Yaron melihat Alexa dengan wajah yang datar, “Kenapa sih bahas Nori terus? Kamu cemburu?”
Alexa tersenyum mendengar itu, “Iyaa, aku cemburu. Kenapa emangnya?”
Yaron langsung terdiam dan menatap Alexa dengan tidak percaya, “Xa, kapan sih kamu mau berhenti ikut campur urusan orang lain?” tanya Yaron yang kini tatapannya berubah menjadi teduh.
“Hmmm... emang kapan aku ikut campur urusan orang lain? Hubungan Irvin sama pacarnya aja aku udah bomatkan.”
“Aku gak bahas Irvin. Udah deh, aku tahu Xa, maksud kamu deketin Rani apa.”
“Ron, udah deh jangan mulai. Kamu gak tahu, titik permasalahannya. Aku ngelakuin itupun bukan tanpa alasan.” Kini, ucapan Alexa sudah mulai meninggi. Oleh karena itu, dia langsung mengatur nafasnya supaya bisa tenang.
“Aku ngelarang kamu juga bukan tanpa alasan, Xa. Aku Cuma peduli dan khawatir kamu kenapa-napa. Udah gitu aja.”
&ldquo
Hari yang sangat cocok untuk berlibur dan merefreshing pikiran dengan jalan-jalan sekaligus belanja ke mall untuk keperluan Rina. Dimulai dari pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris-aksesoris yang mereka habiskan secara tiga jam lebih karena ternyata mereka bukan tipe cewek yang suka berlama-lama untuk berbelanja dan memilih pakaian yang sesuai dengan selera tanpa mementingkan fasion/stylish.“Rin, kalau gak pakai kacamata kamu bisa lihat dengan jelas gak atau mau pakai kacamata aja?” tanya Nazwa saat sedang memilah aksesoris seperti kalung, anting dan disana ada juga kacamata yang simple.“Kalau lebih pede pakai kacamata, gapapa pakai kacamata aja. Kamu akan tetap cantik dan gak mengurangi kecantikan kamu kalau gak pakai kacamata,” timpal Alexa.“Ah Teh Alexa bisa aja, tapi kayaknya Rina mau pakai kacamata aja, boleh kan Teh?” jawab Rina tersipu malu.Nazwa dan Alexa menganggukan kepalanya sambil memilih model kacamata ya
Seperti yang Alexa dan Nazwa prediksi, hari ini sekolah dibuat geger karena melihat perubahan Rina yang menjadi lebih cantik bahkan trending di sekolah saat ini diduduki olehnya. Banyak cowok-cowok yang melihat Rina dengan santapan yang enak bahkan ada beberapa cowok yang langsung menghampiri Rina dan langsung mendekatinya tanpa aba-aba. Tapi, ternyata Rina belum siap dengan keadaannya dan dia hanya tersenyum kecil dan merasakan gugup. Untung saja ada Alexa dan Nazwa yang selalu berada di sisinya.“Nah Rin, jangan mau di deketin sama Bayu, dia ceweknya banyak terus tukang ghosting,” ucap Alexa saat bayu sudah pergi dari sisi Rina.“Kalau Gio, dia ganteng sih. Tapi kamu akan ngebatin karena dia baik ke semua cewek.” Kini, Alexa melihat ke arah Gio yang sedang melihat ke arah mereka.“Tapi sih, sebenarnya semua cowok punya kekurangannya tersendiri. Jadi, ya ... kamu tahulah. Cara mereka nyakitin kita itu berbeda-beda tapi tujuannya sa
Alexa menatap Yaron dengan malas sambil melepaskan pegangan tangannya, tentu saja akan beda cerita kalau Yaron ikut bersama dengan Alexa. Bagaimana mungkin Alexa bisa merefresikan pikirannya yang selalu atau bahkan dipenuhi oleh masalah, dan itu semua tentang Yaron. Alexa menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah Yaron sebentar lalu melihat ke arah lain yang kebetulan ada Haden.“Haden...!” teriak Alexa.Haden langsung menghampiri Alexa dan Yaron, “Ada apa, Sepupu aku yang paling cantik. Apa yang harus aku bantu?” ucap Haden sambil merangkul Alexa di depan Yaron.“Lo gak bisa kayak ginikan?” ejek Haden kepada Yaron sambil tertawa puas.“Anterin Yaron pulang, pastikan dia gak ikutin aku pulang sama Irvin. Apalagi ganggu waktu santai aku sama dia.”Haden yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya dan mengangkat jempolnya, “Siap, it’s eazy. Lo dengar kan kata sepupu gue apa? Hayu
Di satu sisi lain dari arah barat, terlihat ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon sambil melihat dua orang manusia yang sedang main basket dengan bahagianya, dihiasi oleh ribuan senyuman dan candaan. Semuanya terasa indah apalagi sang cewek yang daritadi merengek supaya cowoknya bisa mengalah dalam bermain basket. Senyum terlukis abstrak dari wajah Yaron melihat kebahagiaan Alexa yang sedang bermain basket dan ekspresi wajahnya yang membuat Yaron mengagumi ciptaan Tuhannya yang sangat manis, mandiri dan cantik tentunya.Entah bagaimana caranya, langkah kaki yang digerakan oleh hati Yaron menuntun dan membawanya untuk melihat apa yang dilakukan Alexa bersama dengan Irvin. Ada rasa bahagia karena melihat kebahagiaan Alexa namun ada rasa kecewa karena Yaron tidak bisa membuat Alexa sebahagia itu bila bersamanya. Saat melihat kepala Alexa yang terkena bola basket, langkah kaki Yaron tiba-tiba berjalan dengan sendirinya dan terhenti saat melihat Irvin yang langsung mendeka
Alexa berjalan sambil melihat jendela kelas Yaron yang menunjukan tidak ada tanda-tanda Yaron disana, bahkan kantongnya saja tidak ada. Alexa hanya melihat Nori yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sedang melihat ke arah Alexa sambil bisik-bisik, tentu saja yang melihatnya akan menyangka jika Nori sedang menceritakan tentang Alexa.“Budi,” panggil Alexa kepada salah satu teman kelas Yaron yang kebetulan keluar dari kelas.“Iya.”“Yaron kemana ya? Kok gak ada di kelas,” tanya Alexa sambil melihat ke dalam kelas.“Dia gak sekolah, Alexa.”“Kenapa?”Budi menggelengkan kepalanya yang membuat Alexa khawatir, tidak lupa sebelum Budi pergi Alexa mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan dia informasi. Sambil melihat ke arah kelas yang menunjukan Nori sedang melihatnya, Alexa mencoba menelphone lagi Yaron yang masih tidak aktif walaupun menggunakan panggilan biasa.
Yaron melihat Alexa dari kejauhan, walaupun Alexa membelakanginya, dia masih bisa melihat dengan samar jika Alexa seperti orang yang bahagia dan sesekali tersipu malu saat berbicara dengan Irvin. Tidak ada alasan untuk Yaron membuang mukanya supaya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Alexa, buktinya kemarin bukan kemauan Yaron untuk melihat Alexa bermain basket dengan Irvin dengan sangat romantis dan bahagianya.“Di ajak lagi main basket?” tanya Yaron saat Alexa kembali duduk di sampingnya.Alexa menggelengkan kepalanya sambil menyimpan hp setelah membalas pesan dari seseorang. “Kalau gitu di ajak jalan?”Alexa kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, “Apa sih! Kepo!” jawab Alexa sambil melihat-lihat sudut kamar Yaron yang simple tapi terlihat elegant.Alexa tersenyum kecil saat melihat poto Yaron yang masih kecil dan di edit menjadi naik unta, tentu saja itu poto Yaron saat wisuda tk. Saat Alexa
“Aku gakpapa, Xa.”“Aku gak nanyain kondisi kamu!” geram Alexa.“Kamu anemia, Iya atau enggak?!” Alexa terlihat menatap wajah Yaron dengan kesal karena tidak suka dengan sikap Yaron yang selalu menyembunyikan apapun dari Alexa. Yang salah ada di dirinya karena tidak bisa dipercaya atau ada di Yaron?“IYA ATAU ENGGAK?!”“Iya,” jawab Yaron melihat ke arah Alexa dengan datar.“Aku gak mau, kamu jadi iba dengan penyakit yang aku derita,” lanjut Yaron membuang wajahnya.Alexa terlihat mengerutkan keningnya, “Apa sih, Ron! Siapa juga yang mau iba sama sikap kamu yang songong gini,” ucap Alexa tersenyum kecil supaya mencairkan suasana.“Lagipula, aku nanya gitu cuma mau memastikan aja apa yang aku duga-duga selama ini benar atau enggak. Supaya aku bisa menjaga kamu dan jadi ibu yang over protektif kalau anaknya kenapa-napa, sekaligus jadi suster s
“Kapan mau tobat, Xa?”Pertanyaan itu dilontarkan dengan sadisnya oleh Nazwa sahabat kecil Alexa Sofiavette yang kini sedang menatap heran cewek yang ada di sampingnya, terlihat dari ekspresi wajah Alexa yang mengerutkan kening dan mengangkat sebelah matanya.“Maksud kamu? Tobat jadi perusak hubungan orang atau berhenti jadi orang ketiga.” Alexa tersenyum kecil sambil meminum jus alpukat kesukaannya dengan santai.“Mau orang ketiga ataupun pho itu sama aja-kan?”Alexa menganggukan kepalanya dengan wajah malas.“Kalau kamu gini terus, aku jadi takut kalau kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan hubungan aku nanti,” ucap Nazwa lemah.“Lagipula ... emangnya kamu enggak takut kalau nanti kamu punya karma karena udah jadi pho dan susah cari pacar atau cari cowok yang benar-benar sayang dan cinta sama kamu,” peringat Nazwa.Alexa menghentikan aktivitasnya terlebih dahulu untu
“Aku gakpapa, Xa.”“Aku gak nanyain kondisi kamu!” geram Alexa.“Kamu anemia, Iya atau enggak?!” Alexa terlihat menatap wajah Yaron dengan kesal karena tidak suka dengan sikap Yaron yang selalu menyembunyikan apapun dari Alexa. Yang salah ada di dirinya karena tidak bisa dipercaya atau ada di Yaron?“IYA ATAU ENGGAK?!”“Iya,” jawab Yaron melihat ke arah Alexa dengan datar.“Aku gak mau, kamu jadi iba dengan penyakit yang aku derita,” lanjut Yaron membuang wajahnya.Alexa terlihat mengerutkan keningnya, “Apa sih, Ron! Siapa juga yang mau iba sama sikap kamu yang songong gini,” ucap Alexa tersenyum kecil supaya mencairkan suasana.“Lagipula, aku nanya gitu cuma mau memastikan aja apa yang aku duga-duga selama ini benar atau enggak. Supaya aku bisa menjaga kamu dan jadi ibu yang over protektif kalau anaknya kenapa-napa, sekaligus jadi suster s
Yaron melihat Alexa dari kejauhan, walaupun Alexa membelakanginya, dia masih bisa melihat dengan samar jika Alexa seperti orang yang bahagia dan sesekali tersipu malu saat berbicara dengan Irvin. Tidak ada alasan untuk Yaron membuang mukanya supaya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Alexa, buktinya kemarin bukan kemauan Yaron untuk melihat Alexa bermain basket dengan Irvin dengan sangat romantis dan bahagianya.“Di ajak lagi main basket?” tanya Yaron saat Alexa kembali duduk di sampingnya.Alexa menggelengkan kepalanya sambil menyimpan hp setelah membalas pesan dari seseorang. “Kalau gitu di ajak jalan?”Alexa kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, “Apa sih! Kepo!” jawab Alexa sambil melihat-lihat sudut kamar Yaron yang simple tapi terlihat elegant.Alexa tersenyum kecil saat melihat poto Yaron yang masih kecil dan di edit menjadi naik unta, tentu saja itu poto Yaron saat wisuda tk. Saat Alexa
Alexa berjalan sambil melihat jendela kelas Yaron yang menunjukan tidak ada tanda-tanda Yaron disana, bahkan kantongnya saja tidak ada. Alexa hanya melihat Nori yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sedang melihat ke arah Alexa sambil bisik-bisik, tentu saja yang melihatnya akan menyangka jika Nori sedang menceritakan tentang Alexa.“Budi,” panggil Alexa kepada salah satu teman kelas Yaron yang kebetulan keluar dari kelas.“Iya.”“Yaron kemana ya? Kok gak ada di kelas,” tanya Alexa sambil melihat ke dalam kelas.“Dia gak sekolah, Alexa.”“Kenapa?”Budi menggelengkan kepalanya yang membuat Alexa khawatir, tidak lupa sebelum Budi pergi Alexa mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan dia informasi. Sambil melihat ke arah kelas yang menunjukan Nori sedang melihatnya, Alexa mencoba menelphone lagi Yaron yang masih tidak aktif walaupun menggunakan panggilan biasa.
Di satu sisi lain dari arah barat, terlihat ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon sambil melihat dua orang manusia yang sedang main basket dengan bahagianya, dihiasi oleh ribuan senyuman dan candaan. Semuanya terasa indah apalagi sang cewek yang daritadi merengek supaya cowoknya bisa mengalah dalam bermain basket. Senyum terlukis abstrak dari wajah Yaron melihat kebahagiaan Alexa yang sedang bermain basket dan ekspresi wajahnya yang membuat Yaron mengagumi ciptaan Tuhannya yang sangat manis, mandiri dan cantik tentunya.Entah bagaimana caranya, langkah kaki yang digerakan oleh hati Yaron menuntun dan membawanya untuk melihat apa yang dilakukan Alexa bersama dengan Irvin. Ada rasa bahagia karena melihat kebahagiaan Alexa namun ada rasa kecewa karena Yaron tidak bisa membuat Alexa sebahagia itu bila bersamanya. Saat melihat kepala Alexa yang terkena bola basket, langkah kaki Yaron tiba-tiba berjalan dengan sendirinya dan terhenti saat melihat Irvin yang langsung mendeka
Alexa menatap Yaron dengan malas sambil melepaskan pegangan tangannya, tentu saja akan beda cerita kalau Yaron ikut bersama dengan Alexa. Bagaimana mungkin Alexa bisa merefresikan pikirannya yang selalu atau bahkan dipenuhi oleh masalah, dan itu semua tentang Yaron. Alexa menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah Yaron sebentar lalu melihat ke arah lain yang kebetulan ada Haden.“Haden...!” teriak Alexa.Haden langsung menghampiri Alexa dan Yaron, “Ada apa, Sepupu aku yang paling cantik. Apa yang harus aku bantu?” ucap Haden sambil merangkul Alexa di depan Yaron.“Lo gak bisa kayak ginikan?” ejek Haden kepada Yaron sambil tertawa puas.“Anterin Yaron pulang, pastikan dia gak ikutin aku pulang sama Irvin. Apalagi ganggu waktu santai aku sama dia.”Haden yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya dan mengangkat jempolnya, “Siap, it’s eazy. Lo dengar kan kata sepupu gue apa? Hayu
Seperti yang Alexa dan Nazwa prediksi, hari ini sekolah dibuat geger karena melihat perubahan Rina yang menjadi lebih cantik bahkan trending di sekolah saat ini diduduki olehnya. Banyak cowok-cowok yang melihat Rina dengan santapan yang enak bahkan ada beberapa cowok yang langsung menghampiri Rina dan langsung mendekatinya tanpa aba-aba. Tapi, ternyata Rina belum siap dengan keadaannya dan dia hanya tersenyum kecil dan merasakan gugup. Untung saja ada Alexa dan Nazwa yang selalu berada di sisinya.“Nah Rin, jangan mau di deketin sama Bayu, dia ceweknya banyak terus tukang ghosting,” ucap Alexa saat bayu sudah pergi dari sisi Rina.“Kalau Gio, dia ganteng sih. Tapi kamu akan ngebatin karena dia baik ke semua cewek.” Kini, Alexa melihat ke arah Gio yang sedang melihat ke arah mereka.“Tapi sih, sebenarnya semua cowok punya kekurangannya tersendiri. Jadi, ya ... kamu tahulah. Cara mereka nyakitin kita itu berbeda-beda tapi tujuannya sa
Hari yang sangat cocok untuk berlibur dan merefreshing pikiran dengan jalan-jalan sekaligus belanja ke mall untuk keperluan Rina. Dimulai dari pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris-aksesoris yang mereka habiskan secara tiga jam lebih karena ternyata mereka bukan tipe cewek yang suka berlama-lama untuk berbelanja dan memilih pakaian yang sesuai dengan selera tanpa mementingkan fasion/stylish.“Rin, kalau gak pakai kacamata kamu bisa lihat dengan jelas gak atau mau pakai kacamata aja?” tanya Nazwa saat sedang memilah aksesoris seperti kalung, anting dan disana ada juga kacamata yang simple.“Kalau lebih pede pakai kacamata, gapapa pakai kacamata aja. Kamu akan tetap cantik dan gak mengurangi kecantikan kamu kalau gak pakai kacamata,” timpal Alexa.“Ah Teh Alexa bisa aja, tapi kayaknya Rina mau pakai kacamata aja, boleh kan Teh?” jawab Rina tersipu malu.Nazwa dan Alexa menganggukan kepalanya sambil memilih model kacamata ya
Yaron melihat Alexa dengan wajah yang datar, “Kenapa sih bahas Nori terus? Kamu cemburu?”Alexa tersenyum mendengar itu, “Iyaa, aku cemburu. Kenapa emangnya?”Yaron langsung terdiam dan menatap Alexa dengan tidak percaya, “Xa, kapan sih kamu mau berhenti ikut campur urusan orang lain?” tanya Yaron yang kini tatapannya berubah menjadi teduh.“Hmmm... emang kapan aku ikut campur urusan orang lain? Hubungan Irvin sama pacarnya aja aku udah bomatkan.”“Aku gak bahas Irvin. Udah deh, aku tahu Xa, maksud kamu deketin Rani apa.”“Ron, udah deh jangan mulai. Kamu gak tahu, titik permasalahannya. Aku ngelakuin itupun bukan tanpa alasan.” Kini, ucapan Alexa sudah mulai meninggi. Oleh karena itu, dia langsung mengatur nafasnya supaya bisa tenang.“Aku ngelarang kamu juga bukan tanpa alasan, Xa. Aku Cuma peduli dan khawatir kamu kenapa-napa. Udah gitu aja.”&ldquo
Kemampuan Alexa semakin hari semakin berkurang karena sudah jarang di asah untuk melihat sikap dan perilaku para cowok, apalagi setelah Alexa bertemu dengan Yaron dan Irvin, statusnya menjadi orang ketiga seakan vakum terlebih dahulu. Sangat di sayangkan memang, apalagi saat Alexa merasa bahwa ia tidak bisa mendeskripsikan sikap Yaron dan Irvin kepadanya. Apakah mereka melihat Alexa sebagai seorang perempuan atau tidak.Kadang, Alexa selalu berpikir apakah kemampuannya tidak mempan kepada dua cowok yang sedang berada di dalam ceritanya saat ini, karena dia sudah mulai menggunakan hati dibandingkan logikanya, sehingga dia lebih banyak merasa yang ujungnya malah jadi baper sendiri.“Nazwa...!” panggil Alexa yang membuat Nazwa langsung menoleh ke arahnya.Alexa mengeluarkan nafasnya terlebih dahulu dengan lemah. “Kenapa?” tanya Nazwa.“Kayaknya aku harus cari target baru deh, selain Irvin dan Yaron. Ada kenalan gak? Tapi kali in