Malam yang begitu tenang tak mengusik ketenangan Lucy yang berada di pangkuan Lucien. Saat ini mereka sedang berlayar mengarungi samudra hanya untuk sampai di Benua Husberg. Tujuan mereka kali ini adalah Hutan Ant yang berada di kawasan Kerajaan Night Crow. Membutuhkan waktu empat bulan untuk sampai Benua Husberg dengan kapal laut saat ini.
Dan mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai tujuan mereka. Hutan Ant adalah tempat yang paling cocok untuk membangun batu pemanggilan. Dengan melewati Kerajaan Sasentra dan Amunra, mereka cukup yakin sampai dengan waktu yang cukup lama. Dan tentunya Lucy menikmati perjalanan bersama dengan Lucien. Evrard dan Alice masuk ke dalam tubuh Lucy seperti Esmelth pada umumnya, yang di haruskan masuk ke dalam diri masternya agar tidak membuang-buang mana milik sang master. Walaupun tidak mempengaruhi jumlah mana yang Lucy miliki, Lucien tetap khawatir dengan kehadiran Evrard dan Alice yang terlihat mencolok.
"Lucy," panggil Lucien lembut.
Lucy hanya menoleh sambil tersenyum manis, lalu ia kembali menatap laut yang begitu tenang.
"Apa yang kau inginkan untuk ulang tahunmu kali ini?" tanya Lucien yang kini berdiri memeluk Lucy dari belakang.
"Buku?" jawab Lucy tidak yakin.
Untuk yang ketiga kalinya Lucy meminta hal yang sama, kadang Lucien berpikir apakah masternya tidak memiliki permintaan yang lain seperti mainan ataupun perhiasan.
"Apa tidak ada hal lain selain buku?" desah Lucien bosan.
Lucy tertawa kecil lalu berputar menghadap Lucien. Gadis kecil itu merentangkan tangannya agar Lucien dapat menggendongnya.
"Aku butuh pengetahuan lebih banyak daripada umumnya, Lucien. Aku tidak bisa memakai sihir, karena itu aku butuh pengetahuan lebih agar aku dapat berguna untukmu." Jawaban Lucy membuat Lucien tertegun.
"Usiamu masih muda, mengapa kau tidak menikmati hari-harimu?"
"Aku menikmati hidup dengan caraku, Lucien. Kau tidak perlu khawatir, aku tahu posisiku. Aku adalah Master-mu, sebagai seorang master yang lemah sepertiku, aku harus mencari cara untuk bertahan hidup. Pengetahuan dibutuhkan sejak dini, apa kau mengerti?"
"Sebenarnya berapa usiamu saat ini? Pemikiranmu melebihi dari orang dewasa sekalipun."
"Suatu saat nanti kau akan mengerti jalan apa yang aku tempuh."
Lucy langsung saja memeluk Lucien, ia tidak bisa mengatakan semua yang ia pikirkan. Dan Lucien, Lucy mengetahui sedikit sifat Esmelth miliknya itu memiliki pemikiran yang begitu tajam.
Setelah mempelajari apa yang sudah ia dapat dari ratusan buku, ia dapat mengetahui sejarah tentang Lucien. Di dalam buku sejarah tertulis, Raja Esmelth terdahulu memiliki beberapa Jendral yang termasuk dengan adik sang Raja.
Dalam buku yang ia baca, Lucien tidak bisa memiliki master karena kekuatan yang ia miliki begitu besar dan membutuhkan banyak mana. Tetapi kekuatannya selalu dipakai untuk peperangan antar manusia.
Sikap arogan dan kejam milik Lucien sering kali membuatnya bertengkar dengan sang adik. Velianra, ia adalah adik Lucien. Kekejaman Lucien semakin tidak terkendali dikarenakan banyak manusia yang merendahkannya karena tidak dapat memiliki master. Hingga pada akhirnya Lucien lepas kendali, saat seorang manusia yang ia lindungi mati di tangan manusia lainnya.
Heeron, ia adalah seorang pria yang Lucien kagumi. Sebagai manusia, Heeron begitu bijaksana dan dermawan. Bagi Lucien, Heeron adalah manusia yang begitu baik, tetapi tidak naif. Lucien banyak belajar hal darinya. Hingga saat itu tiba, Heeron mati terbunuh dalam peperangan.
Lucien yang saat itu sedang bertarung dengan Esmelth lainnya, akhirnya hilang kendali dan memakai wujud sebenarnya. Tanpa sadar Lucien meratakan satu kerajaan tanpa bekas. Dan karena itulah Velianra memilih untuk menyegel tubuh Lucien dibantu dengan para Esmelth lainnya.
"Kau ... selama ini menungguku, bukan? Menunggu seseorang untuk menjadi master-mu. Kau ... kesepian," bisik Lucy, tubuh Lucien bergetar dan langsung saja memeluk Lucy dengan begitu kuat.
"Sama seperti diriku, di sana aku ... kesepian," lanjut Lucy sambil mengusap punggung Lucien.
"Kau benar-benar menyebalkan, Lucy," jawab Lucien yang akhirnya tertawa kecil.
"Kau lebih menyebalkan saat memelukku, kau hampir meremukkan tubuhku!" pekik Lucy sambil menepuk-nepuk punggung Lucien.
Lucien hanya tertawa kecil sambil mengecup kening Lucy. Ia merasa begitu nyaman berada di sisi Lucy, sosok gadis itu mengingatkannya pada seorang manusia yang ia kagumi ratusan tahun lalu.
"Master, apa kau baik-baik saja?" tanya Alice berbicara lewat mindlink.
"Ada apa?" tanya Lucy.
"Mana milikmu entah mengapa semakin bertambah banyak," jawab Alice heran.
"Ahh itu, aku sedang mencoba menarik mana yang ada di lautan," jawab Lucy dengan polosnya.
"Master, sebaiknya kau hati-hati. Esmelth lain bisa melirikmu." Kini Evrard memperingati.
"Mereka tidak akan berani mendekat karena ada Lucien di sisiku, kalian seharusnya mempercayai Lucien," jawab Lucy dengan percaya dirinya.
"Karena kami sangat mempercayai Lord Lucien, kami memperingatimu, Master," jawab Alice yang terdengar gemas.
"Lord Lucien bisa membunuh mereka tanpa sepengetahuan dirimu, Master," ujar Evrard dan langsung saja membuat Lucy membulatkan kedua matanya.
"Lucien!" panggil Lucy tiba-tiba.
"Hmmm?"
"Jangan membunuh siapa pun tanpa perintah dariku."
"Mengapa tiba-tiba kau memerintahku?"
"Lakukan atau kau tidak dapat memakan mana-ku selama seminggu!"
"Baiklah, tetapi kau harus berhenti menarik mana dari lautan. Kau memancing para Esmelth di kapal mau pun di dalam lautan, kau mengerti?"
"Setuju."
Lucien hanya terkekeh melihat Lucy yang begitu riang hari ini. Entah bagaimana caranya gadis kecil itu bisa menarik mana. Bahkan ia tidak mengetahui caranya. Lucy bisa menarik mana di sekitarnya untuk dirinya sendiri. Itulah cara yang paling dicari oleh para Magia, tetapi hingga saat ini mereka belum mengetahui cara menarik mana di sekitar mereka. Setiap Magia memiliki kapasitas mana dalam tubuh mereka. Jika sedikit, tubuh mereka akan melemah sedangkan jika terlalu banyak tubuh mereka akan terbakar oleh mana mereka sendiri.
"Lucien, kau tahu Raja baru para Esmelth?" tanya Lucy tiba-tiba.
"Aku hanya mendapatkan informasi yang tidak pasti, Raja baru itu sama sepertiku. Tidak ada Magia yang dapat melakukan kontrak dengannya. Terlebih ia hidup menyendiri di suatu tempat, dan tidak ada yang mengetahui keberadaannya," jawab Lucien sambil menatap lautan.
"Jika itu benar, suatu saat nanti kita akan bertemu dengannya," gumam Lucy.
"Aku harap tidak bertemu dengannya," jawab Lucien membuat Lucy yang menatap lautan menoleh ke arahnya.
"Aku tidak suka berbagi," lanjut Lucien dan membuat Lucy terkekeh geli.
"Belum tentu ia ingin menjalin kontrak denganku, Lucien," jawab Lucy santai.
"Berhentilah berbicara seperti orang dewasa, kau masih berusia tujuh tahun. Seharusnya kau bertanya mainan apa yang ingin kau beli."
"Sebentar lagi aku berusia 8 tahun, Lucien."
"8 tahun tetaplah bocah, berhenti memikirkan hal rumit dan bermainlah bersama Alice."
Lucy hanya menjulurkan lidahnya ke arah Lucien, ia sendiri tidak mengetahui mengapa bisa memikirkan hal yang seharusnya belum ia pikirkan. Lucy langsung saja memangil Alice, gadis Esmelth itu keluar dari dalam tubuh Lucy tanpa kelinci besar yang selalu menemaninya.
"Alice, temani Lucy. Aku memiliki urusan lain, dan jangan sampai tersesat," titah Lucien, meski Alice tidak perlu mematuhinya, tetap saja Alice menganggap Lucien sebagai tuannya.
"Yes, My Lord," jawab Lucy sambil menunduk hormat.
Alice langsung saja menarik tangan Lucy pergi menjauh, Lucien yang ditinggalkan begitu saja hanya menatap datar kepergian Lucy. Pria Esmelth itu melompat turun ke lautan dan menapakkan kedua kakinya di atas permukaan air.
Tidak lama kapal mulai menjauh dan meninggalkan Lucien berdiri tenang di atas permukaan laut. Lucien terlihat seperti sedang menunggu hingga akhirnya ia merasa bosan dan menghentakkan satu kakinya.
Tiba-tiba saja air laut yang tadinya tenang kini mulai berombak, menciptakan pusaran besar hingga ke dasar lautan.
"Jangan membuatku menunggu," ujar Lucien sambil berdecak kesal.
Tidak lama kemudian muncullah sosok pria tampan dengan surai putih dan topeng yang menutupi wajahnya. Meski memakai topeng, Lucien mengetahui jika pria di hadapannya menatapnya dengan sinis. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Lucien mengetahui identitas Esmelth di hadapannya.
"Maaf saja, aku tidak suka menundukkan kepalaku selain pada Masterku," ujar Lucien dan membuat Esmelth di depannya tertawa kecil.
"Arogan seperti kabarnya," jawab Esmelth itu yang kini melayang di udara.
"Lagi pula aku pernah menjadi Raja, tidak masalah jika aku arogan, bukan?" Esmelth bersurai putih itu lagi-lagi tertawa dengan perkataan Lucien.
"Apakah menjadi Raja membuatmu puas?" lanjut Lucien.
Esmelth bersurai putih itu hanya diam tanpa ingin menjawab, ia tidak mengenal Lucien. Yang ia dengar dari para Esmelth adalah jika mantan Raja Esmelth adalah pria yang berbahaya, arogan, dan tidak mengenal ampun. Pertanyaan yang dilontarkan Lucien pun bisa saja berupa jebakan yang bisa mengantarkan mereka berdua pada pertarungan besar. Meski saat ini dirinya tidak merasakan kekuatan Lucien dalam tahap berbahaya.
"Bukan urusanmu, Lord Varoksya," jawab Esmelth bersurai putih itu.
"Namaku Lucien, Varoksya bukanlah namaku lagi," jawab Lucien yang sepertinya terganggu dengan aura mengintimidasi dari Esmelth di hadapannya.
"Aku tidak mengira kau berada di tengah lautan seperti ini, dan bertemu denganmu secepat ini," lanjut Lucien sambil memandang rendah Esmelth di depannya.
"Cukup berbasa-basinya, apa yang kau inginkan?" jawab Esmleth itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku hanya ingin kau tidak menampilkan diri di depan Masterku," jawab Lucien sambil tersenyum miring.
"Baiklah, sekarang pergilah aku ingin kembali ke dasar laut," jawab Esmelth itu sambil kembali menyelamkan tubuhnya kembali ke dalam lautan.
Lucien menatap tajam kepergian Esmelth bersurai putih itu, surai putih milik pria itu mengingatkannya pada seseorang yang ia benci hingga saat ini. Lucien langsung saja menghilang membiarkan lautan kembali tenang. Esmelth bersurai putih tadi memasuki sebuah gua yang besar di dasar laut. Lautan kembali tenang saat ia rasa jika seseorang yang menemuinya tadi sudah pergi.
Ia kembali duduk bersila dan membiarkan kekuatan miliknya menguar dari dalam tubuhnya. Tetapi, konsentrasinya pecah saat mengingat apa yang dikatakan mantan Raja Esmelth kepadanya.
"Menarik."
***
Sudah satu minggu Lucy dan Lucien berada di kapal laut, Lucy yang tidak pernah terlihat bosan itu menikmati kebersamaannya dengan Alice. Lucien sengaja membiarkan Lucy bersama Alice agar mereka berdua menjadi lebih dekat. Sedangkan dirinya hanya bisa mengawasi dari jarak jauh bersama Evrard.Terlihat banyak Esmelth yang mulai mendekati Lucy gagal begitu saja, karena mereka melihat keberadaan Lucien yang tidak jauh dari Lucy. Tatapan mengintimidasi milik Lucien memang benar-benar bisa membuat orang lain ketakutan."Dengan kecepatan seperti ini membutuhkan waktu berlayar setidaknya empat bulan, itu pun jik
Hantaman ombak semakin menjadi-jadi, kapal mulai terhempas semakin jauh dari rute yang seharusnya mereka lewati. Para penumpang tampak terlihat panik kala melihat puluhan Esmelth keluar dari dalam laut."Lucien, apa yang terjadi?" tanya Lucy yang berada dalam pelukan Lucien."Sepertinya sedang ada badai, tidurlah aku akan tetap di sisimu," jawab Lucien sambil mengelus lembut surai pirang milik Lucy.Lucy hanya mengangguk lalu membenamkan wajahnya di curuk leher Lucien. Semaki
Tidak terasa sudah 4 bulan berlalu dan kini mereka baru saja menginjakkan kaki di daratan. Lucy yang masih terlihat mengantuk hanya menguap sambil memeluk Lucien kembali. Sedangkan Fain sudah begitu terlihat berbinar menanti perjalanan selanjutnya menuju Kerajaan Night Crow. Mereka harus melewati dua kerajaan besar yang akan menguras waktu untuk sampai di Kerajaan Night Crow.Lucy tidak mempermasalahkan perjalanan mereka karena ia baru saja menyadari jika tempat dimana mereka berlabuh adalah tempat yang terlihat begitu gersang. Padang pasir terlihat begitu luas di sebelah selatan. Kini mereka berada di Pelabuhan Faqur yang merupakan wilayah Kerajaan Sasentra.
Lucien menatap Lucy tajam sedari gadis kecil itu kembali dari membersihkan tubuhnya. Ia merasakan sesuatu yang aneh mulai melindungi tubuh Lucy. Entah apa yang terjadi, Lucy tidak menjawab pertanyaannya saat ia bertanya."Lord Lucien, tenang saja. Kekuatan itu melindungi tubuh Master, jadi kau tidak perlu khawatir," ujar Evrard dan Lucien masih menatap tajam Lucy yang sedang berbincang dengan Alice."Aku tidak tahu asal kekuatan itu, yang aku harapkan Lucy tidak terluka karena kekuatan itu," jawab Lucien.
Seseorang memakai baju zirah dengan cahaya biru menyelimuti, kini berhadapan dengan Lucien. Pria itu berlutut di depan Lucien yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Lucien tersenyum lalu berjalan mendekati pria berjubah zirah bercahaya biru itu."Blockazard, aku tidak percaya bisa menemukanmu secepat ini.""Maafkan hamba yang tidak bisa menolong Anda di masa lampau,My Lord
"Katakan itu di Neraka!""Evrard!"Lucy menghentikan pergerakan tangan Evrard yang ingin menebas kepala Fain, Evrard menoleh ke arah Lucy, dan langsung saja gadis kecil itu menggelengkan kepalanya kuat. Evrard menurut, ia segera menggendong Lucy dan menjauh dari Fain.
Kerajaan Night Crow terkenal dengan perayaan Reincar, Festival akan diadakan dua hari lagi dan semua orang terlihat antusias menyambut perayaan yang datang satu tahun sekali itu. Lucy ingin melihat perayaan itu, tetapi ia tidak boleh sampai bertemu dengan para petinggi kerajaan.Gadis itu terlihat murung akhir-akhir ini, Lucien sebisa mungkin menghibur gadis kecil itu sampai ia harus menjatuhkan harga diri di depan para pengikutnya. Lucy hanya tersenyum melihat Lucien yang sepertinya bersemangat untuk pergi meninggalkan benua tandus itu.
Revina hanya menaikkan satu alisnya saat Lucy mengatakan hal yang selama ini gadis itu tutupi. Reaksi Rozario justru berbanding terbalik dengan Revina, ia tahu kerajaan besar Xeravine. Kerajaan yang mementingkan segala sihir dari apa pun, bahkan ia sampai mendengar desas desus jika mereka membunuh sang Putri, karena bagi mereka tidak memiliki sihir adalah sebuah aib bagi kerajaan."Aku tidak peduli," jawab Revina sambil melayang mendekati Lucy.
"Tidak ... aku yang akan melakukannya bersamamu.""Lucien, kau tidak dibutuhkan di sini. Kekuatanmu terlalu besar, lagi pula tes ini hanya memperlihatkan kekuatan gabungan dan menyelaraskannya dengan beberapa pertimbangan seperti pertahanan, penyerangan dan penyembuhan disaat yang bersamaan. Kau tahu apa yang harus aku lakukan, bukan?" terang Lucy dan Lucien mengetahuinya dengan pasti.Dengan pertahanan milik Blue, tidak ada ya
Hari masuk ke Akademi sudah dimulai, Lucy saat ini tengah berada dalam pelajaran pengendalianmana. Lucy mendengarkan dengan antusias, mengikuti dan mempelajari setiap yang diajarkan. Meski semua sudah ia kuasai karena mempelajarinya sendiri, Lucy terlihat seperti orang yang belum tahu apa-apa."Kalian bisa melakukannya sekarang jika kalian bisa memakai sihir, jika kalian tidak bisa menggunakan sihir, kalian bisa menggunakan kekuatan Esmelth kalian."
Hari penyambutan murid baru telah tiba, semua orang memakai pakaian senada, yaitu berwarna putih atau putih gading. Lucy memilih untuk hadir terakhir daripada menjadi pusat perhatian di tengah menunggu acara di mulai. Tetapi, Esmelth miliknya yang lain sudah lebih dahulu pergi."Lucy, kau sudah selesai?" tanya Lucien yang menunggu sambil bersandar pada tiang ranjang."Apakah ini berlebihan?" tanya Lucy sambil merentangkan sedik
Akademi Magia, sebuah akademi yang mengajarkan para Magia untuk menggunakan sihir lebih baik. Mengendalikan mana, dan juga kekuatan yang seharusnya dimiliki para Magia. Akademi Magia terdapat di sebuah pulau yang melayang di angkasa, tempat itu sering berpindah tergantung arah angin yang berhembus menghantam pulau yang di juluki denganSky Island.Tidak semua Magia dapat datang ke tempat itu, di karenakan menuju Akademi Magia membutuhkan kekuatan besar untuk menemukan pulau melayang itu. Mayoritas murid-murid di sana adalah para bangsawan yang memiliki kapasitas mana dan sihir yang lumayan tinggi.D
Lucy mulai menyiapkan diri untuk pergi ke Akademi Magia, semua informasi tentang Lucy sengaja dirahasiakan dari murid-murid yang belajar di sana. Pihak Akademi tentu tahu dan hanya bisa merahasiakannya di bawah tekanan Lucien.Lucien, meski statusnya kini adalah seorang mantan Raja Esmelth, ia tetap memiliki pengaruh besar untuk semua yang berhubungan dengan sihir dan Esmelth. Dikarenakan Raja Esmelth yang baru tidak peduli dengan jabatan yang dimilikinya. Sang Raja bahkan menyembunyikan diri dari dunia.Lucy yang sedang duduk di sofa sambil menatap keluar jendela, melamun hingga tidak menyadari kedatang
Perayaan telah berakhr beberapa jam lalu, Lucy sudah kembali ke kamarnya dengan Lucien. Esmelth lainnya memilih untuk berada di luar istana atau bahkan sudah ada yang berkeliling wilayah Kerajaan Night Crow agar tidak ada penyusup satu pun yang datang atau bahkan keluar.Untuk sementara Lucy melepaskan kontak dengan para Esmelth agar pikiran mereka tidak terhubung. Saat ini Lucy sedang menghapus riasan di wajahnya, Lucien dengan senang hati membantu Lucy untuk melepaskan riasan di kepala Istrinya."Mau mandi bersama?" tanya Lucien yang sudah melepaskan pakaiannya dan hanya berbalut handuk.
Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk Lucy belajar tentang tata krama istana dan di Akademi Magia, Lucy yang jenius dan cepat belajar mempermudah para pembimbing mengajarinya. Tidak jarang para pembimbing justru berdiskusi dengan Lucy tentang sihir yang dapat mereka gunakan.Kecantikan dan kecerdasan yang Lucy miliki menjadi daya tarik bagi Kerajaan Night Crow, sudah beberapa kali pinangan di layangkan kepadanya. Namun, Rozario menolak dengan halus, jika Lucy akan menikah dengan seorang Esmelth seperti dirinya yang menikah dengan Esmelth miliknya sendiri.Lucy tidak bosan membaca semua buku yang ada d
Satu tahun berlalu dan Lucy sudah berusia tiga belas tahun menuju empat belas tahun. Usia yang diharuskan untuknya kembali ke Istana Night Crow. Revina sudah berkali-kali memanggil Lucy untuk kembali dengan segera, karena Lucy harus melakukan pelatihan untuk memasuki Akademi Magia. Tetapi, Lucy mengabaikannya untuk berlatih di alam terbuka."Lucy sudah handal memakai pedang, tetapi itu tidak cukup. Ia harus berlatih menggunakan kekuatan para Esmelth miliknya," ujar Sylvester yang sedang melihat Lucy berlatih dengan Evrard, Blue, dan Veryl."Maksudmu dengan kita yang mengalirkan kekuatan kita pada Lucy?" tanya Lucien."Tentu saja, selama ini para Esmelth tidak akan mengalirkan kekuatan mereka. Mereka tidak bisa mengalirkan kekuatan mereka, saat mereka sedang dalam keadaan bertempur. Dengan kata lain, kita meminjamkan kekuatan kita pada Master. Karena dalam arena hanya memperbolehkan satu sampai dua esmelth saja yang dapat mendampingi Magia," terang Sylvester, Lucien mengangguk mengerti.
Satu hari telah berlalu, Rong Ying sudah membuat ramuan minyak khusus untuk Lucy. Hellson sudah tersadar dan kini hanya diam menatap sekitarnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi, seharusnya ia sudah mati dan kembali kepada Lucien. Namun, ia terlahir kembali dan membuatnya dapat merasakan kekuatan lain pada tubuhnya."Kau masih saja diam tidak ingin berbicara," ujar Evrard yang berdiri di hadapan Hellson."Aku tidak meminta untuk di hidupkan, mengapa kalian melakukan ini?" jawab Hellson yang akhirnya berbicara."Kami tidak menghidupkanmu, Master yang melakukannya sendiri," jawab Evrard sambil mentap Lucy yang masih memejamkan kedua matanya di pangkuan Lucien."Mengapa gadis itu bisa menjadi master kalian?" tanya pria bersurai pirang itu."Apa kau benar-benar akan mendengarkan?""Tergantung dari sebagus apa ceritamu,""Mau berkelahi denganku?""Tidak, terima kasih. Aku dapat merasakan kekuatan yang berbeda dari tubuhmu."Evrard hanya menggelengkan kepalanya, meski sudah di