Share

4

Penulis: nura0484
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 18:46:29

“Kamu apanya Faisal?”

Luna mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan wanita yang menjadi kekasih, ralat mantan kekasih tetangganya yang juga sahabat kakaknya. Hubungan mereka memang membingungkan, tapi lebih membingungkan ketika wanita datang ke toko hanya bertanya hubungan mereka berdua.

“Kenapa, mbak?” tanya Luna sopan.

“Kalian berdua itu ada hubungan apa? Faisal sering beli roti disini, pasti kalian punya hubungan lebih karena nggak mungkin bisa beli di satu toko terlalu sering bahkan pakai promosiin segala.” Rachel berkata sambil menatap sekitar.

“Kenapa mbak nggak tanya sama orangnya sendiri?” tanya Luna masih dengan nada sopan sambil menahan emosi.

“Apa sulitnya jawab pertanyaan yang saya berikan?” Rachel menatap tajam pada Luna.

“Saya juga nggak ada kewajiban menjawab pertanyaan anda. Anda yang mempunyai hubungan dengan dia, harusnya bisa tanya secara langsung. Disini hanya toko kue, melayani orang-orang yang membeli kue bukan masalah percintaan. Kalau tidak ada yang dibeli mungkin bisa keluar dari tempat ini, masih banyak pembeli yang antri.” Luna menahan diri agar tidak emosi tapi tampaknya kalimat yang keluar dari bibirnya sudah sedikit emosi.

Menatap Rachel yang keluar dari toko, menggelengkan kepalanya melihat sikap wanita yang telah menjadi mantan tetangganya itu. Memilih masuk kedalam dengan melanjutkan pekerjaannya, tampak beberapa pegawai sedang membuat bentuk roti sebelum masuk kedalam oven. Luna membantu mereka dan melupakan kedatangan Rachel yang ke toko, bahkan tidak memberitahukan informasi pada Faisal.

“Rachel kemarin datang ke tokomu?” tanya Faisal saat mereka bertemu didepan.

“Begitulah, dia cerita?”

Faisal menggelengkan kepalanya “Teman aku cerita, terus kamu diapain? Nggak papa?”

“Dia cuman tanya aku ini siapanya mas, cuman itu aja. Aku nggak suka cara dia tanya, jadi aku suruh tanya sama mas langsung. Mas masih blokir dia?” Faisal menganggukkan kepalanya “Mas kayaknya harus bicara sama dia, terkait hubungan kalian berdua.”

“Hubungannya siapa, Lun?” mereka berdua secara otomatis menatap kearah Eni yang tampak penasaran “Faisal punya pacar?”

“Bukan, bu..” Faisal menjawab cepat dengan memberi kode agar Luna berangkat “Ibu mau tungguin tukang sayur?”

“Luna berangkat dulu, bu.” Luna memilih kabur jika tidak mamanya akan keluar dan semakin heboh, meninggalkan Faisal yang sibuk dengan ibunya.

Perjalanan dari rumah ke toko memang tidak terlalu lama, membeli toko dekat rumah agar bisa cepat jika terjadi sesuatu. Menatap tidak percaya jika Rachel sudah berada di toko, tampaknya sedang menunggu dirinya. Kode yang diberikan pegawainya membuat Luna juga melakukan hal yang sama agar meminta untuk menunggu, bagaimanapun ada hal penting yang harus dilakukan.

“Bisa dibantu?” tanya Luna dengan nada sopannya dan duduk dihadapan Rachel.

“Aku tahu kamu kenal Faisal dengan baik. Aku mau minta tolong untuk kasih tahu Faisal agar bisa bertemu.” Rachel memberikan tatapan memohon.

Luna merasakan perbedaan emosi antara Rachel kemarin dan sekarang, mencerna apa yang ada didalam pikiran wanita dihadapannya. Pembicaraan dengan Faisal tadi semoga mendapatkan respon yang bagus, lagipula tidak menghadapi wanita dihadapannya setiap saat dan memang mereka harus menyelesaikan masalahnya.

“Sudah hubungi lagi?” tanya Luna membuka suara.

“Masih di blokir.” Rachel menjawab dengan ekspresi sedihnya.

“Seseorang jika melakukan itu artinya orang yang di blokir melakukan kesalahan besar.” Luna memberikan pendapatnya.

“Aku tidak butuh kalimat itu, sekarang yang aku butuhkan bertemu dengan Faisal.” Rachel tampak tidak peduli dengan kalimat Luna.

“Aku nggak bisa bantu apapun, kedatangan kamu disini salah.”

Meninggalkan Rachel dengan mengerjakan pekerjaannya, hidupnya bukan mengurus masalah orang lain, walaupun orang itu dikenalnya dengan sangat baik. Setidaknya sudah memberitahukan jika orang tersebut dicari, tapi jika masih tetap berkelanjutan sudah bisa dipastikan Luna akan memarahinya dan tidak peduli dengan masalah usia.

“Baru pulang?” Faisal menatap Luna yang keluar dari mobil.

“Mas juga, banyak kerjaan?” Faisal menganggukkan kepalanya “Dia datang lagi, mas belum hubungi?”

Faisal menggelengkan kepalanya “Aku sibuk, jadinya nggak sempat.”

Luna memutar bola matanya malas “Aku kaya selingkuhan, dia datang lagi ke toko.”

“Maaf.” Faisal menatap tidak enak.

“Jangan hanya maaf, mas. Mas harus hubungi, aku nggak mau terlibat dalam hubungan kalian.” Luna mengatakan dengan tegas yang hanya diangguki Faisal “Mas udah ketemu cewek yang dikenalin sama ibu?”

“Udah, aku nggak tertarik.”

Luna mengangkat alisnya “Kenapa?”

“Setiap kita bicara selalu bahas mantannya yang pernah begini dan begitu, dikira aku peduli sama mantannya? Kenal juga nggak. Kalau aku sama dia yang ada nanti membandingkan antara aku dan sang mantan.”

“Cantik?” Luna menaik turunkan alisnya.

“Cantik kamu sama Nuri. Udah sana masuk!” Faisal memberi kode pada Luna agar masuk kedalam rumah.

Menatap punggung Luna yang sudah masuk, langkah Faisal juga masuk kedalam rumah yang tampak sepi. Kedua orang tuanya pasti sudah tidur, langkahnya menuju kamar setelah mengambil air di dapur untuk dibawa kedalam kamar. Hembusan napas panjang dikeluarkan, permasalahan dengan Rachel sudah membawa orang lain dan itu yang tidak disukainya.

Membuka ponsel dan pastinya membuka blokiran, sedikit ragu mengirim pesan pada Rachel agar mereka bertemu dan mengakhiri semuanya. Hubungan mereka sudah tidak bisa diperbaiki, perselingkuhan adalah hal yang tidak bisa di maafkan. Hembusan napas panjang kembali dilakukan setelah berhasil mengirim pesan dan tidak menunggu waktu lama karena Rachel langsung membalasnya.

“Ibu yakin kalau cewek ini nggak kaya kemarin.” Eni memberikan ponsel dimana foto wanita yang dimaksud ada disana.

Faisal menerima dan melihat sekilas “Berapa banyak wanita lagi, bu?”

“Mungkin sampai kamu sudah punya kekasih dan menuju pernikahan baru ibu berhenti.” Eni menjawab dengan penuh keyakinan.

“Aku masih mau kerja, bu. Lagian masih banyak yang mau aku persiapkan, rumah yang aku beli belum dibangun juga.” Faisal menjelaskan hal yang sama berulang kali dengan menatap wajah ibunya “Baiklah, ibu atur waktunya. Faisal berangkat.”

Mengingat permintaan kedua wanita yang salah satunya sang adik membuat Faisal akhirnya mengalah, setidaknya membuat ibunya bahagia. Bukan hal yang sulit mengikuti permintaannya, bertemu dan berbicara singkat, hal yang bisa dianggap bertemu dengan calon pegawai.

“Syukurlah, belum berangkat.” Faisal menatap Indah dengan tatapan tanda tanya.

“Ada apa?” suara ibunya menyadarkan Faisal.

“Luna, demam dan mau bawa ke dokter tapi nggak kuat angkat.” Indah menjelaskan dengan ekspresi khawatir “Bisa minta tolong gendong Luna dan antar kita ke dokter?” Indah mengalihkan pandangan kearah Faisal dengan tatapan memohon yang langsung diangguki tanpa ragu.

Menatap Luna yang pucat, padahal semalam tampak baik-baik saja atau dirinya yang tidak peka. Perjalanan menuju rumah sakit yang tidak terlalu jauh berjalan dengan cepat dan Luna langsung mendapatkan perawatan. Menunggu diluar dengan duduk di kursi tunggu pasien, membiarkan mamanya Luna didalam seorang diri.

“Kamu kenapa disini?” suara seseorang membuat Faisal menatap kearahnya.

“Kamu sendiri?” tanya Faisal penasaran “Sakit? Sakit apa?”

“Periksa dan memastikan,” jawab Rachel yang semakin membuat penasaran.

“Apaan?” Faisal masih dengan tatapan ingin tahu.

“Hamil, aku hamil.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tetangga Masa Gitu   5

    “Kamu mencari aku selama ini, apa ada hubungan sama kehamilan ini?” Rachel menganggukkan kepalanya penuh kepastian “Aku mau minta bantuan.” “Bantuan apa?” tanya Faisal menatap tidak suka dan seakan paham dengan arah pembicaraan Rachel “Aku nggak pernah melakukan itu sama kamu.” Rachel menghembuskan napas panjangnya “Kita pernah...”“Nggak! Ciuman adalah batas maksimal yang...”“Pegang alat aset? Lupa?” potong Rachel “Kita manusia dewasa jadi...”“Memang tapi nggak sampai...lagian kenapa kamu nggak Minta sama pria kemarin?” Faisal memotong kalimat Rachel dengan tatapan tajam.“Bukan dia.” Rachel menundukkan kepalanya.“Lalu? Berapa banyak pria yang melakukan sama kamu?” Faisal menatap tidak percaya.“Mertuanya kakakku,” jawab Rachel tanpa menatap Faisal yang membelalakkan matanya “Makanya aku nggak bisa minta dinikahin, pernikahan hanya status dihadapan orang tua dan keluarga.” “Kamu nggak lupa kalau masih ada permasalahan lain? Kita berbeda keyakinan, orang tua aku pasti nggak aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Tetangga Masa Gitu   6

    “Jelaskan!” Luna menatap kesal kearah Faisal mendengar kalimat yang keluar dari bibirnya, tidak tahu alasan apa yang membuat pria dihadapannya ini berkata hal gila. Gila, memang gila. Sekarang mereka berdua harus menjelaskan pada kedua wanita yang melahirkan mereka dan juga suami-suaminya, maksudnya adalah orang tua mereka berdua. “Luna bisa jelaskan?” suara Eni keluar dengan lembut beserta tatapannya. “Ibu tanya langsung sama Mas Faisal, Luna nggak ada hubungan apa-apa. Zaky tadi datang dan...minta bantuan buat...” “Bantuan apa?” potong Intan yang mendapatkan tepukan pelan dari Andi agar diam “Mama nggak suka aja udah dilepas malah datang minta bantuan, pa.” Intan menatap Andi dengan penuh kekesalan. “Bantuan buat yakinin mamanya kalau pasangannya sekarang itu baik...” “Pasangan dia namanya Re

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Tetangga Masa Gitu   7

    “Gara-gara mulut kamu!”  “Kenapa sih pagi-pagi udah marah aja, bu?”  “Anakmu ini!”  Faisal mengangkat alisnya mendengar tuduhan ibunya “Memang aku ngapain, bu?”  “Tetangga sebelah ada yang dengar kalau Faisal mau nikah sama Luna.” Eni mengatakan sambil menatap tajam pada Faisal. “Faisal waktu itu ngomongnya juga pelan, ibu sama mama aja teriak sampai ada yang dengar.” Faisal mengatakan tanpa bersalah. “Kita kan kaget, mas. Wajar teriak.” Eni membelai dirinya yang hanya dijawab gelengan kepala Faisal. “Kamu memang ada perasaan sama Luna?” tanya Herman menatap dalam Faisal. “Luna sudah aku anggap kaya Nuri, Pak.” Faisal memberikan jawaban yang memang sebenarnya. “Ibu kemarin kirim foto Rena ke mamanya Raka, Luna bilang orang yang sama. Waktu kamu ketemu memang nggak ada yang beda?” Eni menatap penasaran.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Tetangga Masa Gitu   8

    “Kita nggak ada hubungan apa-apa, lagian tumben pada dengerin tetangga? Biasanya mama dan ibu termasuk cuek kalau ada gosip-gosip begitu.” Faisal menatap kedua wanita bergantian. “Beda, gosip itu nggak ada hubungan sama keluarga kita.” Eni menanggapi Faisal yang diangguki Intan. Faisal mengusap wajahnya kasar, menatap Luna yang memilih diam padahal tadi dia yang meminta agar masalah ini cepat selesai. “Ibu dan mama tersayang. Kita berdua nggak ada hubungan apa-apa, aku anggap Luna sudah kaya Nuri dan pastinya Luna juga menganggap aku kaya Raka. Bener kan, Lun?” Luna menganggukkan kepalanya cepat dan tampak bersungguh-sungguh. “Ma, gosip akan berlalu dengan sendirinya. Ngapain diambil hati? Luna banyak pesanan, belum lagi harus buat menu baru, mau akhir bulan jadi harus hitung semua. Luna nggak ada waktu bahas beginian! Kita berdua udah kasih tahu kalau nggak ada apa-apa, hubungannya sama kaya dulu dan sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Tetangga Masa Gitu   9

    “Kalian dekat sekarang?”  Faisal mengerutkan kening mendengar pertanyaan Heri, seketika mengangkat bahu “Antar jemput saja, nggak ada hubungan lebih. Memang salah? Lagian satu jalanan, aku juga nggak antar sampai pagar.” Heri menggelengkan kepalanya “Nggak salah, masalahnya adalah kalian jadi bahan pembicaraan satu kantor, satu lagi Nisa itu diam-diam suka sama kamu.” “Aku udah bilang kalau apa yang terjadi sekarang hanya sebatas teman, lagian kalau aku nggak bisa juga nggak antar jemput.” Faisal melakukan pembelaan. “Kamu nggak jemput kasih tahu dia?” Faisal menganggukkan kepalanya tanpa keraguan “Kamu berhenti deh, takutnya Nisa semakin berharap sama kamu.”  Heri memang benar, tapi bukannya membantu orang lain tidak ada yang salah. Menatap Heri yang menggelengkan kepalanya tanpa ragu, hembusan napas panjang dikeluarkan Faisal ketika memang harus menghentikan semuanya. 

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Tetangga Masa Gitu   10

    “Cari penyakit memang.”  “Siapa yang cari penyakit Mas Faisal atau Zaky?” tanya Luna menatap Raka yang berbaring di ranjangnya. “Dua-duanya.” Raka memutar bola matanya malas “Faisal belum pulang?” menatap kamar yang ada di seberang kamar Luna “Suka pulang malam sekarang?”  “Punya cewek baru nggak sih, mas?” tanya Luna menatap Raka penuh selidik. “Putus sama Rachel karena selingkuh dan hamil anaknya mertua kakaknya.” Raka mengatakan tanpa beban dengan Luna membelalakkan matanya “Kapan itu cerita sambil ngomel.” “Nasib percintaan dia nggak ada yang bagus,” ucap Luna menatap sedih kearah kamar Faisal. “Kamu sendiri gimana? Kapan mau move on dari Zaky?”  Luna menatap kesal kearah Raka “Nggak usah bahas begituan, aku mau senang-senang dulu. I’m single and happy, banyak yang mau aku lakuin.”  “Ingat umur! Mama pusing itu mikir kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Tetangga Masa Gitu   11

    “Beneran?” Luna memijat kepalanya yang mulai terasa pusing, kedatangan tetangga sebelah atau lebih tepatnya ketika sang mama langsung menghubungi mereka setelah kalimat yang keluar dari kakak iparnya. Tersangka hanya menahan tawa melihat dirinya tersiksa, tidak hanya Luna yang ada disana tapi juga Faisal diminta datang. “Kenapa?” bisik Faisal tepat di telinga Luna. “Mas tanya aja langsung sama istri soulmatemu.” Luna melirik Risa yang masih menahan tawa. “Apa yang Risa bilang?” tanya Faisal lagi. “Kapan enaknya acara tunangan? Tapi belum lamaran juga kita, enaknya kapan?” Eni mengatakan dengan nada senang kearah Intan yang terlihat berpikir. “Bu, jangan heboh dulu! Faisal sama Luna belum bicara apapun.” Herman menghentikan kehebohan yang membuat suasana menjadi hening “Kalian jelaskan! Dua kali buat kehebohan dan bapak rasa semua ini nggak main-main.”  

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Tetangga Masa Gitu   12

    “Toko kamu makin besar aja.”  Melepaskan pelukan Ismi yang menatap tokonya seakan menyelidiki sesuatu, menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya. Mereka tidak bertemu hampir tiga tahun, Ismi memilih melanjutkan pendidikan di luar negeri setelah mendapatkan beasiswa, sedangkan Luna tetap berada di tempat. “Mana calon kamu?” Luna menatap Ismi sambil melihat sekitar. “Nanti dia jemput, aku udah cerita banyak tentang dia. Nuri gimana? Anaknya berapa? Dia beneran nikah?” Ismi bertanya sambil menimati roti buatan Luna “Enak ini, ada? Aku mau beli.” “Nuri udah punya anak, jarak nikahnya sama Mas Raka nggak beda jauh. Sekarang dia tinggal di Yogyakarta ngikut suaminya. Mau rotinya? Free, produk baru itu. Kasih review jujur nanti ya.” Luna mengatakan dengan tatapan senang melihat ekspresi puas dari Ismi ketika menikmati roti buatannya. “Tinggal kamu sama Mas Faisal? Hubungan kalian gima

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07

Bab terbaru

  • Tetangga Masa Gitu   30

    “Suami Bu Dewi?”  “Bukan, saya temannya.” “Dimana suaminya?” “Tugas diluar kota, memang ada apa dengan Dewi?” Faisal menatap perawat yang ada dihadapannya. Faisal mendatangi rumah sakit karena panggilan yang didapatnya dari Dewi, awalnya tidak ingin mengangkat tapi panggilan dilakukan secara terus menerus membuatnya mengangkat dan sekarang dirinya berada di rumah sakit dengan ditemani Heri. Dalam pikirannya adalah kenapa malah menghubungi dirinya bukan sang suami, pastinya mereka lebih membutuhkan suami Dewi dibandingkan dirinya. “Bu Dewi tadi hampir saja mengalami tabrakan, tapi kondisinya baik-baik saja hanya saja hampir saja kehilangan janin yang sedang didalam kandungannya.” Perawat dihadapannya menjelaskan semuanya “Maaf kami hubungi anda karena nama anda dalam panggilan pertama dengan nama lovely, jadi kami menganggap anda adalah suaminya.”  Faisal dan Heri s

  • Tetangga Masa Gitu   29

    “Astaga! Kenapa dadakan toh? Luna nggak hamil, kan?” “Ibu mana bisa mikir begituan! Faisal tahu lah gimana caranya nggak hamil duluan! Aw...sakit, bu.” Faisal mengusap lengannya yang mendapatkan cubitan dari sang ibu. “Kamu itu nggak malu sama mamanya Luna?” Eni menatap tajam kearah Faisal yang seketika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Memang kalian sudah melakukan itu?” tanya Intan setelah meredakan rasa shocknya. “Belum, ma.” Faisal membohongi kedua wanita agar tidak semakin menjadi “Faisal jaga Luna kaya Nuri, kalaupun mau ya tunggu nikah.” “Bagus itu! Jangan sampai kalian menikah karena kecolongan.” Eni menatap tajam kearah Faisal yang menelan saliva kasar “Jadi kapan ini acaranya?”  “Minggu depan, gimana?” tanya Faisal yang membuat kedua orang tua mereka berdua membelalakkan matanya “Kita udah bicara sama WO buat urus semuanya, kita tinggal duduk tenang

  • Tetangga Masa Gitu   28

    “Udah semua itu, Lun?”  Luna menatap belanjaan yang baru saja dibeli tadi bersama dengan Nuri, barang-barang yang dibeli tadi adalah barang-barang yang dipakai setiap hari. Faisal mengeluarkan uang banyak untuk acara lamaran, pembangunan rumah dan nantinya pernikahan.  “Udah, kasihan Mas Faisal kalau begini.”  Nuri berdecih mendengar kalimat Luna “Mas Faisal itu punya tabungan jadi kamu tenang aja.” “Tetap aja, Nur. Aku belum jadi istrinya masa udah belanja yang mahal-mahal, jaga image lah nanti kalau udah nikah baru minta mahal.” “Dasar, kamu! Tapi nanti jangan lupain aku ya kalau habisin duit mas.” Nuri mengedipkan matanya yang hanya ditanggapi dengan anggukan kepala. Luna tahu jika Nuri tidak akan melakukan itu, walaupun setiap kali datang pastinya akan merampok Faisal minta dibelikan makanan. Langkah kaki mereka menuju food court, kondisi Nuri yang hamil membua

  • Tetangga Masa Gitu   27

    “Kalian itu serius menikah nggak? Masa ditanya masalah lamaran nggak ada yang jawab!” Faisal hampir saja menyemburkan minuman mendengar suara ibunya, menatap sang ibu yang memberikan tatapan tajam. Mereka berdua memang tidak mendengarkan semua yang dikatakan kedua wanita kesayangan, kesibukan menyita semua yang harusnya mereka pikirkan. “Aku sudah minta Luna buat list apa saja yang biasa dia pakai, bu. Aku tanya lagi nanti ke Luna sudah list belum.” “Intan udah kasih tadi, Luna baru saja kasih. Luna bilang nanti dia cari sendiri beberapa, kalian udah bicara? Lamarannya mau diadakan kapan? Kita harus bicara sama keluarga lain. Kapan kalian ada waktu kosong?” “Aku nanti bicara sama Luna, bu.” Faisal memilih mengambil jawaban aman. “Sebenarnya kamu serius sama Luna? Kamu punya perasaan sama Luna? Bukan karena masalah Luna dengan mantannya atau kamu yang lelah diminta ketemu cewek-cewek i

  • Tetangga Masa Gitu   26

    “Maaf, harusnya nggak hubungi kamu.”  Faisal menatap Rachel yang berada di ranjang, mengantar ke rumah sakit setelah sampai ke apartemen yang mereka pakai dulu. Faisal sama sekali tidak menyangka mendapati Rachel yang sudah tidak berdaya diatas ranjang, tidak ingin terjadi apa-apa langsung membawa ke rumah sakit. “Kamu belum kasih tahu?” tanya Faisal dengan menatap perut Rachel. “Dia tahu, tapi nggak bisa apa-apa.”  “Dia nggak tanggung jawab? Biayai atau apa gitu?” Rachel menggelengkan kepalanya “Cowok brengsek!”  “Aku juga salah, Sal. Aku masuk dalam permainan dia, harusnya sadar kalau hubungan itu nggak akan berhasil.” Rachel menatap langit ruangan IGD “Setidaknya dia nggak kenapa-kenapa.”  Faisal menatap perut Rachel yang sedang dibelai, hembusan napas panjang dikeluarkan melihat keadaan sang mantan. Seburuknya Rachel tetap saja mereka pernah menjalin hubungan d

  • Tetangga Masa Gitu   25

    “Dewi? Kamu ketemu sama dia dan bilang sama Luna?”  “Ya, memang salah? Aku nggak mau ada yang ditutupi, lagian udah selesai juga.” Faisal menjawab santai pertanyaan Heri setelah dirinya bercerita tentang kejadian semalam. “Kamu itu bodoh atau polos? Kamu udah tua, Sal. Hal begituan wanita nggak perlu tahu, mereka pasti berpikir yang nggak-nggak.” “Kita nggak melakukan hal gila, Her.” Faisal tidak terima dengan kalimat Heri yang menuduh dirinya melakukan hal gila dengan Dewi “Hubungan kami berakhir dan benar-benar berakhir.”  “Kamu cerita isi pertemuan sama Luna?” Faisal menganggukkan kepalanya “Terus?”  “Diam, bahkan masuk rumah juga nggak ngonong apa-apa.”  Heri menghembuskan napas panjang “Kamu itu paling pintar disini, tapi urusan asmara itu nol.”  Faisal memberikan tatapan tajam “Maksudmu apa? Kamu masih menuduh aku ngapa-ngapain sama Dewi?”

  • Tetangga Masa Gitu   24

    “Aku sama sekali nggak menyangka kalau kamu bakal datang.”  “Apa maksud kamu?”  Dewi tersenyum tipis “Aku cuman mau mengucapkan terima kasih waktu itu bantuin, aku sama sekali nggak membayangkan kalau nggak ada kamu pas itu.”  “Kamu bahagia dengan pernikahan ini?”  Faisal menatap dalam ketika memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pernikahan sang mantan dihadapannya, melihat reaksinya jawaban sudah didapat. Pertanyaan yang memang seharusnya tidak keluar dari mulutnya, tapi mengingat perkataan Dewi ketika pertemuan mereka di tempat mobilnya yang berhenti.  “Hubungan kita sudah berakhir, keputusan kamu menerima dia adalah yang terbaik. Semua sudah ada jodohnya masing-masing dan harus menerima bagaimana dengan jodoh kita, meskipun kita melakukannya dengan terpaksa di awal.” Faisal melanjutkan kalimatnya ketika melihat Dewi tidak membuka mulutnya. “Kamu sendiri

  • Tetangga Masa Gitu   23

    “Ibu sama mamanya Luna sudah bahas tentang acara lamaran kalian. Kapan rencananya?”  “Aku belum bicara sama Luna, bu.”  Eni menggelengkan kepalanya melihat Faisal yang tampak santai “Uang kamu habis buat bangun rumah? Bapak sama ibu masih ada uang kalau buat biaya pernikahan kamu.”  Faisal menghembuskan napas panjangnya “Masih ada uangnya, bu. Ibu dan bapak tenang saja kalau masalah itu.” “Lalu?” Eni memberikan tatapan menyelidik “Kamu nggak lagi main-main sama kalimat kemarin, kan?”  “Nggaklah! Kalau main-main ngapain bangun rumah, bu.” Faisal membantah sambil menggelengkan kepalanya. Tujuannya memang menikah dengan Luna, tapi pertemuan dengan Dewi memberikan rasa penasaran lebih dalam. Hubungan mereka memang berakhir, mengetahui pernikahannya dan harusnya memang sudah selesai. Memilih mengambil berlalu dari hadapan orang tuanya menuju kamar, menatap langit kamar

  • Tetangga Masa Gitu   22

    “Dia bilang gitu? Terus kamu?”  “Diam.”  Heri membuka mulutnya tidak percaya mendengar jawaban Faisal “Harusnya kamu bilang apa gitu...” “Apa? Bilang kalau aku menyesal juga?” Faisal menatap Heri yang memilih diam. “Aku tahu kamu pacaran sama Dewi biar bisa move on dari Luna, tapi selamat kalian bersama aku lihat kalau dia bukan pelarian...” “Dia memang bukan pelarian,” potong Faisal mengoreksi kalimat Heri. Heri berdecih pelan mendengarnya “Kamu ngajak dia pacaran kenapa? Cinta? Iseng? Apa biar kelihatan move on?”  Mendengar pertanyaan Heri seketika mengingat alasannya bersama dengan Dewi dulu, semua itu memang tidak ada tapi berjalannya waktu rasa itu hadir. Hubungan mereka belum sampai jauh, tapi saling kenal orang tua. Saat itu sudah cukup bagi Faisal, mungkin bisa dikatakan sama dengan hubungan Luna dan Zaky.  “Jadi...ap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status