Share

Chapter 4

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2023-05-05 09:48:39

Alih-alih langsung bergegas ke Bank Duta bagian pusat, Darren justru memutuskan untuk menunda kepergiannya ke sana. Semua ini karena pekerjaan di Abitex dan kesulitannya untuk mengajukan cuti. Darren harus benar-benar cermat memikirkan rencana, karena jika salah sedikit saja ... Hanya kehancuran yang dia terima.

Pria itu baru akan mengajukan cuti di Hari Rabu, dengan persetujuan atau tanpa persetujuan managernya, kali ini dia akan pastikan untuk tetap pergi. Menjelang malam, Darren baru sampai di rumah. Baru menginjakkan kaki di teras, teriakan yang datang dari mama mertuanya sudah terdengar menggema.

“Kau sudah berani melawan dan mengabaikan panggilanku?”

Darren menunduk, tidak terlihat kaget karena sudah memprediksi kemarahan dari mama mertuanya. “Maaf, Ma. Ada yang harus Darren kerjakan sebelum pulang."

“Sok sibuk kau! Padahal hanyalah seorang cleaning service! Memangnya kau kira, kau akan jadi presiden direktur di kantor itu sehingga selalu mencari kesempatan untuk mendapatkan perhatian!” teriak Gia langsung menyerang Darren. Tatapannya begitu mengisyaratkan jika wanita itu jijik pada menantunya sendiri. “Cepat kau cuci mobilku, malam ini aku ada acara!” perintah Gia kemudian.

Darren hanya bisa menghela napas berat. Mertuanya yang sejak tadi menelponnya seperti ada keadaan darurat, ternyata hanya memintanya mencuci mobil.

Tap! Tap!

Darren menaiki tangga dengan cepat, karena dia tidak mau kembali di teriaki sang mertua kalau dia terlambat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

Kriet!

Darren membuka pintu dan mendapat Renata sedang tiduran dengan santai di atas ranjang, mengenakan dress satin transparan dan sangat seksi. Paha mulusnya terlihat sangat menggoda, walaupun perutnya yang mulai membuncit dan itu juga menjadi daya tarik bagi Darren.

Darren menelan ludahnya, dia hanya bisa melihat namun tidak akan bisa merasakan semua yang ada di depan matanya itu.

"Jam 7, antar aku ke dokter!" Renata tanpa perlu repot-repot menoleh ke arah Darren, memerintah. "Sopir sudah punya kerjaan lain. Kau juga harus menemaniku bertemu dokternya!"

Darren yang baru melepas seluruh kancing pada kemejanya kembali menghela napas. Menjadi cleaning service, pencuci mobil, lalu merangkap sopir ... Semua hal Darren lakukan, bak pekerja serabutan di rumah ini. Meski sebenarnya tubuh pria itu begitu lelah, tetapi dia tetap mengiyakan perintah sang istri.

"Tentu. Aku akan mengantarmu."

**

Hari rabu seperti yang Darren rencanakan, dia akan mendatangi Bank Duta untuk bertemu dengan Pak Arras. Seperti yang sudah diduga, pengajuan cuti yang diajukan Darren ditolak mentah-mentah oleh managernya. Namun, karena pria itu sudah bertekad bahwa inilah jalan yang membukanya pada misteri dalam hidup, Darren tetap absen ke kantor dan pergi menuju Bank Duta.

Namun meski begitu, Darren tidak ingin menimbulkan curiga. Seperti hari-hari biasa dia bekerja, Darren melakukan semua rutinitasnya, sampai tak seorang pun di rumah itu menyadari gelagatnya.

"Adakah disini yang bernama pak Arras Samuel?” tanya Darren kepada security yang bertugas menjaga keamanan bank tersebut. Saat Darren datang, suasana kantor bank tersebut masih sedikit sepi.

Para nasabah belum datang, bahkan mungkin para karyawan juga banyak yang belum tiba.

Security yang bertugas tampak memperhatikan Darren dari atas hingga ke bawah. Mungkin dia heran ada orang dengan penampilan yang sangat biasa saja itu mencari seseorang, bukannya ingin mengantri ke teller.

“Bapak siapa?” tanya security itu menyelidik. Bahkan dia menatap wajah Darren dengan penuh curiga. Wajah Darren yang tampak sedikit garang dan tegas dengan bulu-bulu tipis tumbuh di wajahnya. Dia memang tidak sempat merapikan wajahnya karena pastinya itu akan membuat Renata curiga.

“Saya ada keperluan kepada beliau. Apakah beliau ada disini?” tanya Darren dengan antusias.

Darren tidak peduli dengan pandangan curiga si satpam, baginya respon dari satpam itu menunjukkan kalau memang ada orang yang dia cari di kantor ini. Karena terlihat wajah satpam itu tampak mengkhawatirkan sesuatu.

“A-ada,” jawab si satpam dengan gugup.

“Bisa saya bertemu? Katakan kepadanya kalau seseorang bernama Darren Zervano putra dari Rudi Zervano ingin menemuinya,” ujar Darren kemudian kepada si satpam. Dia sangat berharap kalau pak Arras mengingat tentang papanya, makanya dia menyebutkan nama papanya agar lebih cepat dikenali.

Security itu hanya mengangguk, dan dia tampak meraih sebuah gagang telepon yang berada di dinding. Mendial beberapa angka dan tampak berbicara di telepon dengan sesekali melirik sinis ke arah Darren. Namun, beberapa saat kemudian dia tampak melihat Darren dengan wajah penuh keheranan.

“Ikut saya!” ujar security itu kepada Darren setelah memutuskan sambungan telepon.

“Terima kasih,” ucap Darren yang merasa bersyukur karena jalannya sangat mudah, dia menduga kalau pak Arras pasti berada di bank tersebut.

“Kau siapanya pak Arras? Biasanya orang sangat sulit untuk bertemu dengannya,” tanya si security yang bernama Bobi itu kepada Darren.

Darren mengedikkan bahunya santai. "Aku hanya mengikuti pesan orang tuaku."

Keduanya naik ke lantai lima dengan menggunakan lift, dan kemudian berjalan di lorong-lorong ruangan kerja yang sangat sunyi. Hingga mereka berhenti di sebuah ruangan yang pada daun pintunya bertuliskan nama Arras Samuel.

“Silakan masuk,” ujar Bobi yang kemudian meninggalkan Darren yang tampak ragu untuk masuk.

Tok! Tok!

Darren memberanikan diri mengetuk pintu, hingga terdengar suara berat dari dalam ruangan itu mempersilahkannya masuk.

Seorang lelaki paruh baya dengan beberapa rambut yang sudah tumbuh uban itu tampak menatap Darren dengan intens dan berkali-kali, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.

"Kau bilang, kau adalah putra dari Rudi Zervano? Buktikan padaku jika itu memang benar!" tantang pria bernama Arras itu pada Darren.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Darren mengeluarkan kertas wasiat yang dia miliki itu dan menyerahkannya kepada Arras.

Setelah membaca itu, Arras tampak memandang Darren dengan mata yang memerah.

“Ternyata kau benar-benar masih hidup!”

****

Related chapters

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 5

    "Rudi, anakmu masih hidup!" Pria bernama Arras itu kemudian menarik Darren ke dalam pelukan. Darren hanya diam saja, dia masih memiliki ketakutan untuk membalas pelukan Arras, karena sadar dia bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan lelaki yang memeluknya itu, dia adalah bos besar di bank tersebut."Jadi, bapak benar teman papa?" tanya Darren setelah Arras melepaskan pelukannya dan mempersilakan Darren duduk pada kursi yang ada di hadapannya.Darren ingin lebih meyakinkan hatinya, dia tidak mau menemui orang yang salah yang akan membuat semuanya berantakan. Dia harus mendengar dari Arras, agar dia lebih yakin."Iya." Setelahnya, pria itu pun menjelaskan bagaimana hubungan Arras dengan papanya, Rudi. "Kami berasal dari panti yang sama. Kami juga bahkan tidak tahu siapa orang tua kami. Dan bukan hanya kami, mama kamu juga adalah anak panti yang sama."Darren mengangguk, karena itu juga dia sudah tahu sebab, dia bahkan tidak memiliki keluarga seorangpun.Kemudian mengalunlah cerita Arr

    Last Updated : 2023-05-05
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 6

    "Siapa?" tanya Darren lagi dengan rasa penasaran yang mendalam.Arras menghela nafas berat, dia tampak ragu untuk mengatakannya. "Martano dan Buston."Darah Darren terasa berhenti mengalir saat mendengar jawaban dari Arras. Bagaimana tidak, orang yang membuat hidupnya hancur adalah berada sangat dekat dengannya. Bahkan saat ini dia menjadi babu bagi orang tersebut."Berarti ini hubungannya," gumam Darren dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia melihat kembali dokumen yang sudah dia arsipkan di ponselnya itu. "Dia dalangnya."Tangan Darren mengepal, rahangnya mengeras. "Aku harus membalasnya!" Melihat perubahan Darren yang cukup signifikan membuat Areas tampak keheranan, karena wajah Darren seolah-olah menunjukkan sesuatu saat melihat ponselnya."Ada apa? Apa ada yang terjadi?" tanya Arras pelan.Darren kemudian menyodorkan ponselnya ke arah Arras, meminta lelaki paruh baya itu membaca apa yang beberapa hari lalu dia temukan, dan karena itu juga lah yang membuat Darren berada

    Last Updated : 2023-05-17
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 7

    "Dari bank mengurus kartu ATM yang terblokir," jawab Darren pelan.Martano tersenyum sinis, dia tahu kalau menantunya ini berbohong. Dan entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang ditutupi oleh Darren; "Seharian?" tanyanya menyelidik."Antriannya panjang.""Bantu Zahir perbaiki mobilku, tadi sempat mogok di jalan!" perintah Martano sambil melenggang pergi meninggalkan Darren yang membulatkan matanya. Sekarang dia diminta jadi montir.Darren benar-benar seperti dikerjain oleh orang-orang di rumah itu. Semua pekerjaan dia harus bisa kerjakan. Darren tidak menjawab, dia langsung menuju ke halaman belakang tempat dimana Zahir, montir pribadi keluarga Martano sedang mengecek kondisi mobil mewah itu. Dan seharusnya tidak perlu lagi Darren yang ikut campur, toh Dareen sama sekali tidak tahu masalah otomotif. Namun, Darren tidak ambil pusing tanpa banyak bicara dan tidak berganti pakaian dia membantu Zahir semampunya.Setelah beberapa saat, akhirnya selesai juga masalah pada mobil tersebut, b

    Last Updated : 2023-05-17
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 8

    "Aku? Ada apa?" tanya Darren kebingungan sambil menunjuk dirinya sendiri, namun matanya terus memperhatikan Kodir.Kodir mengangguk percaya diri; "Ada berkas penting yang hilang di ruangan pak Martano. Dan orang yang terakhir kali masuk kesana adalah kau!"Darren diam membeku mendengar tuduhan yang ditujukan kepadanya itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar."Entah kapan berkas itu hilang, yang jelas kau adalah orang yang paling tertuduh. Sekarang mengaku saja sebelum masalah ini dibawa ke pihak berwajib!" sambung Kodir dengan wajah yang berapi-api, bahkan matanya mengintimidasi.Darren tidak terima dengan tuduhan itu, namun dia juga harus menahan dirinya agar semua tidak menjadi boomerang baginya. "Apa yang harus aku akui? Aku tidak mengambil atau menghilangkan apapun, aku hanya merapikan semua yang berantakan diatas meja sesuai dengan tugas kita seharusnya.""Jangan menyangkal!" tiba-tiba sebuah suara dari arah pintu membuat semua orang terdiam. Dan tidak berapa lama terlih

    Last Updated : 2023-05-17
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 9

    Darren membelalakkan matanya mendengar apa yang diperintahkan oleh Martano. "Brengsek! Apa yang dia rencanakan sebenarnya?" tanya Darren dalam hatinya, karena saat ini Darren sangat yakin kalau Martano memiliki tujuan tertentu.Dia dibuat seperti seorang pencuri, Darren mengumpat dalam hatinya; "Aku tidak akan memaafkanmu!" Martano berjalan meninggalkan ruangan itu dengan santai seolah tidak terjadi hal apapun disana."Ikut kami!" Dua orang satpam tadi menyeret Darren ke ruangan bos, mengikuti langkah kaki Martano yang tersenyum penuh kemenangan. Seolah-olah dia akan mendapatkan sesuatu yang besar dari menantunya itu.Darren benar-benar marah, dia diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi, seolah-olah dia adalah seorang pendosa. Bahkan harus diseret seperti itu. Padahal dia tidak akan kabur, dia juga ingin tahu apa yang terjadi dan apa mau sang mertua."Aku bisa jalan sendiri," ujar Darren memberontak ketika dua petugas keamanan itu mengapit tangannya dengan keras."Diam! Jangan ba

    Last Updated : 2023-05-17
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 10

    "Kau!"Martano berteriak marah melihat Darren merobek kertas tersebut. "Apa yang kau lakukan? Kau benar-benar ingin mati?" Darren menatap tajam ke arah Martano. Kali ini dia tidak akan takut dengan apapun; "Kenapa aku harus menandatangani sesuatu yang tidak aku mengerti? Kalau aku memiliki perusahaan aku tidak mungkin berada disini sebagai cleaning service!"Ternyata Darren tidak mengakui kalau dia adalah ahli waris PT. Daze. Iya, kertas bermaterai yang diberikan oleh Martano itu isinya adalah pemindahan hak dari ahli waris yang sah Daze kepada Martano. Dan jelas kalau Martano sebenarnya tahu siapa Darren, mungkin karena nama Darren mengandung Zervano. Dan saat ini Darren tahu, kalau Martano masih berusaha untuk mendapatkan hak itu secara legal, padahal mereka sudah merubah namanya. Dan bisa jadi itu adalah upaya dari Martano untuk menguasai Daze sepenuhnya dari Buston."Jangan main-main denganku!" teriak Martano menarik leher baju Darren. "Kau adalah anak dari Rudi Zervano, kan?"

    Last Updated : 2023-05-18
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 11

    "Hahaha!"Darren malah tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Kodir. Sedangkan rekan kerja yang lainnya hanya saling berbisik, tidak berani bertanya kepada Darren secara langsung; "Apa yang terjadi dengan Darren?"Darren mendekat ke arah pak Kodir, membuat lelaki dengan tubuh sedikit sintal itu merasa takut. Apalagi pandangan Darren sangat menakutkan, seolah ingin menelannya hidup-hidup."Sejak kapan kau merencanakan ini bersama dia?" tanya Darren dengan dingin. Ruangan dengan pendingin ruangan yang menyala itu bahkan terasa menjadi panas."Aku tidak mengerti maksudmu," jawab Kodir memilih duduk pada kursinya.Darren tersenyum menyeringai; "Jangan pura-pura bego! Kau sengaja pagi ini memintaku menggantikan Radi membersihkan ruangan itu, sedangkan hari ini Radi masuk kerja. Apa yang kalian rencanakan?" Darren berjalan menuju pintu ruangan dan mengunci pintu ruangan itu. Ceklek!Dan Darren mencabut kuncinya lalu mengantonginya. Yang lainnya hanya terdiam duduk saling pandan

    Last Updated : 2023-05-18
  • The Billionaire's Revenge   Chapter 12

    "Astaga, dasar pengecut!" Darren terus saja mengumpat. Dia sangat kesal dengan apa yang Martano lakukan, hal itu tidak gentle.Kodir yang menangkap kertas yang dilemparkan Darren tampak sedang membaca isinya, kemudian bergumam; "Dipecat gitu aja?"Darren tersenyum sinis ke arah Kodir. "Harusnya apa? Setelah salah orang dan mencemarkan nama baik seseorang, harusnya kalian apakan aku ini?" tanya Darren lagi dengan lantang membuat Kodir terdiam."Bu-bukan begitu," jawab Kodir tergagap."Apa?!" tanya Darren dengan berteriak sambil membereskan semua barang-barangnya.Rekan-rekannya hanya bisa melihat apa yang terjadi, karena mereka juga tidak menyangka kalau Darren dipecat, dan tidak ada pernyataan resmi apakah Darren yang mencuri atau tidak. "Tapi, kalau melihat bagaimana Darren berani melawan dan marah itu artinya bukan Darren pelakunya," bisik mereka.Darren melihat ke arah mereka dengan menarik kedua sudut bibirnya hingga tersenyum sempurna; "Tidak ada satu berkas pun yang hilang, kita

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 143

    Seorang dari mobil putih tersebut melepaskan tembakannya ke arah mobil Darren. Braaaak! Jedaaaar! Setelah suara tembakan yang bergema di tengah malam itu, sebuah ledakan yang kali ini terdengar. Darren tidak bisa mengelak, karena memang dia pergi tanpa pengawal. Dan juga sepertinya pelakunya adalah penembak jitu, peluru yang dilepaskan tidak meleset. "Papa, mama…," hanya suara memanggil kedua orang tuanya yang keluar dari mulut Darren sebelum semuanya menggelap. Ternyata, peluru tepat mengenai kepala Darren, sehingga mobil dengan kecepatan tinggi tersebut kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras dan mobil b guling-guling beberapa puluh meter yang akhirnya meledak. "Tolong ada kecelakaan!" teriak orang-orang yang melihat kejadian sehingga dalam beberapa menit saja tempat kejadian dikerumuni dengan orang-orang yang berusaha menolong Darren memadamkan api dan mengeluarkan Darren dari dalam mobilnya. Sementara itu, mobil putih pelaku penembakan terhadap D

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 142

    "Jadi, mama kamu melihat?" tanya Darren penasaran.Renata menggelengkan kepalanya. "Beruntungnya aku melihat kedatangan mama dan rombongan lebih dulu. Jadi, aku meminta kepada semua karyawan untuk mengatakan kalau pemiliknya gak ada jika ada yang bertanya."Darren mengelus lembut rambut sebahu Renata, dia sangat merasa takut kalau suatu saat Gia datang lagi ke butik dan bertemu dengan Renata secara langsung.“Kamu jangan terlalu sering muncul, karena suatu saat tetap akan terjadi lagi seperti ini. Aku bukannya melarang kamu bertemu dengan mamamu, tapi ini belum waktunya,” ujar Darren kepada Renata.Lambat laun, Renata dan Gia pasti akan bertemu. Sebab, usaha yang Renata geluti saat ini sasarannya adalah orang-orang kaya dengan gaya hidup mewah. Dan sudah pasti Gia termasuk di dalam sana. Dan seperti yang diketahui kalau kelompok Gia tersebut sangat senang kalau memakai pakaian buatan luar negeri.“Kalau Gina sudah kembali, pastinya aku akan lebih banyak di dalam ruanganku kok. Ini kar

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 141

    "Astaga, Bu. Membuat aku terkejut saja," ujar Darren sembari memegang dadanya karena kaget."Jangan banyak alasan! Semalam kamu nginap tempat Renata? Kenapa telepon dan pesan dari ibu tidak mau gubris?" tanya Amina lagi dengan tegas.Darren tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan memegang pundak Amina dengan lembut."Aku menginap di hotel, Bu. Rasanya malas banget nyetir karena sudah malam, akhirnya aku memilih untuk menginap di hotel saja," jawab Darren kepada Amina.Darren sengaja tidak mengakui kepada Amina dimana dia menginap. Karena sudah pasti akan memancing keributan, dan Amina akan menasehatinya sepanjang hari."Jangan berbohong!" bentak Amina. Sebab Amina begitu mengenal Darren, dan Amina juga sudah menganggap Darren adalah anak kandungnya. Dia tidak mau kalau Darren jatuh ke dalam kesalahan."Serius, Bu," jawab Darren mencoba membela diri.Sementara itu, Alisa yang mendekat ke arah Amina dan Darren tampak memberikan Darren kode dengan mengedipkan matanya dan memegang leher.

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 140

    Mungkin kerinduan mereka yang memuncak, atau karena terbawa suasana malam yang dingin, keduanya saat ini sudah saling berhadapan, dan tidak tahu siapa yang memulai, keduanya saat itu sudah bercumbu dengan lembut dan berbagi oksigen."Terima kasih," ucap Darren sambil terus merapatkan tubuhnya kepada tubuh Renata. Dan tangan keduanya saat ini sudah saling meraba satu sama lain.Malam yang semakin dingin, keduanya masih berpagutan dan melupakan makanan hangat yang sudah dimasak oleh Renata. Karena saat ini keduanya masih saling menghangatkan.Renata menggigit bibirnya karena menahan suara panas yang akan terlepas dari bibirnya, karena tidak mampu menahan sentuhan tiap sentuhan yang lembut dari Darren."Lepaskan saja, sayang. Hanya aku yang mendengarnya," bisik Darren sembari berusaha melepaskan pengait yang berada di punggung Renata. Sedangkan baju yang menutupi tubuh Renata sudah terlepas sejak tadi.Akhirnya Renata benar-benar mengeluarkan suara desahannya kala Darren mulai mencapai t

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 139

    "Apaan sih?" tanya Renata sambil mendelik ke arah Darren. Sebab dia tahu kalau Darren sedang menggodanya."Aku serius. Aku datang kesini untuk melihat kamu bukan untuk belanja di butik," jawab Darren santai dan mengedipkan matanya.Renata melengos, Darren benar-benar berhasil membuatnya salah tingkah. Sebab, walaupun dia terlihat kesal kepada Darren. Tapi, di dalam hatinya merasa begitu senang saat tahu kalau Darren masih peduli dan datang menemuinya."Aku sibuk. Banyak pelanggan, Darren," jawab Renata kemudian."Aku akan menunggu sampai butik kamu tutup," jawab Darren santai."Dimana?" tanya Renata kemudian."Dimana saja boleh, yang penting kamu izinkan," jawab Darren.Renata menghela nafas berat, Darren mulai kumat keras kepalanya. Dan seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya pergi."Kamu tunggu di atas aja ya, soalnya saat ini Gina gak ada. Jadi, aku akan membantu melayani pelanggan. Karena banyak barang baru masuk, jadi pelanggan pada rebutan mau koleksi terbar

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 138

    “Gapapa,” jawab Alisa tergelak.“Hei, kamu pasti tahu sesuatu. Memangnya ada apa kalau aku mau ke rumah Renata mala mini. Kan kebetulan sekarang aku sudah pulang kerja, dan besok kan hari libur. Gak salah kan kalau aku ke rumahnya?” tanya Darren membela diri.Darren tidak mau terlihat kalau dia sangat antusias untuk bertemu Renata, namun Darren juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat senang saat mengetahui kalau Renata cemburu kepadanya.“Iya, kan sekalian malam mingguan. Padahal tadinya aku mau ikut, tapi saat ingat ini adalah malam minggu sepertinya aku harus mengurungkan diri kesana, apalagi dalam suasana yang syahdu. Gina juga saat ini sedang tidak ada di rumah,” kekeh Alisa yang kemudian segera berlari meninggalkan Darren dan menemui Noah yang tampak sedang asyik bermain dengan Amina dan pengasuhnya.“Sekarang main sama Aunty, ya,” ujar Alisa kepada Noah. Karena Alisa melihat kalau Amina dan pengasuhnya sudah sangat kewalahan mengajak Noah bermain bola dan ber

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 137

    Alisa tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Darren. Sebab, dia baru sadar kalau dia juga tidak lebih baik dari Renata."Iya, aku salah. Tapi, rasanya aku tidak rela saja kalau sampai orang sebaik kamu mendapatkan istri seperti Renata," jawab Alisa menunduk."Renata sangat baik, bahkan dia lebih baik dariku. Bisa jadi awalnya dia tidak baik, tapi sekarang dia sudah berubah," ujar Darren menjelaskan kepada Alisa.Alisa menganggukkan kepalanya. "Semoga kalian kuat, karena aku yakin akan banyak sekali halangan dan rintangannya kalau kalian memilih untuk kembali bersama."Darren tergelak mendengar apa yang disampaikan oleh sang adik. Sebab, saat mengatakan demikian Alisa terlihat sangat dewasa. "Kenapa tertawa?" tanya Alisa merengut."Kamu yang membuat aku merasa lucu. Kamu seperti seorang yang sangat dewasa dan berpengalaman dalam hidup. Kalau gak lihat orangnya, maka gak bakal tahu kalau yang baru saja berbicara adalah anak umur dua puluh tahun," kekeh Darren."Ejek aja terus!" ke

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 136

    “Astaga, ibuku ini masih belum percaya. Semuanya hanya untuk berjaga-jaga, Bu,” jawab Darren tersenyum dan kali ini tangannya memegang tangan Amina yang sudah mulai keriput. Namun, sangat terawatt.“Kamu itu adalah orang yang paling tidak bisa berbohong kepada ibu, sejak kecil kamu tidak pernah berbohong. Saat kamu mulai mau berbohong, telinga memerah dan matamu tidak pernah bisa menatapku,” jawab Amina.Dari jawaban yang Amina berikan itu membuat Alisa tampak sangat bersemangat memeriksa telinga Darren, sehingga membuat Darren tergelak dan Amina hanya bisa menahan tawanya. Saat ini Amina memiliki dua orang anak yang sama kocaknya.“Bu, lihatlah telinganya memerah. Ini artinya dia memang sedang berbohong!” teriak Alisa kepala Amina.&l

  • The Billionaire's Revenge   Chapter 135

    “Iya, Pak. Komandan kami yang membawa mereka kesini dan mengantarkan ke rumah pak Darren sekalian mereka di daftarkan disini sebagai penghuni perumahan sini,” jawab pak Danny serius.Bahkan pak Danny merasa keheranan ketika melihat ekspresi wajah Darren yang tampak terkejut saat mengetahui pengawalnya sudah terdata disana.“Pastinya kami percaya kalau komandan kami yang bawa. Jadi, mereka sudah aman pak. Keluar masuk kompleks sini sudah terdaftar,” lanjut Danny tersenyum.“Okelah kalau begitu, tadinya aku tidak tahu kalau langsung didaftarkan disini,” jawab Darren pelan.“Semuanya, terima kasih ya. Saya lanjut pulang,” ujar Darren kemudian berpamitan kepada para penjaga keamanan tersebut.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status