Dua tahun berlalu setelah kejadian terbelahnya Benua Ecentra. Benua yang yang menghubungkan Kerajaan Xeravine dan Yantra itu kini harus benar-benar terpisah oleh lautan.
Lucy yang kini berusia 7 tahun hidup berdua dengan Esmelth miliknya. Mereka berdua tinggal di pinggir Hutan Lugia agar jauh dari pusat keramaian. Lucien benar-benar tidak ingin Lucy terluka karena ulah manusia lainnya.
Pagi ini pun mereka berdua terlihat berada di dalam sebuah rumah tua yang cukup nyaman mereka tinggali.
"Lucien, sarapan sudah siap!" teriak gadis kecil itu setelah meletakkan beberapa macam hidangan di atas meja makan.
Seorang pria bersurai hitam yang kini tengah tertidur di sebuah sofa ruang tamu, sama sekali tidak bergeming saat gadis itu memanggilnya.
"Lu-ci-en!" panggil gadis itu lagi.
Dengan malas kedua iris rubi pria tampan itu terbuka. Pria itu tersenyum saat melihat gadis kecil itu menghampirinya dengan tatapan kesal.
"Sarapan sudah siap, mengapa kau masih tidur di sini?" tanya gadis itu sambil menarik tangan kiri pria tampan itu.
"Lucy, aku mengantuk," jawab pria itu sambil menarik Lucy ke dalam pelukannya.
"Aku lapar, cepat temani aku makan," jawab gadis kecil itu sambil mencubit hidung Lucien.
"Baiklah, Masterku yang manis," jawab Lucien sambil mengecup pipi gadis kecil itu.
Lucien langsung saja menggendong tubuh Lucy dan menuju ruang makan. Memakan makanan manusia tidak bisa membuat Lucien kenyang. Karena pada umumnya para Esmelth memakan mana tuannya.
"Kau memasak makanan sebanyak ini, apa kau sedang lapar, Lucy?"
"Aku ingin kau juga memakannya, meskipun tidak akan membuatmu kenyang," jawab gadis kecil itu seperti biasa.
Lucien hanya tersenyum sambil mengusap kepala gadis kecil itu lembut. Selama delapan bulan Lucy belajar memasak untuk dirinya sendiri. Karena Lucien tidak bisa memasak, membuat Lucy harus bekerja ekstra dalam bertahan hidup.
Untuk keperluan sehari-hari, Lucien akan pergi ke kota untuk bekerja. Entah apa yang dilakukan Lucien, Lucy hanya menerima bahan makanan dan buku setelah Lucien kembali.
"Lucien, apa kau akan pergi ke kota hari ini?" tanya Lucy setelah menghabiskan sarapannya.
"Ya, aku sedang mencari informasi tentang keberadaan semua pengikutku," jawab Lucien sambil menyeruput teh hijau miliknya.
"Apa aku boleh melihat kota?" tanya Lucy sambil mengayunkan kedua kakinya.
Lucien menatap iris kelam milik Lucy, ia tidak ingin Lucy terluka. Karena mana miliknya yang banyak itu dapat mengundang para Esmelth untuk menjadikan tuan mereka. Lucien menarik napasnya lembut.
"Tidak untuk sekarang, Lucy. Kau belum bisa mengendalikan mana milikmu yang menguar di sekitar tubuhmu. Bahkan aku selalu ingin memakan mana-mu, meskipun nyatanya mana milikmu tidak akan berkurang jika aku terus memakannya," jawab Lucien.
"Baiklah." Lucy selalu patuh apa yang dikatakan Lucien.
Lucien jelas tidak ingin diperintah oleh siapa pun, tetapi sampai saat ini Lucy tidak pernah memerintahkan sesuatu yang berarti padanya. Dan semua itu membuat Lucien merasa senang sekaligus hampa.
"Kita akan pergi jika kau bisa mengontrol mana milikmu," ujar Lucien sambil menjentikkan jarinya.
Tiba-tiba saja tubuh Lucy berpindah pada pangkuannya. Kilatan senang di dalam bola mata gadis cantik itu membuat hatinya merasa nyaman.
"Aku akan berusaha," jawab gadis kecil riang dan memeluk tubuh Lucien.
"Manis," gumam Lucien sambil menyerap mana pada tubuh Lucy.
Lucien melepas pelukannya dan menarik wajah Lucy hingga berhadapan dengan wajahnya. Tanpa kata kedua bibir itu mulai bersentuhan. Inilah salah satu cara Lucien memakan mana milik Lucy.
Lucy yang belum mengerti apa pun hanya menuruti Lucien. Dalam ciuman mereka, Lucien selalu membisikkan kata-kata dan memasukkannya dalam alam bawah sadar Lucy.
"Kau adalah pengantinku, Lucy."
Setelah merasa cukup, Lucien melepaskan ciumannya. Melihat Lucy yang hanya tersenyum lalu memeluknya, membuatnya gemas dan tidak sabar menunggu Lucy tumbuh besar.
"Baiklah, aku akan pergi dulu. Ingat perkataanku, kau tidak boleh jauh-jauh pergi dari tempat ini. Mengerti?"
Lucy hanya mengangguk dengan antusias. Gadis itu turun dari pangkuan Lucien lalu mulai membersihkan meja makan. Lucien bangkit dari kursi dan langsung berjalan keluar rumah, tidak lupa ia mengusap kepala Lucy terlebih dahulu seperti biasanya.
Lucien terlihat memang memanjakan Lucy, tetapi semua itu memanglah keinginannya. Memanjakan masternya sendiri bukanlah hal sulit untuknya, terlebih lagi kini ia akhirnya memiliki master meski seorang anak kecil yang tidak bisa memakai sihir, tetapi diberkahi mana yang berlimpah.
Lucien kembali menuju kota, tanpa Lucy ketahui kota tersebut sudah dalam kuasa Lucien. Para Esmelth begitu tunduk padanya, mereka lebih takut pada Lucien daripada master mereka sendiri. Karena itu, dengan mudah Lucien menduduki kursi paling tinggi dalam kota itu.
Kota Venesia, kota paling pinggir Kerajaan Yantra yang hampir berbatasan dengan Hutan Lugia. Itulah kota yang Lucien kuasai, tidak sedikit yang memberontak untuk mengusir Lucien. Akan tetapi, setelah mereka tahu siapa Lucien, mereka memilih mundur dengan segera.
"Lord Lucien, apa kabar Anda hari ini?" sapa salah satu penduduk sambil membungkuk hormat pada Lucien.
"Cukup baik, Masterku cukup berbelas kasih padaku hari ini," jawab Lucien seperti biasa.
Para penduduk mengetahui jika Lucien adalah Esmelth dengan kekuatan tak terbatas. Esmelth yang selalu dipuja-puja dan tidak pernah ada yang bisa menjadikannya Esmelth pribadi. Raja dari semua para Esmelth, ia adalah Lucien. Meski saat ini telah lahir Raja baru bagi para Esmelth, semua itu tidak mengurangi kharisma milik Lucien yang merupakan mantan Raja.
Sebelumnya ia bernama Varoksya, tetapi setelah menjadi Esmelth milik seseorang maka namanya akan berganti sesuai dengan yang diberikan oleh sang master.
"Apa ada hal yang bisa kami bantu, My Lord?" tanya pria tua itu.
Lucien menggelengkan kepalanya, ia lebih memilih mencari tahu pada para Esmelth lain daripada manusia biasa.
"Perintahkan para Esmelth untuk berkumpul di istana," jawab Lucien yang langsung saja menghilang dari hadapan pria tua itu.
Istana yang disebut Lucien adalah istana milik Earl Greent El Forki, yang memimpin Kota Venesia, Elvanta, Lucbresia, dan Dandelio. Dalam sekejap Lucien sudah tiba dan duduk di meja kerjanya, yakni ruang kerja Earl Greent El Forki. Ia bebas mengeluarkan sihir yang ia miliki selagi Lucy tidak melarangnya.
"Lord Lucien, Anda sudah datang sepagi ini," sapa pria paruh baya yang baru memasuki ruangan yang cukup luas itu.
"Master membangunkanku pagi sekali, dan aku juga memiliki beberapa urusan dengan para Esmelth di kota ini," jawab Lucien sambil kembali menutup kedua matanya karena masih mengantuk.
"Mengapa Master Anda tidak tinggal di istana? Bukankah lebih baik jika Master Anda tinggal di tempat yang nyaman?" tanya pria itu hati-hati.
Lucien membuka kedua matanya dan menatap tajam pria paruh baya itu. "Bukan urusanmu, Tuan Greent," jawab Lucien.
Seketika pria paruh baya itu bersujud dan memohon ampun atas kelancangannya.
"Ampuni atas kelancangan hamba, My Lord." Lucien kembali menutup kedua matanya.
"Pergilah, aku menunggu para Esmelth di sini," jawab Lucien, dan sang Earl mengangguk lalu memohon undur diri.
Ketika Lucien benar-benar tertidur, para Esmelth mulai berdatangan. Mereka tidak berani bersuara atau bahkan bergerak dari tempat mereka setelah datang. Hingga akhirnya Esmelth terakhir datang dan saat itu juga Lucien membuka matanya.
"Kalian sudah berkumpul?" tanya Lucien sambil menatap sekitarnya.
"Kami semua telah hadir atas perintah Anda, Lord Lucien," jawab mereka serentak sambil membungkuk memberi hormat.
"Aku tidak akan berbasa-basi, katakan yang kalian ketahui. Di mana para jendralku berada?" tanya Lucien langsung.
"Setelah terbelahnya Benua Ecentra, banyak informasi yang terputus. Meski sudah dua tahun berlalu, kami belum bisa melacak teman kami di belahan lainnya, tetapi hamba pernah mendengar jika para Jendral tertinggi tengah berpencar untuk mencari cara agar Anda terbebas dari segel di Hutan Lugia. Menurut hamba, para Jendral akan menemui Anda secepatnya. Karena Anda sudah terbebas, pasti mereka dapat merasakan kehadiran Anda." Jawaban pria tua memakai pakaian ala penyihir di hadapan Lucien.
"Apa di antara kalian ada yang bisa melacak keberadaan mereka?" tanya Lucien dan seseorang mengangkat tangan kirinya lalu maju untuk berhadapan dengan Lucien.
"Master hamba bisa melacak keberadaan para Esmelth di dunia ini, My Lord," jawab pemuda bersurai merah sambil tersenyum lebar.
"Apa kau yakin? Di dunia ini memiliki 3 benua, Ecentra, Husberg, dan Qwenzy. Benua Ecentra sebelumnya ada 9 Kerajaan dengan 189 kota. Benua Husberg memiliki 7 Kerajaan dengan 156 kota. Benua Qwenzy memiliki 11 Kerajaan dengan 228 kota. Apa kau yakin Master-mu bisa melacak wilayah seluas itu?" tanya Lucien dan membuat wajah anak laki-laki itu memucat.
"Hamba tidak yakin seluas mana Master hamba bisa melacaknya, tetapi lebih baik untuk mencobanya terlebih dahulu, bukankah begitu, My Lord?" jawab anak laki-laki itu sambil menahan suaranya yang bergetar.
Lucien menyipitkan matanya lalu menghembuskan napasnya pelan.
"Bawa Master milikmu ke hadapanku," jawab Lucien pada akhirnya.
Anak laki-laki itu mengangguk antusias lalu menghilang dari hadapan Lucien. Lucien kembali menatap para Esmelth lainnya yang kini menunduk takut padanya.
"Kalian boleh pergi," ujar Lucien sambil bangkit dan menatap keluar jendela.
"Kami mohon undur diri, Lord Lucien," jawab mereka serentak.
Ruangan itu kembali senyap tanpa ada seorang pun di dalamnya, hanya Lucien yang masih menatap keluar jendela besar di belakang kursi kerjanya. Tidak berselang lama suara ketukan pintu terdengar. Lucien mempersilakan masuk dan mendapati seorang wanita paruh baya dengan anak kecil bersurai merah tadi.
"Kau yakin bisa melacaknya?" tanya Lucien tanpa berbasa-basi.
"Saya akan mencobanya, My Lord," jawab wanita paruh baya itu sambil membungkuk hormat.
"Apa Anda bisa mengalirkan sedikit kekuatan Anda pada tangan hamba?" Lucien mengangguk lalu menjentikkan jarinya hingga kekuatannya mulai mengalir dan menyelimuti tubuh wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu mulai merapalkan mantra sihir, tidak berselang lama kedua mata wanita itu mulai bercahaya beberapa saat dan kembali menjadi sedia kala.
"Hamba hanya menemukan beberapa dari mereka, My Lord. Selain itu hamba tidak bisa menjangkaunya," ujar wanita itu dan Lucien mengangguk mengerti.
"Katakan," titah Lucien dan wanita paruh baya itu mengangguk.
"Mereka berpencar, Benua Qwenzy saat ini ada 4 Esmelth. Mereka berada di Kerajaan Asiena, Golwery, Hirone, dan Javkel. Untuk Benua Husberg ada 2 Esmelth, mereka berada di Kerajaan Sesentra, dan Amunra. Untuk Benua Ecentra saat ini 3, 1 berada di Kerajaan Trensi dan 2 Esmelth di Kerajaan Yantra," jelas wanita patuh baya itu.
Lucien mengerutkan keningnya, jika ada Jendral miliknya yang berada di Kerajaan Yantra, mengapa tidak menemuinya langsung.
"Esmelth itu baru saja tiba di pinggir Hutan Lugia, My Lord," jawab wanita itu membuat Lucien membulatkan kedua matanya.
Dalam detik itu juga Lucien menghilang, dengan cepat Lucien berteleport untuk kembali ke tempat di mana master miliknya berada. Dan baru kali itu Lucien mengeluarkan aura membunuh yang amat kuat dalam hidupnya.
"Beraninya kau menyentuh Lucy!"
***
"Beraninya kau menyentuh Lucy!" ujar Lucien dan langsung bergerak cepat untuk menendang pria bersurai perak yang sedang mencekik Lucy."Uhuk ... uhuk." Lucien langsung saja menangkap tubuh Lucy ke dalam pelukannya.Brakk
Satu bulan telah berlalu setelah kehadiran Evrard. Pria bertubuh kekar dan tampan itu kini lebih dekat dengan Lucy. Gadis kecil itu selalu mendapatkan pelajaran baru setiap harinya dari Esmelth barunya."Paman, hari ini apa yang akan kau ajarkan padaku?" tanya Lucy setelah membersihkan piring kotor."Master, kau harus banyak berlatih untuk melihat ekspresi orang lain. Setiap orang memiliki dua buah topeng yang selalu mereka pakai. Tapi tidak jarang juga banyak yang memakai topeng untuk bertahan hidup."
Setelah Lucien mempersiapkan semua yang diperlukan, Esmelth itu menghampiri Lucy yang sedang bermain dengan Evrard. Kedekatan Lucy dan Evrard sudah cukup membuat Lucien terbakar cemburu. Sering kali Lucien memarahi Lucy tanpa sebab dan semua itu hanya bisa dimaklumi oleh Evrard."Kita berangkat, tidak ada waktu lagi untuk bermain," ujar Lucien sambil melewati Evrard dan Lucy.Evrard mengangkat Lucy dan membiarkan Lucy duduk di bahu kanannya. Selama Lucy merasa senang, tidak akan ada masalah untuk Lucien dan Evrard. Mereka bertiga mulai memasuki kota, Lucy yang baru pertama kali melihat kota begitu terlih
Seminggu telah berlalu, mereka kini sampai di Hutan Sanre yang merupakan bagian wilayah Kerajaan Miore. Kerajaan Miore berada paling ujung Benua Ecentra, dengan laut sebagai pemisah dengan Benua Husberg.Hutan Sanre lebih terlihat begitu rimbun dari hutan lainnya yang berada di wilayah Kerajaan Miore. Untuk mencapai pelabuhan mereka harus melalui Hutan Sanre sebagai jalan alternatif dan tercepat. Selain itu, Lucien dapat merasakan seseorang yang ia cari di dalam hutan tersebut."Apa Anda yakin?" tanya Evrard yang sedang menggendong tubuh Lucy.
Malam yang begitu tenang tak mengusik ketenangan Lucy yang berada di pangkuan Lucien. Saat ini mereka sedang berlayar mengarungi samudra hanya untuk sampai di Benua Husberg. Tujuan mereka kali ini adalah Hutan Ant yang berada di kawasan Kerajaan Night Crow. Membutuhkan waktu empat bulan untuk sampai Benua Husberg dengan kapal laut saat ini.Dan mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai tujuan mereka. Hutan Ant adalah tempat yang paling cocok untuk membangun batu pemanggilan. Dengan melewati Kerajaan Sasentra dan Amunra, mereka cukup yakin sampai dengan waktu yang cukup lama. Dan tentunya Lucy menikmati perjalanan bersama dengan Lucien. Evrard dan Alice masuk ke dalam tubuh Lucy seperti Esmelth pada umumnya, yang di ha
Sudah satu minggu Lucy dan Lucien berada di kapal laut, Lucy yang tidak pernah terlihat bosan itu menikmati kebersamaannya dengan Alice. Lucien sengaja membiarkan Lucy bersama Alice agar mereka berdua menjadi lebih dekat. Sedangkan dirinya hanya bisa mengawasi dari jarak jauh bersama Evrard.Terlihat banyak Esmelth yang mulai mendekati Lucy gagal begitu saja, karena mereka melihat keberadaan Lucien yang tidak jauh dari Lucy. Tatapan mengintimidasi milik Lucien memang benar-benar bisa membuat orang lain ketakutan."Dengan kecepatan seperti ini membutuhkan waktu berlayar setidaknya empat bulan, itu pun jik
Hantaman ombak semakin menjadi-jadi, kapal mulai terhempas semakin jauh dari rute yang seharusnya mereka lewati. Para penumpang tampak terlihat panik kala melihat puluhan Esmelth keluar dari dalam laut."Lucien, apa yang terjadi?" tanya Lucy yang berada dalam pelukan Lucien."Sepertinya sedang ada badai, tidurlah aku akan tetap di sisimu," jawab Lucien sambil mengelus lembut surai pirang milik Lucy.Lucy hanya mengangguk lalu membenamkan wajahnya di curuk leher Lucien. Semaki
Tidak terasa sudah 4 bulan berlalu dan kini mereka baru saja menginjakkan kaki di daratan. Lucy yang masih terlihat mengantuk hanya menguap sambil memeluk Lucien kembali. Sedangkan Fain sudah begitu terlihat berbinar menanti perjalanan selanjutnya menuju Kerajaan Night Crow. Mereka harus melewati dua kerajaan besar yang akan menguras waktu untuk sampai di Kerajaan Night Crow.Lucy tidak mempermasalahkan perjalanan mereka karena ia baru saja menyadari jika tempat dimana mereka berlabuh adalah tempat yang terlihat begitu gersang. Padang pasir terlihat begitu luas di sebelah selatan. Kini mereka berada di Pelabuhan Faqur yang merupakan wilayah Kerajaan Sasentra.
"Tidak ... aku yang akan melakukannya bersamamu.""Lucien, kau tidak dibutuhkan di sini. Kekuatanmu terlalu besar, lagi pula tes ini hanya memperlihatkan kekuatan gabungan dan menyelaraskannya dengan beberapa pertimbangan seperti pertahanan, penyerangan dan penyembuhan disaat yang bersamaan. Kau tahu apa yang harus aku lakukan, bukan?" terang Lucy dan Lucien mengetahuinya dengan pasti.Dengan pertahanan milik Blue, tidak ada ya
Hari masuk ke Akademi sudah dimulai, Lucy saat ini tengah berada dalam pelajaran pengendalianmana. Lucy mendengarkan dengan antusias, mengikuti dan mempelajari setiap yang diajarkan. Meski semua sudah ia kuasai karena mempelajarinya sendiri, Lucy terlihat seperti orang yang belum tahu apa-apa."Kalian bisa melakukannya sekarang jika kalian bisa memakai sihir, jika kalian tidak bisa menggunakan sihir, kalian bisa menggunakan kekuatan Esmelth kalian."
Hari penyambutan murid baru telah tiba, semua orang memakai pakaian senada, yaitu berwarna putih atau putih gading. Lucy memilih untuk hadir terakhir daripada menjadi pusat perhatian di tengah menunggu acara di mulai. Tetapi, Esmelth miliknya yang lain sudah lebih dahulu pergi."Lucy, kau sudah selesai?" tanya Lucien yang menunggu sambil bersandar pada tiang ranjang."Apakah ini berlebihan?" tanya Lucy sambil merentangkan sedik
Akademi Magia, sebuah akademi yang mengajarkan para Magia untuk menggunakan sihir lebih baik. Mengendalikan mana, dan juga kekuatan yang seharusnya dimiliki para Magia. Akademi Magia terdapat di sebuah pulau yang melayang di angkasa, tempat itu sering berpindah tergantung arah angin yang berhembus menghantam pulau yang di juluki denganSky Island.Tidak semua Magia dapat datang ke tempat itu, di karenakan menuju Akademi Magia membutuhkan kekuatan besar untuk menemukan pulau melayang itu. Mayoritas murid-murid di sana adalah para bangsawan yang memiliki kapasitas mana dan sihir yang lumayan tinggi.D
Lucy mulai menyiapkan diri untuk pergi ke Akademi Magia, semua informasi tentang Lucy sengaja dirahasiakan dari murid-murid yang belajar di sana. Pihak Akademi tentu tahu dan hanya bisa merahasiakannya di bawah tekanan Lucien.Lucien, meski statusnya kini adalah seorang mantan Raja Esmelth, ia tetap memiliki pengaruh besar untuk semua yang berhubungan dengan sihir dan Esmelth. Dikarenakan Raja Esmelth yang baru tidak peduli dengan jabatan yang dimilikinya. Sang Raja bahkan menyembunyikan diri dari dunia.Lucy yang sedang duduk di sofa sambil menatap keluar jendela, melamun hingga tidak menyadari kedatang
Perayaan telah berakhr beberapa jam lalu, Lucy sudah kembali ke kamarnya dengan Lucien. Esmelth lainnya memilih untuk berada di luar istana atau bahkan sudah ada yang berkeliling wilayah Kerajaan Night Crow agar tidak ada penyusup satu pun yang datang atau bahkan keluar.Untuk sementara Lucy melepaskan kontak dengan para Esmelth agar pikiran mereka tidak terhubung. Saat ini Lucy sedang menghapus riasan di wajahnya, Lucien dengan senang hati membantu Lucy untuk melepaskan riasan di kepala Istrinya."Mau mandi bersama?" tanya Lucien yang sudah melepaskan pakaiannya dan hanya berbalut handuk.
Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk Lucy belajar tentang tata krama istana dan di Akademi Magia, Lucy yang jenius dan cepat belajar mempermudah para pembimbing mengajarinya. Tidak jarang para pembimbing justru berdiskusi dengan Lucy tentang sihir yang dapat mereka gunakan.Kecantikan dan kecerdasan yang Lucy miliki menjadi daya tarik bagi Kerajaan Night Crow, sudah beberapa kali pinangan di layangkan kepadanya. Namun, Rozario menolak dengan halus, jika Lucy akan menikah dengan seorang Esmelth seperti dirinya yang menikah dengan Esmelth miliknya sendiri.Lucy tidak bosan membaca semua buku yang ada d
Satu tahun berlalu dan Lucy sudah berusia tiga belas tahun menuju empat belas tahun. Usia yang diharuskan untuknya kembali ke Istana Night Crow. Revina sudah berkali-kali memanggil Lucy untuk kembali dengan segera, karena Lucy harus melakukan pelatihan untuk memasuki Akademi Magia. Tetapi, Lucy mengabaikannya untuk berlatih di alam terbuka."Lucy sudah handal memakai pedang, tetapi itu tidak cukup. Ia harus berlatih menggunakan kekuatan para Esmelth miliknya," ujar Sylvester yang sedang melihat Lucy berlatih dengan Evrard, Blue, dan Veryl."Maksudmu dengan kita yang mengalirkan kekuatan kita pada Lucy?" tanya Lucien."Tentu saja, selama ini para Esmelth tidak akan mengalirkan kekuatan mereka. Mereka tidak bisa mengalirkan kekuatan mereka, saat mereka sedang dalam keadaan bertempur. Dengan kata lain, kita meminjamkan kekuatan kita pada Master. Karena dalam arena hanya memperbolehkan satu sampai dua esmelth saja yang dapat mendampingi Magia," terang Sylvester, Lucien mengangguk mengerti.
Satu hari telah berlalu, Rong Ying sudah membuat ramuan minyak khusus untuk Lucy. Hellson sudah tersadar dan kini hanya diam menatap sekitarnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi, seharusnya ia sudah mati dan kembali kepada Lucien. Namun, ia terlahir kembali dan membuatnya dapat merasakan kekuatan lain pada tubuhnya."Kau masih saja diam tidak ingin berbicara," ujar Evrard yang berdiri di hadapan Hellson."Aku tidak meminta untuk di hidupkan, mengapa kalian melakukan ini?" jawab Hellson yang akhirnya berbicara."Kami tidak menghidupkanmu, Master yang melakukannya sendiri," jawab Evrard sambil mentap Lucy yang masih memejamkan kedua matanya di pangkuan Lucien."Mengapa gadis itu bisa menjadi master kalian?" tanya pria bersurai pirang itu."Apa kau benar-benar akan mendengarkan?""Tergantung dari sebagus apa ceritamu,""Mau berkelahi denganku?""Tidak, terima kasih. Aku dapat merasakan kekuatan yang berbeda dari tubuhmu."Evrard hanya menggelengkan kepalanya, meski sudah di