Waktu istirahat telah tiba, Alexa yang sedang santai duduk di bangkunya sambil memainkan gawai langsung terfokus kepada seseorang yang entah sejak kapan ada di depannya sambil menatapnya datar. Dengan malas, Alexa memalingkan wajahnya dari cowok itu sambil melihat teman-teman sekelasnya yang ternyata sedang melihat ke arahnya sambil menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi di antara dirinya dengan Yaron.
“Ada apa?” Alexa mengawali percakapan dengan terpaksa karena dari tadi Yaron hanya menatapnya sedangkan dari tadi Alexa sudah menahan kupingnya yang panas akibat bisikan teman sekelasnya.
Yaron hanya diam saja sambil terus menatap ke arah Alexa, “Naz, mau ikut gak?” tanya Alexa mengalihkan pembicaraan.
Nazwa terlihat memberi kode kepada Alexa dengan menunjuk ke arah Yaron seakan bertanya Yaron gimana. Sedangkan Alexa hanya membalas dengan wajah yang bodo amat. “Mau ikut gak? Yaudah!”
Belum sempat Alexa melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas yang begitu gerah karena bisikan-bisikan tentang dirinya yang menggema, tangan Yaron sudah berada dan mengisi kekosongan setiap celah jari Alexa. Nazwa yang ingin mengikuti Alexa pun mengurungkan niatnya saat melihat kejadian itu dan memutuskan untuk duduk kembali.
Alexa melihat ke arah tangannya yang sudah tidak kosong lagi lalu melihat ke arah Yaron dan terakhir melihat ke setiap sudut kelas yang hening dan sedang menatap ke arahnya dengan serius. “Mau kemana?” tanya Yaron.
“Kantin,” jawab Alexa singkat.
Yaron menganggukan kepalanya pelan, “Ayo.”
Sepanjang jalan, Yaron tidak pernah melepaskan genggaman tangannya yang membuat Alexa risih dan berusaha untuk melepaskannya, tapi tidak bisa. Baru kali ini, Alexa berhadapan dengan cowok yang seperti Yaron dan hati maupun perasaannya pun tidak ada hasrat atau bahkan keinginan untuk mengikuti alur permainan yang sedang Yaron rencanakan.
Setelah sampai di kantin, Alexa membulatkan matanya saat melihat ada Nori yang sedang duduk dan kini melihat ke arah mereka berdua dengan sendu, Alexa langsung melihat tangan yang masih digenggam Yaron dan berusaha untuk melepaskan dengan sekuat tenaga. Tapi tetap saja nihil.
“Ron, lepasin gak!” ancam Alexa sambil sedikit berbisik.
Yaron hanya diam saja bahkan wajahnya yang tampan itu hanya tersenyum kecil ke arah Alexa sambil menggeser kursi dengan tangan sebelahnya untuk menyuruh Alexa duduk. Alexa hanya bisa diam saja diperlakukan Yaron seperti ini, sambil terus melihat ke arah Nori yang daritadi sedang melihat ke arahnya. Kini, Alexa sangat frustasi bagaimana mungkin ia akan mengikuti permainan Yaron sedangkan hati Alexa saja kasian melihat Nori. Tapi kalau Alexa bersikap bodo amat dan diam saja seperti ini Yaron akan semakin melunjak.
Alexa langsung berdiri saat melihat Nori akan meninggalkan kantin, “Mau kemana?” tanya Yaron.
“Toilet,” jawab Alexa simple langsung meninggalkan Yaron dan mengejar Nori.
“Norii tunggu,” teriak Alexa yang membuat Nori melihat ke arah belakang dan langsung menghentikan langkahnya.
Nori melihat ke arah Alexa sambil tersenyum manis, “Gak usah dijelasin, Xa. Aku juga gak tahu kenapa Yaron jadi berubah gitu.”
“Tapi tetap aja Ri, ini gak beres. Aku tahu hati kamu pasti sakit lihat aku dekat sama Yaron. Dan aku juga gak bisa terus-terusan diam, makanya nanti jangan aneh kalau aku berinteraksi sama Yaron seakan-akan aku juga cinta sama dia.”
Nori tersenyum, “Alexa, aku sama Yaron udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi, gakpapa. Serius ... mau kamu cinta ataupun gak sama Yaron. itu bukan urusan aku.”
Hati Alexa sangat sakit saat Nori berkata seperti itu, dari banyaknya cemoohan yang dilontarkan para cewek yang ia ganggu hubungannya bahkan rasa sakit sebuah tamparan saja tidak ada apa-apanya saat mendengar kalimat Nori. “Aku gak cinta sama Yaron, Nori.”
“Ya terus? Udah Xa, aku cape. Plis jangan ganggu aku lagi apalagi menyakutpautkannya sama Yaron. Dia udah milik kamu sekarang, jangan naif. Semua orang juga udah tahu, gimana kamu.”
Alexa melihat kepergian Nori dengan menahan marahnya, bahkan sekarang Nori juga udah kehasut dan percaya bahwa dialah dalang dari semua ini. Harus berapa kali Alexa bilang bahwa dia gak ada hubungannya sama sekali dengan putusnya hubungan Nori sama Yaron. Bahkan dia tidak pernah sama sekali ada niatan untuk mendekati Yaron.
“Aaaaaa!” teriak Alexa frustasi.
Alexa langsung pergi meninggalkan sekolah dan itu artinya dia akan bolos hari ini. Dengan masih menggunakan seragam bahkan tidak mempedulikan Yaron yang sedang menunggunya di kantin.
Alexa pergi ke taman dan duduk di bangku yang kosong. Karena amarahnya masih menguasai tubuhnya, Alexa mencoba untuk berdiri dan meleparkan batu ke danau. Saat Alexa akan membawa sebuah batu lagi, dia melihat ada seseorang yang sedang berdiri di depannya. “Irvin,” panggil Alexa berdiri dan melihat ke orang itu dengan tersenyum.
“Ngapain disini?” tanya Alexa tidak percaya, ternyata yang ada didepannya sekarang adalah Yaron.
“Aku yang harusnya nanya, ngapain kamu disini? Balik ke sekolah,” perintah Yaron dengan wajah yang datar.
“Suka-suka aku dong, kenapa sih ribet banget ngurusin hidup orang.”
“Jangan keras kepala. Ayoo.” Yaron langsung menarik tangan Alexa dan membawanya menjauh dari taman.
“Naik,” perintah Yaron lagi untuk membuat Alexa naik ke motornya.
“Aku ada mobil ngapain harus naik motor.” Alexa yang sudah siap-siap untuk melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Yaron langsung ditarik tangannya sama Yaron yang membuat Alexa kaget dan membuatnya memeluk dan mencium pipi Yaron dengan tidak sengaja.
Sesaat semuanya hening, hanya mata Alexa dan Yaron yang beradu dan saling menyapa. “Yaron!” teriak Alexa sambil melepaskan pelukannya.
“Mau kamu apa sih?!”
“Simple, aku mau kamu naik motor aku sekarang.”
“Mobil aku gimana? Mikir gak?”
“Di kuncikan mobilnya?” tanya Yaron yang langsung dijawab anggukan oleh Alexa.
“Yaudah ngapain harus ribet sih,” lanjut Yaron lagi.
Alexa menatap dan menaiki motor Yaron dengan malas. “Pegangan.”
“Udah,” jawab Alexa tapi tidak sesuai dengan yang Yaron mau karena dia sekarang memegang belakang joknya.
Yaron yang melihat itu langsung menarik secara paksa tangan Alexa dan langsung melingkarkan tangan Alexa diperutnya, tidak lupa tangan sebelah kirinya mengunci kedua tangan Alexa agar tidak lepas dan supaya bisa terus memeluknya.
“Apa-apaan sih! Modus.” Ucapan Alexa tidak didengar sama sekali oleh Yaron, dia langsung memajukan motornya tanpa mempedulikan wajah Alexa yang kusut dan hatinya yang dari tadi menggerutu dan menyumpah sirampahi cowok yang ada didepannya itu.
Sesampainya di sekolah, Alexa hanya diam saja bahkan dia sama sekali tidak sadar bahwa tangan Yaron dari tadi sudah lepas dari kedua tangan yang melingkar di pingang Yaron. “Turun.”
Perkataan Yaron menghentikan lamunan Alexa, “Turun-turun, mau turun gimana kalau tang—“ Alexa langsung menghentikan ucapannya saat sadar kedua tangan Yaron sedang memegang motor, dan itu artinya dia dari tadi memeluk Yaron dengan sukarela.
“Sorry.” Alexa turun dari motor Yaron sambil wajahnya memerah bahkan dia sudah merasakan sensasi panas di sekitar wajahnya karena malu.
“Kemana?” Untuk kesekian kalinya saat Alexa melangkahkan kakinya menjauh dari Yaron pasti saja ditahan tapi sekarang bukan lewat tangan melainkan ucapan.
“Ke hati kamu, ya ke kelaslah,” jawab Alexa malas.
“Tunggu.” Yaron melepas terlebih dahulu helmnya dan turun dari motor untuk mendekati Alexa.
“Bisa gak sih—“
“Gak bisa,” potong Yaron yang membuat Alexa diam dan tidak jadi menggerutu.
“Jangan nyuruh aku untuk jauh dari kamu,” lanjut Yaron.
Alexa langsung duduk di bangkunya setelah ia meninggalkan Yaron tanpa aba-aba karena langsung masuk ke dalam kelas bahkan ia tidak melihat ke arah Yaron lagi karena malas.
“Darimana aja?” tanya Nazwa saat melihat Yaron yang baru saja pergi.
“Taman,” jawab Alexa simple.
“Sama Yaron?”
Alexa menggelengkan kepalanya, “Kenapa sih kalau di dekat Yaron bawaannya sensi mulu bahkan sedikitpun aku gak mau ikutin permainannya.”
“Padahal aku tahu, satu-satunya cara untuk terlepas ya ikutin permainnya, bersikap manis, so cantik, terus manja. Tapi aku gak bisa bahkan kayak jijik aja kalau bersikap gitu sama dia,” sambungnya.
“Coba deh, Xa. Kamu ngobrol secara empat mata sama dia, terus tanya apa yang dia rencanain. Terus kamu ngomong, kamu gak tertarik buat ikutin permainannya. Cari cewek lain aja.”
Alexa menghebuskan nafasnya kasar lalu menyadarkan kepalanya untuk melihat ke atas dan memejamkan mata untuk menjernihkan pikirannya. Semenjak dia ada masalah sama Yaron, seleranya untuk menghancurkan hubungan orang jadi kacau bahkan tidak pernah kepikiran sama sekali, karena menurut Alexa permasalahan sama Yaron membuatnya mumet dan pusing sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk mengurus hal yang lain.
Setelah pulang sekolah, Alexa tidak pernah membuka mulutnya bahkan saat Yaron menyuruhnya untuk naik ke motor Alexa hanya menggangguk tanpa berkata apa-apa. Bahkan saat Yaron menyuruhnya untuk pegangan pun, Alexa langsung nurut dengan wajah yang datar.
“Kamu kenapa, Xa?” tanya Yaron saat sudah duduk di taman karena bingung Alexa daritadi hanya diam saja.
“Alexa ngomong dong, kamu sakit?” Nada bicara Yaron menjadi khawatir sambil menyentuh kening Alexa.
Alexa hanya menjawab dengan gelengan kepala, sungguh ini titik dimana Alexa merasa sangat cape dengan segala masalahnya. Apalagi semakin hari, citranya semakin parah saja dimata orang-orang semenjak masalahnya dengan Yaron.
“Xa ... Alexaaa.”
“Apa?” jawab Alexa dengan lemah.
“Ron, aku gak mau ikut dalam permainan kamu, apapun itu alasannya,” sambung Alexa sambil menatap ke arah Yaron.
“Ngomong apa sih, Xa. Permainan apa?”
“Aku tahu kamu cowok baik-baik, Ron. Apa yang buat kamu jadi gini?”
“Cinta,” jawab Yaron singkat.
“Karena cinta, aku jadi gini,” sambung Yaron dengan tekanan.
Alexa mengerutkan keningnya. “Cinta? Cinta apa?”
“Apa susahnya, Xa. Kamu memperlakukan aku kayak cowok yang lain. Bersikap manis walaupun cuma permainan, seakan-akan kamu cinta sama cowok itu padahal biasa aja.”
“Kamu mau diperlakuin kayak gitu?” tanya Alexa tidak percaya.
“Tapi sayangnya aku gak mau, lihat wajah kamu aja aku muak. Bagaimana mungkin aku bersikap kayak gitu sama kamu sedangkan kamu sendiri yang udah buat mood aku hancur dan status aku jadi pho di sekolah makin ribet. Apa harus aku perjelas lagi itu semua karena ulah kamu. Dan kamu harus tahu Yaron Yutaka, aku benci sama kamu. Kamu gak seharusnya ada di cerita hidup aku. Jadi, jangan pernah tunjukin muka kamu lagi.”
Alexa pergi meninggalkan Yaron dan langsung menaiki mobilnya, harapannya saat ini. Alexa tidak ingin Yaron mengganggunya lagi, apapun itu alasannya terkecuali kalau Yaron mau membersihkan dulu namanya yang sudah tercoreng menjadi sang pho yang antogonis. Mungkin Alexa akan berbaik hati untuk menuruti kemauannya atau paling tidak dia akan siap untuk mengikuti permainan Yaron, kalau perlu Alexa akan membuat Yaron jatuh cinta kepadanya.Selama dua hari ini, kehidupan Alexa jauh lebih indah setelah Yaron tidak memunculkan lagi wajahnya dihadapan Alexa dan itu yang membuat Alexa bersemangat lagi untuk melanjutkan permainan cintanya dan menyelesaikan target yang begitu menggemaskan. Alexa duduk dengan tenang di taman sambil melihat-lihat sosial media miliknya dan mencari tahu keberadaan Irvin untuk sore nanti. Garis bibir Alexa tergambar dengan jelas nan indah di wajah cantiknya saat melihat beberapa foto yang menampakan visualisasi sosok Irvin yang begitu imut dan cool. Ia terpana
Alexa daritadi tidak membuka pembicaraan begitupun dengan Irvin, mereka hanya sibuk menghabiskan makanan yang tersaji di meja. Sekarang, Alexa sedang berpikir dan menimbang apakah ini waktu yang tepat untuk membicarakan hubungan Irvin dengan Raysha atau bukan. Tapi jika Alexa diam saja, Irvin tidak akan pernah terbuka pikirannya dan akan terus menjadi seseorang yang bodoh karena telah mempertahankan Raysha.“Irvin...!” panggil Alexa sambil mencoba untuk tersenyum tapi bisa dilihat bahwa senyum yang Alexa tampakan kaku.Alexa diam beberapa saat sambil menatap mata Irvin yang sedang melihatnya, “Boleh minta tolong sesuatu gak?”“Apa?”“Ajarin aku main basket.” Alexa tersenyum kali ini dengan penuh semangat.“Kapan?”“Kalau kamu gak sibuk, habis ini aja.”Irvin terlihat diam seperti sedang berpikir sebelum dia mengangguk setuju, “Yeee. Makasih.”Al
Alexa dan Nazwa kini sedang duduk di kantin sambil menikmati mie baso yang hanya di bumbui penyedap rasa dan sambal tanpa saos kecap. Keduanya makan sambil terus bercerita sampai mulut mereka terdiam karena ada Yaron yang duduk di antara mereka berdua.“Ada apa?” tanya Alexa kepada Yaron sambil menyuapi mulutnya.“Habisin dulu aja makannya.”Alexa menganggukan kepalanya, “Gak pesan makanan?” tanya Alexa saat melihat Yaron yang daritadi hanya melihat dia dan Nazwa makan.“Enggak.”“Mau?” Alexa terlihat menyodorkan sendok yang sudah di isi oleh potongan baso. Awalnya Yaron melihat dulu dengan wajah yang datar sampai pada akhirnya dia membuka mulutnya dan mengunyah makanannya.“Please deh, kalian lupa ya, disini ada aku,” greget Nazwa.“Nyuapin doang, ni riwehh,” ucap Alexa dengan berlogat.“Mau lagi?” tanya Alexa yang dijawab gelengan
Alexa sudah sampai di depan rumahnya dan langsung masuk ke ruang tamu, saat ini ia sedang melihat Yaron yang sedang menatap ke arahnya dengan santai. Haden yang menjadi penengah langsung tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Alexa menghampirinya.“Dari mana aja?” tanya Haden saat melihat sepupunya yang sudah menyiapkan ribuan kata-kata untuk menyerangnya.“Ron ngapain?” greget Alexa.“Nunggu kamu,” jawab Yaron simple sedangkan Haden hanya menelan ludahnya, saat ia di acuhkan oleh Alexa bahkan pertanyaan darinya saja tidak di jawab sama sekali.“Aku udah bilang ada janji. Kenapa masih nunggu. Keras kepala banget sih.”“Pulang!” usir Alexa yang membuat Haden bersiap-siap untuk mengangkat kakinya.“Mau kemana?” tanya Alexa saat melihat Haden akan pergi.“Pulang.”“Bukan kamu tapi Yaron,” ucap Alexa sambil senyum terpak
Yaron melepaskan tangan Alexa saat mendengarkan kata yang Alexa ucapkan, “Enggak.”Alexa tersenyum miris melihat sikap Yaron yang langsung mengalihkan pandangannya dan langsung melanjutkan permainan pukul tikusnya. Alexa hanya berdiam diri sambil menunggu permainan Yaron selesai, ingin rasanya dia langsung pergi atau kabur meninggalkan Yaron sendiri. Sekarang Alexa sudah berada di batas kesabarannya.“Aku cape, mau pulang!” ucap Alexa sambil melangkahkan kakinya saat Yaron baru selesai memainkan game pukul tikus.Alexa seakan melupakan perjanjian yang dia sudah buat sendiri dan pertama kalinya menjadi orang yang tidak profesional. Bagaimana tidak, ia sudah muak dengan sikap dan kebohongan Yaron walaupun ia suka bermain tentang cinta tapi ini bukan permainan yang dia sukai.Yaron langsung mengejar Alexa, saat dia sudah berada di samping Alexa dan menyamakan langkahnya, mereka hanya saling menutup rapat-rapat bibirnya seakan tidak ad
Raysha : Mau rebut Irvin? Coba aja kalau bisa.“Shitt ... bisanya di chat doang, pas ketemu malah kikuk gak berani ngomong apa-apa,” gerutu Alexa saat membaca pesan yang tidak sama sekali tertarik untuk dia balas.“Kenapa?” tanya Nazwa dan Haden secara bersamaan.“Uuuu ... udahlah kalian jadian aja. Aku yakin kalian akan jadi pasangan yang awet rajet.”Nazwa dan Haden saling melirik satu sama lain, “Kalau aku sih yes—““No!” potong Nazwa.Alexa yang melihat itu hanya bisa menutup mulutnya, namun fokusnya teralihkan saat hpnya bergetar lagi.Raysha : 100% gagal. Karena aku yakin, aku satu-satunya.Alexa langsung menunjukan ekspresi yang jijik dan mual-mual yang langsung membuat Haden dan Nazwa saling melirik karena tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan cewek yang ada di depan mereka.“Emangnya ak
Alexa menatap Yaron yang juga sedang menatap matanya, sesaat mata merekalah yang kini sedang berbicara dari hati ke hati. Mempertanyakan semua yang terjadi dan bagaimana cara untuk mengakhiri, setidaknya berubah menjadi lebih baik tanpa harus ada kata permainan dan sakit hati yang berkelanjutan. Entah itu dari Alexa, Yaron, Nori, Irvin dan orang lain.“Yaron Yutaka ...!” panggil Alexa sambil masih menatap mata Yaron yang entah kenapa hatinya menjadi sangat tenang dan nyaman.“Iya,” jawab Yaron lembut.“Kenapa?” tanya Alexa yang bingung karena Yaron menjawabnya dengan nada yang sangat lembut, bukankah dia selalu dingin dan datar jika menjawab.“Apa?” Yaron terlihat mengerutkan keningnya.“Tumben jawabnya lembut, biasanya juga dingin,” ucap Alexa membenarkan posisi duduknya dan mulai mengalihkan pandangannya karena sudah mulai merasa panas dingin.“Kata siapa?” jawab Yaron
“Makasih,” ucap Alexa saat berjalan menuju ke kelasnya sambil melihat tangan Yaron yang masih menggenggam tangannya dengan erat.“Mau sampai kapan?” tanya Yaron tiba-tiba sambil menghentikan langkahnya yang membuat Alexa mengerutkan kening dan mengangkat sebelah alisnya.“Apa?”“Yang kamu lakuin ini fatal, bukan hanya cewek yang entah jadi korban atau pelaku dari permainan cinta kamu, mereka gak segan-segan buat nyakitin kamu dan kamu harus tahu cowok juga bisa ngelakuin hal yang lebih kejam untuk balas dendam atau apapun itu. Kamu sadar gak!” ucap Yaron dengan nada yang tinggi yang membuat Alexa kaget dan diam saat Yaron memarahinya.“Udah cukup, kamu gak perlu lagi ikut campur hubungan orang lain,” lanjut Yaron sambil menahan amarahnya.“Oke ... itu artinya kamu juga nyuruh aku untuk jangan bantuin kamu. Jadi, tolong jauhin aku,” ucap Alexa yang langsung pergi meninggalkan Ya
“Aku gakpapa, Xa.”“Aku gak nanyain kondisi kamu!” geram Alexa.“Kamu anemia, Iya atau enggak?!” Alexa terlihat menatap wajah Yaron dengan kesal karena tidak suka dengan sikap Yaron yang selalu menyembunyikan apapun dari Alexa. Yang salah ada di dirinya karena tidak bisa dipercaya atau ada di Yaron?“IYA ATAU ENGGAK?!”“Iya,” jawab Yaron melihat ke arah Alexa dengan datar.“Aku gak mau, kamu jadi iba dengan penyakit yang aku derita,” lanjut Yaron membuang wajahnya.Alexa terlihat mengerutkan keningnya, “Apa sih, Ron! Siapa juga yang mau iba sama sikap kamu yang songong gini,” ucap Alexa tersenyum kecil supaya mencairkan suasana.“Lagipula, aku nanya gitu cuma mau memastikan aja apa yang aku duga-duga selama ini benar atau enggak. Supaya aku bisa menjaga kamu dan jadi ibu yang over protektif kalau anaknya kenapa-napa, sekaligus jadi suster s
Yaron melihat Alexa dari kejauhan, walaupun Alexa membelakanginya, dia masih bisa melihat dengan samar jika Alexa seperti orang yang bahagia dan sesekali tersipu malu saat berbicara dengan Irvin. Tidak ada alasan untuk Yaron membuang mukanya supaya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Alexa, buktinya kemarin bukan kemauan Yaron untuk melihat Alexa bermain basket dengan Irvin dengan sangat romantis dan bahagianya.“Di ajak lagi main basket?” tanya Yaron saat Alexa kembali duduk di sampingnya.Alexa menggelengkan kepalanya sambil menyimpan hp setelah membalas pesan dari seseorang. “Kalau gitu di ajak jalan?”Alexa kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, “Apa sih! Kepo!” jawab Alexa sambil melihat-lihat sudut kamar Yaron yang simple tapi terlihat elegant.Alexa tersenyum kecil saat melihat poto Yaron yang masih kecil dan di edit menjadi naik unta, tentu saja itu poto Yaron saat wisuda tk. Saat Alexa
Alexa berjalan sambil melihat jendela kelas Yaron yang menunjukan tidak ada tanda-tanda Yaron disana, bahkan kantongnya saja tidak ada. Alexa hanya melihat Nori yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sedang melihat ke arah Alexa sambil bisik-bisik, tentu saja yang melihatnya akan menyangka jika Nori sedang menceritakan tentang Alexa.“Budi,” panggil Alexa kepada salah satu teman kelas Yaron yang kebetulan keluar dari kelas.“Iya.”“Yaron kemana ya? Kok gak ada di kelas,” tanya Alexa sambil melihat ke dalam kelas.“Dia gak sekolah, Alexa.”“Kenapa?”Budi menggelengkan kepalanya yang membuat Alexa khawatir, tidak lupa sebelum Budi pergi Alexa mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan dia informasi. Sambil melihat ke arah kelas yang menunjukan Nori sedang melihatnya, Alexa mencoba menelphone lagi Yaron yang masih tidak aktif walaupun menggunakan panggilan biasa.
Di satu sisi lain dari arah barat, terlihat ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon sambil melihat dua orang manusia yang sedang main basket dengan bahagianya, dihiasi oleh ribuan senyuman dan candaan. Semuanya terasa indah apalagi sang cewek yang daritadi merengek supaya cowoknya bisa mengalah dalam bermain basket. Senyum terlukis abstrak dari wajah Yaron melihat kebahagiaan Alexa yang sedang bermain basket dan ekspresi wajahnya yang membuat Yaron mengagumi ciptaan Tuhannya yang sangat manis, mandiri dan cantik tentunya.Entah bagaimana caranya, langkah kaki yang digerakan oleh hati Yaron menuntun dan membawanya untuk melihat apa yang dilakukan Alexa bersama dengan Irvin. Ada rasa bahagia karena melihat kebahagiaan Alexa namun ada rasa kecewa karena Yaron tidak bisa membuat Alexa sebahagia itu bila bersamanya. Saat melihat kepala Alexa yang terkena bola basket, langkah kaki Yaron tiba-tiba berjalan dengan sendirinya dan terhenti saat melihat Irvin yang langsung mendeka
Alexa menatap Yaron dengan malas sambil melepaskan pegangan tangannya, tentu saja akan beda cerita kalau Yaron ikut bersama dengan Alexa. Bagaimana mungkin Alexa bisa merefresikan pikirannya yang selalu atau bahkan dipenuhi oleh masalah, dan itu semua tentang Yaron. Alexa menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah Yaron sebentar lalu melihat ke arah lain yang kebetulan ada Haden.“Haden...!” teriak Alexa.Haden langsung menghampiri Alexa dan Yaron, “Ada apa, Sepupu aku yang paling cantik. Apa yang harus aku bantu?” ucap Haden sambil merangkul Alexa di depan Yaron.“Lo gak bisa kayak ginikan?” ejek Haden kepada Yaron sambil tertawa puas.“Anterin Yaron pulang, pastikan dia gak ikutin aku pulang sama Irvin. Apalagi ganggu waktu santai aku sama dia.”Haden yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya dan mengangkat jempolnya, “Siap, it’s eazy. Lo dengar kan kata sepupu gue apa? Hayu
Seperti yang Alexa dan Nazwa prediksi, hari ini sekolah dibuat geger karena melihat perubahan Rina yang menjadi lebih cantik bahkan trending di sekolah saat ini diduduki olehnya. Banyak cowok-cowok yang melihat Rina dengan santapan yang enak bahkan ada beberapa cowok yang langsung menghampiri Rina dan langsung mendekatinya tanpa aba-aba. Tapi, ternyata Rina belum siap dengan keadaannya dan dia hanya tersenyum kecil dan merasakan gugup. Untung saja ada Alexa dan Nazwa yang selalu berada di sisinya.“Nah Rin, jangan mau di deketin sama Bayu, dia ceweknya banyak terus tukang ghosting,” ucap Alexa saat bayu sudah pergi dari sisi Rina.“Kalau Gio, dia ganteng sih. Tapi kamu akan ngebatin karena dia baik ke semua cewek.” Kini, Alexa melihat ke arah Gio yang sedang melihat ke arah mereka.“Tapi sih, sebenarnya semua cowok punya kekurangannya tersendiri. Jadi, ya ... kamu tahulah. Cara mereka nyakitin kita itu berbeda-beda tapi tujuannya sa
Hari yang sangat cocok untuk berlibur dan merefreshing pikiran dengan jalan-jalan sekaligus belanja ke mall untuk keperluan Rina. Dimulai dari pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris-aksesoris yang mereka habiskan secara tiga jam lebih karena ternyata mereka bukan tipe cewek yang suka berlama-lama untuk berbelanja dan memilih pakaian yang sesuai dengan selera tanpa mementingkan fasion/stylish.“Rin, kalau gak pakai kacamata kamu bisa lihat dengan jelas gak atau mau pakai kacamata aja?” tanya Nazwa saat sedang memilah aksesoris seperti kalung, anting dan disana ada juga kacamata yang simple.“Kalau lebih pede pakai kacamata, gapapa pakai kacamata aja. Kamu akan tetap cantik dan gak mengurangi kecantikan kamu kalau gak pakai kacamata,” timpal Alexa.“Ah Teh Alexa bisa aja, tapi kayaknya Rina mau pakai kacamata aja, boleh kan Teh?” jawab Rina tersipu malu.Nazwa dan Alexa menganggukan kepalanya sambil memilih model kacamata ya
Yaron melihat Alexa dengan wajah yang datar, “Kenapa sih bahas Nori terus? Kamu cemburu?”Alexa tersenyum mendengar itu, “Iyaa, aku cemburu. Kenapa emangnya?”Yaron langsung terdiam dan menatap Alexa dengan tidak percaya, “Xa, kapan sih kamu mau berhenti ikut campur urusan orang lain?” tanya Yaron yang kini tatapannya berubah menjadi teduh.“Hmmm... emang kapan aku ikut campur urusan orang lain? Hubungan Irvin sama pacarnya aja aku udah bomatkan.”“Aku gak bahas Irvin. Udah deh, aku tahu Xa, maksud kamu deketin Rani apa.”“Ron, udah deh jangan mulai. Kamu gak tahu, titik permasalahannya. Aku ngelakuin itupun bukan tanpa alasan.” Kini, ucapan Alexa sudah mulai meninggi. Oleh karena itu, dia langsung mengatur nafasnya supaya bisa tenang.“Aku ngelarang kamu juga bukan tanpa alasan, Xa. Aku Cuma peduli dan khawatir kamu kenapa-napa. Udah gitu aja.”&ldquo
Kemampuan Alexa semakin hari semakin berkurang karena sudah jarang di asah untuk melihat sikap dan perilaku para cowok, apalagi setelah Alexa bertemu dengan Yaron dan Irvin, statusnya menjadi orang ketiga seakan vakum terlebih dahulu. Sangat di sayangkan memang, apalagi saat Alexa merasa bahwa ia tidak bisa mendeskripsikan sikap Yaron dan Irvin kepadanya. Apakah mereka melihat Alexa sebagai seorang perempuan atau tidak.Kadang, Alexa selalu berpikir apakah kemampuannya tidak mempan kepada dua cowok yang sedang berada di dalam ceritanya saat ini, karena dia sudah mulai menggunakan hati dibandingkan logikanya, sehingga dia lebih banyak merasa yang ujungnya malah jadi baper sendiri.“Nazwa...!” panggil Alexa yang membuat Nazwa langsung menoleh ke arahnya.Alexa mengeluarkan nafasnya terlebih dahulu dengan lemah. “Kenapa?” tanya Nazwa.“Kayaknya aku harus cari target baru deh, selain Irvin dan Yaron. Ada kenalan gak? Tapi kali in