“Kamu kenapa lagi?” tanya Haden saat melihat sepupunya pulang sambil memegang kepalanya. "Itu kepala lepas aja kali, enggak usah dipegangin ... kayak mau copot dan menggelinding ke bawah aja.”
“Ihh amit-amit,” ucap Alexa sambil menggetok kepala dan meja yang ada di dekatnya secara bersamaan.
“Bosan ... terus jenuh jadi perusak hubungan orang yang protagonis,” ucap Alexa sambil memajukan bibirnya beberapa centi ke depan.
“Mana ada status orang ketiga yang baik? Bilang aja kamu bosen sama cowok-cowok yang kamu deketin. Karena rata-rata, salah satu sikap mereka dominan sama kalau soal cinta dan segala permainnya.”
“Hmmm,” jawab Alexa malas tapi memang ia membenarkan perkataan sepupu yang gantengnya itu. Cowok yang ia dekati selama ini rata-rata tidak bisa menjaga matanya atau bahkan menjaga hatinya, selalu saja bercabang. Dan dia juga bosan karena cowok yang selalu menjadi targetnya terlalu gampang ditaklukan, tidak ada tantangannya sama sekali.
“Mau enggak ngedeketin Yaron? Akhir-akhir ini dia murung terus, mungkin aja dia ada masalah sama pacarnya. Waktu yang bagus bukan untuk merebut hatinya?” tawar Haden yang membuat Alexa tampak berpikir sebentar.
“Bukannya hubungan Yaron sama Nori itu baik-baik aja ya, dan selalu baik bahkan,” jelas Alexa.
“Enggak ah ... enggak mau kalau hubungan mereka baik-baik aja. Yaron sama Nori juga kan orangnya baik pasti saling menjaga,” tolak Alexa.
“Katanya mau cari tantangan! Ayolah jangan berlindung terus dari kata pho yang protagonis karena emang pho itu ditakdirkan untuk jadi antagonis.”
Alexa memandang wajah sepupunya itu dengan datar, “Balik gih ... dasar bisikan syaitan!”
Kini, Alexa sedang berjalan di kolidor sekolah untuk mencari Nazwa dan memintanya supaya mengantar dia ke perpustakaan. Tapi langkah Alexa terhenti saat melihat Yaron yang sedang menundukan dan menyenderkan kepalanya di dinding, tentu saja hati dan logika Alexa menyuruhnya untuk menghampiri Yaron karena kepikiran kata-kata Haden tentang hubungannya dengan Nori.
“Kamu kenapa, Ron?” tanya Alexa berdiri di samping Yaron namun tidak ada jawaban sama sekali.
“Yaron,” panggil Alexa sambil memegang pundaknya.
Yaron yang langsung peka pundaknya disentuh oleh seseorang pun langsung menggerakan kepalanya untuk melihat sumber sentuhan itu, “Alexa?”
Alexa tersenyum saat namanya dipanggil dan langsung duduk di samping Yaron, “Kamu kenapa, kok mu—“ Alexa tidak sempat menyelesaikan ucapannya karena kaget Yaron melepaskan eartphone dari telinganya.
“Oh shit ... kan aku juga udah bilang dan memperingati juga enggak mungkin Yaron ada masalah sama Nori, dia terlihat murung karena lagi dengerin musik.”
“Kenapa? Mu apa?” tanya Yaron tidak mengerti.
“Hehe, aku kira tadi kamu lagi murung atau ada masalah apa gitu. tapi aku kayaknya salah,” jawab Alexa sambil tersenyum kikuk.
“Semua orang pasti punya masalah kok, iya enggak? Cuma tergantung sama orangnya aja, entah mau di umbar atau cukup disimpan aja,” ucap Yaron manis yang membuat Alexa semakin tersenyum kikuk.
“Enggak bisa! Yaron terlalu manis untuk aku permainkan. Apalagi Nori orangnya membawa aura positif, mana mungkin aku tega rebut Yaron dari bidadari secantik dia.”
“YARON!” teriak Alexa tidak percaya karena tiba-tiba cowok itu langsung mengecup pipi Alexa saat dia sedang melamun.
“Kamu ngapain?” tanya Alexa tidak percaya sambil memegang bekas pipi yang dicium Yaron.
“Ron....” Nama itu dipanggil lagi tapi bukan dari bibir Alexa melainkan pacar Yaron yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nori yang membuat mata Alexa benar-benar ingin lepas dari wajahnya.
“Nori ... aku bisa jelasin semuanya sama kamu,” ucap Alexa mendekati Nori.
“Enggak usah, Xa. Pemandangan yang aku lihat tadi udah membuktikan dan menjelaskan semuanya,” jawab Nori tersenyum tipis ke arah Alexa.
“Kamu salah paham. Ron jelasin!” Alexa terlihat mengode dan memaksa Yaron untuk menjelaskannya kepada Nori. Sumpah, Alexa tidak ada niatan untuk menjadi orang ketiga dari hubungan Yaron sama Nori.
“Enggak usah, Xa. Nggakpapa.” Lagi-lagi Nori menyebutkan kalimat itu dengan tersenyum miris.
“Aku cinta sama dia.” Kalimat itu sangat jelas terdengar ditelinga Alexa dari bibir Yaron. Bukan, tolong garis bawahi 'dia' disini bukan Nori melainkan Alexa. Dan ya ... sekarang cowok itu ada di samping Alexa sambil merangkul pundaknya.
“Ron! Apa-apaan sih? Nori enggak, jangan percaya sama omongan dia. Plis, kita enggak ada hubungan apa-apa.”
“Hmmm.” Nori terlihat tersenyum sambil menahan airmatanya untuk keluar dan membasahi wajahnya.
“Kita putus,” lanjut Nori sambil pergi dari hadapan Alexa dan Yaron.
Alexa yang mendengar Nori mengatakan kalimat yang sangat terlarang pengucapannya dalam sebuah hubungan pun hanya sanggup menjadi patung. Tolong! Jangan salahkan dia atas rusaknya hubungan sepasang kekasih yang ada dihadapannya ini. Alexa sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, disini ia seperti orang yang baru bangun dari koma, tidak tahu apa-apa.
Baru kali ini, ia benar-benar tidak tahu apa yang dia lakukan untuk menjadi pho, semuanya sudah beres dan ia tinggal tanggung namanya saja. “YARON!” Alexa berteriak sambil melayangkan tamparan di pipi kirinya karena marah telah membuat ia bingung atas citranya yang bukan sama sekali ia lakukan.
“Kamu ngapain, hah! Kejar Nori, jelasin semuanya. Aku enggak tau apa-apa ya soal ini.”
“Dia enggak akan mau dengerin, jadi percuma aja. Lagian status kamu sebagai pho pun menjadi alasan yang paling kuatkan untuk dia percaya akan apa yang dia lihat,” jawab Yaron simple dn berubah menjadi dingin.
“Aku akuin aku seorang pho atau orang ketigalah. Tapi untuk soal ini, aku enggak rela kalau dituduh jadi tersangka atas kandasnya hubungan kalian.”
“Aku akan jelasin sama Nori sekarang!” lanjut Alexa sambil pergi meninggalkan Yaron dengan kesal, marah, bingung bercampur jadi satu. Dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi diantara Yaron dan Nori, tapi bisa-bisanya ia ikut terlibat bahkan citranya yang sudah ia bangun menjadi pho dengan mempunyai martabat kini seakan martabatnya hilang.
Alexa mencari-cari Nori dari mulai kelasnya sampai keliling kolidor tapi tidak kunjung ia temukan, kini hawanya menjadi panas dan Alexa mengacak-acak rambutnya frustasi, apalagi ternyata beritanya tentang ia menjadi orang ketiga di dalam hubungan Yaron dan Nori sudah menyebar dengan cepat dan menjadi topik yang sedang hangat-hangatnya di bicarakan.
Kini, Alexa sedang berada di toilet cewek untuk menyumpah sirampahi kelakuan Yaron dan melampiaskan kekesalannya disana. Setelah masuk dengan membanting pintu, Alexa langsung membasahi wajahnya dengan air supaya dia sedikit lebih tenang.
“Sialan! Ini sama sekali enggak ada di daftar rencana permainan cinta aku, enggak ada naskahnya sama sekali. Bahkan aku enggak ada niatan buat jadi pho antogonis gini. Aku harus gimana! Ya Allah ... masaiya karmanya ini,” keluh Alexa sambil mengusap wajahnya dengan handuk.
Belum selesai Alexa menggerutu dengan pelan, wajah Nori tampak di kaca yang membuatnya kaget dan menyipitkan matanya untuk mengecek apakah penglihatannya benar atau salah. “Nori,” ucap Alexa pelan saat melihat Nori di kaca.
Alexa refleks memutarkan tubuhnya 180 derajat untuk bisa melihat ke arah Nori, sebelum ia menyampaikan beberapa kalimat yang seakan menjadi sebuah pembelaan dirinya yang kemungkinan besar tidak akan dipercaya oleh Nori. Alexa memegang tangan Nori untuk menahannya pergi sambil tersenyum untuk menetralkan suasana dan perasaannya.
“Aku tahu kamu nggak akan percaya. Tapi serius deh, aku bahkan bisa bersumpah kalau aku enggak ada hubungan sama sekali sama Yaron.”
“Aku emang suka ngerusak hubungan orang dan jadi orang ketiga, tapi aku enggak pernah ada niatan buat ngerusak hubungan kamu. Aaaa gimana sih ngejelasinnya supaya kamu percaya,” ucap Alexa frustasi.
“Udah Xa, enggak perlu. Mau kamu ada di antara aku sama Yaron ataupun enggak. Hubungan kita udah berakhir, jadi enggak perlu repot-repot.”
Wajah Nori yang terlihat sudah menangispun, sangat jelas dilihat oleh Alexa. Kini hati Alexa merasakan sakit saat melihat ada cewek yang menangis karena hubungannya sudah berakhir karena dia. Sulit untuk mengiyakan jika hubungan mereka hancur karenanya, tapi itu memang kenyataannya, beberapa menit yang lalu tanpa ada skenario dan rencana bahkan niat saja belum dia siapkan tapi hebatnya dia sudah sukses menghacurkan hubungan orang dan menjadi orang ketiga.
“Enggak ... semuanya belum berakhir, Nori. Aku akan buat kamu kembali lagi sama Yaron, aku janji,” terang Alexa untuk berusaha membuat Nori yakin kepadanya.
Nori hanya diam saja, dan Alexa mengartikan bahwa diamnya Nori adalah sebuah jawaban bahwa Nori tidak ingin berpisah dengan Yaron. “Jangan ... aku percaya kamu enggak ada hubungannya sama sekali dalam hal ini. Yaron kayaknya emang udah bosen dan dia cuma cari kambing hitam aja supaya kita bisa putus.”
Alexa iba melihat Nori mengatakan itu dengan masih menampakan senyumnya, cewek sebaik dan secantik Nori bisa-bisanya Yaron sakiti seperti ini. Ahh ingin rasanya Alexa balas dendam kepada Yaron atas perbuatannya karena telah menyakiti Nori. Tapi untuk saat ini, ia harus cari tahu kenapa Yaron melakukan itu sambil berusaha sedikit-sedikit membalaskan dendam. Dan jika Yaron masih pantas untuk Nori, maka Alexa akan mengembalikan Yaron kepada Nori.
“Aku akan cari tahu kenapa Yaron ngelakuin ini sama kamu, dan aku akan berusaha buat dia balik lagi atau paling enggak dia minta maaf karena udah buat kamu nangis dan sakit hati gini.” Alexa langsung meninggalkan Nori dan langsung mencari keberadaan Yaron untuk meminta penjelasan.
“YARON!” teriak Alexa saat menemukan Yaron yang sedang mengobrol bersama teman-temannya.
“Ikut aku ... kita perlu bicara.”
“Wih benar dong beritanya, aku kira berita tentang kalian itu hoaks,” ucap salah satu teman Yaron.
“Kok mau sih Ron, sama Alexa. Diakan—“
“Apa?” potong Alexa sedikit meninggi.
“Kalian cuma tau ceritanya sebait enggak usah so so-an kayak udah tahu ceritanya sampai selesai!” sambungnya lagi.
“Cowok kok mulutnya kayak banci!” Kalimat yang terakhir Alexa lontarkan sukses membuat teman-teman Yaron berdiri dan bersiap-siap untuk memukul Alexa, tapi sebelum itu terjadi Yaron langsung menahan teman-temannya dan menarik Alexa menjauh.
“Ini semua gara-gara kamu!” gerutu Alexa menghempaskan tangan Yaron dari tangannya yang membuat mereka berhenti berjalan.
“Kalau kamu enggak putus sama Nori atau setidaknya enggak bawa-bawa nama aku buat dijadikan kambing hitam, semuanya enggak akan serumit ini.”
Yaron hanya diam sambil menatap Alexa dengan datar.”Lagipula kamu jadi cowok bodoh banget memutuskan untuk putus sama cewek sebaik, secantik, sepintar Nori yang hampir sempurna.”
“Bodoh! Ya aku bodoh. Karena udah cinta sama kamu,” ucap Yaron dengan datar begitupun dengan Alexa yang hanya ketawa, karena menurutnya itu sebuah lelucon.
“Ron, aku tahu kamu itu cowok baik, enggak usah jadi cowok brengsek. Lagipula kamu salah orang kalau mau ngebodohin aku.”
“See, kurang cantik mainnya sayang,” lanjut Alexa tersenyum jahat dan menepuk pundak Yaron sambil melangkahkan kakinya untuk pergi menjauh dari Yaron.
Sore ini, Alexa sudah ada janji dengan cowok yang menjadi target dari permainan cinta Alexa selanjutnya, permainan ini lumayan sedikit menantang karena cowok yang dia deketin ternyata sudah bucin akut kepada pacarnya. Bahkan rela melakukan apapun dan merelakan ceweknya selingkuh dengan cowok lain. Ini yang Alexa harapkan, bukankah menyenangkan?
Alexa melihat cowok yang sedang duduk di sebuah taman dengan memakai eartphone dan ternyata sedang istrahat karena sudah lari sore, Alexa melihat penampilan cowok itu dari atas sampai bawah, dia cukup menarik dan bahkan tampan. Alexa yakin pasti banyak sekali cewek yang mengincar cowok di depannya ini, tapi kenapa ia bisa bucin kepada satu cewek. Apa yang udah dilakukan ceweknya sampai dia bisa bergantung seperti ini.
“Maaf ... kamu Irvin kan?”
Cowok itu melihat ke arah Alexa dengan mengangkat sebelah matanya, menjelaskan bahwa cowok yang bernama Irvin itu tidak tertarik sama sekali kepada Alexa bahkan langsung membuang mukanya saat sudah melihat Alexa.
Alexa hanya tersenyum kecut sambil mengelus dadanya pelan. “Orang ganteng emang suka jual mahal, sabar-sabar.”
“Oh bukan ya? Aduh maaf kayaknya salah orang,” ucap Alexa berakting seperti orang yang tidak enak.
“Aduhh Raysha ... pacar kamu yang mana sih?” gerutu Alexa sengaja dibesarkan suaranya untuk memancing Irvin. Karena Alexa yakin kalau menyangkut soal pacarnya, Irvin akan meliriknya atau bahkan langsung mendekatinya karena dia ingin tahu apapun itu tentang Raysha.
Alexa melirik terlebih dahulu ke arah Irvin untuk melihat sikapnya seperti apa, tapi kayaknya Alexa harus lebih banyak kasih umpan untuk ikah hiu ini. “Raysha Azzahra Putri, Nyebelin banget sih. Ngapain coba nyuruh-nyuruh buat cari pacarnya, lebay banget. Kenapa enggak cari sendiri. Kan beban!” sambung Alexa sengaja terus menggerutu dan melewati Irvin untuk pura-pura pergi.
Alexa sudah berjalan jauh meninggalkan Irvin, tapi tidak ada kabar bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa cowok itu akan mencari atau bahkan mengejar dirinya untuk meminta penjelasan tentang pacarnya. Alexa menggelengkan kepalanya untuk memberi tanda ada yang tidak beres dengan rencananya saat ini, bisa-bisanya ia tidak bisa memancing Irvin untuk membuka diri.
“Bentar-bentar, gimana ya?” ucap Alexa duduk di sebuah kursi untuk mencari ide dan rencana apa yang harus dia lakukan untuk mendekati Irvin.
“Masaiya sih harus cara yang posesif, enggak banget,” keluh Alexa.
“Irvin Adrian ...!” panggil Alexa frustasi sambil menutup wajahnya.
“Itu nama aku,” jawab seseorang yang terdengar dari arah belakang Alexa.
Alexa langsung membuka tangan yang menutupi wajahnya dan berdiri ke arah sumber suara, mulutnya benar-benar tidak bisa dikondisikan. Dia benar-benar kaget karena tiba-tiba Irvin ada dibelakangnya, dan yang paling dia khawatirkan adalah bagaimana kalau Irvin mendengarkan semua perkataannya dari tadi.
“Kamu?” tanya Alexa kembali mengkondisikan wajahnya dan menetralkan rasa takut dan kagetnya.
“Aku Irvin Adrian, ada apa? Kenapa kamu cari aku? Terus maksud kamu bawa nama-nama pacar aku apa ya? Raysha baik-baik aja kan?” tanya Irvin tanpa ada jeda sama sekali yang membuat Alexa mengerutkan keningnya tidak percaya.
“Hehe, bisa enggak nanyanya satu-satu.”
Alexa mempersilahkan Irvin duduk di sisinya untuk menceritakan dan lebih tepatnya menanyakan kebenaran soal Irvin yang sudah tahu atau tidak, bahwa pacarnya selingkuh dengan cowok lain. Tidak, Alexa tidak akan menceritakan hal-hal yang buruk tentang Raysha, itu akan membuat Irvin menjauh darinya. Tentunya Alexa akan menceritakan hal-hal yang menyenangkan atau sisi positif dari Raysha untuk menarik perhatian Irvin dan memancingnya untuk membuat dia menceritakan apa yang telah Raysha lakukan untuknya.“Raysha emang baik,” bangga Irvin saat Alexa sudah selesai bercerita.Alexa hanya menjawab perkataan Irvin dengan senyuman kecil tanpa ada niatan untuk menjawab kalimat yang telah Irvin keluarkan. Sekarang Alexa hanya perlu menunggu Irvin untuk menceritakan hal lain tentang Raysha. Setahunya, cowok tipe Irvin akan gampang untuk menceritakan kebaikan ceweknya karena saking sayangnya.”Dulu, saat aku lagi dalam keadaan terpuruk. Raysha datang dan memberi aku
Waktu istirahat telah tiba, Alexa yang sedang santai duduk di bangkunya sambil memainkan gawai langsung terfokus kepada seseorang yang entah sejak kapan ada di depannya sambil menatapnya datar. Dengan malas, Alexa memalingkan wajahnya dari cowok itu sambil melihat teman-teman sekelasnya yang ternyata sedang melihat ke arahnya sambil menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi di antara dirinya dengan Yaron.“Ada apa?” Alexa mengawali percakapan dengan terpaksa karena dari tadi Yaron hanya menatapnya sedangkan dari tadi Alexa sudah menahan kupingnya yang panas akibat bisikan teman sekelasnya.Yaron hanya diam saja sambil terus menatap ke arah Alexa, “Naz, mau ikut gak?” tanya Alexa mengalihkan pembicaraan.Nazwa terlihat memberi kode kepada Alexa dengan menunjuk ke arah Yaron seakan bertanya Yaron gimana. Sedangkan Alexa hanya membalas dengan wajah yang bodo amat. “Mau ikut gak? Yaudah!”Belum sempat Alexa melangkahkan kak
Alexa pergi meninggalkan Yaron dan langsung menaiki mobilnya, harapannya saat ini. Alexa tidak ingin Yaron mengganggunya lagi, apapun itu alasannya terkecuali kalau Yaron mau membersihkan dulu namanya yang sudah tercoreng menjadi sang pho yang antogonis. Mungkin Alexa akan berbaik hati untuk menuruti kemauannya atau paling tidak dia akan siap untuk mengikuti permainan Yaron, kalau perlu Alexa akan membuat Yaron jatuh cinta kepadanya.Selama dua hari ini, kehidupan Alexa jauh lebih indah setelah Yaron tidak memunculkan lagi wajahnya dihadapan Alexa dan itu yang membuat Alexa bersemangat lagi untuk melanjutkan permainan cintanya dan menyelesaikan target yang begitu menggemaskan. Alexa duduk dengan tenang di taman sambil melihat-lihat sosial media miliknya dan mencari tahu keberadaan Irvin untuk sore nanti. Garis bibir Alexa tergambar dengan jelas nan indah di wajah cantiknya saat melihat beberapa foto yang menampakan visualisasi sosok Irvin yang begitu imut dan cool. Ia terpana
Alexa daritadi tidak membuka pembicaraan begitupun dengan Irvin, mereka hanya sibuk menghabiskan makanan yang tersaji di meja. Sekarang, Alexa sedang berpikir dan menimbang apakah ini waktu yang tepat untuk membicarakan hubungan Irvin dengan Raysha atau bukan. Tapi jika Alexa diam saja, Irvin tidak akan pernah terbuka pikirannya dan akan terus menjadi seseorang yang bodoh karena telah mempertahankan Raysha.“Irvin...!” panggil Alexa sambil mencoba untuk tersenyum tapi bisa dilihat bahwa senyum yang Alexa tampakan kaku.Alexa diam beberapa saat sambil menatap mata Irvin yang sedang melihatnya, “Boleh minta tolong sesuatu gak?”“Apa?”“Ajarin aku main basket.” Alexa tersenyum kali ini dengan penuh semangat.“Kapan?”“Kalau kamu gak sibuk, habis ini aja.”Irvin terlihat diam seperti sedang berpikir sebelum dia mengangguk setuju, “Yeee. Makasih.”Al
Alexa dan Nazwa kini sedang duduk di kantin sambil menikmati mie baso yang hanya di bumbui penyedap rasa dan sambal tanpa saos kecap. Keduanya makan sambil terus bercerita sampai mulut mereka terdiam karena ada Yaron yang duduk di antara mereka berdua.“Ada apa?” tanya Alexa kepada Yaron sambil menyuapi mulutnya.“Habisin dulu aja makannya.”Alexa menganggukan kepalanya, “Gak pesan makanan?” tanya Alexa saat melihat Yaron yang daritadi hanya melihat dia dan Nazwa makan.“Enggak.”“Mau?” Alexa terlihat menyodorkan sendok yang sudah di isi oleh potongan baso. Awalnya Yaron melihat dulu dengan wajah yang datar sampai pada akhirnya dia membuka mulutnya dan mengunyah makanannya.“Please deh, kalian lupa ya, disini ada aku,” greget Nazwa.“Nyuapin doang, ni riwehh,” ucap Alexa dengan berlogat.“Mau lagi?” tanya Alexa yang dijawab gelengan
Alexa sudah sampai di depan rumahnya dan langsung masuk ke ruang tamu, saat ini ia sedang melihat Yaron yang sedang menatap ke arahnya dengan santai. Haden yang menjadi penengah langsung tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Alexa menghampirinya.“Dari mana aja?” tanya Haden saat melihat sepupunya yang sudah menyiapkan ribuan kata-kata untuk menyerangnya.“Ron ngapain?” greget Alexa.“Nunggu kamu,” jawab Yaron simple sedangkan Haden hanya menelan ludahnya, saat ia di acuhkan oleh Alexa bahkan pertanyaan darinya saja tidak di jawab sama sekali.“Aku udah bilang ada janji. Kenapa masih nunggu. Keras kepala banget sih.”“Pulang!” usir Alexa yang membuat Haden bersiap-siap untuk mengangkat kakinya.“Mau kemana?” tanya Alexa saat melihat Haden akan pergi.“Pulang.”“Bukan kamu tapi Yaron,” ucap Alexa sambil senyum terpak
Yaron melepaskan tangan Alexa saat mendengarkan kata yang Alexa ucapkan, “Enggak.”Alexa tersenyum miris melihat sikap Yaron yang langsung mengalihkan pandangannya dan langsung melanjutkan permainan pukul tikusnya. Alexa hanya berdiam diri sambil menunggu permainan Yaron selesai, ingin rasanya dia langsung pergi atau kabur meninggalkan Yaron sendiri. Sekarang Alexa sudah berada di batas kesabarannya.“Aku cape, mau pulang!” ucap Alexa sambil melangkahkan kakinya saat Yaron baru selesai memainkan game pukul tikus.Alexa seakan melupakan perjanjian yang dia sudah buat sendiri dan pertama kalinya menjadi orang yang tidak profesional. Bagaimana tidak, ia sudah muak dengan sikap dan kebohongan Yaron walaupun ia suka bermain tentang cinta tapi ini bukan permainan yang dia sukai.Yaron langsung mengejar Alexa, saat dia sudah berada di samping Alexa dan menyamakan langkahnya, mereka hanya saling menutup rapat-rapat bibirnya seakan tidak ad
Raysha : Mau rebut Irvin? Coba aja kalau bisa.“Shitt ... bisanya di chat doang, pas ketemu malah kikuk gak berani ngomong apa-apa,” gerutu Alexa saat membaca pesan yang tidak sama sekali tertarik untuk dia balas.“Kenapa?” tanya Nazwa dan Haden secara bersamaan.“Uuuu ... udahlah kalian jadian aja. Aku yakin kalian akan jadi pasangan yang awet rajet.”Nazwa dan Haden saling melirik satu sama lain, “Kalau aku sih yes—““No!” potong Nazwa.Alexa yang melihat itu hanya bisa menutup mulutnya, namun fokusnya teralihkan saat hpnya bergetar lagi.Raysha : 100% gagal. Karena aku yakin, aku satu-satunya.Alexa langsung menunjukan ekspresi yang jijik dan mual-mual yang langsung membuat Haden dan Nazwa saling melirik karena tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan cewek yang ada di depan mereka.“Emangnya ak
“Aku gakpapa, Xa.”“Aku gak nanyain kondisi kamu!” geram Alexa.“Kamu anemia, Iya atau enggak?!” Alexa terlihat menatap wajah Yaron dengan kesal karena tidak suka dengan sikap Yaron yang selalu menyembunyikan apapun dari Alexa. Yang salah ada di dirinya karena tidak bisa dipercaya atau ada di Yaron?“IYA ATAU ENGGAK?!”“Iya,” jawab Yaron melihat ke arah Alexa dengan datar.“Aku gak mau, kamu jadi iba dengan penyakit yang aku derita,” lanjut Yaron membuang wajahnya.Alexa terlihat mengerutkan keningnya, “Apa sih, Ron! Siapa juga yang mau iba sama sikap kamu yang songong gini,” ucap Alexa tersenyum kecil supaya mencairkan suasana.“Lagipula, aku nanya gitu cuma mau memastikan aja apa yang aku duga-duga selama ini benar atau enggak. Supaya aku bisa menjaga kamu dan jadi ibu yang over protektif kalau anaknya kenapa-napa, sekaligus jadi suster s
Yaron melihat Alexa dari kejauhan, walaupun Alexa membelakanginya, dia masih bisa melihat dengan samar jika Alexa seperti orang yang bahagia dan sesekali tersipu malu saat berbicara dengan Irvin. Tidak ada alasan untuk Yaron membuang mukanya supaya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Alexa, buktinya kemarin bukan kemauan Yaron untuk melihat Alexa bermain basket dengan Irvin dengan sangat romantis dan bahagianya.“Di ajak lagi main basket?” tanya Yaron saat Alexa kembali duduk di sampingnya.Alexa menggelengkan kepalanya sambil menyimpan hp setelah membalas pesan dari seseorang. “Kalau gitu di ajak jalan?”Alexa kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, “Apa sih! Kepo!” jawab Alexa sambil melihat-lihat sudut kamar Yaron yang simple tapi terlihat elegant.Alexa tersenyum kecil saat melihat poto Yaron yang masih kecil dan di edit menjadi naik unta, tentu saja itu poto Yaron saat wisuda tk. Saat Alexa
Alexa berjalan sambil melihat jendela kelas Yaron yang menunjukan tidak ada tanda-tanda Yaron disana, bahkan kantongnya saja tidak ada. Alexa hanya melihat Nori yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sedang melihat ke arah Alexa sambil bisik-bisik, tentu saja yang melihatnya akan menyangka jika Nori sedang menceritakan tentang Alexa.“Budi,” panggil Alexa kepada salah satu teman kelas Yaron yang kebetulan keluar dari kelas.“Iya.”“Yaron kemana ya? Kok gak ada di kelas,” tanya Alexa sambil melihat ke dalam kelas.“Dia gak sekolah, Alexa.”“Kenapa?”Budi menggelengkan kepalanya yang membuat Alexa khawatir, tidak lupa sebelum Budi pergi Alexa mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan dia informasi. Sambil melihat ke arah kelas yang menunjukan Nori sedang melihatnya, Alexa mencoba menelphone lagi Yaron yang masih tidak aktif walaupun menggunakan panggilan biasa.
Di satu sisi lain dari arah barat, terlihat ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon sambil melihat dua orang manusia yang sedang main basket dengan bahagianya, dihiasi oleh ribuan senyuman dan candaan. Semuanya terasa indah apalagi sang cewek yang daritadi merengek supaya cowoknya bisa mengalah dalam bermain basket. Senyum terlukis abstrak dari wajah Yaron melihat kebahagiaan Alexa yang sedang bermain basket dan ekspresi wajahnya yang membuat Yaron mengagumi ciptaan Tuhannya yang sangat manis, mandiri dan cantik tentunya.Entah bagaimana caranya, langkah kaki yang digerakan oleh hati Yaron menuntun dan membawanya untuk melihat apa yang dilakukan Alexa bersama dengan Irvin. Ada rasa bahagia karena melihat kebahagiaan Alexa namun ada rasa kecewa karena Yaron tidak bisa membuat Alexa sebahagia itu bila bersamanya. Saat melihat kepala Alexa yang terkena bola basket, langkah kaki Yaron tiba-tiba berjalan dengan sendirinya dan terhenti saat melihat Irvin yang langsung mendeka
Alexa menatap Yaron dengan malas sambil melepaskan pegangan tangannya, tentu saja akan beda cerita kalau Yaron ikut bersama dengan Alexa. Bagaimana mungkin Alexa bisa merefresikan pikirannya yang selalu atau bahkan dipenuhi oleh masalah, dan itu semua tentang Yaron. Alexa menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah Yaron sebentar lalu melihat ke arah lain yang kebetulan ada Haden.“Haden...!” teriak Alexa.Haden langsung menghampiri Alexa dan Yaron, “Ada apa, Sepupu aku yang paling cantik. Apa yang harus aku bantu?” ucap Haden sambil merangkul Alexa di depan Yaron.“Lo gak bisa kayak ginikan?” ejek Haden kepada Yaron sambil tertawa puas.“Anterin Yaron pulang, pastikan dia gak ikutin aku pulang sama Irvin. Apalagi ganggu waktu santai aku sama dia.”Haden yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya dan mengangkat jempolnya, “Siap, it’s eazy. Lo dengar kan kata sepupu gue apa? Hayu
Seperti yang Alexa dan Nazwa prediksi, hari ini sekolah dibuat geger karena melihat perubahan Rina yang menjadi lebih cantik bahkan trending di sekolah saat ini diduduki olehnya. Banyak cowok-cowok yang melihat Rina dengan santapan yang enak bahkan ada beberapa cowok yang langsung menghampiri Rina dan langsung mendekatinya tanpa aba-aba. Tapi, ternyata Rina belum siap dengan keadaannya dan dia hanya tersenyum kecil dan merasakan gugup. Untung saja ada Alexa dan Nazwa yang selalu berada di sisinya.“Nah Rin, jangan mau di deketin sama Bayu, dia ceweknya banyak terus tukang ghosting,” ucap Alexa saat bayu sudah pergi dari sisi Rina.“Kalau Gio, dia ganteng sih. Tapi kamu akan ngebatin karena dia baik ke semua cewek.” Kini, Alexa melihat ke arah Gio yang sedang melihat ke arah mereka.“Tapi sih, sebenarnya semua cowok punya kekurangannya tersendiri. Jadi, ya ... kamu tahulah. Cara mereka nyakitin kita itu berbeda-beda tapi tujuannya sa
Hari yang sangat cocok untuk berlibur dan merefreshing pikiran dengan jalan-jalan sekaligus belanja ke mall untuk keperluan Rina. Dimulai dari pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris-aksesoris yang mereka habiskan secara tiga jam lebih karena ternyata mereka bukan tipe cewek yang suka berlama-lama untuk berbelanja dan memilih pakaian yang sesuai dengan selera tanpa mementingkan fasion/stylish.“Rin, kalau gak pakai kacamata kamu bisa lihat dengan jelas gak atau mau pakai kacamata aja?” tanya Nazwa saat sedang memilah aksesoris seperti kalung, anting dan disana ada juga kacamata yang simple.“Kalau lebih pede pakai kacamata, gapapa pakai kacamata aja. Kamu akan tetap cantik dan gak mengurangi kecantikan kamu kalau gak pakai kacamata,” timpal Alexa.“Ah Teh Alexa bisa aja, tapi kayaknya Rina mau pakai kacamata aja, boleh kan Teh?” jawab Rina tersipu malu.Nazwa dan Alexa menganggukan kepalanya sambil memilih model kacamata ya
Yaron melihat Alexa dengan wajah yang datar, “Kenapa sih bahas Nori terus? Kamu cemburu?”Alexa tersenyum mendengar itu, “Iyaa, aku cemburu. Kenapa emangnya?”Yaron langsung terdiam dan menatap Alexa dengan tidak percaya, “Xa, kapan sih kamu mau berhenti ikut campur urusan orang lain?” tanya Yaron yang kini tatapannya berubah menjadi teduh.“Hmmm... emang kapan aku ikut campur urusan orang lain? Hubungan Irvin sama pacarnya aja aku udah bomatkan.”“Aku gak bahas Irvin. Udah deh, aku tahu Xa, maksud kamu deketin Rani apa.”“Ron, udah deh jangan mulai. Kamu gak tahu, titik permasalahannya. Aku ngelakuin itupun bukan tanpa alasan.” Kini, ucapan Alexa sudah mulai meninggi. Oleh karena itu, dia langsung mengatur nafasnya supaya bisa tenang.“Aku ngelarang kamu juga bukan tanpa alasan, Xa. Aku Cuma peduli dan khawatir kamu kenapa-napa. Udah gitu aja.”&ldquo
Kemampuan Alexa semakin hari semakin berkurang karena sudah jarang di asah untuk melihat sikap dan perilaku para cowok, apalagi setelah Alexa bertemu dengan Yaron dan Irvin, statusnya menjadi orang ketiga seakan vakum terlebih dahulu. Sangat di sayangkan memang, apalagi saat Alexa merasa bahwa ia tidak bisa mendeskripsikan sikap Yaron dan Irvin kepadanya. Apakah mereka melihat Alexa sebagai seorang perempuan atau tidak.Kadang, Alexa selalu berpikir apakah kemampuannya tidak mempan kepada dua cowok yang sedang berada di dalam ceritanya saat ini, karena dia sudah mulai menggunakan hati dibandingkan logikanya, sehingga dia lebih banyak merasa yang ujungnya malah jadi baper sendiri.“Nazwa...!” panggil Alexa yang membuat Nazwa langsung menoleh ke arahnya.Alexa mengeluarkan nafasnya terlebih dahulu dengan lemah. “Kenapa?” tanya Nazwa.“Kayaknya aku harus cari target baru deh, selain Irvin dan Yaron. Ada kenalan gak? Tapi kali in