya. Jujur saja ia sama sekali tak tertar

  • The Heaven Jail   PEMILIK MU

    "Dia sudah makan?" tanya Alfonzo dengan nada rendahnya pada salah satu maid dibalas gelengan oleh maid tersebut."Siapkan makanan, sekarang!""Baik Tuan."Maid itu beringsut mundur dari hadapan Alfonzo, sedangkan pria dengan tubuh tegap itu mendirikan tubuhnya dan menganggukkan kepalanya kala maid suruhannya kembali membawa nampan berisi makanan untuk Gia. Alfonzo meraih nampan itu dengan satu tangannya lalu menjalankan kakinya menuju kamar Gia.Pria itu menempelkan ibu jarinya pada alat finger print hingga terdengar bunyi kunci yang terbuka, Alfonzo membuka pintu kamar Gia dengan satu kakinya, ia meletakkan nampan berisi makanan tersebut tepat diatas nakas sementara pandangannya mengedar mencari sosok sang empu kamar."Gia?""Gia?!" Alfonzo berseru keras ia bahkan membuka paksa pintu kamar mandi dan menemukan tubuh Gia yang menggigil di bawah guyuran shower."APA YANG KAU LAKUKAN?!" Alfonzo berteriak seraya mendesis tajam pada Gia yang justru memundurkan tubuhnya seolah menjauhi lang

  • The Heaven Jail   PESTA

    "Wanitamu sudah siap, Tuan," ucap sang desainer dengan senyum manisnya."Terimakasih Grace.""Sama-sama Tuan."Grace undur diri, wanita itu tersenyum sekilas pada Gia kemudian keluar dari kamar wanita itu, sedangkan Alfonzo melangkahkan kakinya mendekati Gia, ia menaikkan wajah Gia dengan jari telunjuknya."You're so beautiful, Gia.""Thanks."Alfonzo memasuki walk in closet dan keluar dengan kemeja hitam dan blazer merah maroonnya, pria itu memasang dasi kupu-kupu di lehernya kemudian menatap Gia dengan tatapan memuja."Ayo kita berangkat," ucap Alfonzo seraya mengait lengan Gia dan menuntun wanita itu keluar dari kamarnya."So, kau membawa jalangmu sendiri ke pesta Mr. Renzuis?" tanya Gia dengan senyum tipisnya.Alfonzo terkekeh kemudian melepaskan kaitan lengan Gia digantikan dengan lengannya yang bertengger di pinggang wanita itu, pria itu menarik tubuh Gia lebih dekat dengan dirinya dan menciumnya sekilas."Hanya sekedar informasi, aku sudah sering membawa jalanngku ke pesta.""A

  • The Heaven Jail   MENERIMA

    Gia menatap pintu yang perlahan terbuka menampilkan sosok besar Alfonzo dalam balutan turtleneck hitamnya, pria itu melepaskan rolex dari tangan kanannya kemudian melepaskan cepat turtleneck-nya, ia menatap Gia kala atasannya sudah tak tertutupi sehelai benangpun."Kenapa? Bukankah kita sudah memiliki kesepakatan?""Em, ya terserah saja.""Tidurlah, jangan anggap aku ada apabila itu membuatmu terganggu," ucap Alfonzo seraya berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya sekilas.Pria itu kembali keluar dan menatap Gia yang sedang duduk tepat di tengah ranjang, langkah kaki Alfonzo mendekat menuju ranjang dan duduk tepat di tepi ranjangnya maniknya menatap wajah Gia yang tampak lebih baik dari pada kemarin sesaat setelah ia membawanya dari New York."Kau tak menolakku lagi?" tanya Alfonzo dengan suara rendahnya menatap Gia lekat.Wanita itu menggelengkan kepalanya seraya menyampirkan helaian rambutnya ke belakang telinga. "Aku hanya mencoba berdamai dengan takdirku, aku mencoba unt

  • The Heaven Jail   MIMPI BURUK

    BAB 6 || NIGHTMARE "Datanglah ke ballroom hotelku sayang, aku menunggumu. Cepatlah datang, aku sangat merindukanmu dan our angel.""Dasar perayu kelas kakap! Kita bahkan dua jam yang lalu bertemu di kantormu, sekarang sudah mengumbar bualan!""Jangan berkata seperti itu cintaku, sungguh aku merindukanmu dua jam rasanya seperti dua tahun.""Sudahlah Alfonzo, semuanya sudah jelas aku akan datang sebentar lagi tunggu saja.""Ya, tentu aku akan menunggumu cepat datang Agatha Renzuis, France akan segera menjemputmu.""Sure my Renzuis."Alfonzo mematikan sambungan teleponnya seraya tersenyum manis, sungguh hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya dengan Agatha yang ke tiga tahun, senyum itu tak pernah lepas dari bibir Alfonzo.Ia tatap persiapan perayaan pernikahannya, ia menatap balon-balon yang dibiarkan mengambang di atas kolam renang di gelapnya malam, manik tajam pria itu menatap keatas dan menghembuskan napasnya.Hidupnya sudah lengkap semenjak menikahi Agatha, gadis itu sangat

  • The Heaven Jail   BAB 7 || PREGNANCY

    Two months later...Suasana pagi ini cukup membahagiakan bagi Gia, bagaimana tidak pria yang tampak dingin itu saat ini tengah berenang di kolam renang di belakang mansion, Gia memperhatikan Alfonzo tanpa celah, itu semakin mengingatkannya terhadap Leonardo, nyatanya sekeras apapun Gia mencoba melupakan Leonardo namun pria itu seakan berada di pelupuk mata Gia selalu.Namun tiba-tiba Gia merasa mual menderanya dengan sangat, wanita itu segera mendirikan tubuhnya dan dengan gerakan cepat menuju ke toilet lantai bawah, wanita itu memuntahkan isi perutnya namun yang keluar hanyalah cairan bening.Gia menatap pantulan dirinya di cermin kemudian membelalakkan matanya kala menyadari satu hal, dengan gerakan cepat ia menaiki tangga dan menuju kamarnya, tangannya dengan gemetar mencari kalender dan saat menemukannya Gia hanya mampu bernapas kasar, benar dugaannya!Wanita itu meletakkan satu tangannya tepat di atas pusar kemudian mengelusnya amat lembut. "So you've been there, little boy.""I'

  • The Heaven Jail   BAB 8 || KELUAR DARI PENJARA MU

    Sepulangnya Alfonzo dari kantor, pria itu menginjakkan kakinya menuju tangga dan berakhir di kamar Gia. "Gia?""Gia dimana kau?" Alfonzo semakin kalut saat tak menemukan jawaban apapun dari nama yang ia panggil. Matanya mengedar ke seisi kamar untuk mencari sosok Gia namun wanita itu tak menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Pria itu kalut, ia segera meraih ipad miliknya kemudian memeriksa CCTV.Brak!Alfonzo menendang kursi dengan kekuatannya yang besar hingga kursi itu sudah tak berbentuk. "CLARA!!""CLARA!" Alfonzo meneriaki nama maid-nya yang sudah membantu Gia keluar dari dalam mansionnya."Ya Tuan," balas Clara dengan menundukkan wajahnya."Dimana Gia?""Nyonya... ""Dimana dia Clara?!""Aku... ""Kau membantunya pergi bukan? Kenapa kau melanggar ucapan ku Clara?!""Maafkan aku tuan, aku kasihan padanya.""Kau tak pantas melakukan itu Clara! Kau hanya seorang maid disini!""Maaf Tuan."Dor!***"Kau sudah bangun?"Gia menatap asal suara, ia melihat seorang wanita yang sudah

  • The Heaven Jail   BAB 09 || HIDUP BARU

    "Bibi Marry!" Gia menatap asal suara, dimana seorang gadis cilik dengan membawa sekeranjang buah strawberry berdiri di ambang pintu."Bibi Marry! Aku datang!" ucapnya lagi, ia berjalan memasuki toko tanpa menyadari keberadaan Gia, wanita itu tersenyum dibuatnya, menatap anak kecil dengan dua kepang di rambutnya."Bibi_" ucapan bocah itu berhenti saat menatap ke belakang dan menemukan Gia dengan senyum manis dan tangan yang melambai ke arahnya."Bibi Marry berubah jadi muda," ucapnya polos hingga Gia tersenyum manis, ia berjalan dan bersimpuh di depan bocah tadi."Hai, namaku Gia. Siapa namamu?" tanya Gia dengan mengulurkan tangannya, tangan Gia di lihat tanpa celah oleh bocah tadi sebelum ia menyambut uluran tangan Gia."Hai, namaku Erika.""Hai Erika, kau sangat cantik.""Kau juga cantik bibi Gia," ujarnya polos, mata kecilnya mengedar mencari sosok Marry lalu kembali menatap Gia."Dimana Bibi Marry?""Bibi Marry sedang membuat teh, sebentar lagi akan kembali. Memangnya mengapa kau m

Latest chapter

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART FIVE

    Alfonzo langsung bergegas dan meninggalkan meeting yang sedang berjalan saat mengetahui keadaan istrinya yang konon pingsan di lobby, pria itu segera bergerak dan menuju ke ruangannya untuk bertemu dengan Gia. Tapi sebelum benar-benar memasuki ruangannya, Alfonzo justru bertabrakan dengan France. "France! Apa kau tak bisa melihat dengan benar, huh?!" sentak Alfonzo yang mulai terpancing karena kepanikan yang menderanya."Sig, maaf aku tak bermaksud begitu. Tadi aku berlari karena tau jika Nyonya pingsan dan kau pasti butuh bantuan ku, jadi apa yang bisa aku bantu Sig?" tanya France begitu mengerti kondisi yang sedang berlangsung.Alfonzo mengangguk dan ia menepuk bahu France bangga. "Bagus, sekarang kau ambil flashdisk yang ada pada Gia.""Maksud mu ini, Sig? Aku menemukannya di lobby dan segera membawanya.""Ya benar, sekarang kau menggantikan ku di ruangan meeting. Semua materi ada di dalam flashdisk itu ku harap kau mengerti dengan apa yang harus kau lakukan, France.""Yes Sig." F

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART FOUR

    Five Years Later ...."Mommy! Kemarin Theo bertemu dengan Gerrardo, dia mendapatkan adik barunya, kapan Mommy akan memberikan aku adik baru seperti Gerrardo? Kata Papà-nya Gerrardo aku bisa meminta adik baru kepada Mommy dan Papà, aku takut pada Papà jadi aku meminta kepadamu, jadi kapan Mom?" tanya Theodore dengan mata yang berbinar. Sedangkan Gia sendiri seakan tak bisa mengatakan banyak hal selain merasa gugup dan juga sedih dengan pertanyaan yang diberikan oleh Theodore. Memang Gia sudah lama mengharapkan kehadiran sang anak kedua setelah kejadian lima tahun yang lalu, Theodore bahkan selalu meminta untuk mendapatkan teman yaitu sang adik, tapi Alfonzo selalu memberikan harapan, dan Gia cukup lelah sebab ia merasa sering dikecewakan. Ia sering terlambat mendapat tamu bulanannya, tapi selalu saja tak seperti apa yang di harapkan. "Theo, maafkan Mommy. Mommy juga tidak tau kapan adik kecil Theodore akan datang tapi mungkin sebentar lagi.""Mommy selalu berkata sebentar lagi terus m

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART THREE

    "We have to stop this." Gia tersadar dan ia mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alfonzo. Wanita itu menjauhkan tubuhnya dari tubuh Alfonzo masih menggenggam tangan suaminya tersebut."Kau benar, ayo naik lagi." Alfonzo membalas ajakan Gia dengan senyum tipisnya, keduanya segera kembali ke lantai utama dimana kamar Theodore berada.Sesampainya di depan kamar Theodore, Alfonzo menghentikan langkahnya dan menatap Gia. "Aku harus bertemu dengan France untuk membicarakan beberapa hal, tak apa jika aku tinggal?""Tentu saja kenapa aku bermasalah dengan itu?"Alfonzo tersenyum, ia mencium kening Gia sebelum akhirnya pergi meninggalkan wanita itu untuk bertemu dengan France dan membahas mengenai dunia gelapnya. "France!" seru Alfonzo memanggil sang asisten, tak lama yang dipanggil pun akhirnya datang dan berhadapan langsung dengan sang tuan."Ada yang bisa aku lakukan untuk mu, Sig?" tanya France dengan menundukkan kepalanya penuh hormat kepada Alfonzo."Kita ke markas sekarang."

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART TWO

    Alfonzo melepaskan pelukannya dari tubuh Gia, ia menatap sang istri dengan penuh cinta lalu menggenggam tangannya erat mengecupnya begitu lembut penuh dengan kasih sayang. "Kita harus kembali ke pesta, sebelum nanti ada yang menyadari ketidakhadiran kita berdua."Gia mengangguk mengerti dengan apa yang di maksud oleh Alfonzo, ia pun segera mendirikan tubuhnya keduanya berjalan beriringan menuju ke taman dan kembali menyambung keceriaan pesta ulang tahun sang anak. Tak lama Leonardo dan Florence datang menghampiri Alfonzo dan juga Gia. "Hei aku sudah mencari kalian dari tadi tapi tak dapat menemukan kalian, dari mana kalian berdua?" tanya Florence penasaran."Well, kami hanya berbicara sesuatu hal di bagian belakang, Flo," jawab Gia diiringi senyum manisnya.Florence tersenyum manis ia mengusap bahu Gia. "Putramu sangat tampan, Gia. Dia menuruni warna mata Alfonzo," ucapnya memuji ketampanan putra Gia."Terimakasih banyak Flo, sama seperti Theodore yang mewarisi warna mata Alfonzo, put

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART ONE

    "Mom, where is my birthday present?"Gia tersadar dari lamunannya dan ia segera mengalihkan fokusnya yang semula terpaku pada taman yang ada di depan mansion, ia tau harusnya ia tak mengalihkan fokusnya dari ulang tahun Theodore tapi memang akhir-akhir ini ia selalu saja kehilangan fokusnya tanpa sadar. "Sorry honey, Mommy tak sengaja. Sebentar, Mommy ambilkan spesial untuk mu," ucap Gia seraya mendirikan tubuhnya ia menyentuh kepala Theodore sebelum akhirnya berlalu memasuki mansion meninggalkan para tamu undangan yang tengah berbahagia di ulang tahun Theodore yang ketiga.Sementara di sisi lain Alfonzo bisa merasakan keanehan pada Gia, ia sadar sejak dua bulan yang lalu tepatnya semenjak Gia tau bahwa ia kehilangan bayinya ia berubah secara perlahan menjadi pendiam, Gia sering sekali melamun dan kehilangan fokusnya tapi Alfonzo bisa apa, sudah ribuan kali ia menghibur Gia tapi Gia tak juga bisa move on dari kejadian pahit itu. "Hei, ada apa Al? Kenapa terdiam menatap Gia seperti itu

  • The Heaven Jail   BAB 50 || UNEXPECTED ENDING

    "NO!!" Gia berteriak sesaat setelah melihat Alfonzo yang masih belum bangun dari simpuhannya tapi tetap di tendang dengan kasar oleh Xavier.Davis tak dapat berbuat banyak, pria itu sibuk membidik musuhnya hingga tak melihat kondisi Alfonzo yang benar-benar sudah berada di titik terendah. Gia menggeram marah saat kedua cekalan di tangannya semakin erat ia menatap kedua anak buah Alfonzo dengan mata merah dan penuh air matanya. "Lepas! Kau ingin Tuanmu mati disana, huh! Kau gila! Lepaskan aku!" sentak Gia tajam.Kedua The Devil itu menundukkan kepalanya ia terlalu patuh terhadap perintah Alfonzo yang akhirnya membuat ia diam tak berkutik dan hanya bisa menjaga Gia tetap aman. "Kami tak bisa lepaskan Nyonya apapun yang terjadi sesuai dengan perintah Tuan," ucap salah satu The Devil yang mencekal lengan Gia.Gia menggelengkan kepalanya. "Dasar bodoh!" sentak Gia.Sementara Alfonzo, pria itu sudah tak bisa lagi untuk fokus. Telinganya berdenging dan pandangannya memburam ia tak bisa melih

  • The Heaven Jail   BAB 49 || WOUND

    "Welcome, Al." Suara berat seseorang terdengar membuat Alfonzo mengalihkan pandangannya yang semula tertuju pada Theodore kini menatap asal suara."Xavier?""Ya, i am," jawab Xavier dengan senyum tipisnya.Alfonzo mengepalkan kedua telapak tangannya erat saat pria itu semakin menodongkan ujung pistolnya di kepala anaknya. "Jangan sakiti dia, Xavier. Atau aku akan menbunuhmu saat ini juga," desis Alfonzo tajam."Nyatanya kau tak bisa melindungi istri dan anakmu, sama seperti istrimu yang dulu."Alfonzo mengetatkan rahangnya lalu mendekati Xavier. "Kau pelakunya? Kau yang membunuh Agatha?!" sentak Alfonzo tajam.Tawa Xavier menggelegar setelah mendengar sentakan dari Alfonzo, pria itu melepaskan ujung pistolnya dari kepala Theodore lalu melemparkan anak itu ke salah satu anak buahnya. "JANGAN SAKITI DIA BRENGSEK!" teriak Alfonzo menahan marah.Xavier menganggukkan kepalanya kemudian mendekati Alfonzo ia menatap pria itu dengan smirk di ujung bibirnya. "Aku tak akan mengincar garis ketur

  • The Heaven Jail   BAB 48 || ABDUCTION

    Gia semakin mengeratkam pelukannya pada Theodore sesaat setelah mendengar bunyi tembakan dari jarak dekat apalagi kini bisa Gia lihat perlahan pintu terbuka sedikit demi sedikit menampilkan sepatu hitam dengan langkah kaki perlahan dari seseorang. Gia paham betul itu bukan Alfonzo oleh karena itu tubuhnya tidak berhenti menggigil. "Hai," sapa orang itu dengan suara rendahnya. Gia semakin mengertakan pelukannya pada Theodore mencoba melindungi anak itu di dalam dekapannya.Tak lama langkah kaki dari beberapa orang terdengar dan kini gerombolan orang terlihat, mereka menatap Gia dan Theodore saling bergantian. "Bring them," ujarnya membuat Gia kalut dan menatap sosok di hadapannya pria itu memakai topi yang menutupi setengah wajahnya hingga Gia tidak terlalu jelas melihat wajah pria itu.Akhirnya pelukan Gia di lepas secara paksa oleh orang-orang tadi, ia berusaha menggapai Theodore kembali tapi orang-orang tadi terlalu kencang meremas tangannya dan Gia tak tau lagi harus bagaimana meny

  • The Heaven Jail   BAB 47 || RETURN OF THE ENEMY

    Alfonzo seakan tersadar dari sisi gelapnya, ia menatap wajah lelah Gia lalu mengalihkan tatapannya menatap punggung Theodore yang bergetar karena menangis saat ini. "Hentikan, kalian membuatnya takut. Tolong biarkan kami pergi dan silahkan saling membunuh aku tak perduli" lirih Gia dengan meremas jas yang Alfonzo pakai."Gia aku tak mendengar mu, maaf," ucap Alfonzo dibalas gelengan pelan dari Gia.Wanita itu membalikkan tubuhnya menatap Maxime kemudian.Plak!"Jika kau datang hanya untuk membuat kerusuhan dan membuat hidupku bertambah sakit, lebih baik kau pergi karena kau berhasil. Dan tolong Max, berhenti mengganggu hidupku dan putraku. Hanya ia yang tersisa diantara harapanku, jangan membuatku bertindak di luar logis saat kau mengambilnya karena aku tak akan izinkan. Pergilah jika kau sudah puas menyiksaku," lirih Gia dengan kesedihan di matanya.Maxime menggelengkan kepalanya tak membenarkan ucapan Gia. "Jangan berkata seperti itu, Gia. Aku tak bermaksud untuk mengacaukan hidupmu

DMCA.com Protection Status