Satu bulan telah berlalu setelah kehadiran Evrard. Pria bertubuh kekar dan tampan itu kini lebih dekat dengan Lucy. Gadis kecil itu selalu mendapatkan pelajaran baru setiap harinya dari Esmelth barunya.
"Paman, hari ini apa yang akan kau ajarkan padaku?" tanya Lucy setelah membersihkan piring kotor.
"Master, kau harus banyak berlatih untuk melihat ekspresi orang lain. Setiap orang memiliki dua buah topeng yang selalu mereka pakai. Tapi tidak jarang juga banyak yang memakai topeng untuk bertahan hidup."
"Topeng itu sendiri adalah sifat atau perilaku palsu yang ditunjukan kepada orang lain. Apa kau mengerti?" tanya Evrard.
Lucy mengangguk antusias, menandakan ia mengerti. Ia memang sudah belajar banyak dari buku tentang apa yang dikatakan Evrard padanya. Lucien yang melihat interaksi antara Lucy dan Evrard tersenyum simpul.
Ia mengetahui sifat Evrard yang sulit dekat dengan orang lain, tetapi dengan Lucy pria bersurai putih itu terlihat menikmati kedekatan mereka berdua. Meski kadang ia harus menahan rasa cemburu karena Lucy sering kali memeluk tubuh Evrard.
Lucien belum berani membawa Lucy ke kota, ia lebih memilih untuk menutupi keberadaan Lucy. Dan lagi pula ia akan pergi meninggalkan kota untuk mencari para Jendral miliknya.
"Evrard," panggil Lucien yang sedang berbaring di sofa.
"Ada apa?" tanya Evrard yang mendekat ke arah Lucien.
"Kita akan berangkat beberapa hari lagi, kau harus membuat batu pemanggilan di Hutan Lugia. Kita akan pergi dari sini, tidak mudah menemukan mereka dengan mencari satu per satu. Karena itu aku akan membuat altar pemanggilan. Ajarkan Master bagaimana cara mengalirkan mana dengan stabil. Master akan mencari para Jendral lainnya," jawab Lucien, Evrard mengangguk mengerti.
"Sesuai perintahmu, My Lord," jawab Evrard sambil membungkuk hormat dan kembali mendekati Lucy.
"Master, aku lapar. Apa boleh?" tanya Evrard dengan wajah datarnya.
"Bagaimana caramu memakan mana-ku?" tanya Lucy yang kini mulai berpikir.
"Anda cukup menggenggam tanganku," jawab Evrard, dan memang cara termudah adalah dengan menggengam tangan sang master untuk para Esmelth memakan mana tuannya.
"Bagaimana jika Paman memelukku?" tanya Lucy dan membuat Lucien membuka kedua matanya.
"Lucy, apakah tidak cukup aku memelukmu?" Lucy hanya menjulurkan lidahnya dan kembali menoleh ke arah Evrard.
Evrard menghembuskan napasnya kasar, jika ia menolak Lucy akan menangis. Jika ia tidak menolak jelas Lucien akan melemparnya sejauh mungkin. Akhirnya Evrard memilih menggendong tubuh Lucy, dan gadis kecil itu langsung memeluk tubuh kekar Evrard.
"Lucy, kau mengesalkan!" Lucien langsung beranjak pergi keluar rumah.
"Mengapa Lucien marah padaku?" tanya Lucy pada Evrard.
"Sepertinya Lord Lucien cemburu padaku, Master. Lord Lucien memang tidak suka berbagi," jawab Evrard sambil mengelus kepala Lucy lembut.
"Cemburu?" Evrard mengangguk.
"Apa kau sudah belajar tentang sejarah, Master?" tanya Evrard.
"Aku sudah banyak belajar banyak buku, tentang sejarah sudah aku pelajari sejak dulu. Jadi kau tidak perlu khawatir, Paman," jawab Lucy sambil memainkan surai putih milik Evrard.
"Master, apa kau ingin ikut ke dalam Hutan Lugia? Aku mendapatkan tugas membangun batu pemanggilan dari Lord Lucien," tanya Evrard.
"Ya, aku mengingat seluruh wilayah Hutan Lugia. Mungkin aku bisa membantumu, Paman," jawab Lucy sambil tersenyum lebar.
"Bagus, karena akan berbahaya jika aku menghanguskan Hutan Lugia hanya untuk mencari letak yang bagus membangun batu pemanggilan," jawab Evrard.
Mereka berdua keluar dari rumah dan mendapatkan Lucien yang sedang menatap lurus ke depan.
"Kalian pergilah, aku akan bermain sebentar," ujar Lucien tanpa menoleh.
"Kau tidak mengajakku, Lucien?" tanya Lucy sambil mengembungkan kedua pipinya.
"Nanti kita main bersama," jawab Lucien sambil mengusir halus dengan gerakan tangannya.
"Baiklah, Lord Lucien," jawab Evrard yang langsung saja melompat tinggi memasuki Hutan Lugia.
Seketika barrier milik Lucien pecah begitu saja dengan jentikan jemari Lucien. Beberapa langkah kuda terdengar mendekat dan benar saja mereka adalah rombongan dari Kerajaan Xeravine.
"Mencari sesuatu?" tanya Lucien sambil menatap datar para manusia di depannya.
"Lo-lord Varoksya, maafkan kedatangan kami yang tiba-tiba. Da-dan selamat atas kebebasan Anda," jawab salah satu Esmelth yang tentu saja mengenal Lucien.
"Namaku sekarang adalah Lucien, berhenti memanggil nama lamaku," jawab Lucien.
"Kami mencari seorang gadis kecil yang cacat, seluruh indera yang dimiliki gadis itu mati. Apa Anda mengetahuinya?" tanya Esmelth bersurai ungu itu.
Lucien mengangkat satu alisnya ia mengetahui siapa yang dimaksud Esmelth itu. Sudah pasti itu adalah Lucy, tetapi sayangnya Lucy tidak cacat seperti dulu lagi.
"Gadis itu telah mati dua tahun lalu setelah aku terbebas dari segel menyebalkan itu," jawab Lucien.
"Jangan bercanda, kami tahu gadis itu masih hidup dan tinggal bersama denganmu!" ujar salah satu Magia yang terlihat jika pria itu adalah seorang Jendral.
"Trago, jangan bicara yang tidak sopan pada Lord!" desis Esmelth bersurai ungu itu.
"Memangnya mengapa ia hanyalah mantan Raja dari para Esmelth, ia tetaplah Esmelth liar yang tidak bisa memakai sihir sesukanya karena ia tidak memiliki master!"
Saat itu juga tubuh Jendral itu terbelah menjadi dua. Lucien hanya menghembuskan napasnya kasar, berani sekali Magia sekelas Jendral menghina dirinya.
"Lo-lord Lucien, maafkan kesalahan Master hamba," ujar Esmelth bersurai ungu sambil membungkuk hormat.
"Halio, kau mendapatkan master yang menyebalkan," jawab Lucien masih dengan wajah tanpa ekspresi.
"Aku sudah memiliki master, jadi aku bebas menggunakan seluruh sihirku. Jadi, kalian ingin mati di tanganku atau pergi dengan keadaan hidup?" lanjut Lucien dan Esmleth bernama Halio itu hanya bisa mengangguk pasrah.
"Kami akan pergi, Lord Lucien," jawab Esmelth itu sambil pamit undur diri.
Setelah kepergian rombongan Kerajaan Xeravine, Lucien kembali membuat barrier di sekitar rumah itu. Ia akan menuju kota untuk melihat apa yang akan dilakukan para prajurit Xeravine setelah mengetahui jika sangat Jendral mati di tangannya.
Sementara Evrard dan Lucy sudah berada di tengah Hutan Lugia. Evrard merentangkan kedua tangannya sambil merapalkan beberapa mantra. Lucy memilih duduk di atas batang pohon yang tumbang sambil memperhatikan apa yang akan dilakukan Esmelth tampan di hadapannya.
Tidak lama kemudian tanah bergetar, terlihat sebuah batu hitam muncul dari dalam tanah dan semakin tinggi.
"Inikah batu pemanggilan? Apa kau akan membuat altar di tempat lain, Paman?" tanya Lucy sambil menatap batu hitam besar di hadapannya
"Benar, Master. Untuk membuat altar pemanggilan, kita harus membuat batu pemanggilan," jawab Evrard yang langsung menggendong tubuh Lucy untuk mendekat ke arah batu hitam itu.
"Kau harus membangun 3 batu pemanggilan lagi, bukan? Apa kita akan meninggalkan tempat ini?" tanya Lucy.
"Ya, Master. Kita akan berpergian beberapa hari lagi, kau bisa melihat kota seperti yang kau inginkan," jawab Evrard.
"Benarkah?" tanya Lucy dengan wajah yang berseri-seri.
"Ya," jawab Evrard sambil tersenyum melihat tingkah lucu masternya.
"Aku sudah tidak sabar melihat kota," jawab Lucy.
Evrard mengecup kepala Lucy, entah mengapa jika bersama Lucy ia kehilangan jati dirinya yang dingin dan kejam.
"Paman," panggil Lucy.
Kini mereka sedang menikmati udara segar Hutan Lugia. Evrard mengangkat satu alisnya tanda menjawab panggilan Lucy.
"Paman, mengenal Lucien, bukan?" tanya Lucy.
Evrard memilih duduk di atas batang pohon yang tumbang untuk menikmati perbincangan dengan Lucy.
"Aku cukup mengenal Lord Lucien," jawab Evrard sambil mengelus surai pirang yang mulai memutih milik Lucy.
"Apa Lucien memang seseorang yang seperti itu?" tanya Lucy.
"Seperti apa maksudmu, Master?"
"Seperti yang kau lihat, ia sering kali bertingkah konyol hanya karena aku memilih Paman yang tidur bersamaku," jawab Lucy dengan polosnya.
Evrard menahan tawanya, ia tahu jelas sifat Lucien sejak pertama kali bertemu, tetapi setelah pertemuannya yang kedua kalinya ini, sifat Lucien berubah atau memang tidak diperlihatkan kepada Lucy.
Evrard mengingat jelas betapa mengerikannya Lucien, Esmelth yang terkenal tidak ada yang bisa memilikinya. Esmelth terkuat dan memiliki sifat yang sombong, temperamen, tidak sulit untuknya untuk membunuh manusia. Dan Lucien memiliki panggilan yang cukup dikenal seluruh daratan dunia, King of War.
Lucien akan membunuh siapa pun yang menghalangi jalannya. Ia pun sering diminta turut andil dalam peperangan melalui kontrak tertulis. Karena tidak ada yang bisa membuat kontrak antara magia dan esmelth dengannya.
"Lord Lucien berubah setelah bertemu denganmu, Master. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau dan dia, tetapi aku yakin Lord Lucien sangat senang mendapatkan master seperti Anda," jawab Evrard.
"Apa Lucien selalu kesepian?" tanya Lucy.
"Mungkin, dari mana Anda tahu?"
"Saat pertama kali melihatnya kedua matanya, aku dapat melihat betapa dalamnya hatinya terluka karena kesepian. Aku tidak akan pernah meninggalkannya," jawab Lucy sambil tersenyum manis menatap langit.
"Karena Lucien ... dia adalah cahayaku."
Evrard terpanah saat melihat senyum Lucu yang begitu tulus. Kini ia mengerti mengapa Lucien sangat menjaga Lucy dan menginginkan kebahagiaan Lucy. Kini ia tahu alasan sebenarnya Lucien, pria arogan seperti Lucien bisa berubah seperti itu. Sudah dipastikan jika Lucien mencintai Lucy.
'Hmmm, aku sudah pernah dengar tentang percintaan esmetlh dengan magia. Mereka akhirnya terkena kutukan tidak bisa memiliki keturunan. Meski begitu, aku akan membantu Lord Lucien agar bisa selalu bersama dengan Master,' ujar Evrard dalam hati.
Tanpa mereka berdua ketahui, Lucien sedang mendengarkan perbincangan kecil Lucy dengan Evrard. Senyumannya terlihat dari bayang, kadang ia tidak mengerti jalan pikiran Lucy. Sebagai esmelth seharusnya ia dapat membaca pikiran Lucy yang selaku menjadi masternya, tetapi hingga saat ini, Lucien tidak bisa membaca isi pikiran Lucy yang sebenarnya. Gadis kecil itu terlalu pintar menutupi pikirannya dengan mengeluarkan isi pikirannya yang lain dengan tercetak jelas di wajahnya.
"Lucy, kau benar-benar ...." Lucien tidak melanjutkan kalimatnya saat melihat tubuhnya yang berlumur darah.
"Ahh, Lucy akan takut jika melihatku yang seperti ini."
Lucien menjentikkan jarinya, dalam sekejap semua darah di tubuhnya menghilang. Ia harus cepat pergi dari sana bersama Lucy dan Evrard. Pasukan Kerajaan Xeravine pasti akan bertambah untuk segera membunuh Lucy, setelah apa yang ia lakukan tadi.
"Mereka menyusahkan."
***
Setelah Lucien mempersiapkan semua yang diperlukan, Esmelth itu menghampiri Lucy yang sedang bermain dengan Evrard. Kedekatan Lucy dan Evrard sudah cukup membuat Lucien terbakar cemburu. Sering kali Lucien memarahi Lucy tanpa sebab dan semua itu hanya bisa dimaklumi oleh Evrard."Kita berangkat, tidak ada waktu lagi untuk bermain," ujar Lucien sambil melewati Evrard dan Lucy.Evrard mengangkat Lucy dan membiarkan Lucy duduk di bahu kanannya. Selama Lucy merasa senang, tidak akan ada masalah untuk Lucien dan Evrard. Mereka bertiga mulai memasuki kota, Lucy yang baru pertama kali melihat kota begitu terlih
Seminggu telah berlalu, mereka kini sampai di Hutan Sanre yang merupakan bagian wilayah Kerajaan Miore. Kerajaan Miore berada paling ujung Benua Ecentra, dengan laut sebagai pemisah dengan Benua Husberg.Hutan Sanre lebih terlihat begitu rimbun dari hutan lainnya yang berada di wilayah Kerajaan Miore. Untuk mencapai pelabuhan mereka harus melalui Hutan Sanre sebagai jalan alternatif dan tercepat. Selain itu, Lucien dapat merasakan seseorang yang ia cari di dalam hutan tersebut."Apa Anda yakin?" tanya Evrard yang sedang menggendong tubuh Lucy.
Malam yang begitu tenang tak mengusik ketenangan Lucy yang berada di pangkuan Lucien. Saat ini mereka sedang berlayar mengarungi samudra hanya untuk sampai di Benua Husberg. Tujuan mereka kali ini adalah Hutan Ant yang berada di kawasan Kerajaan Night Crow. Membutuhkan waktu empat bulan untuk sampai Benua Husberg dengan kapal laut saat ini.Dan mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai tujuan mereka. Hutan Ant adalah tempat yang paling cocok untuk membangun batu pemanggilan. Dengan melewati Kerajaan Sasentra dan Amunra, mereka cukup yakin sampai dengan waktu yang cukup lama. Dan tentunya Lucy menikmati perjalanan bersama dengan Lucien. Evrard dan Alice masuk ke dalam tubuh Lucy seperti Esmelth pada umumnya, yang di ha
Sudah satu minggu Lucy dan Lucien berada di kapal laut, Lucy yang tidak pernah terlihat bosan itu menikmati kebersamaannya dengan Alice. Lucien sengaja membiarkan Lucy bersama Alice agar mereka berdua menjadi lebih dekat. Sedangkan dirinya hanya bisa mengawasi dari jarak jauh bersama Evrard.Terlihat banyak Esmelth yang mulai mendekati Lucy gagal begitu saja, karena mereka melihat keberadaan Lucien yang tidak jauh dari Lucy. Tatapan mengintimidasi milik Lucien memang benar-benar bisa membuat orang lain ketakutan."Dengan kecepatan seperti ini membutuhkan waktu berlayar setidaknya empat bulan, itu pun jik
Hantaman ombak semakin menjadi-jadi, kapal mulai terhempas semakin jauh dari rute yang seharusnya mereka lewati. Para penumpang tampak terlihat panik kala melihat puluhan Esmelth keluar dari dalam laut."Lucien, apa yang terjadi?" tanya Lucy yang berada dalam pelukan Lucien."Sepertinya sedang ada badai, tidurlah aku akan tetap di sisimu," jawab Lucien sambil mengelus lembut surai pirang milik Lucy.Lucy hanya mengangguk lalu membenamkan wajahnya di curuk leher Lucien. Semaki
Tidak terasa sudah 4 bulan berlalu dan kini mereka baru saja menginjakkan kaki di daratan. Lucy yang masih terlihat mengantuk hanya menguap sambil memeluk Lucien kembali. Sedangkan Fain sudah begitu terlihat berbinar menanti perjalanan selanjutnya menuju Kerajaan Night Crow. Mereka harus melewati dua kerajaan besar yang akan menguras waktu untuk sampai di Kerajaan Night Crow.Lucy tidak mempermasalahkan perjalanan mereka karena ia baru saja menyadari jika tempat dimana mereka berlabuh adalah tempat yang terlihat begitu gersang. Padang pasir terlihat begitu luas di sebelah selatan. Kini mereka berada di Pelabuhan Faqur yang merupakan wilayah Kerajaan Sasentra.
Lucien menatap Lucy tajam sedari gadis kecil itu kembali dari membersihkan tubuhnya. Ia merasakan sesuatu yang aneh mulai melindungi tubuh Lucy. Entah apa yang terjadi, Lucy tidak menjawab pertanyaannya saat ia bertanya."Lord Lucien, tenang saja. Kekuatan itu melindungi tubuh Master, jadi kau tidak perlu khawatir," ujar Evrard dan Lucien masih menatap tajam Lucy yang sedang berbincang dengan Alice."Aku tidak tahu asal kekuatan itu, yang aku harapkan Lucy tidak terluka karena kekuatan itu," jawab Lucien.
Seseorang memakai baju zirah dengan cahaya biru menyelimuti, kini berhadapan dengan Lucien. Pria itu berlutut di depan Lucien yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Lucien tersenyum lalu berjalan mendekati pria berjubah zirah bercahaya biru itu."Blockazard, aku tidak percaya bisa menemukanmu secepat ini.""Maafkan hamba yang tidak bisa menolong Anda di masa lampau,My Lord
"Tidak ... aku yang akan melakukannya bersamamu.""Lucien, kau tidak dibutuhkan di sini. Kekuatanmu terlalu besar, lagi pula tes ini hanya memperlihatkan kekuatan gabungan dan menyelaraskannya dengan beberapa pertimbangan seperti pertahanan, penyerangan dan penyembuhan disaat yang bersamaan. Kau tahu apa yang harus aku lakukan, bukan?" terang Lucy dan Lucien mengetahuinya dengan pasti.Dengan pertahanan milik Blue, tidak ada ya
Hari masuk ke Akademi sudah dimulai, Lucy saat ini tengah berada dalam pelajaran pengendalianmana. Lucy mendengarkan dengan antusias, mengikuti dan mempelajari setiap yang diajarkan. Meski semua sudah ia kuasai karena mempelajarinya sendiri, Lucy terlihat seperti orang yang belum tahu apa-apa."Kalian bisa melakukannya sekarang jika kalian bisa memakai sihir, jika kalian tidak bisa menggunakan sihir, kalian bisa menggunakan kekuatan Esmelth kalian."
Hari penyambutan murid baru telah tiba, semua orang memakai pakaian senada, yaitu berwarna putih atau putih gading. Lucy memilih untuk hadir terakhir daripada menjadi pusat perhatian di tengah menunggu acara di mulai. Tetapi, Esmelth miliknya yang lain sudah lebih dahulu pergi."Lucy, kau sudah selesai?" tanya Lucien yang menunggu sambil bersandar pada tiang ranjang."Apakah ini berlebihan?" tanya Lucy sambil merentangkan sedik
Akademi Magia, sebuah akademi yang mengajarkan para Magia untuk menggunakan sihir lebih baik. Mengendalikan mana, dan juga kekuatan yang seharusnya dimiliki para Magia. Akademi Magia terdapat di sebuah pulau yang melayang di angkasa, tempat itu sering berpindah tergantung arah angin yang berhembus menghantam pulau yang di juluki denganSky Island.Tidak semua Magia dapat datang ke tempat itu, di karenakan menuju Akademi Magia membutuhkan kekuatan besar untuk menemukan pulau melayang itu. Mayoritas murid-murid di sana adalah para bangsawan yang memiliki kapasitas mana dan sihir yang lumayan tinggi.D
Lucy mulai menyiapkan diri untuk pergi ke Akademi Magia, semua informasi tentang Lucy sengaja dirahasiakan dari murid-murid yang belajar di sana. Pihak Akademi tentu tahu dan hanya bisa merahasiakannya di bawah tekanan Lucien.Lucien, meski statusnya kini adalah seorang mantan Raja Esmelth, ia tetap memiliki pengaruh besar untuk semua yang berhubungan dengan sihir dan Esmelth. Dikarenakan Raja Esmelth yang baru tidak peduli dengan jabatan yang dimilikinya. Sang Raja bahkan menyembunyikan diri dari dunia.Lucy yang sedang duduk di sofa sambil menatap keluar jendela, melamun hingga tidak menyadari kedatang
Perayaan telah berakhr beberapa jam lalu, Lucy sudah kembali ke kamarnya dengan Lucien. Esmelth lainnya memilih untuk berada di luar istana atau bahkan sudah ada yang berkeliling wilayah Kerajaan Night Crow agar tidak ada penyusup satu pun yang datang atau bahkan keluar.Untuk sementara Lucy melepaskan kontak dengan para Esmelth agar pikiran mereka tidak terhubung. Saat ini Lucy sedang menghapus riasan di wajahnya, Lucien dengan senang hati membantu Lucy untuk melepaskan riasan di kepala Istrinya."Mau mandi bersama?" tanya Lucien yang sudah melepaskan pakaiannya dan hanya berbalut handuk.
Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk Lucy belajar tentang tata krama istana dan di Akademi Magia, Lucy yang jenius dan cepat belajar mempermudah para pembimbing mengajarinya. Tidak jarang para pembimbing justru berdiskusi dengan Lucy tentang sihir yang dapat mereka gunakan.Kecantikan dan kecerdasan yang Lucy miliki menjadi daya tarik bagi Kerajaan Night Crow, sudah beberapa kali pinangan di layangkan kepadanya. Namun, Rozario menolak dengan halus, jika Lucy akan menikah dengan seorang Esmelth seperti dirinya yang menikah dengan Esmelth miliknya sendiri.Lucy tidak bosan membaca semua buku yang ada d
Satu tahun berlalu dan Lucy sudah berusia tiga belas tahun menuju empat belas tahun. Usia yang diharuskan untuknya kembali ke Istana Night Crow. Revina sudah berkali-kali memanggil Lucy untuk kembali dengan segera, karena Lucy harus melakukan pelatihan untuk memasuki Akademi Magia. Tetapi, Lucy mengabaikannya untuk berlatih di alam terbuka."Lucy sudah handal memakai pedang, tetapi itu tidak cukup. Ia harus berlatih menggunakan kekuatan para Esmelth miliknya," ujar Sylvester yang sedang melihat Lucy berlatih dengan Evrard, Blue, dan Veryl."Maksudmu dengan kita yang mengalirkan kekuatan kita pada Lucy?" tanya Lucien."Tentu saja, selama ini para Esmelth tidak akan mengalirkan kekuatan mereka. Mereka tidak bisa mengalirkan kekuatan mereka, saat mereka sedang dalam keadaan bertempur. Dengan kata lain, kita meminjamkan kekuatan kita pada Master. Karena dalam arena hanya memperbolehkan satu sampai dua esmelth saja yang dapat mendampingi Magia," terang Sylvester, Lucien mengangguk mengerti.
Satu hari telah berlalu, Rong Ying sudah membuat ramuan minyak khusus untuk Lucy. Hellson sudah tersadar dan kini hanya diam menatap sekitarnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi, seharusnya ia sudah mati dan kembali kepada Lucien. Namun, ia terlahir kembali dan membuatnya dapat merasakan kekuatan lain pada tubuhnya."Kau masih saja diam tidak ingin berbicara," ujar Evrard yang berdiri di hadapan Hellson."Aku tidak meminta untuk di hidupkan, mengapa kalian melakukan ini?" jawab Hellson yang akhirnya berbicara."Kami tidak menghidupkanmu, Master yang melakukannya sendiri," jawab Evrard sambil mentap Lucy yang masih memejamkan kedua matanya di pangkuan Lucien."Mengapa gadis itu bisa menjadi master kalian?" tanya pria bersurai pirang itu."Apa kau benar-benar akan mendengarkan?""Tergantung dari sebagus apa ceritamu,""Mau berkelahi denganku?""Tidak, terima kasih. Aku dapat merasakan kekuatan yang berbeda dari tubuhmu."Evrard hanya menggelengkan kepalanya, meski sudah di